• Tidak ada hasil yang ditemukan

fix Laporan Praktikum Studi Kelayakan Usaha-1

N/A
N/A
Ganjar Pangestu

Academic year: 2025

Membagikan "fix Laporan Praktikum Studi Kelayakan Usaha-1"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA UDANG

VANAME (LITOPENAEUS VANNAMEI) (Studi Kasus di BBI Tambaksogra, Kecamatan Sumbang,

Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah)

Dilaksanakan dan disusun sebagai salah satu syarat lulus mata kuliah studi kelayakan usaha perikanan budidaya di Universitas Jenderal Soedirman

Oleh:

Rifkie Ardian L1B023130

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

PURWOKERTO 2024

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM

STUDI KELAYAKAN USAHA PERIKANAN BUDIDAYA

Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Lulus Praktikum Mata Kuliah Studi Kelayakan Usaha Perikanan Budidaya di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Jenderal Soedirman

Purwokerto

Disetujui,

Purwokerto, 02 Juli 2024

Mengetahui :

Koordinator Praktikum Asisten

Sawitania Situmorang, S.P., M.Si. Ariya Abdul Gani NIP. 19900520 202012 2 009 L1B021035

ii

(3)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...ii

DAFTAR ISI...iii

DAFTAR TABEL...v

I. PENDAHULUAN...1

1.1. Latar Belakang...1

1.2. Tujuan...1

II. TINJAUAN PUSTAKA...2

2.1. Aspek Hukum...2

2.2. Aspek Lingkungan...3

2.3. Aspek Teknis dan Teknologi...4

2.4 Aspek Pasar dan Pemasaran...5

2.5 Aspek Keuangan dan Finansial...5

III. HASIL DAN PEMBAHASAN...7

3.1. Aspek hukum...7

3.2. Aspek Lingkungan...7

3.3 Aspek Teknis dan Teknologi...8

3.4 Aspek Pasar dan Pemasaran...11

3.5 Aspek Keuangan dan Finansial...12

3.6. Kelayakan Keuangan dan Finansial...12

3.6.1. Biaya Investasi...12

3.6.2 Total Biaya...14

3.6.3 Penerimaan dari penjualan...17

3.6.4.BEP...17

3.6.5 Analisis Kelayakan Usaha...18

3.6.6 Payback Periode...18

IV. PENUTUP...20

4.1. Kesimpulan...20

4.2. Saran... 21 iii

(4)

DAFTAR PUSTAKA...22

iv

(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.6.1 Tabel Biaya Investasi...12

Tabel 3.6.2 Total Biaya...14

Tabel 3.6.3 Pendapatan...17

Tabel 3.6.6 Analsis Financial...19

v

(6)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki kepulauan terbesar di dunia yang memiliki potensi sumber daya perikanan yang sangat melimpah. Pengelolaan sumber daya perikanan yang dilakukan secara baik dan optimal dapat memberikan kontribusi yang memulihkan perekonomian nasional (Afandi et al., 2024).

Pembudidayaan ikan dapat diupayakan di perairan umum daratan maupun di laut. Pembudidayaan ikan dapat dilakukan pada air tawar, air payau dan air asin.Salah satu diantara perikanan air payau yang dapat dibudidaya salah satunya yaitu ikan bandeng dan udang (Kahala et al., 2024).

Udang adalah salah satu komoditas unggulan dalam budidaya perairan di Indonesia, mendukung produksi perikanan untuk ekspor. Udang vaname (Litopenaeus vannamei) merupakan salah satu komoditas unggulan dengan permintaan pasar yang sangat besar. Sejak agroindustri udang windu di Indonesia mengalami penurunan, pengembangan udang vaname merupakan alternatif budidaya yang cocok dilakukan.

Banyumas merupakan salah satu pusat pengembangan benih ikan terbesar di Jawa Tengah, disamping dikenal pula sebagai pusat budidaya perikanan air tawar. Potensi perikanan darat di Banyumas sangat besar, sebab secara geografis, kultur masyarakatnya sangat mendukung.

1.2. Tujuan

Tujuan dari adanya praktikum ini adalah untuk mengetahui kelayakan usaha budidaya udang di BBI Tambaksogra, Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah) yang meliputi aspek hukum, aspek lingkungan, aspek teknis dan teknologi, aspek pasar dan pemasaran, aspek keuangan dan financial.

1

(7)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Aspek Hukum

Siombo dalam (Sasvia, 2019) menyatakan bahwa pada dasarnya, hukum mengatur hubungan antar manusia karena hukum merupakan bagian dari sistem sosial yang ada dalam masyarakat. Hukum dan masyarakat adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Republik Indonesia adalah negara kepulauan dengan wawasan kepulauan. Secara geografis, keberadaan pulau-pulau yang tersebar di wilayah Indonesia sangat strategis. Karena berdasarkan pulau-pulau ini batas- batas negara ditentukan.

