• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Penerapan Terapi Rileksasi Pijat Terhadap Tingkat Nausea Pada An. R Dengan Diagnosa Dispepsia Di Ruang Mawar RSU Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara. - Repository Poltekkes Kendari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Gambaran Penerapan Terapi Rileksasi Pijat Terhadap Tingkat Nausea Pada An. R Dengan Diagnosa Dispepsia Di Ruang Mawar RSU Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara. - Repository Poltekkes Kendari"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Anak

1. Definisi Anak

Anak adalah sebagai manusia yang masih kecil di bawah umur, mereka yang berusia 17 tahun, kecuali berdasarkan undang-undang yang berlaku bagi anak ditentukan bahwa usia dewasa dicapai lebih awal. Anak adalah tunas, potensi, dan generasi penerus cita-cita bangsa, negara menjamin setiap anak mendapatkan haknya atas kelangsungan hidupnya, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Peran strategi dalam menjamin eksistensi bangsa dan negara dimasa mendatang, Mereka perlu mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik, mental, maupun spiritual. Mereka perlu mendapatkan hak-haknya, perlu perlindungan, dan sejahtera. Karena segala bentuk kekerasan pada anak perlu di cegah dan di atasi dalam kehidupan dan pengidupan di tengah-tengah masyarakat (Mutia, 2021).

2. Batas Usia Anak

Menurut WHO, batasan usia anak antara 0-17 tahun. Sedangkan menurut konvensi anak-anak yang di setujui oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 20 November 1989, bagian 1 pasal 1, yang di maksud anak adalah setiap orang yang belum berusia di bawah 18 tahun. Berdasarkan undang-undang No.23 tahun 2002 tentang

(2)

Perlindungan Anak, pasal 1 ayat 1, anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan (Sriyanto, 2022).

3. Karakteristik Anak

Karakteristik anak usia dini mulai dari usia 0-8 tahun. Dengan tujuan pembahasan.

a. Menjelaskan pentingnya memahami usia dini b. Menjelaskan karakteristik perkembangan usia dini c. Menjelaskan kondisi yang mempengaruhi anak usia dini d. Menjelaskan pola perkembangan anak usia dini

e. Menjelaskan cara belajar usia dini 4. Kategori Anak

Kategori anak berdasarkan usia anak dari 0-18 tahun dibagi menjadi tiga yaitu:

a. Usia Anak prasekolah adalah anak yang berumur antara 3-6 tahun, pada masa ini anak-anak senang berimajinasi dan percaya bahwa mereka memiliki kekuatan.

b. Usia sekolah adalah anak yang berumur antara 7-18 tahun, menyatakan kelompok usia anak terbagi menjadi tiga yaitu:

1) Usia sekolah dasar (SD) yaitu 7-12 tahun

2) Usia sekolah menengah pertama (SMP) yaitu 13-15 tahun 3) Usia sekolah menengah atas (SMA) yaitu 16-18 tahun

(3)

4. Usia remaja adalah usia anak yang berumur antara 10-19 tahun, menyatakan kelompok usia anak terbagi menjadi tiga yaitu:

a) Usia remaja awal yaitu 10-19 tahun b) Usia remaja madya yaitu 13-15 tahun c) Usia remaja akhir yaitu 16-19 tahun 5. Dispepsia Pada Anak

Dispepsia pada anak sangat rentang karena pola makan yang tidak teratur dan stres. Dispepsia pada anak ditandai dengan nyeri yang terus menerus atau berulang, dan rasa tidak nyaman di daerah perut bagian tengah atas, mual muntah serta rasa cepat kenyang dan cegukan terus menerus. Ketidak nyamanan dapat terjadi saat makan, setelah makan, dan di malam hari.

