• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN STATUS GIZI ASUPAN ENERGI DAN PROTEIN PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 1 KENDARI - Repository Poltekkes Kendari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "GAMBARAN STATUS GIZI ASUPAN ENERGI DAN PROTEIN PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 1 KENDARI - Repository Poltekkes Kendari"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Remaja

Menurut WHO (2018), remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun, menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) tentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah. Perbedaan definisi tersebut menunjukkan bahwa tidak ada kesepakatan universal mengenai batasan kelompok usia remaja. Namun begitu, masa remaja itu diasosiasikan dengan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa. Masa ini merupakan periode persiapan menuju masa dewasa yang akan melewati beberapa tahapan perkembangan penting dalam hidup. Selain kematangan fisik dan seksual, remaja juga mengalami tahapan menuju kemandirian sosial dan ekonomi, membangun identitas, akuisi kemampuan (skill) untuk kehidupan masa dewasa serta kemampuan bernegosiasi.(WHO, 2018)

Remaja mempunyai kebutuhan nutrisi yang spesial, karena pada saat tersebut terjadi pertumbuhan yang pesat dan terjadi perubahan kematangan fisiologis sehubungan dengan timbulnya pubertas. Perubahan pada masa remaja akan mempengaruhi kebutuhan, absorbsi, serta cara penggunaan zat gizi. Hal ini disertai dengan pembesaran organ dan jaringan tubuh yang cepat.Perubahan hormonal yang menyertai pubertas juga menyebabkan banyak perubahan fisiologis yang memengaruhi kebutuhan gizi pada remaja. (Zurrahmi, 2020)

(2)

8 Remaja merupakan kelompok usia rentan gizi karena peningkatan pertumbuhan fisik dan perkembangan yang pesat. Remaja membutuhkan asupan zat gizi yang lebih besar dari pada masa anak-anak akan tetapi remaja cenderung melakukan pola konsumsi yang salah, yaitu zat gizi yang dikonsumsi tidak sesuai dengan kebutuhan.(Widnatusifah et al., 2020).

1. Karakteristik Remaja (Febriani,2018) menyebutkan karakteristik remaja, diantaranya :

a. Masa remaja adalah masa peralihan Beralihnya tahapan pertumbuhan dan perkembangan berikutnya secara berlanjut. Masa dimana remaja tidak lagi bisa dianggap seperti anak ataupun dewasa, masa yang paling tepat dalam proses pembentukan keinginan remaja tentang gaya hidup, pola prilaku, nilai- nilai dan sifat- sifat.

b. Masa remaja adalah masa terjadi perubahan Perkembangan yang pesat terjadi pada fisik, prilaku, sikap, emosi, peran, minat, pola prilaku dan sikap. Masa transisi ini banyak terjadi perubahan dari anak yang lebih banyak tergantung pada orang dewasa, remaja sudah mulai hidup mandiri menentukan keinginan secara mandiri dengan pengawasan orang dewasa.

c. Masa remaja adalah masa yang banyak masalah Masalah pada remaja terjadi karena masih terbiasa meminta bantuan orang lain yang berdampak pada remaja yang merasa tidak puas dengan carapenyelesaian masalah.

d. Masa remaja adalah masa pencarian identitas Pengakuan oleh masyarakat tentang peran diri seorang remaja menjadi dasar remaja mennetukan identitas dirinya. Ketidakpuasan remaja umumnya terjadi jika merasa peran dirinya

(3)

9 sama pada masyarakat umumnya, memiliki keinginan berbeda dengan individu lainnya namun tetap mau bersosialisasi dengan kelompok sebaya.

e. Masa remaja adalah awal dewasa Remaja memberikan kesan menyerupai dewasa seperti dalam menggunakan pakaian dan bertindak. Bahwa terjadi perubahahan universal meliputi mudah emosi, perilaku yang berubah karena pola pikir berubah, fisik terjadi banyak perubahan, serta peran dan minat.

2. Tahap perkembangan remaja

Pertumbuhan dan perkembangan pada masa remaja sangat cepat, baik fisikmaupun psikogis. Perkembangan remaja laki-laki biasanya berlangsung pada usia 11 sampai 16 tahun, sedangkan pada remaja perempuan berlangsung pada usia 10 sampai 15 tahun. Perkembangan pada anak perempuan lebih cepat dibandingkan anak laki-laki karena dipengaruhi oleh hormon seksual.Perkembangan berpikir pada remaja juga tidak terlepas dari kehidupan emosionalnya yang labil. Pematangan secara fisik merupakan salah satu proses pada remaja adanya perkembangan tanda-tanda seks sekunder seperti haid pada perempuan dan mimpi basah atau ejakulasi pada laki-laki. Pematangan remaja bervariasi sesuai dengan perkembangan psikososial pada setiap individu, misalnya bersikap tidak ingin bergantung pada orang tua, ingin mengembangkan keterampilan secara interaktif dengan kelompoknya dan mempunyai tanggung jawab pribadi dan sosial.(Arham, 2021).