Perlindungan hukum merupakan langkah-langkah yang diambil untuk memberikan perlindungan atau bantuan kepada individu yang terlibat dalam ranah hukum, menggunakan semua alat dan sistem yang ada dalam hukum. Menurut Satjipto Rahardjo dalam (Januar et al., 2024) perlindungan hukum mencakup usaha untuk melindungi hak asasi manusia yang mengalami kerugian akibat tindakan pihak lain.

Tujuannya adalah suntuk memastikan bahwa masyarakat dapat menikmati semua hak yang telah dijamin oleh peraturan hukum.

Wilayah dalam suatu negara ditetapkan oleh undang-undang serta dengan Indonesia. Dalam UUD 1945 konstitusi tidak tercantum artikel tentang wilayah NKRI. Namun demikian, secara umum disepakati bahwa ketika para pendiri negara ini memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, wilayah Republik Indonesia termasuk Hindia. Tiwow dalam (Sasvia, 2019) menyatakan bahwa sumber daya perikanan adalah aset suatu bangsa, bahkan aset dunia, pengelolaan dan pemanfaatan ketentuan dan perjanjian internasional yang berlaku secara internasional sebagaimana didefinisikan dalam Konvensi PBB tentang hukum laut (UNCLOS).

UNCLOS 1982 mengatur penggunaan laut sesuai dengan status hukum zona- zona ini. Negara-negara yang berbatasan dengan laut, termasuk Indonesia memiliki kedaulatan penuh atas perairan daratan, perairan kepulauan, dan laut teritorial.

Sebagai zona tambahan, ZEE dan landas kontinen, Negara memiliki hak eksklusif, seperti hak untuk memanfaatkan sumber daya alam di zona tersebut. Adapun laut terbuka, itu adalah zona yang tidak dapat dimiliki oleh Negara mana pun,

2

(8)

dan wilayah dasar laut internasional ditetapkan sebagai bagian dari warisan bersama umat manusia (Sasvia, 2019).

Hukum tentang perikanan diatur dalam Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004. Dalam Undang-undnag tersebut tercantum peranan yang penting dan strategis dalam pembangunan perekonomian nasional, terutama dalam meningkatkan perluasan kesempatan kerja, pemerataan pendapatan, dan peningkatan taraf hidup bangsa pada umumnya, nelayan kecil, pembudi daya ikan kecil, dan pihak- pihak pelaku usaha di bidang perikanan dengan tetap memelihara lingkungan, kelestarian, dan ketersediaan sumber daya ikan.

Pengaturan UMKM dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 berfokus pada upaya pemberdayaan yang lebih terintegrasi antara usaha mikro, kecil dan menengah, sehingga dapat eksis dan mampu berkembang secara mandiri dan optimal. Pendekatan pemberdayaan terhadap UMKM mempunyai arah dan orientasi yang berbeda-beda sesuai karakteristiknya yaitu (Ambarini, 2017):

a. Fokus Usaha Mikro, kepada penanggulangan pengangguran, kemiskinan, gender, kesenjangan dan keadilan untuk mengakses sumber daya produktif b. Usaha Kecil, difokuskan kepada dorongan untuk

mewujudkan ketangguhan usaha kecil dan terbukanya investasi kepada mereka serta penumbuhan kemandirian dan kemampuan berkiprah di Pasar c. Usaha Menengah, difokuskan kepada pertumbuhan

dan kemampuan mengakses pasar ekspor.

Undang- Undang No. 31 Tahun 2004 perubahan Undang- Undang No. 45 Tahun 2009 tentang Perikanan. “Asas berkelanjutan” adalah asas yang secara terencana mengupayakan berjalannya proses pembangunan melalui pemberdayaan UMKM yang dilakukan secara berkesinambungan sehingga terbentuk perekonomian yang tangguh dan mandiri. Sedangkan “asas berwawasan lingkungan” adalah asas pemberdayaan UMKM yang dilakukan dengan tetap memperhatikan dan mengutamakan perlindungan dan pemeliharaan lingkungan hidup.

3

(9)

2.2. Aspek Lingkungan

Aspek ini berkaitan erat dengan keadaan lingkungan sekitar. Dimana dalam kegiatan ini lingkungan sekitar budidaya akan berdampak baik itu dampak positif maupun negatif. Dampak negatif terhadap lingkungan sekitar dari adanya kegiatan ini adalah karena menghasilkan produk akhir berupa limbah B3. Dampak negatif yang ditimbulkan ini tentunya harus memiliki sebuah solusi agar nantinya tidak menyebabkan kerugian yang besar dilingkungan sekitar tempat budidaya.

