• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Dini dan Status Gizi Usia 6-24 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Lombakasih Kabupaten Bombana - Repository Poltekkes Kendari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Gambaran Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Dini dan Status Gizi Usia 6-24 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Lombakasih Kabupaten Bombana - Repository Poltekkes Kendari"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian 1. Kondisi Geografis

Wilayah kerja Puskesmas Lombakasih meliputi Desa Pasare Apua, Lantari, Anugrah, Rarongkeu, Lombakasi, Kalaero, Langkowala, Watu-Watu dan Tinabite.

Dengan toatal jumlah penduduk 9.769 jiwa.

Gambar 3 Peta Wilayah

Gambar 3. Peta Batas Wilayah Kerja Puskesmas Lombakasih.

Luas wilayah kerja Puskesmas Lombakasih adalah 285,01 km², sebagian besar terdiri dari dataran rendah. Pemanfaatan tanah sebagai sawah, perkebunan, tambak, bangunan/ rumah, dan lain-lain.

(2)

48

Wilayah kerja Puskesmas Lombakasih meliputi keseluruhan wilayah Kecamatan Lantari Jaya, yang juga merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Bombana yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Kolaka Timur dan Konawe Selatan.

Dengan batas-batas wilayah administrasi sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kabupaten Konawe Selatan Sebelah Selatan : Kecamatan Rarowatu Utara

Sebelah Barat : Kecamatan Lantari Jaya dan Kolaka Timur Sebelah Timur : Selat Tiworo

Secara administrasi wilayah kerja Puskesmas Lombakasih mempunyai luas wilayah 285,01 km2 yang meliputi 9 Desa. Semua wilayah kerja Puskesmas Lombakasih dapat dijangkau dengan kendaraan roda dua dan roda empat, waktu tempuh dari Desa ke UPTD Puskesmas Lombakasih yang terdekat selama 10 menit dan yang terjauh selama 90 menit yakni Dusun Retenoea Tinabite dan Dusun Huakaea Lama Watu – Watu.

2. Keadaan Demografi

a. Jumlah dan Distribusi Penduduk

Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Lombakasih 9.769 Jiwa (2293 KK). Distribusi penduduk berdasarkan jenis kelamin di wilayah kerja Puskesmas Lombakasih secara lengkap dapat dilihat dalam tabel berikut :

(3)

49 Tabel 5

Distribusi jumlah penduduk berdasarkan Jenis Kelamin di wilayah kerja UPTD Puskesmas Lombakasih tahun 2022

No Desa/Kelurahan Jumlah Penduduk Jumlah

Laki– Laki Perempuan

1 LANTARI 753 663 1.416

2 ANUGRAH 671 591 1.263

3 PASARE APUA 493 434 927

4 RARONGKEU 465 410 875

5 LOMBAKASI 538 474 1.013

6 KALAERO 462 407 870

7 LANGKOWALA 606 534 1.140

8 WATU-WATU 623 549 1.171

9 TINABITE 582 513 1.094

JUMLAH 5.193 4.575 9.768

Sumber : Data Sekunder UPTD Puskesmas Lombakasih 2022 b. Profil Penduduk Pada Wilayah Puskesmas Lombakasih

Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Lombakasih tahun 2022, sebanyak 9.768 jiwa. Jumlah Penduduk terbanyak di Desa Lanatari yang berjumlah 1.146 jiwa, sedangkan yang terendah di Desa Kalaero yaitu 870 jiwa.

1). Kepadatan Penduduk

Kepadatan Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Lombakasih tahun 2022 adalah 343 jiwa/ Km2, dengan jumlah penduduk per KK rata-rata 4 orang.

(4)

50 2). Sex Ratio

Sex Ratio penduduk di wilayah kerja Puskesmas Lombakasih tahun 2022 bahwa jumlah penduduk Laki-laki lebih banyak, yaitu sejumlah 5.193 jiwa (53,2%) dibandingkan dengan jumlah penduduk Perempuan 4.575 jiwa (46,8%).

3). Struktur Penduduk Menurut Golongan Umur

Melalui data yang tersaji, dapat diketahui proporsi penduduk yang menjadi sasaran program dan pelayanan kesehatan. Jumlah kelompok umur tertinggi pada kelompok umur 5-9 tahun sejumlah 242 jiwa.

