• Tidak ada hasil yang ditemukan

Filsafat Pendidikan Islam dan Hubungannya dengan Masyarakat

N/A
N/A
Siti Rahma

Academic year: 2024

Membagikan "Filsafat Pendidikan Islam dan Hubungannya dengan Masyarakat"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

A. PENDAHULUAN

Para masyarakat muslim memandang filsafat pendidikan Islam dari seluruh aspek tatanan kependidikan Islam. Secara harfiah filsafat berarti cinta kepada ilmu. Sedangkan historis filsafat menjadi induk segala pengetahuan yang berkembang sejak zaman Yunani kuno sampai dengan zaman modern sekarang.

Menurut Plato tidak membedakan antara pengertian Negara dan masyarakat. Negara tersusun dari individu-individu dan tidak disebutkan kesatuan-kesatuan yang lebih besar. Negara sama dengan masyarakat, Sedangkan menurut Aristoteles berbeda dengan plato dalam memandang masyarakat dengan Negara, salah satunya karena kehidupan aristoteles berada pada lingkungan yang kondusif dan penuh kemewahan. Kehidupan yang tidak meninggalkan aspek keduniawian.

Begitu juga dengan pandangan mengenai hubungan masyarakat dengan pendidikan Islam, yaitu masyarakat dan pendidikan merupakan dua komponen yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya, masyarakat membutuhkan pendidikan dan pendidikan membutuhkan masyarakat. Tanpa masyarakat pendidikan tidak akan berjalan dengan baik karena di dalam pendidikan terdapat unsur masyarakat seperti guru, peserta didik dan lain-lainnya

(2)

B. PEMBAHASAN

1. Hakikat Masyarakat

Menurut bahasa masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama.1 Dalam bahasa Inggris masyarakat disebut society, asal katanya socius yang berarti kawan, Adanya saling bergaul ini, tentu karena ada bentuk-bentuk aturan hidup yang bukan disebabkan oleh manusia sebagai perseorangan, melainkan oleh unsur-unsur kekuatan lain dalam lingkungan sosial yang merupakan kesatuan, masyarakat disebut pula kesatuan sosial karena mempunyai ikatan-ikatan kasih sayang yang erat.

Pada kata Masyarakat berasal dari kata musyarak yang berasal dari Bahasa Arab yang memiliki arti ikut serta atau berpartisipasi, sedangkan dalam bahasa Inggris disebut Society. Sehingga bisa dikatakan bahwa masyarakat adalah sekumpulan manusia yang berinteraksi dan terjalin erat karena sistem tertentu, tradisi tertentu, konvensi dan hukum tertentu yang sama dan hidup bersama dalam suatu hubungan sosia, dan masyarakat juga merupakan suatu perwujudan kehidupan bersama manusia, atau suatu kelompok manusia yang hidup bersama dalam suatu wilayah dengan tatacara berfikir dan bertindak relatif.

Mereka mempunyai kesamaan budaya, wilayah, dan identitas.

Menurut Plato tidak membedakan antara pengertian Negara dan masyarakat. Negara tersusun dari individu-individu dan tidak disebutkan kesatuan-kesatuan yang lebih besar. Negara sama dengan masyarakat.2 Plato tidak begitu mementingkan adanya undang-undang dasar yang bersifat umum, sebab menurutnya keadaan itu terus berubah-ubah dan peraturan itu sulit disama ratakan, itu semua tergantung masyarakat yang ada dilingkungan tersebut. Adapun Negara yang diusulkan oleh Plato berbentuk demokrasi dengan monarki, karena jika hanya monarkhi maka akan telalu

1 Tim penulis Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia DEPDIKBUD, Ed. II, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), hlm. 635

2 Maragustam, Filsafat Pendidikan Islam Menuju Pembentukan Krakter Menghadapi Arus Global, (Yogyakarta: kurnia kalam semesta),hlm.82

(3)

banyak kebebasan, sehingga perlu diadakan penggabungan. Dari pendapat Plato ini, masyarakat mempuyai peranan yang besar dalam menentukan arah perjalanan kehidupan kemasyarakatan dan bernegara bahkan tidak memperdulikan adanya peraturan sebagai pengendali atau hukum yang mengikat masyarakatnya. Masyarakat yang terdiri dari manusia mempunyai peranan yang besar dalam menentukan kebijakan dari negaranya.