2.3. Aspek Teknis dan Teknologi

Pada aspek teknis dan teknologi dilakukan melalui beberapa tahapan sebagai berikut ini :

Persiapan budidaya

Persiapan dalam budidaya bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan produktivitas lahan. Kegiatan ini mencakup berbagai aspek, termasuk persiapan sarana budidaya, biosekuriti, serta penyediaan wadah dan media pemeliharaan. Sarana budidaya dalam teknologi budidaya udang intensif melibatkan beberapa komponen penting, termasuk penggunaan kincir, penyediaan sumber tenaga listrik, dan penggunaan sarana penunjang lainnya. Tahap persiapan wadah pemeliharaan udang melibatkan beberapa kegiatan, termasuk pengeringan tambak, pembersihan tambak, dan perbaikan plastik HDPE (Putra et al., 2023).

Pemeliharaan Udang Vaname Penebaran Benur

Penebaran benur merupakan tahap penting dalam budidaya udang vaname. Pada penelitian ini, benur ditebar pada petak dengan kriteria tertentu, seperti memiliki gerakan aktif, warna transparan, tubuh bersih, dan mendapatkan rekomendasi sebagai benur bebas patogen (Spesific Pathogen Free).

Pengelolaan Pakan

Proses pemeliharaan udang pada fase awal (DOC 1-30 hari) menggunakan metode blind feeding. Pengontrolan pakan dilakukan melalui anco, yang merupakan perangkat yang digunakan untuk mengontrol dan mengukur seberapa lama pakan dikonsumsi oleh udang. Metode pemberian pakan yang berbeda sesuai dengan usia udang merupakan praktik umum

4

(10)

dalam budidaya udang intensif. Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan nutrisi dan ukuran mulut udang yang berubah seiring pertumbuhannya.

Aplikasi Probiotik

Probiotik tidak hanya diterapkan sebelum dimulainya aktivitas produksi, tetapi juga digunakan secara berkala selama proses budidaya berlangsung.

Pergantian Air dan Pemberian Kapur

Proses penggantian air dilakukan setelah udang mencapai usia lebih dari 30 hari dan dilaksanakan berdasarkan kondisi media pemeliharaan yang ada.

Panen dan Pascapanen

Panen udang vaname dilakukan ketika mencapai usia 100 hari. Hasil panen udang pertama-tama dimasukkan ke dalam bak yang berisi air es, bertujuan untuk menjaga kesegaran udang tersebut. Selanjutnya, udang ditiriskan dan dikenai proses sortasi untuk memastikan ukurannya seragam.

2.4 Aspek Pasar dan Pemasaran

Aspek pasar digunakan sebagai indikator seberapa besar peluang dan permintaan pasar konsumsi udang saat ini dan di masa yang akan datang. Untuk mengetahui peluang atau permintaan pasar, perlu diketahui tingkat permintaan pasar di masa lalu, sekarang, dan masa depan. Aspek pasar dikatakan layak jika memiliki peluang pasar dimana permintaan lebih besar dari penawaran. Keberhasilan dalam menjalankan bisnis membutuhkan strategi pemasaran dan kajian yang cermat terhadap aspek pasar (Nuriansyah & Maulana, 2023).

Menurut (Kotler & Armstrong, 2016) dalam (Utomo et al., 2022) untuk melaksanakan segmentasi pasar, segmentasi geografis dilakukan berdasarkan wilayah, ukuran kota, kepadatan, iklim dan lainnya.

2.5 Aspek Keuangan dan Finansial

Aspek keuangan dan finansial pada praktikum kelayakan bisnis ini dilakukan dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut ini :

5

(11)

Analisis Kelayakan usaha (R/C Ratio )

R/C Ratio merupakan analisis yang membagi antara penerimaan produksi hasil tangkapan dengan total biaya yang dikeluarkan dalam usaha penangkapan ikan selama periode tertentu (Kahala et al., 2024).

R/C ratio = TR/TC Keterangan:

R/C Ratio : Kelayakan Usaha

TR (Total Revenue) : Total pendapatan (Rp) TC (Total Coast) : Total Biaya (Rp)

Payback periode

Analisis payback period digunakan untuk dapat menghitung waktu yang diperlukan oleh net benefit untuk mengembalikan seluruh biaya investasi yang telah digunakan untuk kegiatan usaha perikanan. Menurut Umar (2000) dalam (Kahala et al., 2024) rumus yang digunakan sebagai berikut :

PP Ratio = I /LB×1 tahun Keterangan :

PP : Payback Period

I : Modal awal/ Investasi (Rp) LB : Keuntungan (Rp)

6

(12)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Aspek hukum

Pada usaha budidaya udang vaname ini menganut peraturan yang menjadi acuan seperti pada Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 mengenai peranan yang penting dan strategis dalam pembangunan perekonomian nasional, terutama dalam meningkatkan perluasan kesempatan kerja, pemerataan pendapatan, dan peningkatan taraf hidup bangsa pada umumnya, nelayan kecil, pembudi daya ikan kecil, dan pihak- pihak pelaku usaha di bidang perikanan dengan tetap memelihara lingkungan, kelestarian, dan ketersediaan sumber daya ikan. Serta Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 berfokus pada upaya pemberdayaan yang lebih terintegrasi antara usaha mikro, kecil dan menengah, sehingga dapat eksis dan mampu berkembang secara mandiri dan optimal.

