• Tidak ada hasil yang ditemukan

Galuh Ajeng Widaswara 13103241067

N/A
N/A
Fitroh Satrio

Academic year: 2023

Membagikan "Galuh Ajeng Widaswara 13103241067"

Copied!
181
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Diagnosis Permasalahan Kelas

Kemampuan anak tunanetra kelas 1 SLB A Yaketunis yang berusia diatas 5 tahun dalam memakai pakaian belum berkembang. Penggunaan metode pelatihan dan reward belum optimal digunakan dalam pengajaran berpakaian pada anak tunanetra.

Fokus Masalah

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Bagi guru, penelitian ini memberikan informasi salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan berpakaian siswa tunanetra. Bagi para orang tua, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran di rumah untuk mengajarkan cara berpakaian pada anak tunanetra.

KAJIAN TEORI

Pengertian Anak Tunanetra

Menurut Barraga, 1983 (dalam Wardani dkk., anak tunanetra adalah anak yang mempunyai gangguan penglihatan yang mengakibatkan terganggunya prestasi belajar dan tidak berkembang secara maksimal, sehingga harus ada adaptasi khusus terhadap komponen pembelajaran. Oleh karena itu, anak tunanetra memerlukan pelayanan khusus dalam hal ini. kegiatan pembelajaran seperti alat dan penyesuaian komponen pembelajaran agar anak dapat memahami materi yang dipelajarinya dan mengembangkan kinerja belajar secara optimal.

Karakteristik Anak Tunanetra

Kondisi mata yang tidak berfungsi juga seharusnya meninggalkan anak tunanetra dengan ciri-ciri ketergantungan pada orang lain. Anak tunanetra yang tidak mempunyai kelainan kognitif mempunyai kemampuan kognitif yang sama dengan anak normal.

Keterbatasan anak tunanetra

Berdasarkan pendapat tersebut, anak tunanetra diketahui memiliki keterbatasan dalam pengalaman yang didapat akibat gangguan fungsi mata. Dan yang terakhir, akibat tunanetra, anak tunanetra mempunyai keterbatasan dalam melakukan komunikasi sosial atau berinteraksi dengan lingkungan.

Prinsip Pembelajaran Anak Tunanetra

Dari pendapat para ahli di atas, maka prinsip pembelajaran anak tunanetra selanjutnya dapat diuraikan sebagai berikut. Prinsip konkrit merupakan prinsip pengajaran pada anak tunanetra yang memperhatikan peran serta peserta didik dalam kehidupan nyata.

Kajian Bina Diri Berpakaian

  • Pengertian Berpakaian
  • Kemampuan Berpakaian Anak Tunanetra
  • Tata Cara Berpakaian Anak Tunanetra

Berdasarkan pendapat di atas, kemampuan berpakaian pada anak tunanetra adalah kemampuan anak untuk mandiri dalam mengenakan pakaian sehari-hari tanpa bantuan orang lain. Sebagai anak tunanetra, anak tunanetra memerlukan perhatian khusus saat melatih keterampilan berpakaiannya.

Kajian Metode Latihan

  • Pengertian Metode Latihan
  • Langkah-langkah metode latihan
  • Kelebihan dan kekurangan metode latihan

Melalui metode pelatihan ini dapat dibentuk kebiasaan yang akan meningkatkan ketepatan pelaksanaan suatu tugas dan meningkatkan kecepatan pelaksanaannya. Sedangkan kelemahan metode pelatihan adalah: a) dapat menghambat inisiatif; b) terkadang latihan dilakukan berulang kali;.

Keterkaitan Metode Latihan dengan Kemampuan Berpakaian Anak

Kajian Reward

  • Pengertian Reward
  • Fungsi Reward
  • Bentuk-bentuk Reward
  • Kelebihan dan Kelemahan Reward

Keuntungan menggunakan reward adalah siswa dapat mengembangkan kemampuannya lebih baik lagi karena termotivasi oleh reward. Kemudian kelemahan dari reward adalah penggunaan reward dapat menimbulkan sikap buruk pada siswa apabila pemberiannya tidak terkontrol.

Teori Behavioristik

Pemberian reward yang berlebihan dapat berdampak buruk bagi siswa yang menerimanya, seperti bersikap sombong karena menganggap dirinya lebih baik dari siswa lainnya. Dari uraian di atas terlihat bahwa dalam penelitian ini reward atau imbalan digunakan untuk memotivasi belajar siswa agar siswa mau meningkatkan keterampilan yang telah dimilikinya.