4). Keadaan Sosial Ekonomi

Mata pencaharian penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Lombakasih sebagian besar bekerja sebagai petani dan nelayan. Lantari Jaya dikenal sebagai daerah persawahan, dan Tambak ikan bandeng, dan yang terbaru ini terdapat perusahaan pengelola tebu . Kecamatan Lantari Jaya hamper seluruh wilayahnya menggunakan listrik PLN, tinggal desa tinabite masih menggunakan listrik tenaga surya dan satu dusun watu – watu yang belum menggunakan listrik PLN.

Penduduk di Kecamatan Lantari Jaya mayoritas pemeluk agama Islam.

5). Keadaan Pendidikan

- Penduduk berumur 15 tahun Keatas yang tidak bersekolah sejak dini didominasi oleh laki-laki dengan jumlah 3513 jiwa, dan perempuan 3115 jiwa.

Keadaan pendidikan di Kecamatan Lantari Jaya sebagian besar tidak bersekolah sejak dini, yakni laki – laki 3482 jiwa dan perempuan sebanyak 3082 jiwa.

(5)

51

- Persentase Pendidikan Tertinggi didominasi dengan masyarakat dengan pendidikan tingkat Sekolah Dasar, dengan jumlah (46,00%), sedangkan untuk penduduk yang tidak memiliki ijazah SD sejumlah (41,44%), tamat SMP (8,27%), tamat SMA (2,28%) jiwa,

3. Gambaran Umum Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengkajian data yaitu dengan mengambil data di buku posyandu balita di Puskesmas Lombakasih, kemudian peneliti memilah data yaitu mengambil data balita yang usianya 6-24 bulan sesuai dengan sasaran peneliti. Jumlah balita yang diambil sebanyak 44 balita sasaran Puskesmas Lombakasih. Sasaran balita yang diambil tidak hanya balita yang berstatus gizi baik, tetapi juga balita yang status gizi nya kurang sesuai dengan usia yang menjadi sasaran peneliti.

a. Umur Ibu

Karakteristik responden berdasarkan umur ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Lombakasih Kabupaten Bombana, sebagai berikut :

Tabel 6.

Umur Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Lombakasih Kabupaten Bombana

Umur n %

20 Tahun – 35 Tahun 35 79,6

>35 Tahun 9 20,4

Total 44 100

Berdasarkan karakteristik responden berdasarkan umur ibu diwilayah kerja Puskesmas Lombakasih Kabupaten Bombana menunjukkan bahwa dari 44 responden, terdapat 35 responden (79,4%) yang berumur 20 tahun – 35 tahun, 9 responden (30,4%) yang berumur >35 tahun.

(6)

52 b. Umur Ibu Pertama Kali Hamil

Karakteristik responden berdasarkan umur ibu pertama kali hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Lombakasih Kabupaten Bombana, sebagai berikut :

Tabel 7.

Umur Ibu Pertama Kali Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Lombakasih Kabupaten Bombana

Umur n %

< 20 Tahun 17 38,6

20 Tahun – 35 Tahun 27 61,4

Total 44 100

Berdasarkan karakteristik responden berdasarkan umur ibu pertama kali hamil diwilayah kerja Puskesmas Lombakasih Kabupaten Bombana menunjukkan bahwa dari 44 responden, terdapat 17 responden (38,6%) yang berumur <20 tahun, 27 responden (61,4%) yang berumur 20 tahun – 35 tahun.

c. Jumlah Anak

Karakteristik responden berdasarkan jumlah anak di Wilayah Kerja Puskesmas Lombakasih Kabupaten Bombana, sebagai berikut :

Tabel 8.

Jumlah Anak di Wilayah Kerja Puskesmas Lombakasih Kabupaten Bombana

Jumlah Anak n %

1 – 2 Anak 27 61,4

3 – 5 Anak 16 36,4

>5 Anak 1 2,3

Total 44 100

Berdasarkan karakteristik responden berdasarkan jumlah anak diwilayah kerja Puskesmas Lombakasih Kabupaten Bombana menunjukkan bahwa dari 44 responden, terdapat 27 responden (61,4%) yang mempunyai 1 – 2 anak, 16

(7)

53

responden (36,4%) yang mempunyai 3 – 5 anak – 35 tahun dan hanya 1 responden (2,3%) yang mempunyai >5 anak.

d. Pendidikan Terakhir Ibu

Karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Lombakasih Kabupaten Bombana, sebagai berikut :

Tabel 9.