(4)

10 Ada 3tahap perkembangan remaja dalamproses penyesuaian diri menuju dewasa(Erawati, 2020) :

1. Remaja Awal (Early Adolescence)

Seorang remaja pada tahap ini berusia 10-12 tahun masih terheran-heran akan perubahan- perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan- doronganyan menyertai perubahan-perubahan itu. Mereka mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara erotis. Dengan dipegang bahunya saja oleh lawan jenis, ia sudah berfantasi erotik. Kepekaan yang berlebih-lebihan ini ditambah dengan berkurangnya kendali terhadap“ego”.Hal ini menyebabkan para remaja awal sulit dimengerti orang dewasa.

2. Remaja Madya (Middle Adolescence)

Tahap ini berusia 13-15 tahun. Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Ia senang kalau banyak teman yang menyukainya.

Adakecenderungan “narastic”, yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang mempunyai sifat-sifat yang sama dengan dirinya. Selain itu, ia berada dalam kondisi kebingungan karena ia tidak tahu harus memilih yang mana: peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimis, idealis atau meterialis, dan sebagainya. Remaja pria harus membebaskan diri dari Oedipoes Complex (perasaan cinta pada ibu sendiri pada masa kanak-kanak) dengan mempererat hubungan dengan kawan- kawan dari lawan jenis.

(5)

11 3. Remaja Akhir (Late Adolescence)

Tahap ini (16-19 tahun) adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal dibawah ini.

a. Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.

b. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru.

c. Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.

d. Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain.

e. Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan masyarakat umum (the public).

B. Status Gizi

Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh.

Status gizi adalah ekspresi dari keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau dapat dikatakan bahwa status gizi merupakan indikator baik buruknya penyediaan makanan sehari-hari.(Dwimawati, 2020)

Setiap orang mempunyai status gizi yang berbeda, hal ini tergantung pada asupan gizi dan kebutuhannya. Jika antara asupan gizi dengan kebutuhan tubuhnya seimbang, maka akan menghasilkan status gizi baik, sebaliknya jika antara asupan gizi dengan kebutuhan tubuh tidak seimbang akan menimbulkan masalah status gizi. Kebutuhan gizi setiap orang dipengaruhi oleh berbagai macam faktor misalnya usia, jenis kelamin, aktivitas, berat badan, dan tinggi badan.(Dwimawati, 2020)

(6)

12 Asupan gizi sangat erat kaitannya dengan masa pertumbuhan, jika asupan gizi dapat terpenuhi maka pertumbuhan juga akan optimal. Remaja putri harus mempertahankan status gizi yang baik dengan cara mengkonsumsi makanan seimbang karena sangat dibutuhkan pada saat mentruasi. Asupan gizi yang kurang ataupun lebih akan menyebabkan kecukupan gizi tidak baik sehingga dapat menjadikan gangguan selama siklus menstruasi. Hal tersebut akan membaik bila asupan nutrisinya baik. Zat gizi yang harus dipenuhi diantaranya zat gizi makro seperti karbohidrat, lemak dan protein. Asupan karbohidrat dapat berpengaruh terhadap pemenuhan kalori selama fase luteal, asupan protein berpengaruh terhadap panjang fase folikuler dan asupan lemak berpengaruh terhadap hormon reproduks. (Novianti, 2018)

Masa remaja merupakan masa terjadinya masalah gizi yang sangat spesifik.

Interaksi hormon kompleks yang diperlukan untuk perkembangan pubertas yang normal, pertumbuhan linier, dan terjadinya perubahan perkembangan saraf tidak dapat terjadi tanpa adanya nutrisi yang adekuat. Remaja sangat rentan terkena penyakit yang disebabkan oleh infeksi, kecelakaan, defisiensi nutrisi, pertumbuhan yang kurang optimal serta kekurangan gizi yang merupakan masalah utama.Pola makan dan aktivitas fisik pada remaja sangat mempengaruhi kesehatan dan kecukupan asupan zat gizinya. Kebutuhan zat gizi berupa energi, protein, zat besi, kalsium dan yang lainnya meningkat pada masa remaja untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.Masalah gizi yang sering terjadi pada remaja adalah kurangnya asupan zat gizi yang dapat memicu terjadinya kurang energi kronis (KEK) serta anemia sebagai akibat kekurangan zat besi. (Telisa, 2020)

(7)

13 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi

Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi ada dua, yaitu faktor penyebablangsung dan tidak langsung. Faktor penyebab langsung yaitu asupan makan dan penyakit infeksi. Sedangkan faktor penyebab tidak langsung yaitu.(Hasan, 2016) :

a. Aktivitas Fisik

Faktor yang dapat mempengaruhi status gizi remaja salah satunya dengan aktivitas fisik, karena dengan melakukan aktivitas fisik dapat membantu metabolisme dalam tubuh meningkat yang dapat menyebabkan cadangan energi yang berasal dari lemak dapat terbakar sebagai kalori . (Indrasari & Sutikno, 2020)

Sifat energik pada usia remaja menyebabkan aktivitas tubuh meningkatsehinggakebutuhan zat gizinya juga meningkat. (Astini & Gozali, 2021)

b. Faktor individu

Faktor individu seperti pengetahuan dan persepsi tentang hidup sehat, motivasi, kesukaan berolahraga, harapan tentang keuntungan melakukan aktivitas fisik akan mempengaruhi seseorang untuk melakukan aktivitas fisik.