Dalam pendirian usaha legalitas sangat penting. Legalitas ini sebagai salah satu bukti bahwa usaha yang dijalankan ini telah diakui dan memiliki izin usaha. Budidaya ini juga telah memiliki izin dalam pendirian usaha dengan diperolehnya akta notaris. Tak hanya itu usaha budidaya udang vaname ini juga telah mendapatkan sertifikat cara budidaya yang baik.

3.2. Aspek Lingkungan

Usaha budidaya ini pada dasarnya memiliki dampak terhadap lingkungan. Dampak tersebut bisa berbentuk positif dan juga negatif. Dampak positif tentunya akan bermanfaat sekali bagi masyarakat seperti nantinya ada lapangan pekerjaan dan lain sebagainya. Sedangkan dampak negatif yang ditimbulkan ini juga harus dicari solusi agar tidak merugikan ligkungan sekitar tempat budidaya.

Dampak negatif usaha budidaya udang vanname ini hanya menghasilkan limbah berupa air yang telah tercampur dengan sisa pakan dan kotoran udang. Namun, hal ini tidak merugikan masyarakat sekitar dengan memantau limbah budidaya.

Penerapan IPAL dapat mendegradasi atau melarutkan sekitar 20–30% limbah budidaya. Penerapan IPAL dapat dilakukan dengan menyediakan satu petak bak penampung limbah untuk tiga petak budidaya udang vannamei. Waduk menyesuaikan dengan karakteristik lahan. Waduk 40–50%

dari luas tambak yaitu 1:1, dimana satu waduk untuk satu tambak, atau bisa juga dengan perbandingan 40% inlet

7

(13)

reservoir, 30% pond, dan 30% UPL. Kemudian menyaring limbah budidaya di kolam pembuangan sebanyak tiga kali dan mengendapkannya selama 4-5 hari, setelah itu baru dialirkan ke sungai (Nuriansyah & Maulana, 2023).

3.3 Aspek Teknis dan Teknologi Persiapan budidaya

Persiapan dalam budidaya bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan produktivitas lahan. Kegiatan ini mencakup berbagai aspek, termasuk persiapan sarana budidaya, biosekuriti, serta penyediaan wadah dan media pemeliharaan. Sarana budidaya dalam teknologi budidaya udang intensif melibatkan beberapa komponen penting, termasuk penggunaan kincir, penyediaan sumber tenaga listrik, dan penggunaan sarana penunjang lainnya. Kincir memiliki peran penting dalam budidaya udang intensif, khususnya dalam penyediaan oksigen terlarut ke dalam media pemeliharaan. Selama periode pemeliharaan udang pada tahap awal (day of culture, DOC) dari hari ke-1 hingga hari ke- 59 di satu petak tambak, digunakan dua unit kincir. Sementara itu, selama periode DOC dari hari ke-60 hingga masa panen, digunakan tiga unit kincir. Penggunaan kincir ini bertujuan untuk mencapai beberapa tujuan penting, seperti menciptakan homogenitas dalam kondisi air, mengurangi stratifikasi suhu, dan menciptakan aliran air yang terfokus pada daerah pusat saluran pembuangan. Hal ini bertujuan untuk memudahkan proses pembuangan bahan organik seperti sisa pakan dan kotoran udang, sehingga menjaga kebersihan lingkungan pemeliharaan.

Tahap persiapan wadah pemeliharaan udang melibatkan beberapa kegiatan, termasuk pengeringan tambak, pembersihan tambak, dan perbaikan plastik HDPE. Proses pengeringan tambak dilakukan dengan mengosongkan air panen yang masih tersisa di petakan tambak menggunakan pompa menuju area pembuangan. Pengeringan ini bertujuan untuk mempermudah pembersihan tambak dari lumut, tritip, dan lumpur yang dapat mengganggu kualitas perairan. Lumut dan tritip yang tidak dibersihkan dapat menjadi tempat penumpukan zat organik, sedangkan lumpur dapat merusak kualitas perairan. Pengeringan tambak dilakukan dengan memanfaatkan sinar matahari.

8

(14)

Setelah pengeringan, pembersihan tambak dilakukan dengan menggunakan sapu lidi dan bilah bambu. Sapu lidi digunakan untuk membersihkan lumut dan sisa-sisa kotoran, sedangkan bilah bambu digunakan untuk menghilangkan tritip yang menempel pada plastik HDPE. Dinding dan dasar tambak digosok menggunakan waring kemudian dibilas menggunakan air bersih.

Pemeliharaan Udang Vaname Penebaran Benur

Penebaran benur merupakan tahap penting dalam budidaya udang vaname. Pada penelitian ini, benur ditebar pada petak dengan kriteria tertentu, seperti memiliki gerakan aktif, warna transparan, tubuh bersih, dan mendapatkan rekomendasi sebagai benur bebas patogen (Spesific Pathogen Free).

