commit to user 19
BAB II
GAMBARAN UMUM DESA TRANGSAN
A.
Kondisi Demografis 1. Geografis dan DemografisKecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo memiliki luas wilayah 1.947,2 Ha. Kecamatan Gatak berlokasi di dataran tinggi, denga ketingggian 118m diatas permukaan laut. Kecamatan Gatak berbatasan dengan Kecamatan Kartasura disebalah utara, Kecamatan Baki di sebelah timur, Kecamatan Wonosari (Kabupaten Klaten) sebelah selatan dam Kecamatan Sawit (Kabupaten Boyolali) sebelah barat. Wilayah Kecamatan Gatak terdiri dari 14 Desa. Pembagian desa di Kecamatan Gatak yaitu: Sanggung, Kagokan, Blimbing, Krajan, Geneng, Jati, Tosemi, Luwang, Klaseman, Tempel, Sraten, Wironaggan, Tansan, Mayang.1
Desa Trangsan seluas 2,30 km² yang terdiri dari 4 dusun/ lingkungan.
Desa Trangsan terbagi dalam 10 Rukun Warga (RW) atau 37 Rukun Tetangga (RT).2 Jumlah penduduk Desa Trangsan sebanyak 6.498 jiwa, atau kepadatan penduduk 2.825 jiwa /Km².3 Desa Trangsan merupakan desa dengan jumlah penduduk terbanyak dan terpadat di Kecamatan Gatak.
1 Kecamatan Gatak Dalam Angka 2006, hlm. 4.
2 Ibid., hlm. 13.
3 Ibid., hlm. 20.
commit to user
Agama juga mempunyai pengaruh besar dalam membentuk kepribadian seorang individu.4 Secara umum sebagian besar penduduk di Indonesia beragama Islam, seperti halnya di Desa Trangsan juga mayoritas penduduknya beragama Islam. Data mengenai penduduk Desa Trangsan berdasarkan agama yang dianut adalah sebagai berikut:
Tabel 1.
Jumlah Pemeluk Agama Desa Trangsan Tahun 2006
Islam 6.223
Protestan 98
Khatolik 98
Hindhu -
Budha 14
Lainya 65
Sumber: Kecamatan Gatak Dalam Angka Tahun 2006
Berdasarkan tabel jumlah pemeluk agama, maka dapat diketahui bahwa sebagian besar dari penduduk Desa Trangsan pemeluk agama Islam. Pemeluk Agama Islam di Desa Trangsan lebih dari 95% memeluk. Pemeluk agama terbesar selanjutnya yaitu Protestan dan Khatolik. Pemeluk Agama Protestan dan Khatolik masing- masing sebanyak 1,5%. Pemeluk agama Budha sebanyak 0,2%, dan sisanya sebanyak 1% menganut kepercayaan lainya.
Sarana penunjang untuk beribadah dan tempat untuk berkumpul umat beragama, maka dibangunlah tempat untuk beribadah. Di Desa Trangsan terdapat tempat beribadah sebagai berikut:
4 Soerjono Sukanto, 1994, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, hlm 207.
commit to user Tabel 2.
Jumlah Tempat Ibadah Di Desa Trangsan Tahun 2006
Tempat Ibadah Jumlah
Masjid 16
Langgar/ Surau 8
Gereja -
Pura -
Wihara -
Sumber: Kecamatan Gatak Dalam Angka Tahun 2006, Koleksi Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo.
Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa di Desa Trangsan pada tahun 2006 ada dua jenis tempat ibadah yang berdiri. Dua jenis tempat ibadah yang berdiri yaitu Masjid dan Langgar/ Surau. Masjid dan Langgar/ Surau ini merupakan tempat ibadah umat muslim. Masjid dan Langgar/ Surau walaupun sama- sama tempat ibadah umat muslim, namun secara umum penggunanan kedua tempat ibadah tersebut ada perbedaan. Langgar/ surau adalah Masjid kecil, namun tidak digunakan untuk Shalat Jumat, sedangkan Masjid merupakan bangunan untuk beribadah yang secara fisik lebih besar dari Langgar/ Surau.5Pemeluk agama lain di Desa Trangsan yang tidak memiliki tempat ibadah menggabung dengan desa/
kecamatan lain.
