MAKALAH
Fungsi Dan Menejemen Lembaga Zakat
Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah:
MENEJEMEN ZISWAF
Dosen Pembimbing: Bpk M. Ibnu Afrelian M. H
Disusun oleh:
Muthoharoh NPM: 21010008
PRODI HUKUM KELUARGA ISLAM
SEKOLAH TINGGI ILMU SYARI’AH(STIS) DARUSY SYFA’AH LAMPUNG TENGAH
T.A 1445 H/2024 M
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya. Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
Wassalamualaikum.wr.wb.
Kotagajah, 10 February 2024
Muthoharoh.
ii
DAFTAR ISI COVER
KATA PENGANTAR... ii
DAFTAR ISI... iii
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang... 1
B. Rumusan Masalah... 1
BAB II PEMBAHASAN... 2
A. Manajemen lembaga Zakat... 2
B. Penghimpunan zakat... 2
C. Pengelolaan Zakat... 5
D. Prinsip-Prinsip Pengelolaan Zakat... 5
E. Pembagian Zakat... 6
F. Pengembangan dan Pemberdayaan Mustahik... 6
G. Peningkatan Kesadaran Berzakat... 6
H. Pembangunan Infrastruktur Sosial... 7
I. Pengawasan dan Akuntabilitas... 7
BAB III PENUTUP... 8
A. Kesimpulan... 8 DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Zakat merupakan kewajiban setiap Muslim yang telah memenuhi syarat untuk mengeluarkan sebagian harta kekayaannya untuk diberikan kepada mustahik. Dalam menjalankan ibadah zakat ini, kita memerlukan adanya lembaga pengelola zakat yang bertugas mengumpulkan, mengelola, dan mendistribusikan zakat kepada yang berhak menerimanya. Seiring dengan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat, lembaga pengelola zakat di Indonesia terus mengalami perkembangan dan peningkatan kualitas.
Dengan adanya lembaga pengelola zakat yang baik, diharapkan zakat bisa tepat sasaran dan memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat.
Pada paragraf ini, mari kita bahas pengertian dan peran lembaga pengelola zakat di Indonesia. Lebih jauh dari itu, kita akan melihat secara detail mengenai kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh lembaga pengelola zakat
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan menejemen lembaga zakat?
2. Bagaimana penghimpunan zakat berlangsung?
2
BAB II PEMBAHASAN A. Manajemen lembaga Zakat
Menejemen lembaga zakat merupakan suatu pola perencanaan, pengelolaan, pendistribusian serta pengawasan dana dalam bidang zakat sesuai dengan syariat
Islam. Tujuannya yaitu agar lebih terstruktur dan tersalurkan secara merata bagi orang yang benar-benar membutuhkan.
Lembaga pengelola zakat memiliki beberapa fungsi yang sangat penting dalam
menjalankan tugasnya. Berikut adalah beberapa fungsi lembaga pengelola zakat di Indonesia:
B. Penghimpunan zakat
Fungsi utama lembaga pengelola zakat adalah mengumpulkan zakat dari masyarakat.
Lembaga ini bekerja untuk menghimpun dana zakat dari muzakki dengan metode yang transparan dan profesional. Penghimpunan zakat adalah kegiatan menghimpun dana dan mempengaruhi calon muzakki, baik perseorangan maupun badan usaha, agar menyalurkan dana zakat, infak, dan sedekahnya kepada Lembaga Pengelola Zakat.1
1. Tujuan Penghimpunan Zakat
Ada beberapa tujuan dalam penghimpunan zakat, yaitu sebagai berikut.
a. Tujuan dari penghimpunan zakat adalah menghimpun dana. Menghimpun dana merupakan tujuan penghimpunan zakat yang paling mendasar. Dana yang
dimaksud adalah dana zakat maupun dana operasi pengelolaan zakat. Termasuk dalam pengertian dana adalah barang atau jasa yang memiliki nilai material. Tujuan inilah yang paling pertama dan utama dalam pengelolaan zakat dan ini pula yang
menyebabkan mengapa dalam pengelolaan zakat, penghimpunan zakat harus dilakukan.
b. Tujuan dari penghimpunan zakat adalah menghimpun muzakki atau menambah calon muzakki. Untuk dapat menambah jumlah donasi, maka ada dua cara yang dapat ditempuh, yaitu mendambah donasi dari setiap muzakki atau menambah jumlah muzakki baru. Diantara kedua pilihan tersebut, maka menambah muzakki adalah cara yang relatif lebih mudah dari pada menaikkan jumlah donasi dari setiap muzakki.