Pendidikan Terakhir Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Lombakasih Kabupaten Bombana

Pendidikan Terakhir n %

SD 3 6,8

SMP 7 15,9

SMA 27 61,4

PT 7 15,9

Total 44 100

Berdasarkan karakteristik responden berdasarkan Pendidikan terakhir ibu diwilayah kerja Puskesmas Lombakasih Kabupaten Bombana menunjukkan bahwa dari 44 responden, dengan tamatan SD sebanyak 3 responden (6,8%), tamatan SMP sebanyak 7 responden (15,9%), tamatan SMA sebanyak 27 responden (61,4%) dan Perguruan Tinggi sebanyak 7 responden (15,9%).

e. Pekerjaan Ibu

Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Lombakasih Kabupaten Bombana, sebagai berikut :

(8)

54

Tabel 10.

Pekerjaan Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Lombakasih Kabupaten Bombana

Pekerjaan n %

IRT 31 70,4

WIRASWASTA 4 9,1

WIRAUSAHA 4 9,1

PNS 5 11,4

Total 44 100

Berdasarkan karakteristik responden berdasarkan pekerjaan ibu diwilayah kerja Puskesmas Lombakasih Kabupaten Bombana menunjukkan bahwa dari 44 responden, IRT 31 responden (70,4%), Wiraswasta sebanyak 4 responden (9,1%), Wirausaha sebanyak 4 responden (9,1%) dan PNS sebanyak 7 responden (11,4%).

f. Umur Anak

Karakteristik responden berdasarkan umur anak di Wilayah Kerja Puskesmas Lombakasih Kabupaten Bombana, sebagai berikut :

Tabel 11.

Umur Anak di Wilayah Kerja Puskesmas Lombakasih Kabupaten Bombana

Umur Anak n %

6 – 12 Bulan 19 43,2

13 – 18 Bulan 11 25

19 – 24 Bulan 14 31,8

Total 44 100

Berdasarkan karakteristik responden berdasarkan umur anak diwilayah kerja Puskesmas Lombakasih Kabupaten Bombana menunjukkan bahwa dari 44 responden, anak yang berusia 6 – 12 bulan sebanyak 19 responden (43,2%), berusia 13 – 18 bulan sebanyak 11 responden (25%), dan anak berusia 19 – 24 bulan sebanyak 14 responden (31,8%).

(9)

55 g. Jenis Kelamin Anak

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin anak di Wilayah Kerja Puskesmas Lombakasih Kabupaten Bombana, sebagai berikut :

Tabel 12.

Jenis Kelamin Anak di Wilayah Kerja Puskesmas Lombakasih Kabupaten Bombana

Jenis Kelamin n %

Laki-laki 22 50

Perempuan 22 50

Total 44 100

Berdasarkan karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin anak diwilayah kerja Puskesmas Lombakasih Kabupaten Bombana menunjukkan bahwa dari 44 responden, anak yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 22 responden (50%), dan berjenis kelamin perempuan sebanyak 22 responden (50%).

4. Analisis Univariat

a. Pola Pemberian MPASI

Karakteristik responden berdasarkan pola pemberian MPASI di Wilayah Kerja Puskesmas Lombakasih Kabupaten Bombana, sebagai berikut :

Tabel 13.

Pola Pemberian MPASI Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Lombakasih Kabupaten Bombana

Umur Anak n %

<6 Bulan 19 43,2

6 Bulan 23 52,3

>6 Bulan 2 4,5

Total 44 100

Berdasarkan karakteristik responden berdasarkan pola pemberian MPASI pada anak diwilayah kerja Puskesmas Lombakasih Kabupaten Bombana menunjukkan bahwa dari 44 responden, pemberian MPASI dini dengan usia <6 bulan sebanyak 19 responden (43,2%), pemberian MPASI tepat waktu dengan usia

(10)

56

6 bulan sebanyak 23 responden (52,3%), dan pemberian MPASI >6 bulan sebanyak 2 responden (4,5%).

b. Alasan Pemberian MPASI dini

Karakteristik responden berdasarkan alasan pemberian MPASI dini di Wilayah Kerja Puskesmas Lombakasih Kabupaten Bombana, sebagai berikut :

Tabel 14.