Pengelolaan Pakan

Proses pemeliharaan udang pada fase awal (DOC 1-30 hari) menggunakan metode blind feeding. Pengontrolan pakan dilakukan melalui anco, yang merupakan perangkat yang digunakan untuk mengontrol dan mengukur seberapa lama pakan dikonsumsi oleh udang. Setelah fase awal, yaitu saat DOC >30 hari, metode pemberian pakan berubah menjadi metode sampling, di mana pakan diberikan berdasarkan hasil perhitungan dari sampel udang. Frekuensi pemberian pakan adalah sekitar 4-5 kali sehari. Hal ini bertujuan untuk melatih kebiasaan makan udang dan memastikan mereka mendapatkan asupan pakan yang cukup. Dosis pemberian pakan disesuaikan dengan berat udang, dengan persentase pemberian sekitar 3-5% dari berat udang per hari (feeding rate).

Metode pemberian pakan yang berbeda sesuai dengan usia udang merupakan praktik umum dalam budidaya udang intensif. Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan nutrisi dan ukuran mulut udang yang berubah seiring pertumbuhannya.

Pakan serbuk atau powder diberikan saat DOC 1-20 hari, butiran kecil atau crumble (DOC 21-40 hari), pelet halus (DOC 41-79 hari), dan pelet (DOC >80 hari). Pemberian pakan powder dan crumble berbeda dengan pelet. Sebelum ditebar, pakan powder dan crumble terlebih dahulu dilarutkan dengan air agar pemberian secara merata dan tidak terbawa angin sedangkan pemberian pakan pelet dengan menebar langsung ke tambak. Kincir dimatikan 5 menit sebelum pemberian pakan dan 15 menit setelah pemberian pakan agar pakan tidak

9

(15)

terbawa arus kincir dan udang mudah dalam mengonsumsi pakan sedangkan saat DOC >30 hari pemberian pakan pada malam hari, kincir tidak dimatikan karena tingkat konsumsi oksigen udang tergantung pada usia pemeliharaan.

Aplikasi Probiotik

Probiotik tidak hanya diterapkan sebelum dimulainya aktivitas produksi, tetapi juga digunakan secara berkala selama proses budidaya berlangsung. Pemberian ini dilakukan setiap dua hari sekali dengan dosis sebesar 1 mg/L. Jenis dan jumlah bakteri probiotik yang digunakan sama dengan yang telah digunakan sebelum awal budidaya. Probiotik diberikan pada pagi hari setelah pemberian pakan dan diencerkan terlebih dahulu dalam air karena berbentuk padat, kemudian disebar merata ke permukaan tambak. Penggunaan probiotik telah terbukti memberikan dampak positif pada tingkat kelangsungan hidup udang.

Pergantian Air dan Pemberian Kapur

Proses penggantian air dilakukan setelah udang mencapai usia lebih dari 30 hari dan dilaksanakan berdasarkan kondisi media pemeliharaan yang ada. Tindakan ini diperlukan karena media pemeliharaan yang mengandung terlalu banyak zat organik terlarut dapat mengakibatkan penurunan kualitas air.

Penggantian air menjadi langkah yang diperlukan untuk memperbaiki kualitas media pemeliharaan..

Monitoring Kesehatan

Selama berlangsungnya penelitian, dilakukan pengawasan secara berkala, ini dilakukan sebelum dan setelah pemberian pakan. Secara umum, udang yang dipelihara pada penelitian menunjukkan tanda-tanda kesehatan, seperti aktivitas yang aktif, respons positif terhadap arus, cahaya, bayangan, dan sentuhan, insang yang jernih, tubuh yang bersih, serta organ tubuh yang lengkap dan tidak mengalami keropos.

Panen dan Pascpanen

Panen udang vaname dilakukan ketika mencapai usia 100 hari. Hasil panen udang pertama-tama dimasukkan ke dalam bak yang berisi air es, bertujuan untuk menjaga kesegaran udang tersebut. Selanjutnya, udang ditiriskan dan dikenai proses sortasi untuk memastikan ukurannya seragam. Setelah tahap sortasi selesai, dilakukan penimbangan untuk mengukur biomassa udang yang telah dihasilkan. Setelah proses

10

(16)

penimbangan, udang diangkut menggunakan mobil bak.

Sebelumnya, udang ditempatkan dalam bak fiber yang telah diisi dengan es balok untuk memastikan kesegaran udang tetap terjaga selama transportasi (Putra et al., 2023).

3.4 Aspek Pasar dan Pemasaran

Dalam menjalankan pemasaran ini usaha budidaya yang dilakukan mengacu pada 4p :

1. Product

Jenis produk yang ditawarkan adalah hasil dari budidaya yaitu udang vaname

2. Price

Harga yang ditawarkan adalah harga yang sesuai dengan harga dipasaran. Harga tersebut sudah diperhitungkan dengan mempertimbangkan beberapa aspek.

3. Place

Konsumen yang menginginkan produk hasil budidaya ini dapat menjumpai secara langsung diarea budidaya.