B. Konsep Dispepsia 1. Definisi Dispepsia

Dispepsia adalah penyakit yang tidak menular saluran pencernaan namun banyak terjadi di kalangam masyarakat khususnya anak-anak dan remaja. Dispesia merupakan sindrom gejala yang sering kita temukan di kalangan masyarakat khusus anak-anak dan remaja yang di tandai dengan gejala rasa nyeri atau tidak nyaman pada bagian ulu hati. Banyak faktor yang diduga mempengaruhi seperti riwayat penyakit, riwayat keluarga, pola hidup, makanan maupun faktor psikologis. Dispepsia di klasifikasi menjadi organik dan fungsional. Di lingkungan masyarakat sekitar, dispepsia sering di samakan dengan

(4)

penyakit maag, hal tersebut di di karenakan adanya kesamaan gejala yang di rasakan seperti, mual muntah, kembung, begah, dan nyeri pada perut bagian atas (Wibawani, 2021)

2. Etiologi Dispepsia

Dispepsia di sebabkan karena makan yang tidak teratur sehingga menimbulkan masalah lambung dan pencernaan menjadi terganggu.

Ketidakteraturan makanan ini berhubangan dengan waktu makan, seperti berada di kondisi terlalu lapar atau makan terlalu kenyang. Selain itu, kondisi lain yang memicu produksi asam lambung berlebihan, seperti beberapa zat kimia, seperti alkohol, umumnya obat penahan nyeri, asam cuka, makanan dan minuman yang bersifat asam, makanan yang pedas. Pola makan yang tidak teratur bisa menjadi masalah yang sering timbul pada anak, contohnya aktivitas yang terlalu banyak di sekolah maupun di luar sekolah menyebabkan makan tidak teratur dan apabila makanan yang pedas secara berlibahan akan menyebabkan lambung menjadi perih.

Penyebab dispepsia terbagi menjadi dua yaitu:

a. Dyspepsia organik, telah di ketahui adanya kelainan organik sebagai penyebab (misalnya tukak peptic, gasritis, pankreastitis, kolesistitis dan lainnya).

b. Dyspesia non organik atau dyspepsia fungsional atau dyspepsia nonulkus (DNU), bila tidak jelas penyebabnya.

(5)

3. Manifestasi Klinis Mual

Mual adalah mekanisme pertahanan diri yang menyebabkan suatu sensasi tidak nyaman di perut dan membuat seseorang merasa ingin muntah. Perut yang terasa mual juga kadang menyebabkan seseorang untuk memuntahkan isi perutnya. Mual bisa disebabkan oleh beragam hal, sedang merasa stres atau gugup, keracunan makanan, atau penggunaan obat-obatan tertentu yang bisa menimbulkan mual sebagai efek sampingnya. Selain itu, mual juga dapat diasosiasikan dengan beragam penyakit lainnya seperti ingin muntah, tidak berniat makan, perasaan asam di mulut, hipersalivasi, pucat, dan diaphonesis yang dampaknya bisa menimbulkan komplikasi parah jika dibiarkan dan tidak diberi penanganan.

Adapun penyebab mual beragam atau penyakit tertentu diantaranya yaitu:

a.Sindrom dispepsia (sakit maag) b.Sedang merasa gugup atau stres c.Keracunan makanan atau minuman d.Infeksi saluran cerna

e.Mencium aroma yang tidak sedap atau menyengat f.Terlalu banyak makan (kekenyangan)

g.Gejala gasritis

4. Patofisiologis Dispepsia

Patofisologi dispepsia memiliki peran bermakna, seperti abnormalitas fungsi motorik lambung (khusunya keterlambatan

(6)

pengosongan lambung, hipomotilitas antrum, hubungan antara volume lambung saat puasa yang rendah dengan pengosongan lambung yang lebih cepat, serta gastric compliance yang lebih rendah), infeksi Helicobacter pylori dan faktor-faktor psikososial.

Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan makanan menjadi kurang sehingga menyebabkan lambung kosong. Kekosongan lambung dapat menyebabkan erosi pada lambung akibat gesekan antara dinding- dinding lambung, kondisi demikian dapat mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di medulla oblongata membawa impuls munta sehingga intake tidak adekuat baik makanan maupun cairan. Adapun makanan-makanan yang pedas secara berlebihan, akan menyebabkan lambung perih, karena lambung yang sering ditimpa makanan pedas mengakibatkan lapisan-lapisannya menipis, rapuh dan rentang terkena infeksi.