Alasan Pemberian MPASI Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Lombakasih Kabupaten Bombana

Alasan Pemberian n %

BB Kurang 6 13,6

Bayi Terlihat Lapar 7 15,9

Tidak Mau Makan 1 2,3

ASI kurang 4 9,1

Kebiasaan Keluarga 3 6,8

Tanpa Alasan 23 52,3

Total 44 100

Berdasarkan karakteristik responden berdasarkan alasan pemberian MPASI dini pada anak diwilayah kerja Puskesmas Lombakasih Kabupaten Bombana menunjukkan bahwa dari 44 responden, alasan pemberian MPASI dini karen BB anak kurang sebanyak 6 responden (13,6%), bayi terlihat lapar sebanyak 7 responden (15,9%), bayi tidak mau makan sebanyak 1 responden (2,3%), ASI ibu kurang sebanyak 4 responden (9,1%), kebiasaan keluarga sebanyak 3 responden (6,8%) dan tidak memiliki alas an karena memberikan MPASI tepat waktu sebanyak 23 responden (52,3%).

c. Jenis Pemberian MPASI

Karakteristik responden berdasarkan jenis pemberian MPASI di Wilayah Kerja Puskesmas Lombakasih Kabupaten Bombana, sebagai berikut :

(11)

57

Tabel 15.

Jenis Pemberian MPASI Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Lombakasih Kabupaten Bombana

Jenis Makanan n %

Bubur Saring 14 31,8

Bubur Tim 5 11,4

Pisang 13 29,5

Nasi Lembek 1 2,3

Bubur Instan 11 25

Total 44 100

Berdasarkan karakteristik responden jenis MPASI pada anak diwilayah kerja Puskesmas Lombakasih Kabupaten Bombana menunjukkan bahwa dari 44 responden, anak mengkonsumsi bubur saring sebanyak 14 responden (31,8%), bubur tim sebanyak 5 responden (11,4%), pisang sebanyak 13 responden (29,5%), nasi lembek sebanyak 1 responden (2,3%) dan bubur instan sebanyak 11 responden (25%).

d. Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian MPASI

Karakteristik responden berdasarkan pengetahuan ibu tentang pemberian MPASI di Wilayah Kerja Puskesmas Lombakasih Kabupaten Bombana, sebagai berikut :

Tabel 16.

Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian MPASI Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Lombakasih Kabupaten Bombana

Tingkat Pengetahuan n %

Kurang 18 40,9

Cukup 4 9,1

Baik 22 50

Total 44 100

Berdasarkan karakteristik responden berdasarkan tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian MPASI pada anak diwilayah kerja Puskesmas Lombakasih Kabupaten Bombana menunjukkan bahwa dari 44 responden, tingkat pengetahuan

(12)

58

kurang sebanyak 18 responden (40,9%), tingkat pengetahuan cukup sebanyak 4 responden (9,1%), dan tingkat pengetahuan baik sebanyak 22 responden (50%).

e. Status Gizi Anak Berdasarkan Indikator Berat Badan Menurut Umur

Karakteristik responden berdasarkan berat badan menurut umur ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Lombakasih Kabupaten Bombana, sebagai berikut :

Tabel 17.

Status Gizi Anak Berdasarkan Indikator Berat Badan Menurut Umur di Wilayah Kerja Puskesmas Lombakasih Kabupaten Bombana

BB/U n %

Gizi Kurang 15 34.1

Gizi Baik 23 52,3

Gizi Lebih 6 13,6

Total 44 100

Berdasarkan karakteristik responden status gizi anak berdasarkan indikator berat badan menurut umur diwilayah kerja Puskesmas Lombakasih Kabupaten Bombana menunjukkan bahwa dari 44 responden, anak dengan gizi kurang sebanyak 15 responden (34,1%), gizi baik sebanyak 23 responden (52,3%), dan gizi lebih sebanyak 6 responden (13,6%).

f. Status Gizi Berdasarkan Indikator Panjang Badan/ Tinggi Badan Menurut Umur Karakteristik responden berdasarkan panjang badan/tinggi badan menurut umur di Wilayah Kerja Puskesmas Lombakasih Kabupaten Bombana, sebagai berikut :

(13)

59

Tabel 18.

Status Gizi Anak Berdasarkan Indikator Panjang Badan/Tinggi Badan Menurut Umur di Wilayah Kerja Puskesmas Lombakasih

Kabupaten Bombana

PB/U atau TB/U n %

Pendek 13 29,9

Normal 22 50

Tinggi 9 20.1

Total 44 100

Berdasarkan karakteristik responden status gizi anak berdasarkan indikator Panjang badan/tinggi badan menurut umur diwilayah kerja Puskesmas Lombakasih Kabupaten Bombana menunjukkan bahwa dari 44 responden, anak pendek sebanyak 13 responden (29,9%), normal sebanyak 22 responden (50%), dan tinggi sebanyak 9 responden (20,1%).

g. Status Gizi Berdasarkan Indeks Massa Tubuh Menurut Umur

Karakteristik responden berdasarkan indeks massa tubuh di Wilayah Kerja Puskesmas Lombakasih Kabupaten Bombana, sebagai berikut :

Tabel 19.