Penelitian yang Relevan

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek dan objek penelitian bukanlah kemampuan mengatur menstruasi pada anak autis, melainkan kemampuan berpakaian anak tunanetra. Oleh karena itu peneliti berharap dengan menggunakan metode pelatihan dan reward juga dapat meningkatkan kemampuan berpakaian anak tunanetra kelas I di SLB A Yaketunis.

Kerangka Berpikir

  • Pertanyaan Penelitian

Metode pelatihan pada penelitian ini juga bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pengembangan diri pada anak tunanetra yaitu kemampuan memakai baju. Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa metode pelatihan dan reward dapat digunakan untuk melatih keterampilan berpakaian anak tunanetra.

Gambar 1. Alur Kerangka Berpikir Peningkatan Kemampuan Berpakaian  Melalui Metode Latihan dan Reward  pada Anak Tunanetra
Gambar 1. Alur Kerangka Berpikir Peningkatan Kemampuan Berpakaian Melalui Metode Latihan dan Reward pada Anak Tunanetra

METODE PENELITIAN

Waktu Penelitian

Deskripsi Tempat Penelitian

Agung Stars Guest House, sebelah selatan berbatasan dengan SD Muhammadiyah Danunegaran, sebelah barat berbatasan dengan rumah warga. Mewujudkan siswa SLB A Yaketunis Yogyakarta yang sehat, berprestasi dan unggul, serta mewujudkan lulusan yang mandiri, kreatif, bermutu IPTEK berbasis IMTAQ. SLB A Yaketunis mempunyai tenaga kependidikan dan pegawai sebanyak 19 orang, terdiri dari guru non-tuna netra dan guru tunanetra.

Siswa di SLB A Yaketunis terdiri dari siswa tunanetra dan siswa cacat ganda. Siswanya juga terdiri dari siswa tunanetra total dan siswa low vision. Guru kelas membantu memberikan kritik dan saran terhadap instrumen penelitian dan RPP yang akan digunakan selama penelitian.

Subjek Penelitian dan Karakteristiknya

Tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan kemampuan pengembangan diri khususnya kemampuan membawa diri pada anak tunanetra (buta total), tidak mempunyai gangguan perkembangan intelektual dan mempunyai kemampuan berpakaian mandiri yang rendah dibawah KKM. Motorik halus subjek tidak ada kendala atau keterlambatan, hanya saja belum dilatih sehingga belum berkembang secara maksimal. Motorik kasar subjek cukup baik, subjek sudah mengetahui arah kanan, kiri, atas, bawah, depan dan belakang.

Sedangkan emosi subjek, subjek mampu menunjukkan emosi bahagia, subjek tertawa dan gembira ketika lagu yang disukainya diputar. Dari segi komunikasi subjek tidak mengalami kendala, subjek mampu menjawab pertanyaan yang diberikan dan dijawab dengan bahasa yang mudah dipahami oleh penanya. Ketika subjek memakan snack setelah makan, banyak sisa makanan yang menempel di tubuh dan subjek tidak mampu membersihkannya.

Prosedur Penelitian

Peneliti mengadakan diskusi dengan guru mengenai penelitian yang akan dilakukan dan memberikan penjelasan kepada guru mengenai rencana dan tindakan yang akan dilakukan. 9 Siswa dapat mengenali kerah baju 10 Siswa dapat memegang kerah pakaian 11 Siswa dapat meluruskan kerah pakaian. Pada pertemuan pertama materi yang diberikan adalah memakai baju sampai bisa memasukkan tangan ke dalam lubang.

Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai imbalan yang akan diterima siswa jika mampu menyelesaikan kegiatan tertentu pada hari ini. Siswa mendengarkan penjelasan guru bahwa pada hari ini akan diulang beberapa pelajaran berpakaian dan siswa diuji cara memakai pakaian secara mandiri. Hasil analisis tindakan pada siklus I dapat dijadikan dasar perbaikan dan dasar rancangan tindakan yang akan dilakukan pada siklus II.

Tabel 5. Target Perilaku yang diberikan Reward
Tabel 5. Target Perilaku yang diberikan Reward

Teknik Pengumpulan Data

Tes merupakan alat yang digunakan untuk mengukur kecerdasan seseorang (Tes Arikunto juga merupakan alat yang digunakan guru untuk mendapatkan informasi tentang siswa ditinjau dari materi yang diberikan oleh guru (Iskandarwadsid & Dadang Sunendar, 2010: 180) Dalam penelitian ini Tes unjuk kerja digunakan untuk mengukur derajat kemampuan anak dalam memakai pakaian, tes dilakukan sebelum pemberian tindakan (tes pra tindakan) dan setelah tes pasca tindakan yang dilakukan setelah akhir siklus.