Sedangkan menurut Aristoteles berbeda dengan plato dalam memandang masyarakat dengan Negara, salah satunya karena kehidupan aristoteles berada pada lingkungan yang kondusif dan penuh kemewahan.

Kehidupan yang tidak meninggalkan aspek keduniawian, sedangkan kehidupan plato yang meninggalkan aspek duniawi sehingga berdampak pada pola pikir dari masing-masing filosuf tersebut. Aristoteles membuat perbedaan antara Negara dan masyarakat. Negara adalah kumpulan unit-unit kemasyarakan. Masyarakat terdiri dari keluarga-keluarga.3 Aristoteles merupakan murid plato, dimana pemikiran aristoteles lebih sistematik dan terstruktur daripada pendahulunya. Salah satunya adalah pandangan terhadap Negara yang sudah tersusun dengan sistematis yang terdiri dari masyarakat dan kumpulan individu-individu.

Menurut Syaikh Taqyuddin An-Nabhani, sekelompok manusia dapat dikatakan sebagai sebuah masyarakat apabila memiliki pemikiran, perasaan, serta sistem/aturan yang sama. Dengan kesamaan-kesamaan tersebut, manusia kemudian berinteraksi sesama mereka berdasarkan kemaslahatan.4

Dalam Islam, al-Qur’an membahas masyarakat dalam beberapa istilah, di antaranya menggunakan kata Ummah, Qaum, Qabilah, Tha`Ifahatau Jama`ah. Namun dari sekian banyak istilah yang digunakan alqur`an lebih banyak menggunakan istilah ummah. Al-Qur’an menyebut kata ummah kurang lebih sebanyak 51 kali. Pada tulisan ini lebih menfokuskan pembahasan pada kata ummah dengan arti masyarakat.

3 bid,hlm 82

4 Alimatus sa’diyah alim, hakikat manusia,alam semesta, masyarakat dalam konteks pendidikan islam, jurnal penelitian keislama: Vol 15 No 2, 2019, hlm 156

(4)

Menurut ahli Syari`at, makna generik ummah memiliki keunggulan. Kata ummah manusia yang dipakai oleh Al-Qur-an tidaklah berasal dari kata alif, mim, mim tetapi kata tersebut ada juga dari bahasa Ibrani yaitu umma, atau dari bahasa arab yaitu ummata. Bagaimanapun kata umma baik dalam arti apapun mempunyai akar kata alif, mim, mim, dan dari kata umam dan umm. Menurut Jhon Penrince, bahwa kata ummata berarti penduduk, bangsa, ras, kelompok, ketentuan, istilah tertentu waktu dan agama tertentu. Muhammad Ismail Ibrahim mengartikannya dengan kelompok manusia, muallim, seorang yang baik pada semua seginya, agama, tempat dan waktu.5

Dalam masyarakat berlangsung proses kehidupan sosial, proses antar hubungan dan antar aksi. Dengan demikian masyarakat dapat diartikan sebagai wadah atau medan tempat berlangsungnya antar aksi warga masyarakat itu. Secara umum masyarakat adalah sekumpulan manusia yang bertempat tinggal dalam suatu wilayah dan saling berinteraksi dengan sesama untuk mencapai tujuan. Anggota masyarakat terdiri dari berbagai ragam pendidikan, profesi, keahlian, suku, bangsa, agama, maupun lapisan sosial sehingga menjadi masyarakat yang majemuk.

Secara langsung dan tidak langsung setiap anggota masyarakat tersebut telah menjalin komunikasi mengadakan kerja sama dan saling mempengaruhi dalam rangka mencapai tujuan.

Dan masyarakat bisa juga diartikan sebagai kelompok-kelompok manusia yang saling terikat oleh sistem-sistem, adat istiadat serta hukum khas dan yang hidup bersama. Menurut filsafat pendidikan Islam dalam kaitannya dengan pendidikan didasari oleh lima prinsip yang salah satunya adalah pandangan terhadap masyarakat.6 Prinsip-prinsip yang menjadi dasar pandangan terhadap masyarakat berisikan dua pemikiran bahwa:

5 Ibid.

6 Jalaluddin dan Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam: Konsep dan Perkembangan Pemikirannya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994), hlm. 22

(5)

a. Masyarakat merupakan kumpulan individu yang terikat oleh kesatuan sebagai aspek seperti tanah air, budaya, agama, tradisi dan lain-lainnya.