Status Gizi Anak Berdasarkan IMT Menurut Umur di Wilayah Kerja Puskesmas Lombakasih Kabupaten Bombana

IMT/U n %

Sangat Kurus 2 4,5

Kurus 13 29,5

Normal 20 45,5

Gemuk 9 20,5

Total 44 100

Berdasarkan karakteristik responden status gizi anak berdasarkan indeks massa tubuh menurut umur diwilayah kerja Puskesmas Lombakasih Kabupaten Bombana menunjukkan bahwa dari 44 responden, terdapat anak yang sangat kurus

(14)

60

sebanyak 2 responden (4,5%), kurus sebanyak 13 responden (29,5%), normal sebanyak 20 responden (45,5%), dan gemuk sebanyak 9 responden (20,5%)

B. Pembahasan

1. Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Dini pada Balita Usia 6-24 Bulan Dari hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Lombakasih diperoleh hasil bahwa dari 44 ibu, sebanyak 23 responden (52,3%) mulai memberikan MP-ASI pada bayi usia 6 bulan. Bayi yang berumur <6 bulan sudah diberikan MP-ASI dini sebesar 43,2%. Kemungkinan hal ini disebabkan karena adanya tradisi masyarakat secara turun temurun yang masih kuat dalam hal bahwa bayi rewel itu terlihat lapar, ASI ibu kurang dan bayi yang gemuk itu sehat sehingga MP-ASI cepat diberikan meski bayi masih berumur < 6 bulan. Dan terdapat pemberian MP-ASI pada bayi

>6 bulan dikarenakan bayi tidak mau makan sesuai tekstur pemberian MP-ASI sesuai usia anak tersebut.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Lidia Fitri & Ernita tahun 2019 yang menemukan bahwa terdapat hubungan bermakna antara pemberian ASI eksklusif dan MPASI dini dengan kejadian stunting pada balita di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Sidomulyo Pekanbaru. Pemberian MP-ASI terlalu dini yang dilakukan oleh ibu-ibu balita dikarenakan terhentinya pemberian ASI eksklusif dan persepsi yang muncul dari ibu bahwa ASI tidak cukup dan ASI tidak lancar keluar sehingga anak rewel. Akhirnya ibu memberikan makanan tambahan ke anak.

Pemberian MP-ASI yang terlalu dini ini akan berdampak terhadap kejadian infeksi yang tinggi seperti diare, infeksi saluran nafas, alergi hingga gangguan pertumbuhan karena system pencernaan bayi masih belum berfungsi dengan sempurna.

(15)

61

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masih banyak ibu yang masih belum memahami betapa pentingnya memberikan ASI eksklusif saja hingga bayi berusia 6 bulan. Dan betapa berbahayanya memberikan MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan. Pada saat bayi masih berusia 0 – 6 bulan, pemberian ASI saja sudah cukup.

karena dari hasil penelitian jumlah komposisi ASI masih mencukupi untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi apabila ASI diberikan secara tepat dan benar sampai bayi berusia enam bulan, sehingga pemberian makanan dan mi numan selain ASI akan memungkinkan protein maupun kuman dapat masuk ke dalam usus bayi (Rahmawati, 2004).

Hasil penelitian ini juga didapatkan bahwa rata-rata rata-rata ibu mulai memberikan MP-ASI untuk pertama kali pada bayinya adalah saat bayi berusia 4 bulan dan 5 bulan. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Chairani (2013) yang menyatakan bahwa pemberian makanan diberikan pada umur bayi yang bervariasi yaitu pada umur 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan dan 5 bulan. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Penelitian Fikawati dan Syafiq (2003) dalam Nelvi (2004), menemukan kegagalan pelaksanaan ASI Ekslusif telah dimulai sejak 3 hari pertama kelahiran, yaitu lebih dari 80% responden yang tidak ASI ekslusif 4 bulan, telah memberikan makanan/minuman prelakteal dalam tiga hari pertama kepada bayinya.