Orang yang memiliki pengetahuan dan persepsi yang baik terhadap hidup sehat akan melakukan aktivitas fisik dengan baik, karena mereka yakin dampak aktivitas fisik tersebut terhadap kesehatan. Apalagi orang yang mempunyai motivasi dan harapan untuk mencapai kesehatan optimal, akan terus melakukan aktivitas fisik sesuai anjuran kesehatan. Faktor lain yang juga berpengaruh

(8)

14 terhadap seseorang rutin melakukan aktivitas fisik atau tidak adalah faktor umur,dan jenis kelamin.(Febriani, T, 2018)

c. Pengetahuan remaja

Pengetahuan gizi merupakan pengetahuan tentang makanan dan zat gizi,sumber-sumber zat gizi pada makanan yang aman dikonsumsi sehingga tidak menimbulkan penyakit dan cara mengolah makanan yang baik agar zat gizi dalam makanan tidak hilang serta bagaimana hidup sehat. Pada masa remaja terjadi kecepatan pertumbuhan dan perkembangan fisik,mental, emosional serta sosial. Pada masa ini banyak masalah yang berdampak negative terhadap kesehatan dan gizi remaja sehingga status gizi remaja cenderung gizi kurang atau terjadi obesitas. Salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi pada remaja adalah pengetahuan tentang gizi. (Pantaleon, 2019)

d. Faktor keluarga

Faktor keluarga yang mempengaruhi status gizi lebih remaja meliputi besar uang jajan yang cukup besar sesuai dengan peningkatan variasi daya beli remaja terhadap pola konsumsi didasarkan pada pendapatan orang tua yang berdampak pada tingginya besar uang jajan yang diberikan orang tua. Besar uang jajan yang diterima terkait dengan jumlah penghasilan keluarga/ sosial ekonomi keluarga.

Remaja yang menerima uang saku dalam jumlah yang lebih besar akan mempunyai kecenderungan melakukan konsumsi lebih banyak dibandingkan dengan remaja yang menerima uang saku lebih sedikit.(Febriani, 2019).

(9)

15 e. Lingkungan dan teman sebaya

Teman sebaya merupakan kelompok orang dengan tingkat umur dan kedewasaan yang sama. Pada masa ini remaja lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah dan berkumpul dengan teman sebaya karena menganggap temannya dapat memberikan rasa aman secara emosional untuk berbagi masalah yang sama dan memiliki cara pandang yang sama dalam melihat dunia. Selain memberikan pengaruh positif, teman sebaya juga dapat memberikan banyak tekanan pada remaja putri untuk menyesuaikan diri dengan standar lingkungan.

Supaya diterima, tidak dikucilkan, disindir dan dibicarakan oleh teman-teman sebaya, remaja putri harus menyesuaikan diri dengan standar lingkungan yang sesuai dengan teman sebayanya. Pangaruh yang sering diberikan teman sebaya berkaitan dengan perubahan perilaku dan penampilan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar remaja putri sering dikritikan bahkan didorong untuk menurunkan berat badan oleh teman sebayanya karena dianggap memiliki berat badan yang berlebih. (Normate et al., 2017)

f. Media massa

Menurut pendapat peneliti berbagai faktor yang dapat mempengaruhi status gizi seseorang salah satunya adalah sumber informasi. Responden dengan informasi yang rendah tentang suatu pengetahuan mengenai status gizi maka akan semakin sulit dalam mengaplikasikan sesuatu yang menyangkut dengan kesehatan seperti mengonsumsi makanan yang bergizi untuk memenuhi kebutuhan status gizinya. Informasi merupakan berita tentang sesuatu hal yang diperoleh seseorang. (Jayanti & Novananda, 2017)

(10)

16 g. Asupan makan

Asupan makanan memang pada dasarnya akan berpengaruh pada status berdampak pada kandungan zat gizi yang diperoleh melalui makanannya. Pada akhirnya akan berdampak pada status gizi individu.(Lestari, 2020)

1) Asupan energi

Energi merupakan zat yang sangat esensial bagi manusia dalam menjalankan metabolisme basal, melakukan aktivitas, pertumbuhan, dan pengaturan suhu.

Kecepatan pertumbuhan fisik pada masa remaja merupakan fase tercepat kedua setelah pertumbuhan bayi, sehingga dibutuhkan asupan energi yang cukup pada remaja.(Rachmat Adina S, Kuswarni M, 2018)

2) Asupan protein

Protein adalah mineral makro yangberfungsi sebagai sumber energi, zat pem- bangun tubuh, dan zat pengatur di dalam tubuh. Penelitian lain yang dilakukan menunjukkan bahwa persentase remaja umur 16-18 tahun yang mengalami kekurangan asupan protein sebesar 35,6%. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak remaja yang mengalami kekurang- an asupan protein.