Instrumen Penelitian

Imbalan diberikan apabila tindakan tersebut dilakukan secara mandiri (sesuai nilai 4) dan dengan bantuan baik verbal maupun nonverbal (sesuai nilai 3). Langkah-langkah pengembangan teknik penilaian hasil tes kemampuan Activity Daily Living pada anak tunanetra adalah sebagai berikut. Rentang skor yang diketahui digunakan untuk menentukan rentang skor, yang kemudian dimasukkan ke dalam kategori nilai.

Pedoman kategori tes Kemampuan Hidup Aktivitas Sehari-hari dalam memakai baju disesuaikan dengan nilai tinggi sebesar 48 dan nilai rendah sebesar 13.

Tabel 6. Kisi-kisi Pedoman Observasi Aktivitas Siswa
Tabel 6. Kisi-kisi Pedoman Observasi Aktivitas Siswa

Validitas Instrumen

  • Indikator Keberhasilan Tindakan

Teknik Analisis Data

4 Siswa mengetahui cara membuka kancing baju √. 5 Siswa mengetahui cara memasukkan tangan kanan ke dalam lubang kanan bajunya. Pada aspek ketiga yaitu aktif bertanya pada saat proses pembelajaran, siswa memperoleh nilai 1. Siswa cenderung diam dan tidak bertanya apa pun. Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran yaitu memakai kaos dan memberikan motivasi kepada siswa.

Siswa mendengarkan penjelasan guru bahwa pada pertemuan selanjutnya akan dilakukan pelatihan penuh yaitu memakai baju. Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran hari ini yaitu mengulang pelajaran terakhir yaitu memakai baju dan celana 5. Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran hari ini yaitu mengulang pelajaran terakhir yaitu memakai baju 5.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Kemampuan Siswa sebelum Tindakan

Sebelum melakukan tindakan, peneliti melakukan observasi untuk mengetahui karakteristik siswa dan kemampuan awalnya, serta melakukan wawancara dengan guru untuk memperoleh gambaran pembelajaran melalui aktivitas dan kehidupan sehari-hari. Pengumpulan data awal terkait pembelajaran Activity Daily Living dilakukan antara lain oleh PPL untuk mengetahui bagaimana pembelajaran Activity Daily Living di SLB A Yaketunis. Waktu pembelajaran Activity Daily Living hanya satu jam per minggu, sehingga materi yang disampaikan akan mudah terlupakan.

Peneliti melakukan pre-test untuk mengetahui keterampilan awal siswa pada topik Activity of Daily Living sebelum melakukan tindakan. 7 Siswa mampu menyejajarkan tepi bawah kemeja √ 8 Siswa mampu mengancingkan kemeja √ 9 Siswa mampu mengenali kerah kemeja. Kemudian dengan skor 3 siswa mampu menyelesaikan kegiatan mengidentifikasi bagian-bagian baju dan memegang kerah baju.

Tabel 9. Hasil Tes Kemampuan Awal Berpakaian
Tabel 9. Hasil Tes Kemampuan Awal Berpakaian

Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I

Dalam penelitian ini peneliti berperan sebagai guru yang melaksanakan kegiatan pembelajaran Activity Daily Living kelas I. Peneliti melaksanakan kegiatan pembelajaran Activity Daily Living materi berpakaian baju dengan menggunakan metode praktek dan reward. Guru : “Jadi setelah tangan masuk, langkah selanjutnya adalah menyesuaikan bagian tepi bawah baju, tahukah kamu di mana letak kelimannya?” Tes unjuk kerja dilakukan untuk mengukur kemampuan siswa pada mata pelajaran Aktifitas-Kehidupan Sehari-hari dalam memakai baju setelah melakukan tindakan dengan menggunakan metode bor dan reward ekonomi.

Oleh karena itu diperlukan siklus kedua untuk meningkatkan kemampuan aktivitas sehari-hari dalam kemampuan memakai baju. Peneliti melakukan evaluasi dengan menganalisis hasil tes kinerja dan observasi yang dilakukan selama siklus I. Berdasarkan hasil tes dan observasi tersebut dapat dipastikan bahwa kemampuan memakai baju siswa mengalami peningkatan.