4. Promosi

Merupakan cara yang dilakukan guna menarik perhatian konsumen agar tertarik dengan produk kita.

Penjualan udang di BBI Tambaksogra dilakukan melalui semi online, sehingga segmentasi geografisnya luas tidak hanya di daerah sekitar BPPP Bitung saja mengingat penjualan secara semi online dapat diakses dimanapun seseorang berada. Strategi promosi yang digunakan oleh BBI Tambaksogra yaitu Direct Marketing (Penjualan Langsung).

Jenis promosi ini merupakan hubungan langsung dengan sasaran konsumen dengan tujuan untuk memperoleh tanggapan segera dan membina hubungan yang baik dengan konsumen. Strategi promosi yang dilakukan oleh BBI Tambaksogra dilakukan sebelum kegiatan pemanenan sehingga produk yang dijual selalu habis karena pembeli dapat memesan sebelum waktu panen melalui internet dengan memanfaatkan media sosial seperti Facebook, Instagram, Tiktok serta Whatsapp.

11

(17)

3.5 Aspek Keuangan dan Finansial

Aspek keuangan dan finanial dalam sebuah usaha sangatlah berpengaruh terhadap keberlangsungan usaha yang dijalankan.

Dalam menjalankan usaha tentunya banyak sekali biaya-biaya yang harus dikeluarkan. Biaya-biaya yang dikeluarkan tersebut harus diperhatikan agar nantinya tidak mempengaruhi finansial usaha yang dijalankan. Aspek keuangan pada usaha budidaya ini berisi tootal biaya yang meliputi biaya tetap serta biaya variabel.

Sedangkan untuk dapat mengetahui bagaimana kelayakan suatu usah ini dapat dilihat dari nilai payback period dan lainnya.

3.6. Kelayakan Keuangan dan Finansial 3.6.1. Biaya Investasi

Tabel 3.6.1 Tabel Biaya Investasi No. Keterangan kuantita

s

Satua n

Harga Satuan

Jumlah

Biaya Investasi

1. Kincir 2 unit Rp.

6.000.000

Rp.

12.000.000

2 Tali Kincir 1 Roll Rp.

1.500.000

Rp.

1.500.000

3 Jaring 1000 meter Rp. 10.000 Rp.

10.000.000 4 Pipa 4 Iinch 25 meter Rp. 200.000 Rp.

12

(18)

5.000.000

5 Ember Pakan 5 pcs Rp. 50.000 Rp. 250.000

6 Timbangan 2 unit Rp.

`150.000

Rp. 300.000

7 Selang 50 meter Rp. 20.000 Rp.

1.000.000

8 Ancho 10 unit Rp. 60.000 Rp. 600.000

9 Tangga Ancho

3 unit Rp. 300.000 Rp. 900.000

10 Keranjang 4 unit Rp. 100.000 Rp. 400.000 11 Terpal HDPE 600 meter Rp. 25.000 Rp.

1.500.000

12 Roda 1 HP 20 pcs Rp.

2.000.000

Rp.

40.000.000

13 Pompa Air 20 buah Rp.

7.000.000

Rp.

140.000.000

14 Genset 3 buah Rp.

8.000.000

Rp.

24.000.000

15 pH Meter 2 unit Rp. 200.000 Rp. 400.000

13

(19)

16 DO Meter 1 unit Rp.

5.000.000

Rp.

5.000.000 17 Refractormet

er

1 unit Rp.

2.000.000

Rp.

2.000.000 18 Jala Lempar 1 unit Rp. 300.000 Rp. 300.000

19 Scopenet 2 unit Rp. 50.000 Rp. 100.000

Total Biaya Investasi

Rp.

245.250.000

Total biaya investasi tersebut sebesar Rp. 245.250.000 tersebut digunakan untuk modal awal dalam pembuatan kolam budidaya dengan luas 15 x 20 meter sebanyak 4 kolam.

3.6.2 Total Biaya

Tabel 3.6.2 Total Biaya

No. Keterangan kuantita s

Jumlah Umur

Ekonomi s (thn)

Depresiasi (Rp)

14

(20)

Biaya Depresiasi

1. Kincir 2 Rp.

12.000.000

5 2.400.000

2 Tali Kincir 1 Rp. 1.500.000 1 1.500.000

3 Jaring 1000 Rp.

10.000.000

2 5.000.000

4 Pipa 4 Iinch 25 Rp. 5.000.000 5 1.000.000

5 Ember Pakan 5 Rp. 250.000 1 250.000

6 Timbangan 2 Rp. 300.000 5 60.000

7 Selang 50 Rp. 1.000.000 4 250.000

8 Ancho 10 Rp. 600.000 1 600.000

9 Tangga Ancho

3 Rp. 900.000 1 900.000

10 Keranjang 4 Rp. 400.000 1 400.000

11 Terpal HDPE 600 Rp. 1.500.000 5 300.000

12 Roda 1 HP 20 Rp.

40.000.000

5 8.000.000

13 Pompa Air 20 Rp. 5 2.800.000

15

(21)

140.000.000

14 Genset 3 Rp.

24.000.000

5 4.800.000

15 pH Meter 2 Rp. 400.000 1 400.000

16 DO Meter 1 Rp. 5.000.000 2 2.500.000

17 Refractormet er

1 Rp. 2.000.000 2 1.000.000

18 Jala Lempar 1 Rp. 300.000 1 300.000

19 Scopenet 2 Rp. 100.000 1 100.000

Total Biaya Depresiasi

Rp.