Kekurangan protein bila berlangsung lama dapat mengakibat- kan pertumbuhan dan perkembangan jaringan yang tidak normal, kerusakan fisik dan mental, dan anemia.(Rachmat Adina S, Kuswarni M, 2018)

h. Body image

Penilaian remaja putri saat ini cenderung menginginkan penampilan fisik atau body image yang proporsional. Body image merupakan imajinasi subyektif seseorang mengenai bentuk tubuh dan cenderung berkaitan dengan penilaian seseorang, dimana bentuk tubuh yang dimilikinya harus sesuai dengan

(11)

17 persepsi orang lain. Body image akan menunjukkan seberapa jauh seorang individu merasa puas terhadap bagian-bagian tubuh dan penampilan fisik yang dimilikinya secara keseluruhan. Pada umumnya remaja putri menginginkan bentuk tubuh yang tinggi dan langsing dengan melakukan diet dengan tidak memperhatikan kaidah gizi dan kesehatan, akibatnya asupan gizi secara kuantitas dan kualitas tidak sesuai dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG ) yang dianjurkan. Pentingnya pemenuhan gizi pada remaja putri berkaitan dengan perannya dimasa yang akan datang, kondisi seseorang pada masa dewasa ditentukan oleh keadaan pada masa remaja. Remaja putri harus memperhatikan asupan gizi serta kesehatan karena remaja putri sebagai calon ibu yang akan melahirkan generasi berikutnya.(Astini & Gozali, 2021).

C. Penilaian Status Gizi Remaja 1. Pengertian Status Gizi

Status gizi adalah salah satu unsur penting dalam membentuk status kesehatan. Status gizi (nutritional satus) adalah keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dari makanan dan kebutuhan zat gizi oleh tubuh. Status gizi sangat dipengaruhi oleh asupan gizi(Ratih, 2020).

Status gizi merupakan suatu ukuran bagaimana kondisi tubuh seseorang yang dapat dilihat mulai dari makanan yang di konsumsi hingga penggunaan zat- zat gizi dalam tubuh . Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengukur status gizi seseorang yaitu IMT (Indeks Massa Tubuh). Dalam pengukuran IMT yang diukur yaitu antropometri. Antropometri merupakan sebuah pengukuran dimensi tubuh, yang terdiri dari umur (U), berat badan (BB), dan tinggi badan (TB).(Leonardo & Dese, 2021)

(12)

18 2. Klasifikasi Status Gizi

a. Gizi Kurang

Status gizi kurang atau yang lebih sering disebut undernutrition merupakan keadaan gizi seseorang dimana jumlah energi yang masuk lebih sedikit dari energi yang dikeluarkan. Hal ini dapat terjadi rendahnya konsumsi energi protein dari makanan sehari-hari dan terjadi dalam waktu yang cukup lama (Widiantari, 2018)

b. Gizi Normal

Status gizi normal merupakan suatu ukuran status gizi dimana terdapat keseimbangan antara jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh dan energi yang dikeluarkan dari luar tubuh sesuai dengan kebutuhan individu. Energi yang masuk ke dalam tubuh dapat berasal dari karbohidrat, protein, lemak dan zat gizi lainnya. (Pebriyanti, 2018)

c. Status gizi lebih

Status gizi lebih (overnutrition) merupakan keadaan gizi seseorang dimana jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh lebih besar dari jumlah energi yang dikeluarkan. Hal ini terjadi karena jumlah energi yang masuk melebihi kecukupan energi yang dianjurkan untuk seseorang, akhirnya kelebihan zat gizi disimpan dalam bentuk lemak yang dapat mengakibatkan seseorang menjadi gemuk.(Pebriyanti, 2018).

(13)

19 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Status Gizi

a. Faktor langsung 1) Konsunsi pangan

Penilaian konsumsi pangan rumah tangga atau secara perorangan merupakan cara pengamatan langsung yang dapat menggambarkan pola konsumsi penduduk menurut daerah, golongan sosial ekonomi dan sosisl budaya. Konsumsi pangan lebih sering digunakan sebagai salah satu teknik untuk memajukan tingkat keadaan gizi.

2) Penyakit Infeksi

Penyakit infeksi dalam keadaan gizi anak merupakan 2 hal yang saling mempengaruhi. Dengan adanya infeksi, nafsu makan anak mulai menurun dan mengurangi konsumsi makanannya, sehingga berakibat berkurangnya zat gizi kedalam tubuh anak. Dampak infeksi yang lain adalah muntah dan mengakibatkan kehi;angan zat gizi. Infeksi yang menyababkan diare pada anak dan mengakibatkan cairan dan zat gizi di dalam tubuh berkurang.

Kadang-kadang oarangtua juga melakukan pembatasan makanan akibat infeksi yang diderita dan menyebabkan asupan zat gizi yang kurang bahkan bila berlanjut lama mengakibatkan terjadinya gizi buruk.(Supariasa, 2019) b. Faktor tidak langsung

1) Tingkat pendapatan

Tingkat pendapatan sangat menentukan bahan makanan yang akan di beli.

Pendapatan merupakan faktor yang penting untuk menentukan kualitas dan kuantitas makanan, maka erat hubungan dengan gizi.

(14)

20 2) Pengetahuan gizi

Pengetahuan tentang gizi adalah kepandaian memilih makanan yang merupakan sumber zat-zat gizi dan kepandaian dalam mengolah bahan makanan. Pengetahuan gizi sangat penting, dengan adanya pengetahuan tentang zat gizi maka seseorang dengan mudah mengetahui status gizi mereka. Zat gizi yang cukup dapat dipenuhi oleh seseorang sesuai dengan makanan yang dikonsumsi yang diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan. Pengetahuan gizi dapat memberikan perbaikan gizi pada individu maupun masyarakat.(Supariasa, 2019).