2. Mata Pencahariaan
Arah pembangunan di Indonesia menitikberatkan pada bidang industri kecil pedesaan maupun pertanian. Pembangunan pedesaan dan industri kecil desa memiliki peran penting dalam pembangunan berkelanjutan di Indonesia.
5 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia:
Edisi Keempat (Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 2008), hlm. 750.
commit to user
Indonesia adalah negara sedang berkembang yang ketiga setelah China dan India.
Namun dibandingkan dengan kedua negara tersebut industrialisasi di Indonesia boleh dikatakan baru saja dimulai. Sektor industri di Indonesia sangat ketinggalan perkembangannya dibandingkan dengan keadaan di banyak negara di Asia.6
Masalah pelik yang dihadapi negara berkernbang seperti Indonesia adalah masalah penyelesaian lapangan pekerjaan. Laju pertambahan penduduk yang cepat mengakibatkan munculnya pengangguran dalam jumlah yang besar di daerah pedesaan. Modernisasi di bidang pertanian tidak dapat membuka kesempatan kerja baru, sehingga timbullah tingkat pertambahan penduduk yang tinggi dan kurangnya kesempatan kerja di daerah pedesaan. Olch karcna itu pcrlu dilakukan upaya untuk mendapatkan kesempatan kerja alternatif. Indonesia merupakan negara agraris. Gambaran umum yang ada selama ini menunjukkan sebagian besar penduduk di Indonesia bermukim, bekerja dan menggantungkan sumber kehidupan di daerah pedesaan. Tanah merupakan basis utama kehidupan masyarakat desa, karena perkembangan penduduk yang semakin besar mengakibatkan lahan pertanian yang semakin sempit dan kesempatan kerja di bidang pertanian semakin kecil. Dari kenyataan seperti ini, masyarakat desa mulai berpikir tentang penyaluran tenaga kerja di luar sektor pertanian, industri misalnya. Industri ini bersifat padat karya. Hal ini merupakan salah satu alternatif
6 Anne Booth dan Peter Mc Cawley, Ekonomi Orde Baru (Jakarta:
LP3ES, 1990), hlm. 79.
commit to user
kerja di bidang nonpertanian yang banyak mcnjadi pilihan di kalangan masyarakat pedesaan untuk menyalurkan kelebihan tenaga kerja.7
Bekerja pada sektor industri dan kerajinan rumah tangga merupakan salah satu alternatif atau pilihan yang sangat tepat bagi permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat pedesaan. Masih banyak industri kecil yang hanya merupakan pekerjaan sambilan dalam keluarga atau dikerjakan secara musiman. Hal itu mengingat pada kondisi yang ada bahwa orang yang melakukan pekerjaan ini pada umumnya masih bermata pencaharian pokok sebagai petani. Mereka memanfaatkan selang waktu antara masa tanam dengan masa panen untuk melakukan kegiatan produksi yang dapat mereka kerjakan secara sampingan.
Pilihan terhadap dikembangkannya industri kecil adalah didasarkan pada kenyataan bahwa usaha industri rumah tangga sangat tepat dikombinasikan dengan usaha pertanian. Hal tersebut berkaitan dengan sifat industri kecil yang tidak memadukan modal besar. Disamping itu kombinasi usaha mencari nafkah di luar bidang pertanian pada masyarakat desa di dukung oleh faktor yang mendasar yaitu adanya ketidakpastian dalam usaha tani, misalnya gagalnya panen atau kekeringan sehingga diperlukan suatu penghasilan cadangan walaupun kecil tetapi terjamin. Pada umumnya, sebagian masyarakat desa menganggap pekerjaan di luar sektor pertanian hanyalah sebagai pekerjaan sampingan yang mereka kerjakan karena adanya tenggang waktu. Namun, sehubungan dengan hal itu dijumpai suatu fenomena yang menarik yaitu pekerjaan tersebut justru menjadi mata pencaharian pokok setelah hasilnya di rasa lebih menguntungkan daripada