Gambar 4. Grafik Perbandingan Nilai Pra Tindakan dan Siklus I
Gambar 4. Grafik Perbandingan Nilai Pra Tindakan dan Siklus I

Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II

Tindakan pada Siklus II dilaksanakan sebanyak 3 kali pertemuan, sama seperti pada Siklus I, dan pada pertemuan ketiga dilakukan post-test. Hasil tes kinerja yang dilakukan setelah tindakan pada Siklus II menunjukkan siswa tidak mencapai nilai 1 atau 2. Reward yang diperoleh sebelumnya hanya 50%, pada siklus II menjadi 100% apakah siswa dapat melakukan ke-12 aktivitas tersebut sambil mengenakan pakaian.

Hal ini terlihat dari peningkatan hasil belajar siswa pada siklus II dibandingkan siklus I. Hasil yang diperoleh siswa pada siklus I sebesar 72,91% dan mengalami peningkatan setelah adanya tindakan pada siklus II yaitu 89,58. Gambaran aktivitas siswa selama proses pembelajaran pada siklus II adalah siswa fokus ketika guru memberikan penjelasan pada saat pembelajaran.

Gambar 5. Grafik Perbandingan Nilai Pra Tindakan, Siklus I dan Siklus II  f.  Refleksi Tindakan II
Gambar 5. Grafik Perbandingan Nilai Pra Tindakan, Siklus I dan Siklus II f. Refleksi Tindakan II

Pembahasan

Wantah dan Mimin Casmini yaitu apabila siswa mampu melakukan langkah-langkah berpakaian yang meliputi mengenali baju, membuka kancing, memasukkan tangan ke dalam lubang baju, mengancingkan kembali, mengenali dan membetulkan kerah serta meluruskan baju jika baju tersebut tidak rapi . Materi pembelajaran disampaikan dengan metode latihan agar siswa mampu memahami materi yang disampaikan dan memberikan reward untuk memberikan motivasi belajar kepada anak. Penghargaan hanya diberikan apabila siswa mampu menunjukkan perilaku yang ditargetkan sehingga siswa termotivasi untuk mencapai tujuan.

Setelah mendengarkan penjelasan guru dan mengerjakan latihan di bawah bimbingan guru, siswa mampu melakukan kegiatan berpakaian luar dengan baju dan meluruskan baju. Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang token yang akan diperoleh siswa jika mampu melakukan aktivitas lebih banyak hari ini.

PENUTUP

Implikasi

Hal ini berimplikasi pada pemilihan metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran harus sesuai dengan kebutuhan siswa. Dengan cara ini diharapkan kedepannya guru dapat lebih kreatif dalam mengkolaborasikan metode dan mencari metode baru yang dapat dikolaborasikan agar penyampaian materi kepada siswa dapat terdistribusi dan diterima secara maksimal.

Saran

Gambar

Gambar 1. Alur Kerangka Berpikir Peningkatan Kemampuan Berpakaian  Melalui Metode Latihan dan Reward  pada Anak Tunanetra
Gambar 2. Proses penelitian tindakanKemmisdan Mc Taggart   dalam Wijaya Kusumah & Dedi Dwitagama (2012: 21)
Tabel 1. Waktu Pelaksanaan Penelitian  Tanggal
Tabel 2. Data Jumlah Ruang Pendidikan
+7

Referensi

Dokumen terkait

 Siswa di kumpulkan mendengarkan penjelasan dari guru tentang materi yang telah dilakukan/ diajarkan.  Memperbaiki tentang

 Siswa di kumpulkan mendengarkan penjelasan dari guru tentang materi yang telah dilakukan/ diajarkan.  Memperbaikai tentang

- Siswa di kumpulkan mendengarkan penjelasan dari guru tentang materi yang telah dilakukan/ diajarkan!. - Memperbaiki tentang

contoh penyelesaian soal aritmatika sosial dengan pendekatan pola latihan berjenjang  Guru memberikan latihan soal  Siswa mendengarkan penjelasan materi yang disampaikan

 Setelah mendengarkan penjelasan guru, siswa mampu menjelaskan cara merawat kebersihan badan dengan benar2.  Setelah mendengarkan penjelasan guru, siswa

Anak mendengarkan penjelasan guru tentang kegiatan belajar berkenaan dengan binatang yang hidup di air melalui voice note5. Anak mendengarkan penjelasan guru tentang menyayangi

Berbeda pada pembelajaran kelas kontrol, siswa hanya mendengarkan penjelasan atau pemberian materi dari guru, kemudian siswa mengerjakan soal latihan yang

a) Partisipasi siswa saat pembelajaran dimulai nampak, berbeda jika dibandingkan sebelum diadakan PTK siswa nampak tidak semangat dan kurang mendengarkan penjelasan guru. b)