3) Keluarga Besar

Besar keluarga atau banyaknya anggota keluarga berhubungan erat dengan distribusi dalam jumlah ragam pangan yang dikonsumsi anggota keluarga.

Keberhasilan penyelenggaraan pangan dalam satu keluarga akan mempengaruhi status gizi keluarga tersebut. Besarnya keluarga akan menentukan besar jumlah makanan yang dikonsumsi untuk tiap anggota keluarga. Semakin besar jumlah anggota keluarga maka semakin jumlah asupan zat gizi atau makanan yang didapatkan oleh masing-masing anggota keluarga dalam jumlah penyediaan makanan yang sama.(Pebriyanti, 2018).

4. Penilaian Status Gizi

a. Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi 3 yaitu :

1) Survei konsumsi makanan merupakan metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.

Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentangkonsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan

(15)

21 individu. Survei ini dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan zat gizi.

2) Statistik Vital merupakan faktor status gizi dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kematian dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi. Penggunaannya merupakan indikator tidak langsung tentang pengukuran status gizi masyarakat.

3) Faktor Ekologi Bengoa mengemukakan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interakasi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya, jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung pada keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi, dan lain-lain. Pengukuran faktor ekologi merupakan dasar untuk melakukan program intervensi gizi.

b. Penilaian Status Gizi Secara Langsung Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi 4 penilaian yaitu :

1) Pemeriksaan Klinis

Pemeriksaan klinis adalah metode yang digunakan untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan pada perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh yang dihubungkan dengan ketidakcukupan gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti mata, kulit, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid dengan melihat tanda (sign) dan gejala (symptons) atau riwayat penyakit yang diderita oleh seseorang. Metode ini digunakan umumnya untuk survei klinis secara cepat, yang dirancang untuk mendeteksi dengan

(16)

22 cepat pula tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi.

2) Pemeriksaan Biokimia (laboratorium) Merupakan pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris pada berbagai jaringan tubuh seperti darah, urine, tinja dan beberapa jaringan tubuh lainnya seperti hati dan otot.

Metode ini digunakan untuk peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Sehingga lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik.

3) Pemeriksaan Biofisik Merupakan metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur jaringan. Umumnya digunakan untuk situasi tertentu seperti pada kejadian buta senja epidemik (epidemik of night blindness). Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.

4) Antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.

Secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan lemak tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.

a) Keunggulan Antropometri

- Prosedurnya sederhana, aman dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel yang besar.

- Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli, tetapi cukup dilakukan oleh tenaga yang telah dilatih.

(17)

23 - Alatnya murah dan mudah dibawah, tahan lama. Walaupun ada alat yang sedikit mahal, tetapi alat tersebut tertentu saja seperti skin fold caliper. Untuk mengukur tebal lemak di bawah kulit.

- Metode ini tepat dan akurat karena dapat dilakukan.

- Dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi dimasa lalu.

- Umumnya dapat mengidentifikasi status gizi sedang, kurang, dan buruk karena dari satu generasi ke generasi berikutnya.

- Dapat digunakan untuk penapisan kelompok yang rawan terhadap status gizi.

- Dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada periode tertentu, atau dari satu generasi ke generasi berikutnya.

b) Kelemahan Antropometri

- Tidak sensitif sebab tidak dapat mendeteksi status gizi dalam waktu singkat. Di samping itu tidak dapat membedakan kekurangan gizi tertentu seperti defisiensi Fe dan Zink.

- Faktor di luar gizi seperti penyakit genetik dan penurunan penggunaan energi dapat menurunkan spesifikasi dan sensifitas pengukuran ini.

- Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi akurasi dan validitas pengukuran.

- Kesalahan ini dapat terjadi pada pengukuran, analisis dan asumsi yang salah.

- Kesalahan akibat kurang terlatihnya petugas pengukur, kesalahan alat atau alat tidak ditera dan kesulitan dalam proses pengukuran.

(18)

24 5. Pengukuran Status Gizi

Parameter Antropometri sebagai indikator status gizi yang dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter. Ada beberapa parameter antropometri yang digunakan untuk penilaian status gizi yaitu: umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, tebal lipatan kulit, lingkar kepala, rentang lengan, lingkar dada dan lingkar panggul.

Pada penelitian ini kami hanya menggunakan parameter berat badan, tinggi badan dan umur. Maka indeks antropometri yang digunakan adalah berdasarkan Indeks Massa Tubuh menurut umur (IMT/U)untuk umur 5-18 tahun menurut Kemenkes 2020 standar antropometri anak.