7 Tadjudin Nur Effendi, Sosiologi Ekonomi (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1980), hlm. 53.
commit to user
bertani. Pekerjaan di luar sektor pertanian tersebut menuntut masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi yang ada yang dalam hal ini menyangkut situasi dan kondisi lingkungan kerja.8
Semakin besarnya peran industri kecil bagi masyarakat pedesaan, maka diharapkan akan mampu melahirkan hasil ganda bagi masyarakat desa yaitu pertumbuhan ekonomi desa secara rasional dan semakin terbukanya ide modernisasi di kalangan masyarakat desa dari aktivitas ekonomi tradisional menuju ke arah ekonomi komersial yang lebih luas. Hal ini tentu saja tidak terlepas dari sikap masyarakat terutama para pengusaha industri kecil dalam menerima ide-ide modernisasi seperti masuknya teknologi baru. Munculnya industri kecil di pedesaan sebagai pilihan alternatif guna meningkatkan dan meringankan beban kebutuhan rumah tangga petani. Di pedesaan memang perlu dikembangkan industri-industri rakyat, sebagai hasil tambahan bagi rakyat maupun hasil pokok, terutama bagi petani yang tidak mempunyai tanah.
Perekonomian pedesaan harus diubah dari ekonomi pertanian menjadi ekonomi campuran pertanian dan industri, dalam arti industri rakyat.9
Masalah ketenagakerjaan merupakan masalah serius dalam masyarakat di pedesaan karena lapangan pekerjaaan yang menampung pekerjaan masih dalam sector pertanian dan perkebunan sementara jumlah lahan yang digunakan terus mengalami penyusutan. Bagi rumah tangga pedesaan yang hanya menguasai
8 Gatot Murnianto, Sistem Ekonomi Tradisional sebagai Wujud Tanggapan Masyarakat terhadap Lingkungannya DIY, (Yogyakarta: Proyek Inventaris dan dokumentasi Kebudayaan Daerah, 1982), hlm. 5
9 H. Haryanto Sumodisastro, Pembangunan Ekonomi Indonesia Dan Kapita Selekta, (Gunung Agung: Jakarta, 1985), hlm. 6.
commit to user
faktor produksi tenaga kerja, pendapatan mereka ditentukan oleh besarnya kesempatan kerja yang tersedia dan tingkat upah. Peralihan profesi masyarakat Desa Trangsan dari petani ke buruh industri disebabkan oleh faktor perkembangan industri-industri tekstil di desa tersebut, baik berskala menengah ataupun industri berskala kecil yang masih berbentuk industi rumahan. Selain itu factor pendapatan masyarakat juga mempengaruhi peralihan profesi yang ada dalam masyarakat Padamulya, karena pendapatan yang diperoleh dari sektor industri dirasa lebih besar dari pada bekerja di sektor pertanian. Walaupun banyak pekerjaan di luar sektor pertanian, namun tidak seluruh juga tidak serta merta meninggalkan lahan pertanian mereka. Berikut adalah mata pencahariaan masyarakat Desa Trangsan:
Tabel 3.