Hal ini terdapat pada Q.S Al-Hujurat: 13

Artinya: Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal- mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.7

b. Masyarakat Islam memiliki identitas tersendiri yang secara prinsip berbeda dari masyarakat lainnya. Di sisi lain juga, ada ayat Al-Qur`an menjelaskan bahwa kecerdasan, kemampuan, status sosial manusia berbeda-beda.

2. Dasar Pembentukan Masyarakat

Menurut Mustafa Abd. al-Wahid yang ditulis oleh H. Ramayulis dan Samsul Nizar bahwa dasar-dasar pembentukan masyarakat Islam adalah sebagai berikut:8

a. Persaudaraan

Masyarakat yang dibina atas dasar persaudaraan yang menyeluruh, dan diikat oleh kesatuan keyakinan yaitu tidak ada Tuhan yang disembah melainkan Allah dan Muhammad adalah Rasul-Nya.

Masyarakat Islam bersifat universal dan tidak terikat oleh perbedaan bangsa atau bahasa, ataupun warna kulit. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT yang menegaskan bahwa, “semua ummat yang beriman itu

7 Alqur’an

8 Usiono, hakikat Masyarakat Dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam, Edukasi Islami:

Jurnal Pendidikan Islam, Vol 10/No: 02 Agustus 2021, hlm. 849

(6)

bersaudara, dan oleh karena itu harus saling berbuat kebaikan antar sesamanya”. (QS. al-Hujurât: 10).

b. Kasih sayang

Masyarakat Islam dibina atas dasar rasa kasih sayang antara satu sama lain. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW yang mengatakan bahwa, “tak sempurna iman seorang muslim sebelum menyintai saudaranya seperti menyintai dirinya sendiri”.

c. Persamaan

Masyarakat Islam mempunyai hak dan kewajiban yang sama.

Adapun yang membedakannya hanyalah fungsinya masing-masing dalam masyarakat. Ada orang yang menjadi pemimpin dan ada yang dipimpin. Tak ada perbedaan dihadapan Allah antara orang Arab dan orang diluar arab, kecuali dengan takwanya.

d. Kebebasan

Masyarakat Islam dibina untuk mempunyai kebebasan atau kemerdekaan. Hal ini merupakan hak asasi setiap manusia. Dalam agama Islam tak ada paksaan dalam beragama (la ikrâha fi al-Dîn). Hal ini bukan berarti orang Islam bebas tidak beragama. Umat Islam dituntut agar melaksanakan ajaran agamanya dengan baik dan benar.

e. Keadilan sosial

Masyarakat Islam dibina atas dasar berkeadilan sosial, yaitu keadilan yang merata bagi seluruh ummat. Islam sangat menekankan keadilan, yaitu meletakkan sesuatu pada proporsi yang semestinya sesuai dengan aturan Ilahi. Allah menganjurkan agar setiap Muslim berlaku adil walaupun terhadap dirinya sendiri. Keadilan dalam Islam meliputi hal-hal yang bersifat material dan spiritual (Ramayulis & Nizar, 2011: 67).

(7)

3. Karakteristik Masyarakat Islam

Ciri-ciri utama masyarakat islam adalah bahwa masyarakat itu bebas dan suci. Bebas menurut islam sangat luas dan dalam pengertiannya, bebas dari semua yang menghalangi setiap orang dan masyarakat melakukan tindakan yang benar. Bebas dari semua nilai-nilai palsu dan hal-hal yang menghambat manusia untuk maju dan berkembang Bebas.

menurut nilai-nilai kemanusiaan, bukan lepas dari batas-batas kemanusiaan itu sendiri dan dengan berarti bebas yang suci tidak bercampur dengan kebebasan hewani. Bila manusia bebas dari pemujaan terhadap selain Allah, maka ia akan menemukan dirinya memiliki kekuatan dasar yang sangan potensial dan bergerak maju, tidak terhalangi oleh sesuatui yang tidak baik dan tidak tunduk kepada sesuatu selain yang diperintahkan oleh sang khalik yang pasti selalu baik.