IMT merupakan rumus matematis yang berkaitan dengan lemak tubuh seseorang. IMT pada anak dan remaja berbeda dengan orang dewasa. Letak cut-off point yang digunakan berbeda antara anak, remaja dan orang dewasa. Pada anak dan remaja status gizi diperoleh dari perbandingaan IMT dan umur. Indikator IMT/U merupakan indikator yang paling baik untuk mengukur keadaan status gizi yang menggambarkan keadaan status gizi masa lalu dan masa kini karena berat badan memiliki hubungan linear dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Indeks ini tidak menimbulkan salah persepsi pada anak yang overweight dan obese serta kesan berlebihan pada anak gizi kurang. Menurut keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang Standar Antopometri Penilaian Status Gizi Anak, indeks IMT/U digunakan untuk kategori umur 5-18 Tahun. Adapun perhitungan status gizi menurut IMT/U. (Supariasa, 2019)

(19)

25 Cara pengukurannya adalah pertama-tama ukur berat badan dan tinggi badannya hasil pengkuran BB dan TB untuk status gizi diolah dengan menggunakan aplikasi WHO Antro Plus untuk melihat indeks IMT/U. Adapun klasifikasi IMT/U sebagai berikut :

Table 2

Klasifikasi tabel status gizi berdasarkan IMT/U

Indeks Kategori Status Gizi Ambang Batas (Z- Score) Umur (IMT/U)

anak usia 5-18 tahun

Gizi kurang (thinnes) -3 SD sd ˂-2 SD Gizi Baik (normal) -2 SD sd + 1 SD Gizi Lebih(overweight) + 1 SD sd + 2 SD Obesitas (obese) ˃ + 2 SD

Sumber : (Kementrian Kesehatan RI, 2020) D. Asupan Energi, Protein

Penyebab langsung masalah gizi adalah ketidakseimbangan antara asupan makanan yang berkaitan dengan penyakit infeksi. Kekurangan asupan makanan membuat daya tahan tubuh semakin lemah, memudahkan tubuh terkena penyakit infeksi sehingga tubuh kurang gizi.Penurunan asupan gizi misalnya pada bencana, kelaparan dan anoreksia, dapat menyebabkan masalah kurang gizi. Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi apabila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memugkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin.

1. Asupan Energi a. Pengertian Energi

(20)

26 Energi merupakan daya atau kemampuan bekerja. Energi adalah zat yang diperlukan makhluk hidup untuk mempertahankan hidup, menunjang pertumbuhan dan melakukan aktivitas fisik. Energi dalam tubuh manusia dapat timbul karena adanya pembakaran karbohidrat, protein dan lemak. Untuk mencukupi kebutuhan energi, diperlukan pemasukan zat-zat makanan yang cukup ke dalam tubuh. Seseorang yang kurang makan akan lemah baik daya kegiatan, pekerjaan-pekerjaan fisik maupun daya pikir karena kurangnya zat- zat makanan yang diterima tubuh yang dapat menghasilkan energi Kebutuhan seseorang akan energi tergantung pada Basal Metabolic Rate (BMR) dan kegiatannya. BMR dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, suhu lingkungan, penyakit dan komposisi tubuh.(Muntazah, 2020).

b. Fungsi Energi

Energi diperlukan tubuh untuk proses sebagai berikut.

1) Proses pertumbuhan dan mempertahankan jaringan tubuh. Tubuh memerlukan energi untuk kegiatan yang berlangsung yang berlangsung didalam sel.

2) Proses memertahankan suhu tubuh

3) Gerakan otot tak sadar, seperti gerakan otot jantung, gerakan saluran pencernaan dan gerakan yang terlibat dalam kegiatan respirasi.

4) Gerakan otot sadar seperti bekerja, berjalan, dan berolahraga.

c. Sumber Energi

Energi diperoleh dari karbohidrat, lemak dan protein yang ada di dalam bahan makanan. Kandungan karbohidrat, lemak dan protein suatu bahan makanan menentukan nilai energinya karbohidrat dan protein mempunyai nilai energy 4

(21)

27 kkal/gr, sedangkan lemak dan minyak nilainya lebih dari dua kali lipat yaitu 9 kkal/gr.

Sumber energi berkonsentrasi tinggi adalah bahan makanan sumber lemak, seperti lemak dan minyak, kacang-kacangan dan biji-bijian. Setelah itu bahan makanan sumber karbohidrat, seperti padi-padian, umbi-umbian dan gula murni. Semua makanan yang dibuat dari dan dengan bahan makanan tersebut merupakan sumber energi. (Siswati et al, 2022)

d. Kecukupan Energi

Energi merupakan asupan utama karena jika kebutuhan energy tidak terpenuhi, protein, vitamin dan mineral yang ada tidak dapat digunakan secara efektif untuk berbagai fungsi metabolism. Energ yang dibutuhkan remaja dipengaruhi oleh Basal Metabolic Rate (BMR yaitu energy yang dibutuhkan saat seseorang dalam keadaan istirahat), tingkat pertumbuhan, komposisi tubuh dan tingkat aktivitas fisik. BMR sangat berhubungan dengan jumlah lean body mass dari tiap individu. Remaja laki-laki mengalami peningkatan lebih besar dalam tinggi dan berat badan serta lean body mass sehingga remaja laki-laki memiliki tingkat metabolisme maupun kebutuhan energy yang lebih besar daripada perempuan. Pertumbuhan dan perkembangan fisik selama pubertas sangat membutuhkan asupan energi dan zat gizi. Asupan energy yang rendah dapat menyebabkan tertundanya pubertas atau keterlambatan pertumbuhan.(Muntazah, 2020)