Mata Pencahariaan Penduduk Desa Trangsan Tahun 2008
Pekerjaan Jumlah
Petani 356
Buruh Tani 564
Buruh/ Swasta 65
PNS 127
Pengrajin 250
Pedagang 125
Peternak 2
Nelayan 0
Montir 2
Dokter 2
TNI/ Polri 18
Pensiunan 38
Sumber: Kecamatan Gatak Dalam Angka Tahun 2008, Koleksi Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo.
commit to user
Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa penduduk Desa Trangsan sebagian besar berprofesi pada sektor agraris. Penduduk yang bekerja pada sektor agraris dapat dibagi dua yaitu petani dan buruh tani. Petani yaitu penduduk yang berprofesi sebagai tani dan memiliki tanah sendiri untuk diolah, sedangkan buruh tani yaitu masyarakat yang bekerja pada sektor pertanian, namun tidak memiliki tanah untuk diolah sendiri, sehingga mereka bekerja pada petani lain. Buruh tani yang ada di Desa Trangsan sebanyak 564, sedangkan Petani ada 356 orang.
Profesi penduduk Desa Trangsan terbanyak berikutnya terserap pada sektor kerajinan. Pada sektor kerajinan ini terdapat 250 orang yang berprofesi tetap sebagai pengrajin. Pekerjaan terbanyak selanjutnya yaitu PNS, Penduduk Desa Trangsan yang bekerja sebagai PNS sebanyak 127 orang, kemudian disusul pedagang sebanyak 125 orang. Penduduk yang berpofesi sebagai buruh/ swasta ada sebesar 65. Jumlah pensiunan yang ada di Desa Trangsan sebesar 38 orang, dan yang bekerja sebagai TNI atau Polri sebanyak 18. Profesi lain yang ada di Desa Trangsan yaitu Dokter, Montir dan Peternak, ketiga profesi ini masing- masing ada 2 orang.
Petani di Desa Trangsan, sebenarnya tidak hanya berprofesi sebagai petani/ buruh tani, namun sebagian besar juga berprofesi sebagai pengrajin rotan.
Petani/ buruh tani yang berprofesi sampingan sebagai pengrajin rotan, mengerjakan kerajinan rotan disesla- sela kesibukan bertani.10Kebanyakan petani yang berprofesi tambahan sebagai pengrajin rotan merupakan suplier dari perusahaan/ tetangga mereka yang kelebihan orderan. Pekerjaan sampingan
10 Wawancara dengan Mujiman pada tanggal 10 Juni 2015.
commit to user
sebagaai pengrajin, selain untuk mengisi waktu luang/ menunggu masa panen juga untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga mereka.
B. Sejarah Desa Trangsan
Tradisi pemberian nama tempat di Jawa dapat berdasarkan nama orang.
Tradisi ini berlatarbelakang pada jabatan seseorang yang pantas dihormati, kesetiaan orang itu, pengaruh orang tersebut terhadap masyarakat sekitar dan kerajaan. Pemberian nama tempat berdasarkan nama orang sebagai penghormatan bahwa orang yang termaksud sebagai Abdi Dalem atau Sentana Dalem kerajaan yang disegani oleh rakyatnya. Dia dihormati karena berkelakuan baik, berjasa kepada masyarakat dan raja, berwibawa atau masih keturunan raja. Tradisi ini juga mempengaruhi sejarah penamaan Desa Trangsan.
Nama Desa Trangsan berasal dari kata “Trowangsan” yang merupakan
daerah yang dikuasai oleh R.Ng. Setrawangsa yang merupakan seorang Abdi Dalem Keraton Kasunanan Surakarta. Penambahan imbuhan “an” dibelakang
nama orang tersebut dalam tradisi Jawa dapat diartikan sebagai daerah milik orang tersebut. Masyarakat sulit mengatakan “Trowangsan”, sehingga yang terdengar
adalah kata “Trangsan”. Kesalahan ejaan ini membuat nama daerah ini menjadi Desa Trangsan.11
Desa Trangsan memiliki perangkat pemerintahan desa. Pemerintahan desa adalah simbol formal kesatuan masyarakat desa. Pemerintahan desa sebagai badan kekuasaan terendah selain memiliki wewenang asli untuk mengatur rumah tangga
11 Radjiman, Seri Sejarah Surakarta 1: Toponimi Kota Surakarta dan Awal Berdirinya Kasunanan Surakarta (Surakarta: tanpa penerbit, 2002), hlm.