Dengan alasan ini maka, mau tidak mau penghimpunan dari waktu ke waktu juga harus berorientasi dan berkonsentrasi penuh untuk terus menambah jumlah muzakki.
1 Ahmad Furqon, Manajemen Zakat, Semarang: CV Karya Abadi Jaya, 2015 h. 36
c. Tujuan dari penghimpunan zakat adalah menghimpun volunteer dan pendukung.
Seseorang atau sekelompok orang yang telah berinteraksi dengan
aktifitas penghimpunan yang dilakukan oleh sebuah Organisasi Pengelola Zakat, jika memiliki kesan yang positif dan bersimpati terhadap lembaga tersebut dapat menjadi simpatisasn dan pendukung lembaga meskipun mereka tidak menjadi muzakki.
d. Tujuan penghimpunan zakat adalah untuk meningkatkan atau membangun citra lembaga. Penghimpunan adalah garda terdepan yang menyampaikan informasi dan berinteraksi dengan masyarakat. Hasil informasi dan interksi ini akan membentuk citra lembaga dalam benak khalayak. Citra ini dirancang sedemikian rupa sehingga dapat memberikan dampak positif. Dengan citra ini setiap orang akan menilai lembaga. Jika yang ditujukkan adalah citra yang positif, maka dukungan dan simpati akan mengalir dengan sendirinya terhadap lembaga.2
e. Tujuan penghimpunan zakat adalah untuk memuaskan muzakki. Tujuan ini begitu penting karena akan berpengaruh terhadap niali donasi yang akan diberikan kepada lembaga. Mereka akan mendonasikan dananya kepada lembaga secara berulang-ulang, bahkan menginformasikan kepuasannya terhadap lembaga secara positif kepada orang lain.
2. Tahapan-tahapan Penghimpunan
Agar calon muzakki terpengaruh dan mau memberikan dananya kepada Organisasi Pengelola Zakat, maka Organisasi Pengelola Zakat perlu melakukan beberapa hal yang merupakan tahapan-tahapan dalam strategi penghimpunan zakat, yaitu:
a. Penentuan segmen dan target muzakki. Penentuan segmen dan target muzakki dimaksudkan untuk memudahkan amil melaksanakan tugas penghimpunan zakat.
Pengenalan terhadap calon muzakkidiperlukan untuk memperoleh gambaran tentang perilaku berderma calon muzakki. Dengan adanya identifikasi dan penentuan segmen muzakki mempermudah strategi penghimpunan dan dapat memiliki database muzakki.
b. Penyiapan sumber daya dan sistem operasi. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyiapan sumber daya manusia dan sistem operasi yaitu sebagai berikut: (i) menyusun dan membenahi sumber daya manusia yang memiliki moral yang tepat; (ii) memilih pengurus-pengurus organisasi zakat yang memiliki komitmen dan kompetensi untuk
2 Furqon, Manajemen... h. 38-39
4
mengembangkan organisasi zakat utamanya dalam mengelola dan mensosialisasikan visi dan misi organisasi zakat; (iii) membangun sistem dan prosedur yang baik, hal tersebut dapat mendukung terpenuhinya standarisasi operasional dan menghindari penyimpangan, serta membuat dokumentasi dengan baik; serta (iv) mengadakan pelatihan bagi pengurus organisasi zakat.
c. Membangun sistem komunikasi. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membangun sistem komunikasi harus menekankan pada pembangunan database, yaitu mereka yang memenuhi kriteria sebagai muzakki utama akan menjadi sasaran kegiatan komunikasi.
Membangun sistem komunikasi permanen yang memungkinkan masyarakat mengetahui apa yang dilakukan organisasi zakat secara utuh, dapat dilakukandengan cara sebagai berikut: (i) membuat atau memilih media yang tepat untuk mengkomunikasikan secara efektif dan efisien, seperti buletin organisasi yang lebih representatif dan lengkap agar memuat informasi yang lebih banyak; (ii) melakukan proses komunikasi secara tepat dan teratur, seperti komunikasi mingguan dan komunikasi bulanan; (iii) melakukan kerjasama media massa, baik dengan koran, radio ataupun stasiun televisi lokal maupun nasional.
d. Menyusun dan melakukan sistem pelayanan. Menyusun dan melakukan pelayanan dilakukan dengan tetap mengacu pada target dan segmen muzakki utama, sehingga dapat disusun dengan bentuk pelayanan yang lebih tepat untuk mereka. Pelayanan tersebut antara lain: (i) pelayanan secara individu di mana individu yang bersangkutan membayar zakat via ATM; (ii) pelayanan melalui layanan jemput bayar zakat.3
e. Penggunaan metode fundraising (penghimpunan). Ada dua metode yang dapat
dilakukan dalam penghimpunan dana zakat, infaq, dan shadaqah, yaitu langsung (direct fundraising) dan tidak langsung (indirect fundraising).