(22)

28 Tabel 3

Kecukupan Energi Berdasarkan AKG 2019 Jenis kelamin umur Energi(kka)

Perempuan 10-12 tahun 1900

13-15 tahun 2050 16-18 tahun 2100 Sumber: Kementrian Kesehatan RI, Data AKG 2019 e. Dampak Kelebihan dan Kekurangan Energi

1) Kelebihan energi

Kelebihan energi terjadi bila konsumsi energy melalui makanan melebihi energy yang dikeluarkan. Kelebihan energy ini akan diubah menjadi lemak tubuh. Akibatnya, terjadi berat badan lebih atau kegemukan. Kegemukan bisa disebabkan oleh kebanyakan makan, dalam hal karbohidrat, lemak maupun protein, tetapi juga karena kurang bergerak. Kegemukan dapat menyebabkan gangguan dalam fungsi tubuh, merupakan risiko untuk menderita penyakit kronis, seperti diabetes mellitus, hipertensi, penyakit jantung coroner, penyakit kanker dan dapat memperpendek harapan hidup.

2) Kekurangan energi

Kekurangan energi terjadi bila konsumsi energi melalui makanan kurang dari energi yang dikeluarkan.Tubuh akan mengalami keseimbangan energy negatif. Akibatnya, berat badan kurang dari berat badan seharusnya (ideal).

Bila terjadi pada bayi dan anak-anak akan menghambat pertumbuhan dan pada orang dewasa penurunan berat badan dan kerusakan jaringan tubuh.(Maros & Juniar, 2022)

(23)

29 2. Asupan Protein

a. Pengertian Protein

Protein termasuk zat gizi yang sangat penting, karena yang paling erat hubungannya dengan proses kehidupan. Protein merupakan konstituen penting pada semua sel. Jenis zat gizi ini berupa struktur kompleks yang terbuat dari asam-asam amino. Semua bahan makanan yang berasal dari hewan maupun tanaman mengandung protein. Asupan protein yang tidak adekuat umumnya menjadi bagian dari kondisi gizi kurang. Sehingga, protein tidak tersedia lagi untuk pemeliharaan jaringan ataupun pertumbuhan. Pada anak, timbul gejala pendek, kehilangan masa otot, burukya penyembuhan luka, dan meningkatnya risiko infeksi. Kadar albumin plasma menjadi rendah, mengakibatkan edema.(Khairullah & Lala, 2019) .

b. Fungsi Protein

1) Bagian utama dari sel inti dan protoplasma.

2) Bagian padat dari jaringan tubuh misalnya otot, glandula dan sel-sel darah.

3) Penunjang organik dari matrix, tulang, gigi, rambut dan kuku.

4) Bagian dari cairan yang disekresikan kelenjar kecuali empedu, keringat, dan urin.

5) Zat pembangun yaitu dalam pertumbuhan jaringan. Pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan dimungkinkan bila tersedia susunan asam amino tertentu yang sesuai.

(24)

30 6) Zat pembangun yaitu dalam pertumbuhan jaringan. Pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan dimungkinkan bila tersedia susunan asam amino tertentu yang sesuai.

7) Zat pertahanan tubuh melawan berbagai mikroba dan zat toksik lain yang datang dari luar dan masuk ke dalam milieu interiur tubuh. Zat pengatur proses-proses metabolisme dalam bentuk hormon dan enzim.Protein khususnya enzim, hormon dan antibodi berfungsi dalam proses pengaturan biokimia, seperti pencernaan, anabolisme dan katabolisme zat gizi, pengaturangula darah, tekanan darah, ekskresi, reaksi pertahanan tubuh, penglihatan dan lain-lain.

8) Sumber energi jika penyediaan energi dari lemak dan karbohidrat tidak mencukupi.

9) protein bersama mineral, berperan dalam pemeliharaan keseimbangan air dengan cara menjaga jumlah cairan yang cukup disetiap ruang bagian cairan tubuh, yaitu cairan dalam pembuluh darah, ruang antar sel dan didalam sel. (Muntazah, 2020)

c. Sumber Protein

Bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang baik, dalam jumlah maupun mutu, seperti telur, susu, daging, unggas, ikan dan kerang.

Sumber protein nabati adalah kacang kedelai dan hasilnya, seperti tempe dan tahu, serta kacang-kacangan lain.

Padi-padian dan hasilnya relative rendah dalam protein, tetapi karena dimakan dalam jumlah banyak, memberi sumbangan besar terhadap konsumsis

(25)

31 protein sehari. Seperti telah dijelaskan terdahulu protein padi- padian tidak komplit dengan asam amino pembatas lisin.(Hamidah et al., 2018)

Bahan makanan hewani kaya dalam protein bermutu tinggi, tetapi hanya merupakan 18,4% konsumsi protein rata-rata penduduk Indonesia.

Bahan makanan nabati yang kaya dalam protein adalah kacang-kacangan.

Kontribusinya rata-rata terhadap konsumsi protein hanya 9,9%. Sayur dan buah-buahan rendah dalam protein, kontribusinya terhadap rata-rata terhadap konsumsi protein adalah 5,3%. Gula, sirup, lemak dan minyak murni tidak mengandung protein.