Pemberian makanan tambahan pada usia dini dapat menimbulkan gangguan pada pencernaan sepeti diare, muntah, dan sulit buang air besar, menyebabkan banyak infeksi, kenaikan berat badan (obesitas), dan alergi terhadap salah satu zat gizi yang terdapat dalam makanan.

(16)

62

World Health Organization (2020) menambahkan, bayi yang mendapatkan makanan pendamping ASI sebelum berusia enam bulan akan mempunyai resiko 17 kali lebih besar mengalami diare dan 3 kali lebih besar kemungkinan terkena infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dibandingkan bayi yang hanya mendapat ASI eksklusif dan mendapatkan MP ASI dengan tepat waktu (Hidayatullah., dkk, 2021).

Hal diatas sesuai dengan penelitian Nurastrini, 2013. Bahwa Jenis MP-ASI Dan Waktu Pertama Kali Pemberian MP-ASI Sebagai Faktor Resiko Kejadian Gizi Lebih Pada Bayi Usia 0-6 Bulan. Penelitian Lestari, (2012)menunjukan bahwa anak yang diberikan ASI ekslusif dan MPASI sesuai usianya maka memiliki tumbuh kembang dan status gizi yang baik. Sebaliknya hasil penelitian (Indriani, 2011;

Bakrie Luage 2014; Wagiana, Risa. 2014) menemukan bahwa pemberian MPASI dini mengakibatkan penyakit infeksi. Apabila kita tinjau dari peraturan pemerintah no.33 tahun 2012 bahwa pemberian ASI telah disahkan, pemberian asi sampai 6 bulan saja tanpa ada tambahan apapun kecuali indikasi medis. Selain itu pemerintah pun sudah mencanagkan banyak program edukasi untuk meningkatkan capaian ASI Eklusif. Oleh karena itu diperlukan upaya melibatkan peran masyarakat dan orang tua dalam mencegah pemberian MP ASI sejak lahir (Arsyati, Rahayu, 2019)

Hasil penelitian ini juga menunjukan pemberian makanan diberikan sejak 4 bulan, dengan jenis makanan pisang 29,5%, bubur saring 31,8%, bubur tim 11,4%, nasi lembek 2,3% dan bubur instan 25%. Alasan ibu memberikan MPASI dini adalah menambah berat badan (13,6%), agar anak tidak lapar (15,9%), anak tidak mau makan (2,3%), karena ASI saja tidak akan cukup (9,1%), kebiasaan keluarga

(17)

63

(6,8%), dan 52,3% Ibu yang tidak mempunyai alasan dikarenakan memberikan anak MP-ASI sesuai ketepatan waktu makan anak.

Berdasarkan alasan-alasan yang diungkapkan oleh ibu tergambar jelas bahwa ada anggapan yang masih keliru tentang manfaat dari pemberian MP-ASI yang sebenarnya. Sepertinya anggapan tentang manfaat pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang 6 bulan masih sangat melekat pada sebagian besar masyarakat.

Sehingga disini perlu ada pelurusan lagi mengenai anggapan ibu yang salah terkait paraktek pemberian MP-ASI selama ini, termasuk menjelaskan tentang bagaimana berbahayanya memberikan MP-ASI dini pada bayi. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa ibu yang mempunyai tingkat pengetahuan yang kurang sebesar 40,9%.

Pengetahuan ibu yang kurang dalam hal memenuhi status gizi bayi ini kemungkinan disebabkan oleh ibu-ibu mempunyai jenjang pendidikan yang rendah (tidak sekolah/tamat SD) serta disebabkan oleh ibu-ibu kebanyakan hanya berdiam diri dirumah (tidak bekerja) sehingga kurang mendapatkan informasi - informasi penting mengenai kesehatan.

Status pekerjaan Ibu juga dapat mempengaruhi dalam pemberian MP-ASI dini. Ibu yang tidak bekerja lebih berisiko dalam pemberian MP-ASI dini. Hal ini disebabkan karena ibu-ibu hanya berdiam diri dirumah sehingga ibu–ibu tidak mendapatkan informasi mengenai kesehatan disusul masih kuatnya pengaruh sosial budaya yang masih kental dalam hal bayi yang cepat diberi makan akan gemuk, dan gemuk itu sehat (Septiani Winda, 2014).