32.960.000

16

(22)

No. Keterangan kuantita s

Satua n

Harga Satuan

Jumlah

Biaya Tetap

1 Internet 1 Tahun Rp.

2.400.000

Rp.

2.400.000 2 Gaji

Karyawan

3 orang Rp.

72.000.000

Rp.

72.000.000

3 Biaya

Perawatan

Rp.

7.000.000

4 Biaya

Depresiasi

Rp.

32.960.000

Total Biaya Tetap

Rp.114.360.

000

Biaya Variabel

1. Benur 3 Siklus Rp.

15.000.000

Rp.

15.000.000

2 Pakan 500 Kg Rp. 20.000 Rp.

10.000.000

3 Kapur 10 embe Rp. 100.000 Rp.

17

(23)

r 1.000.000

4 Kaporit 5 embe

r

Rp 50.000 Rp.250.000

5 Listrik 1 Bulan Rp.

1.500.000

Rp.

1.500.000

Total Biaya Variabel

Rp.

27.750.000

3.6.3 Penerimaan dari penjualan

Tabel 1.6.3 Pendapatan Pendapatan Jumlah

(kg)

Harga Satuan

Total

Siklus 1 1.500 Rp. 70.0000 Rp. 105.000.000 Siklus 2 1.600 Rp. 70.0000 Rp. 112.000.000 Siklus 3 1.700 Rp. 70.0000 Rp. 119.000.000 Total 1 tahun 4.800 Rp. 336.000.000

3.6.4.BEP

BEP Harga = biaya tetap

1 – (biaya variabel/pendapatan)

= 114.360.000

1 – (27.750.000/336.000.000)

= 114.360.000 1 – (0,083)

18

(24)

= 114.360.000 0,917

= 124.711.014

BEP Satuan = BEP Penjualan Harga satuan

= 124.711.014 70.000

= 1.782 kg

Jadi, BEP harga dari usaha budidaya udang vaname ini sebesar Rp. 124.711.014 sedangkan pendapatan budidaya ini sebesar Rp. 336.000.000 sehingga dalam usaha budidaya ini telah mencapai titik impas. Sedangkan untuk BEP satuan usaha budidaya ini sebesar 1.782 kg sedangkan hasi dari budidaya yang dihasilkan sebanyak 4.800 kg halini berarti bahwa usaha ini telah mencapai titik impas.

3.6.5 Analisis Kelayakan Usaha R/C ratio = TR/TC

= 336.000.000/142.110.000

= 2,36 3.6.6 Payback Periode

PP Ratio = I /LB×1 tahun

= 245.250.000/193.890..000 X 1 TAHUN

= 1,26

19

(25)

Artinya bahwa budidaya yang dijalankan dapat mengembalikan modalyang digunakan dalam waktu 1 tahun 3 bulan.

20

(26)

Tabel 3.6.6 Analsis Financial

21

No Keterangan Bayar (Rp)

1 Penerimaan 336.000.000

2 Total biaya (tetap

+variabel) 142.110.000

3 Pendapatan /Keuntungan

(LB) 193.890.000

4 R/C Ratio 2,36

5 B/C Ratio 1,26

6 BEP Harga 124.711.014

7 BEP unit 1.782

(27)

IV. PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang dilakukan disimpulkan bahwasannya upaya budidaya udang vaname ini sangat menjanjikan hal ini dapat dilihat dari aspek-aspek yang terlibat didalamnya seperti :

1. Aspek Hukum

Dari aspek hukum usaha ini layak dijalankan. Hal ini dapat dilihat pada izin usaha yang telah didapat oleh usaha budidaya ini. Dengan adanya izi yang diberikan maka usaha ini telah menjalankan hukum-hukum yang berlaku yang berkaitan dengan budidaya perikanan.

2. Aspek Lingkungan

Pada aspek lingkungan usaha ini telah layak dilaksanakan.

Hal dapat dilihat dari resiko yang timbul dari adanya budidaya ini yaitu limbah air. Namun dengan adanya dampak tersebut telah dicarikan bagaimana solusi untuk mengatasinya.

3. Aspek Teknis dan Teknologi

Dalam aspek teknik dan teknologi, budidaya udang vaname ini telah layak untuk dijalankan. Hal ini dapat dilihat dari persiapan budidaya hingga pasca panen dilakukan secara urut dengan memperhatikan kebersihan, keselamatan,

22

(28)

serta memanfaatkan teknologi-teknologi yang semakin canggih.