Peran infeksi Helicobacteri pylori pada dispepsia fungsional belum sepenuhnya dimengerti dan diterima. Terapan infeksi Helicobacter pylori terdapat sekitar 50% pada pasien dispepsia fungsional dan tidak berbeda pada kelompok orang sehat. Mulai terdapat kecenderungan untuk melakukan eradikasi Helicobacter pylori pada dispepsia fungsional dengan Helicobacter pylori positif yang gagal dengan pengobatan konsevasif baku.

(7)

5. Pathway Dispepsia

Dispepsia

Anoreksia

Intake Makanan Kurang

Lambung Kosong

Erosi pada lambung gesekan dinding lambing Nyeri Akut

Klien cemas dengan keadaan yang dialami

Ansietas

Produksi HCl meningkat

Rangsangan di Medula Oblongata

Mual muntah

Nausea

(8)

6. Penatalaksanaan Dispepsia

Penatalaksanan dispepsia mencakup pengaturan diet dan pengobatan medis, antara lain sebagai berikut:

a. Membatasi konsumsi makanan yang dapat menyebabkan terjadinya dsipepsia seperti mengonsumsi makanan pedas, minuman kafein dan beralkohol

b. Makan dalam porsi kecil tetapi sering dan di anjurkan untuk makan 5-6 kali dalam sehari.

c. Menghindari penggunaan atau konsumsi anti nyeri seperti aspirin dan ibu profen. Gunakan anti nyeri lain yang lebih aman bagi lambung seperti parasetamol

d. Mengontrol stres dan rasa cemas e. Antasida

f. Penghambat pompa proton (PPI). Golongan ini dapat mengurangi produksi asam lambung

g. Prokinetik dapat membantu proses pengosongan lambung h. Antibiotik, pemberian ini dilakukan jika dyspepsia disebabkan

oleh infeksi

i. Anti-depressants dan anti-anxiety dapat digunakan untuk menghilangkan rasa tidak nyaman yang disebabkan oleh dyspepsia dengan menurunkan sensasi nyeri yang dirasakan.

j. Massage therapy (terapi pijat)

(9)

C. Asuhan Keperawatan Pada Anak

Asuhan keperawatan adalah rangkaian interaksi perawat dengan klien dan lingkungannya untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan dan kemandirian klien dalam merawat dirinya. Perawatan ini diberikan melalui metode yang di sebut proses keperawatan berdasarkan teori Orlando Deliberative Nursing proses ini menyatakan bahwa tindakan atau perilaku yang ditunjukkan oleh perawat merupakan hasil pertimbangan berdasarkan kebutuhan pasien yang sistematis, terstruktur, dan integratif badan ilmiah keperawatan. Asuhan kepeawatan anak berfokus pada optimalisasi tumbuh kembang anak melalui pendekatan yang komprehensif untuk menyelesaikan permasalahan biopsikososialspiritual dalam rentang sehat sakit dan kondisi akut, kronis, maupun mengancam kehidupan. Adapun proses asuhan keperawatan terdiri dari 5 tahap yaitu:

1. Pengkajian keperawatan

Pengkajian adalah proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan.

Adapun tahap awal pengkajian merupakan proses pengumpulan data sistematis dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien.

a). Identitas klien: nama, jenis kelamin, agama, suku bangsa, dan alamat b). Identitas keluarga: nama, alamat, hubungan dengan klien.