Akan tetapi, penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Padang (2007) yang menyatakan pendidikan ibu tidak ada hubungannya dengan pemberian MP- ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan. Penelitian padang sejalan dengan hasil

(18)

64

penelitian Alam (2003) menyatakan bahwa ibu yang berpendidikan tinggi biasanya banyak kesibukan di luar rumah, sehingga cenderung sering meninggalkan bayinya.

Sedangkan ibu yang berpendidikan rendah lebih banyak di rumah dan cenderung lebih mempunyai kesempatan untuk menyusui bayinya.

Pendidikan pada satu sisi mempunyai dampak positif yaitu ibu semakin mengerti akan pentingnya pemeliharaan kesehatan termasuk pemberian ASI eksklusif, tetapi di sisi lain, pendidikan yang semakin tinggi juga akan berdampak adanya perubahan nilai-nilai sosial seperti adanya anggapan bahwa menyusui bayi dianggap tidak modern dan dapat menpengaruhi bentuk payudara ibu (Mangkat, dkk, 2016). Selain itu, semakin tinggi pendidikan dapat menimbulkan kekhawatiran terhadap kemungkinan bayi menderita kurang gizi tertentu karena konsentrasinya dalam ASI menurun jumlahnya sehingga ibu cenderung memberikan makanan tambahan (Datesfordate H,. A, dkk, 2017).

2. Status Gizi Balita Usia 6-24 Bulan

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi.Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi 4 penilaian yaitu : Berat Badan menurut Umur(BB/U), Tinggi Badan menurut Umur(TB/U), Berat Badan menurut TinggiBadan (BB/TB) , dan Indeks MassaTubuh (IMT) menurut umur (Paula Sheptriani, 2019).

Hasil penelitian dari 44 anak usia 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Lombakasih, menunjukan bahwa kategori berdasarkan indikator berat badan Menurut Umur menunjukan bahwa ada 23 responden (34,1%) status gizi baik, ada 15 responden (34,1%) status gizi kurang, dan ada 6(13,6%) status gizi lebih.

Kategori berdasarkan indikator Tinggi badan menurut Umur menunjukan bahwa

(19)

65

ada 22 responden(50%) status gizi normal, ada 13 responden (29,9%) status gizi pendek, ada 3 (7,7%) status gizi sangat pendek, dan 9 responden (20,1%) tinggi, dan kategori berdasarkan indikator Indeks Massa Tubuh Menurut Umur bahwa ada 20 responden (45,5%) status gizi normal, ada 13 responden ( 29,5%) status gizi kurus, ada 9 responden (20,5%) status gizi gemuk dan ada 2 responden (4,5%) status gizi sangat kurus.

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa bayi yang berumur < 6 bulan disebabkan karena adanya tradisi masyarakat secara turun temurun yang masih kuat dalam hal bahwa bayi yang gemuk itu sehat sehingga MP-ASI cepat diberikan meski bayi masih berumur < 6 bulan. Bayi yang memiliki status gizi tidak normal (kurus) juga banyak terdapat pada golongan masyarakat miskin yang bila memberikan susu formula seringkali dilakukan pengenceran yang tidak sesuai dengan takaran sehingga jumlah asupan zat gizi yang dikonsumsi bayi tidak sesuai dengan kebutuhannya.

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 5.5 Hubungan pemberian MP-ASI dini dengan status gizi bayi umur 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Rowotengah Kabupaten Jember...

Tabel 5.5 Hubungan pemberian MP-ASI dini dengan status gizi bayi umur 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Rowotengah Kabupaten

Tabel 5.5 Hubungan pemberian MP-ASI dini dengan status gizi bayi umur 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Rowotengah Kabupaten

Menganalisis Hubungan Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) dini dengan kejadian ISPA Pada Bayi 0-6 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Moti Kota Ternate, Menurut

Pemberian makan sebelum bayi berumur 6 bulan mengakibatkan bayi sangat rentan untuk mengalami diare, salah satu cara yang digunakan adalah dengan pemberian ASI tanpa

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pemberian MP-ASI dini dengan status gizi bayi usia 6-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Harapan

Makanan Pendamping ASI (MP – ASI) merupakan makanan tambahan yang diberikan kepada bayi setelah bayi berusia 4-6 bulan sampai bayi berusia 24 bulan atau sampai bayi sudah siap

Pemberian MP-ASI secara dini dapat berdampak negatif bagi bayi yaitu kemungkinan timbulnya konstipasi atau diare karena kemungkinan adanya malabsorbsi pada bayi