3. Metode Penghimpunan Zakat
a. Metode Penghimpunan Langsung (Direct Fundraising). Yang dimaksud dengan metode ini adalah metode yang menggunakan teknik-teknik atau cara-cara yang melibatkan partisipasi muzakki secara langsung. Yaitu bentuk-bentuk penghimpunan dimana proses
3 Abu bakar HM dan Muhammad, Manajemen Organisasi Zakat, Malang: Madani, 2011. h. 96
interaksi dan daya akomodasi terhadap respon muzakki bisa seketika (langsung) dilakukan. Dengan metode ini apabila dalam diri muzakki muncul keinginan untuk melakukan donasi setelah mendapatkan promosi dari fundraiser lembaga, maka segera dapat melakukan dengan mudah karena semua kelengkapan informasi yang diperlukan untuk melakukan donasi sudah tersedia. Sebagai contoh dari metode ini adalah: direct mail, direct advertising, directmail electronic, seperti faksimile, email, voicemail, mobile mail: sms, mms, dan presentasi langsung.
b. Metode Penghimpunan Tidak Langsung (Indirect Fundraising). Metode ini adalah suatu metode yang menggunakan teknik-teknik atau cara-cara yang tidak melibatkan
partisipasi muzakki secara langsung. Yaitu bentuk-bentuk penghimpunan dimana tidak dilakukan dengan memberikan daya akomodasi langsung terhadap respon muzakki seketika. Metode ini misalnya dilakukan dengan metode promosi yang mengarah kepada pembentukan citra lembaga yang kuat, tanpa diarahkan untuk transaksi donasi pada saat itu. Sebagai contoh dari metode ini adalah: advertorial, image company dan penyelenggaraan event, melalui perantara, menjalin relasi, melalui referensi, dan mediasi para tokoh.
C. Pengelolaan Zakat
Dalam Undang-Undang (UU) No.38 Tahun 1999 dinyatakan bahwa “Pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap pengumpulan dan pendistribusian serta pendayagunaan zakat”. Agar LPZ dapat berdaya guna, maka pengelolaan atau manajemennya harus berjalan dengan baik.
Setelah dana zakat terkumpul, lembaga pengelola zakat bertugas untuk mengelolanya dengan baik. Hal ini mencakup pencatatan, penetapan besaran zakat yang harus diberikan, serta pengelolaan keuangan yang profesional.
D. Prinsip-Prinsip Pengelolaan Zakat
Dalam pengelolaan zakat terdapat beberapa prinsip-prinsip yang harus diikuti dan ditaati agar pengelolaan dapat berhasil sesuai yang diharapkan, diantaranya :
1. Prinsip Keterbukaan, artinya dalam pengelolaan zakat hendaknya dilakukan secara terbuka dan diketahui oleh masyarakat umum.
2. Prinsip Sukarela, artinya bahwa dalam pemungutan atau pengumpulan zakat hendaknya senantiasa berdasarkan pada prisip sukarela dari umat Islam yang menyerahkan harta zakatnya tanpa ada unsur pemaksaan atau cara-cara yang dianggap sebagai suatu
6
pemaksaan. Meskipun pada dasarnya ummat Islam yang enggan membayar zakat harus mendapat sangsi sesuai perintah Allah.
3. Prinsip Keterpaduan, artinya dalam menjalankan tugas dan fungsinya harus dilakukan secara terpadu diantara komponen-komponen yang lainnya.
4. Profesionalisme, artinya dalam pengelolaan zakat harus dilakukan oleh mereka yang ahli dibidangnya., baik dalam administrasi, keuangan dan sebaginya.
5. Prinsip Kemandirian, prinsip ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari prinsip
prefesionalisme, maka diharapkan lembaga-lembaga pengelola zakat dapat mandiri dan mampu melaksanakan tugas dan fungsinya tanpa perlu menunggu bantuan dari pihak lain.
E. Pembagian Zakat
Lembaga pengelola zakat memiliki tanggung jawab untuk mendistribusikan zakat tersebut kepada mustahik yang memenuhi syarat. Fungsi ini dilakukan dengan memastikan bahwa zakat diberikan kepada yang berhak menerimanya, sehingga manfaat dari zakat bisa dirasakan oleh orang-orang yang membutuhkan.