(10)

c). Pola kebiasaan sehari-hari: nutrisi, eliminasi, personal hygiene, istrihat dan tidur, kebiasaan waktu luang, kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan ADL.

d). Riwayat kesehatan sekarang menjelaskan mulai dari pasien masuk rumah sakit dan sampai di lakukan pengkajian, serta menanyakan apakah ada penyakit yang pernah di derita sebelumnya, serta menanyakan apakah pasien mempunyai alergi (obat-obatan dan makanan) dan riwayat penyakit sebelumnya.

e). Pemeriksaan fisik: melakukan pemeriksaan fisik secara head to toe (kepala sampai kaki) dengan teknik inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi.

f). kebutuhan: melakukan pengkajian sesuai dengan format pengkajian.

g). Terapi: memberikan terapi massage yang bertujuan untuk meredakan mual dan menunjang proses penyembuhan pasien.

h). Pengelompokan data: menggelompokan data yang terdiri dari data subjektif dan objektif.

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan dasar untuk menyusun rencana tindakan asuhan keperawatan, diagnoasa keperawatan konsisten dengan diagnoa medis dari penyebab yang dalam mengumpulkan data saat melakukan pengkajian keperawatan yang di perlukan untuk menegakan diagnosa keperawatan yang di tinjau dari keadaan penyakit dalam diagnosa medis (Zebua, 2020).

(11)

Pada pasien dispepsia diagnosa keperawatan yang muncul berdasarkan SDKI, yaitu sebagai berikut:

Nausea berhubungan dengan iritasi lambung Gejala dan tanda mayor:

Subjektif:

1) Mengeluh mual 2) Merasa ingin muntah 3) Tidak ada nafsu makan 4) Merasa asam di mulut 5) Sensasi panas/dingin 6) Sering menelan Objektif:

1) Saliva meningkat 2) Pucat

3) Diaforesis 4) Takikardia 5) Pupil di latasi

3. Intervensi Keperawatan

Tabel 2.1

Intervensi Keperawatan

(12)

No Diagnosa keperawatan

Tujuan keperawatan Intervensi keperawatan 1 Nausea

berhubungan dengan iritasi lambung

Setelah di lakukan intervensi keperawatan.

Maka tingkat nausea menjadi menurun dengan kriteria hasil:

a. Nafsu makan menurun menjadi meningkat b. Keluhan mual

meningkat menjadi menurun

c. Perasaan ingin muntah meningkat menjadi menurun

d. Perasaan asam di mulut meningkat menjadi menurun

e. Wajah pucat memburuk menjadi membaik f. Takikandia memburuk

menjadi membaik g. Sensasi dingin

meningkat menjadi menurun

h. Sensasi panas meningkat menjadi mmenurun

i. Diaforesis meningkat menjadi menurun j. Jumlah saliva

meningkat menjadi menurun

k. Dilatasi pupil memburuk menjadi membaik

l. Frekuensi makan memburuk menjadi membaik

Manajemen mual:

Observasi:

1. Mengidentifikasi pengalaman mual

2. Mengidentifikasi dampak mual terhadap kualitas hidup (mis: nafsu makan, aktivitas, kinerja, tanggung jawab, peran, dan tidur)

3. Mengidentifikasi faktor penyebab mual

4. Memonitor mual (mis:

frekuensi, durasi, dan tingkat keparahan

5. Memonitor asupan nutrisi dan kalori

6. Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, dan suhu sebelum dan sesudah terapi pijat

7. Memonitor respon terhadap terapi relaksasi Terapeutik:

8. Kendalikan faktor penyebab mual

9. Kurangi atau hilangkan keadaan penyebab mual 10.Berikan makanan dalam

jumlah kecil dan menarik 11.Gunakan relaksasi pijat

sebagai strategi penunjang dengan analgetik atau tindakan media lainnya, jika perlu

(13)

Edukasi:

12. Anjurkan istrahat dan tidur yang cukup

13. Anjurkan makanan tinggi karbohidrat dan rendah lemak

14. Jelaskan tujuan, manfaat, batasan dan jenis relaksasi yang tersedia (mis: napas dalam, dan relaksasi pijat) 15. Jelaskan secara rinci

intervensi relaksasi yang di pilih

16. Menganjurkan mengambil posisi nyaman

17. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi mual (mis:

teknik relaksasi pijat)

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi status kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria untuk hasil yang diharapkan. Tujuan implementasi untuk membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang meliputi peningkatan kesehatan, pencegahan, penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping (Safitri Siregar, 2019)

(14)

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan merupakan tahapan dalam proses keperawatan pada tahap evaluasi Ini adalah penilaian ulang respon pasien terhadap tindakan telah diberikan oleh perawat. Pada tahap ini dilakukan kegiatan untuk menentukan apakah rencana keperawatan dan apakah bisa dilanjutkan atau tidak, direvisi, atau bisa juga dihentikan (Medistra Virginia Simanullang, 2019).