Adapun ciri-ciri masyarakat islam yaitu :

a. Masyarakat islam itu beriman kepada Allah,nabi dan Rasul, kitab-kitab, hari akhirat,hari kebangkitan, perhitungan dan pembalasan.

b. Masyarakat islam menempatkan islam pada tempat yang tinggi c. Masyarakat islam memberikan penilaian yang tinggi kepada akhlak.

d. Masyarakat islam member perintah utama kepada ilmu, sebab ilmu dianggap sebagai cara yang terbaik untuk memantapkan akidah dan agama

e. Masyarakat isalam menghormati dan menjaga kehormatan insani.tidak memandang perbedaan warna kulit, bangsa, agama, harta dan keturunan f. Keluarga dan kehidupan berkeluarga mendapat perhatian besar dalam

masyarakat islam, masyarakat islam menguatkan ikatan dan binaan keluarga

g. Masyarakat islam adalah masyarakat yang dinamis dan bertekad untuk berkembang dan berubah dengan pesat dan terus menerus

(8)

h. Masyarakat islam adalah masyarakat yang terbuka, boleh menerima pengaruh yang baik dari masyarakat lain terutama dibidang ilmu pengetahuan

i. Masyarakat islam bersifat insaniyah, saling kasih mengasihi, ramah tamah, tolong menolong, bantu membantu antara satu sama lain.

Selanjutnya karakteristik masyarakat muslim yang sesungguhnya dapat dirujuk pada masa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam beliau telah meletakkan dasar-dasar kehidupan bermasyarakat setelah beliau hijrah ke Madinah dan manusia telah berbondong-bondong masuk Islam, mulailah kemudian Nabi membentuk suatu masyarakat dengan cirri-ciri seperti mendirikan Masjid, Ukhuwah Islamiyah, hubungan persahabatan dengan orang-orang yang tidak beragama Islam, meletakkan dasar politik ekonomi dan sosial untuk masyarakat sesuai syariat Islam.9

4. Hubungan Pendidikan Islam dengan Masyarakat

Dalam pandangan mengenai hubungan masyarakat dengan pendidikan Islam, yaitu masyarakat dan pendidikan merupakan dua komponen yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya, masyarakat membutuhkan pendidikan dan pendidikan membutuhkan masyarakat. Tanpa masyarakat pendidikan tidak akan berjalan dengan baik karena di dalam pendidikan terdapat unsur masyarakat seperti guru, peserta didik dan lain-lainnya, begitulah sebaliknya tanpa ada pendidikan masyarakat akan menjadi bodoh dan tidak mempuanyai ilmu pengetahuan. Selain itu, masyarakat juga dipandang sebagai laboratorium dimana anak belajar, menyelidiki turut serta dalam usaha-usaha masyarakat yang mengandung unsur-unsur masyarakat.

Pendidikan dalam arti yang luas adalah usaha untuk mengubah dan memindahkan nilai kebudayaan kepada setiap individu dalam suatu masyarakat.

9 Salminawati, Filsafat Pendidikan Islam: Membangun Konsep Pendidikan yang Islami, (Bandung: Cipta Pustaka, 2016), hlm. 69-73

(9)

Dalam pembentukan masyarakat yang ideal pendidikan Islam juga sangat berperan penting untuk menetapkan nasib sebuah masyarakat disamping masyarakat itu sendiri. Tidak hanya nasib mereka di dunia tapi juga di akhirat, karena setiap masyarakat harus mempertanggungjawabkan apa saja yang telah mereka lakukan. Islam sebagai agama, dalam arti menghendaki perubahan terhadap masyarakat, dari hal yang negatif menuju hal- hal yang positif. Masyarakat jahiliyah memiliki pola piker sikap dan tingkah laku terpuji dan tercela. Dalam hal ini, Islam menerima dan mengembangkan yang terpuji, menolak dan meluruskan yang tercela.

Perubahan dapat terlaksana akibat pemahaman dan penghayatan nilai-nilai Al-Qur’an, serta kemampuan memanfaatkan dan menyesuaikan diri dengan hukum-hukum sejarah dengan masyarakat.

Hubungannya dengan pendidikan Islam yang lainnya adalah terkait dengan fungsi pendidikan Islam itu sendiri yang di antaranya adalah:

menyiapkan generasi muda untuk memegang peranan-peranan tertentu dalam masyarakat pada masa yang akan datang. Memindahkan ilmu pengetahuan yang bersangkutan dengan peranan-peranan tersebut dari generasi tua kepada generasi yang muda dan memudahkan nilai-nilai yang bertujuan untuk memelihara keutuhan dan kesatuan masyarakat yang menjadi syarat mutlak bagi kelanjutan hidup suatu masyarakat dan peradaban.