Dalam merencanakan diet, disamping memperhatikan jumlah protein perlu diperhatikan pula mutunya. Protein hewani pada umumnya mempunyai susunan asam amino yang paling sesuai untuk kebutuhan manusia. Akan tetapi harganya relatif mahal. Untuk menjamin mutu protein dalam makanan sehari- hari, dianjurkan sepertiga bagian protein yang dibutuhkan berasal dari protein hewani.(Khairullah & Lala, 2019)

d. Kecukupan Protein

Protein merupakan bagian terbesar tubuh setelah air. Protein juga menjadi bagian utama dari lean body tissue, sebesar 17% dari berat badan.

Protein merupakan zat gizi penting untuk mengatur dan memelihara fungsi tubuh, seperti pembentukan darah, keseimbangan cairan, produksi hormon dan enzim, proses visual dan perbaikan sel membutuhkan protein. Jika asupan protein tidak memenuhi kebutuhan, maka akan mengakibatkan pertumbuhan linear yang menurun, kematangan seksual terhambat dan menurunnya akumulasi lean body mass.

(26)

32 Kebutuhan protein dipengaruhi oleh jumlah protein yang sumber dibutuhkan untuk mempertahankan keberadaan lean body mass dan juga menunjang jumlah yang dibutuhkan untuk menambah tambahan lean body mass selama masa pacu tumbuh.

Tabel. 4

Kecukupan Protein pada Remaja Putri berdasarkan AKG 2019

Jenis kelamin Umur Protein (gram)

Perempuan 10-12 tahun 55

13-15 tahun 65 16-18 tahun 65 Sumber : Kementrian Kesehatan RI, AKG 2019 e. Dampak Kelebihan dan Kekurangan Protein

1) Kelebihan

Protein secara berlebihan tidak menguntungkan tubuh. Makanan yang tinggi protein biasanya tinggi lemak sehingga dapat menyebabkan obesitas. Diet protein tinggi yang sering dianjurkan untuk menurunkan berat badan kurang beralasan. Kelebihan protein dapat menimbulkan masalah lain, terutama pada bayi.Kelebihan asam amino memberatkan ginjal dan hati yang harus memetabolisme dan mengeluarkan kelebihan nitrogen. Kelebihan protein akan menimbulkan asidosis, dehidrasi, diare, kenaikan amoniak darah, kenaikan ureum darah dan demam. Batas yang dianjurkan untuk konsumsi protein adalah dua kali Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk protein.

(27)

33 2) Kekurangan

Kekurangan protein banyak terdapat pada masyarakat social ekonomi rendah. Kekurangan protein murni pada stadium berat menyebabkan kwashiorkor pada anak-anak dibawah lima tahun (balita). Kekurangan protein sering ditemukan secara bersamaan dengan kekurangan energy yang menyebabkan kondisi yang dinamakan marasmus. Sedangkan pada remaja kekurangan asupan protein dapat menyebabkan terjadinya Kurang Energi Kronis (KEK). (Putri et al., 2022)

f. Metode Pengukuran Asupan Energi dan Asupan Protein

Metode Pengukuran konsumsi makanan individu ada dua jenis, yaitu metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kuantitatif meliputi metode food recall 24 jam, perkiraan makanan (estimated food records), penimbangan makanan (food weighing), food account, metode inventaris (inventory method), dan metode pencatatan (household food records). Adapun metode kualitatif meliputi metode food frequency, metode dietary history, metode telepon dan metode food list.(Wiyono Sugeng, Priyo Harjatmo Titus, 2017).

Dalam penelitian ini menggukan metode Food Recall 24 Jam. Metode food recall 24 jam adalah salah satu metode kuantitatif pengukuran konsumsi pangan. Prinsip metode food recall 24 jam yaitu mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Bahan makanan dan minuman yang ditanyakan adalah bahan makanan dan minuman yang dikonsumsi sejak responden bangun pagi kemarin sampai dia istirahat tidur malam harinya atau dapat dimulai dari waktu saat dilakukan wawancara mundur sampai 24 jam penuh. Data bahan makanan yang telah dikumpulkan

(28)

34 kemudian dikonversikan ke dalam zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM). Selanjutnya, hasil yang diperoleh dibandingkan dengan Daftar Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan di Indonesia. (Wiyono Sugeng, Priyo Harjatmo Titus, 2017)

(29)

35 g. Kerangka Teori

Gambar 1.Kerangka teori

h.

i.

Sumber : Modifikasi (Hartono et al., 2017) Status Gizi

Asupan Energi, Protein

Penyakit infeksi Penyebab langsung

Penyebab tidak langsung Keluarga

besar Pengetahuan

gizi pendapatan

(30)

36 j. Kerangka Konsep

Gambar 2.Kerangka Konsep Asupan Energi

Status Gizi Asupan Protein

Gambar

Gambar 1.Kerangka teori
Gambar 2.Kerangka Konsep  Asupan Energi

Referensi

Dokumen terkait

Diharapkan kepada pihak sekolah dapat memberikan materi tentang pedoman gizi seimbang melalui berbagai promosi kesehatan di sekolah untuk meningkatkan kualitas status gizi siswa di