D. Terapi Relaksasi

Terapi refleksi adalah terapi sentuhan tradisional memberikan efek relaksasi dan relaksasi otot tegang, dan juga bermanfaat untuk kesehatan.

Pijat bermanfaat sirkulasi darah dengan efek langsung mekanis dari tekanan dan gerakan berirama sehingga menimbulkan rangsangan ditimbulkan pada reseptor saraf juga menyebabkan pembuluh darah melebar secara refleks untuk memperlancar aliran darah.

Teknik relaksasi memainkan peran yang sangat penting mengurangi keluhan fisik dan meminimalkan efek samping efek stres, sehingga memungkinkan pasien dapat mengontrol respons tubuh terhadap ketegangan dan kecemasan sehingga dapat menurunkan produksi asam lambung.

E. Tingkat Nausea

Tingkat nausea berdasarkan SLKI (L.08065), Nausea adalah diagnosis keperawatan yang didefinisikan sebagai perasaan tidak nyaman pada bagian

(15)

belakang tenggorokan atau lambung yang dapat menyebabkan muntah.

Ekspetasi dalam luaran tingkat nausea yaitu menurun.

F. Teknik Pijat

1. Definisi Pijat (massage)

Pijat (massage) adalah metode penyembuhan atau terapi kesehatan tradisonal, dengan cara memberikan tekanan kepada tubuh, baik secara terstruktur, tidak terstruktur, menetap, atau berpindah tempat dengan memberikan tekanan, gerakan, atau getaran, baik di lakukan secara manual ataupun menggunakan alat mekanis.

Terapi pijat juga merupakan salah satu bentuk terapi alternatif yang banyak di gunakan untuk meredahkan gejala penyakit tertentu. Terapi ini tidak hanya dapat memberikan efek relaksasi, tetapi juga efektif untuk mengatasi stres dan meredakan nyeri.

Adapun minyak yang digunakan yaitu minybak zaitun.

Pijat (Massage) adalah tindakan menekan tangan pada jaringan lunak, biasanya otot, tendon atau ligamen, tanpa menyebabkan

(16)

pergeseran atau perubahan posisi sendi untuk mengurangi rasa sakit, menghasilkan relaksasi, dan/atau meningkatkan sirkulasi (Padila, 2013).

Gerakan dasar tersebut meliputi:

1). Gerakan melingkar yang dilakukan oleh telapak tangan

Posisi tangan berada pada belakang badan dan telapak tangan bergerak melingkar dibelakang.

2). Gerakan menekan dan mendorong area belakang pundak

Posisi tangan berada dibelakang badan dan telapak tangan bergerak menekan dan mendorong dari arah bawah belakang menuju keatas belakang pundak menggunakan tangan.

3). Gerakan memotong diarea belakang

(17)

Posisi tangan berada dibelakang pundak dan telapak tangan bergerak memotong area belakang area pundak kiri ke pundak kanan.

4). Gerakan meremas area pundak menggunakan kedua telapak tangan

Posisi tangan berada dibelakang badan dan gerakan meremas dilakukan dibagian pundak menggunakan jari dan telapak tangan dengan cara meremas pundak kiri dan pundak kanan.

Setiap gerakan menghasilkan tekanan, arah, kecepatan, posisi tangan dan gerakan yang berbeda untuk menghasilkan efek yang diinginkan pada jaringan di bawahnya.