4. Aspek Pasar dan Pemasaran

Dalam aspek pemasaran, usaha budidaya ini layak untuk dijalankan. Dengan menggunakan metode penjualan semi online ini akan lebih efisien karena bagi mereka yang kurang update terhadap teknologi mereka bisa mendapatkan produk melalui pembelian secara langsng ditempat budidaya. Sedangkan untuk menarik perhatian masayrakat luas usaha ini telah melakukan penjualan yang dilakukan secara online melalui media sosial yang lebih banyak digunakan masayrakat saat ini.

5. Aspek Keuangan dan Finansial

Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan usaha budidaya udang vaname ini telah layak dalam aspek finansial. Hal ini dapat dilihat dari keuntungan yang didapat selama budiday yang dilakukan selama 1 tahun. Dalam perhitungan payback periode usaha budidaya ini layak karena usaha budidaya ini dapat mengembalikan modal yang digunakan selama 1 tahun 3 bulan.

4.2. Saran

Usaha budidaya yang dijalankan ini telah layak untuk dijalankan. Akan tetapi dalam hal tempat penjualan perl dibenahi.

Akan lebih baik jika terdapat suatu tempat yang digunakan seacra khusus untuk menaruh hasil panen dan tempat tersebut juga digunakan dalam proses transaksi jualbeli hasil panen.

23

(29)

DAFTAR PUSTAKA

Afandi, A., Fausayana, I., Abdullah, W. G., & Dahlan, J. (2024).

Analisis Risiko Budidaya Tambak Udang Vaname (Litopenaeus Vannamei) Di Desa Panggoosi Kecamatan Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan. INNOVATIVE: Journal Of Social Science Research, Volume 4 N, 1–16.

Ambarini, N. S. B. (2017). Implementasi Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 Dalam Pengembangan Usaha Perikanan Berkelanjutan. Supremasi Hukum Jurnal Penelitian Hukum, 26 No. 2, 32–50.

Januar, R., Anandito, R. H., Aswangga, T. A., & Abednego, H.

(2024). Perlindungan Hukum Terhadap UMKM di Tengah Persaingan Pasar yang Terus Berkembang. JMA (Jurnal Media Akademik), 2 No. 1, 1661–1679.

Kahala, H., Adipu, Y., & Ngabito, M. (2024). ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI DI KECAMATAN DUHIADAA KABUPATEN POHUWATO. Vol. 7 No., 65–71.

Nuriansyah, M., & Maulana, H. A. (2023). Studi Deskriptif Analisis Kelayakan Udang Vaname Di Tempat Plastik Desa Teluk Pambang. Seminar Nasional Industri dan Teknologi Politeknik Negeri Bengkalis, 617–628.

Putra, A., Yumna, A. S., Alfiazh, & Tria, A. (2023). ANALISIS ASPEK TEKNIS DAN FINANSIAL BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DALAM SISTEM INTENSIF.

Journal Perikanan, 13 (3), 703–718.

Sasvia, H. (2019). Penegakan Hukum Perikanan di Wilayah Laut Indonesia. Jurnal Unnes Lex Scientia Law Review, 3 No. 2, 227–234.

Utomo, S. R., Rantung, S. V., Sondakh, S. J., Andaki, J. A., &

Rarung, L. K. (2022). ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA UDANG VANAME (LITOPENAEUS VANNAMEI) (Studi Kasus di Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan Bitung). AKULTURASI_jurnal ilmiah agrobisnis perikanan, Vol. 10 No, 62–74.

24

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) menganalisis tingkat kelayakan usaha produksi DILA sebagai alat pembuat saluran drainase pada budidaya tebu lahan kering berdasarkan aspek

Ruang Lingkup Studi Kelayakan ( Feasibility Study ) suatu Rumah Sakit meliputi pembahasan Analisis Lingkungan/ Situasi Kecenderungan Aspek Internal dan Eksternal,

Faktor pendukung yang ketiga adalah aspek finansial dalam usaha budidaya polikultur udang dan bandeng di Kecamatan Pasekan, Kabupaten Indramayu berdasarkan dari

 Besar ukuran pasar potensial produk multi tools mencakup tiga provinsi besar di Indonesia meliputi Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah dengan spesifikasi lanjutan

Studi ini dimaksudkan untuk menganalisa secara jelas dan detail semua aspek-aspek dari segala bidang guna mencari tahu kelayakan dan manfaat bagi masyarakat dalam

Untuk dapat mengetahui kelayakan dari rencana pengembangan usaha Maya Rolet maka dilakukan analisis kelayakan yang meliputi analisis aspek pasar, aspek teknis, aspek

Serengan, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57154 HP 085951602038 E-mail: [email protected] Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan bisnis pada usaha

Usaha-usaha peningkatan kesehatan masyarakat yang telah dilakukan oleh pemerintah kecamatan melalui Puskesmas di Desa Datar Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas, meliputi: berusaha