Istilah distribusi itu sendiri berasal dari bahasa Inggris, khususnya disebarluaskan yang memiliki arti penting peredaran, sejauh pengangkutan itu berarti pengangkutan, penyebaran, atau pengangkutan ke beberapa kelompok atau tempat. kemudian dibagikan ke bidang lain seperti pembagian sembako buat masyarakat, dan lain-lain (Nasution et al., 2020).
Pengelolaan penyaluran dana zakat artinya fungsi berasal kegiatan pengawasan Badan zakat.
buat mencapai tujuan dilakukanlah distribusi (mengembangkan, distribusi) hal ini dibagikan ke sejumlah orang serta kawasan.
Ada 3 prinsip yang harus diingat waktu menggunakan zakat: pertama, ditujukan buat delapan Asnaf, kedua, manfaat zakat yang bermanfaat yang dirasakan warga serta yang ketiga, orang yang membutuhkan pangan (konsumsi serta produksi). Zakat memegang kontribusi yang cukup besar membantu strategis untuk memerangi kekurangan dalam segi ekonomi atau peningkatan pendapatan masyarakat (Nofi et al., 2015).
F. Pengembangan dan Pemberdayaan Mustahik
Selain membagikan zakat kepada mustahik, lembaga pengelola zakat juga memiliki fungsi untuk mengembangkan dan memberdayakan mustahik agar dapat mandiri. Hal ini dilakukan dengan memberikan pelatihan, bantuan modal usaha, serta pendampingan untuk membantu mustahik keluar dari kondisi ketergantungan.
G. Peningkatan Kesadaran Berzakat
Lembaga pengelola zakat juga memiliki fungsi mengedukasi dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya berzakat serta tatalaksana yang baik dalam
berzakat. Fungsi ini dilakukan melalui sosialisasi, publikasi, dan pembuatan program-program yang dapat memotivasi masyarakat untuk berzakat secara rutin serta transparan.
H. Pembangunan Infrastruktur Sosial
Lembaga pengelola zakat juga ikut serta dalam pembangunan infrastruktur sosial seperti pembangunan rumah, masjid, sekolah, dan fasilitas umum lainnya. Fungsi ini dilakukan untuk memperbaiki kondisi kehidupan masyarakat secara menyeluruh, sehingga zakat tidak hanya memberikan manfaat pribadi tetapi juga manfaat sosial bagi umat Islam.
I. Pengawasan dan Akuntabilitas
Lembaga pengelola zakat bertanggung jawab untuk melakukan pengawasan dan akuntabilitas terhadap pengelolaan dan penyaluran zakat. Hal ini dilakukan melalui pemeriksaan independen, audit, serta laporan keuangan yang transparan agar masyarakat dapat melihat dengan jelas bagaimana dana zakat yang terkumpul dikelola secara efektif dan menguntungkan.
8
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan
Dalam Undang-Undang (UU) No.38 Tahun 1999 dinyatakan bahwa “Pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap pengumpulan dan pendistribusian serta pendayagunaan zakat”. Agar LPZ dapat berdaya guna, maka pengelolaan atau manajemennya harus berjalan dengan baik.
Setelah dana zakat terkumpul, lembaga pengelola zakat bertugas untuk mengelolanya dengan baik. Hal ini mencakup pencatatan, penetapan besaran zakat yang harus diberikan, serta pengelolaan keuangan yang profesional.
Lembaga pengelola zakat memiliki tanggung jawab untuk mendistribusikan zakat tersebut kepada mustahik yang memenuhi syarat. Fungsi ini dilakukan dengan memastikan bahwa zakat diberikan kepada yang berhak menerimanya, sehingga manfaat dari zakat bisa dirasakan oleh orang-orang yang membutuhkan.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohammad Daud, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, Jakarta: UI Press,2006.
Al-zuhayly, Wahbah, Zakat Kajian Berbagai Mazhab, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995.
Ash-Shiddieqy, Muhammad Hasbi, Pedoman Zakat, Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 1997.
Hafidhuddin, Didin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, Jakarta: Gema Insani Press, 2002.
Maghfiroh, Mamluatul, Zakat, Yogyakarta: PT Pustaka Insan Madani, 2007.
Qardawi, Yusuf, Hukum Zakat, Terjemah: Salman Harun, dll, Jakarta: PT Pustaka Litera AntarNusa, 2007.