1. Manfaat Teknik Pijat

Menurut (Padila, 2013), ada beberapa macam manfaat teknik pijat bagi kesehatan. Selain sebagai metode relaksasi, terapi pijat juga dapat

(18)

memberikan ragam manfaat lain sebagai kesehatan adapun manfaatnya sebagai berikut:

a) Pijat mempengaruhi jaringan tubuh untuk memperluas kapiler dan kapiler cadangan, sehingga pada akhirnya akan meningkatkan aliran darah ke jaringan dan organ, meningkatkan proses reduksi oksidasri, memfasilitasi jantung dan berkontribusi terhadap redistribusi darah dalam tubuh.

b) Pijat juga memberikan sedikit peningkatan jumlah thrombosit, leukosit, eritrosit dan hemoglobin tanpa menganggu kesimbangan asam-basa.

c) Jika dilakukan secara tepat, pijat dapat mempengaruhi sistem saraf perofer, meningkatkan rangsangan dan konduksi impuls saraf, melemahkan dan menghentikan rasa sakit dengan mempercepat proses pemulihan saraf yang cedera.

d) Pijat mempercepat aliran getah bening pada sendi serta organ dan jaringan lain.

e) Pijat memiliki efek fisiologis yang beragam terhadap kulit dan fungsinya, seperti membersihkan saluran keringat, kelenjar sebaceous, meningkatkan fungsi sekresi, eksresi dan pernapasan kulit.

f) Pijat juga membuat otot menjadi fleksibel, meningkatkan fungsi kontraktil yang mempercepat keluarnya metabolit yang merupakan hasil metabolisme.

g) Pijat membantu mengeluarkan cairan yang terdapat didalam otot-otot dan memulihkan keadaan normalnya.

(19)

h) Pijat membantu memperbaiki sirkulasi dan menurunkan tekanan darah.

Karena sirkulasinya membaik, maka pada giliranya organ-organ yang ada didalam tubuh akan berfungsi dan bekerja lebih baik.

G. Tehnik Prosedur terapi pijat

Tabel 2.2

SOP Teknik Pijat Rileksasi Standar Operating Procedur (SOP)

Teknik Pijat Rileksasi

pengertian Melakukan pemijatan pada bagian belakang untuk memperbaiki sirkulasi darah serta meningkatkan kenyamanan

Tujuan 1. Melancarkan peredaran darah

2. Memperbaiki pola tidur

3. Membantu memperlancar sistem pencernaan

4. Meningkatkan ketenangan emosional anak

5. Mengurangi ketergantungan obat Persiapan pasien Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan

yang akan di lakukan

Persiapan alat 1. Minyak pijat

2. Kom bersih

3. Selimut atau handuk

Persiapan lingkungan Memberikan prosedur dan tujuan tindakan yang akan di lakukan kepada keluarga atau pasien yang akan di beri tindakan relaksasi pijat

Prosedur 1. Lakukan kebersihan tangan 6 langkah 2. Posisikan pasien berbaring ketempat

tidur

3. Periksa adanya luka, nyeri atau kondisi lainnya sebelum melakukan pemijatan 4. Tuangkan minyak ke telapak tangan

dan oleskan di area belakang

(20)

5. Pijat area belakang dengan:

 Gerakan melingkar

 Gerakan menekan

 Gerakan memotong

 Gerakan meremas

6. Pijat area belakang dengan gerakan membentuk garis dari bagian bawah menuju bahu, dari kiri ke kanan dengan jarak 3 cm

7. Lakukan pemijatan selama 10-15 menit 8. lakukan gerakan dengan secara berulang sampai pasien merasa nyaman dari kondisi sebelumnya

9. Rapikan pasien dan berikan posisi nyaman

10.Lakukan kebersihan tangan 6 langkah 11.Dokumetasikan prosedur yang telah di

lakukan dan respon pasien setelah melakukan tindakan

Referensi

Dokumen terkait

Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana gambaran penerapan pemberian kompres air hangat

Studi kasus adalah metode penelitian yang menggunakan berbagai sumber data untuk mendapatkan gambaran secara jelas bagaimana gambaran penurunan suhu tubuh pada anak sebelum dan sesudah