Secara umum menurut Al-Rasyidin tugas-tugas edukatif yang harus dilaksanakan masyarakat itu antara lain yaitu:10

a. Mengarahkan diri dan semua anggota masyarakat (ummah) untuk bertauhid dan bertaqwa kepada Allah.

b. Masyarakat berkewajiban men-ta’lim, men-ta’dib, dan men-tarbiyahkan syariat Allah Swt, sebagaimana dilakukan para Nabi dan Rasul. Di antara muatan yang harus dididikkan tersebut adalah membacakan ayat-ayat Allah, menyeru agar manusia menyembah Allah dan menjauhi Thagut, memeberi

10 Usiono, hakikat Masyarakat Dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam, Edukasi Islami:

Jurnal Pendidikan Islam, Vol 10/No: 02 Agustus 2021, hlm. 858

(10)

putusan yang adil, membawa berita gembira dan memberi peringatan, dan menjadi saksi bagi sesama ummah.

c. Masyarakat berkewajiban saling menyeru ke jalan Allah, menganjurkan kepada yang ma’ruf dan mencegah kemungkaran.

d. Masyarakat harus mendidik sesamanya untuk selalu berlomba-lomba dalam melakukan kebajikan, sebab di antara rahasia mengapa Allah Swt menjadikan manusia ini berkelompok-kelompok adalah untuk menguji dan melihat bagaimana manusia berkompetisi dalam melakukan kebajikan.

e. Masyarakat (ummah) berkewajiban membagi rahmat Allah SWT atau berkorban untuk sesamanya, karena sesungguhnya Allah SWT telah mensyariatkan hal-hal yang demikian.

f. Masyarakat (ummah) harus menegakkan sikap adil agar mereka bisa menjadi saksi terhadap perbuatan sesamanya, sebagaimana Rasul di utus Allah SWT untuk menjadi saksi atas perbuatan yang mereka lakukan.

g. Masyarakat berkewajiban mendidikkan tanggung jawab pada setiap warganya, sebab mereka hanya hidup dalam suatu rentang waktu. Suatu saat, ajal akan menjemput tanpa dapat diundur atau dimajukan. Akan ada masa dimana setiap ummah akan dipanggil untuk melihat buku catatan amalnya dan menerima balasan terhadap segala sesuatu yang telah dikerjakan.

Dengan demikian hubungan filsafat pendidikan Islam dengan masyarakat sangat erat kaitan dan hubungannya sangat besar bagaikan simbiosis yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Maka dari pada itu masyarakat Islam sangat berperan dan bertanggung jawab untuk menjadikan muslim yang utuh dan masyarakat Islam yang madani serta muslim atau masyarakat yang ideal sesuai tuntunan Al-Qur’an dan As-Sunnah.

(11)

C. PENUTUP

Referensi

Dokumen terkait

Sumber Normative ialah konsep filsafat pendidikan islam yang berlandaskan dari Al-Quran dan Sunnah, Al- Quran sebagai sumber Normative filsafat pendidikan islam

Tidak dapat dipungkiri bahwa pemikiran filsafat dalam Islam telah terpengaruh oleh filsafat Yunani, para filosof Muslim mengambil sebagian besar pandangannya dari

Persoalan epistemologi pendidikan dalam kajian filsafat pendidikan Islam adalah proses pendidikan dalam tataran sistem pendidikan Islam, yang ruang lingkupnya adalah tujuan

Fakta atau gejala kehidupan yang menjadi sasaran studi Filsafat Pendidikan Islam adalah menyangkut permasalahan yang berkaitan dengan perkembangan hidup manusia

Pandangan aliran filsafat pendidikan rekonstruksionisme terhadap pendidikan yaitu pertama kita harus mengetahui pengertian dari filsafat.Yangmana filsafat merupakan

Implikasi tipologi-tipologi filsafat pendidikan Islam tersebut dalam pengembangan kurikulum Pendidikan Islam di era kontemporer, setidaknya terdapat tiga hal, yaitu:

Dasar dan tujuan filsafat pendidikan Islam pada hakikatnya identik dengan dasar tujuan ajaran Islam itu sendiri, dalam kaitannya dengan pandangan filsafat

Tujuan Instruksional Umum Mahasiswa diharapkan akan dapat: 1 Memahami Filsafat Pendidikan Islam sebagai disiplin ilmu; 2 Memahami secara filosofis hakikat manusia, Tuhan, dan alam