119.
commit to user
sendiri, juga memiliki wewenang dan kekuasaan sebagai pelimpahan secara bertahap dari pemerintah di atasnya.12 Sejarah pemerintahan Desa Trangsan telah ada sejak zaman pemerintahan Hindia Belanda sebagai salah satu wilayah Kasunanan Surakarta Hadiningrat.
C. Potensi Desa Trangsan
Desa Trangsan sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai pengrajin rotan. Rotan dari Desa Trangsan hampir semuanya dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan eksport. Sarana Transportasi, kondisi jalan yang sudah baik, sarana dan prasarana yang lancar dan memadahi akan mempengaruhi kemajuan dan perkembangan suatu darah. Jalan yang sudah diaspal dan dekat dengan jalan besar membuat Desa Trangsan mudah diakses oleh penduduk setempat. Sarana transportasi yang baik membuat banyak industri yang mendirikan pabriknya di desa ini. Jalan desa penghubung dengan Jalan raya mutlak diperlukan untuk mempercepat proses distribusi bahan baku ke Desa Trangsan dan barang hasil kerajinan menuju tempat tujuan. Pengaspalan jalan dan pelebaran jalan diperlukan untuk mempermudah masuknya kendaraan. Jalan di Desa Trangsan yang semuanya sepanjang 25 Km, sebanyak 80% jalan desa telah diaspal. Panjang jalan yang diaspal sepanjang 20 Km.13
Sarana komunikasi merupakan penunjang untuk perdagangan atau inovasi dalam pembuatan dan perdagangan kerajinan rotan di Desa Trangsan. Desa Trangsan cenderung lebih maju dalam bidang komunikasi dibandingkan dengan
12 Sumber Saparin, Tata Pemerintahan dan Administrasi Pemerintahan Desa (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1979), hlm. 30-31.
13 Kecamatan Gatak Dalam Angka Tahun 2006, hlm. 70
commit to user
desa lainya dalam bidang komunikasi. Kemajuan di bidang komunikasi ditunjukan dengan kepemilikan alat-alat komunikasi yang lebih banyak dibandingkan dengan desa-desa lain di Kecamatan Gatak. Jumlah televisi di Desa Trangsan sejumlah 950 dari keseluruhan jumlah televisi di Kecamatan Gatak 6336 dari 14 Desa14. Kepemilikan alat komunikasi selain dikarenakan kesadaran masyarakat untuk menambah wawasan dan komunikasi dengan dunia luar, kemapan ekonomi juga mempengaruhi dalam kepemilikan peralatan komunikasi.
Sarana perekonomian adalah sarana penunjang kehidupan perekonomian di suatu daerah agar dapat berjalan dengan lancar. Sarana perekonomian guna pemenuhan kebetuhan sehari hari, di Kecamatan Gatak tersedia 3 pasar umur.
Pasar umum berada di Desa Blimbing, Geneng, Sraten. Pasar umum ini menyediakan berbagai kebutuhan pokok masyarakat di Kecamatan Gatak. Namun demikian karena kesibukan masyarakat, tidak semua warga meilih berbelanja di pasar umum karena setiap desa tidak memipunyai. Keberadaan toko, kios atau warung dinilai lebih efektif guna memenuhi kebutuhan sehari-hari warga.
Keberadaan dinilai lebih efektif dapat dilihat dari banyaknya Toko, kios atau warung yang berdiri. Di Desa Trangsan, berdiri lima toko dan enam kios/
warung15yang menyediakan kebutuhan sehari-hari warga.
Pentingnya pendidikan dalam masyarakat tidak saja menyangkut pendidikan formal dan non formal terhadap pendidikan mental atau spiritual.
Pendidikan juga dapat memelihara sistem-sistem intelektuil: kesusasteraan, seni hukum, dan ilmu pengetahuan. Bisa mendorong para pemuda belajar bagaimana
14 Ibid., hlm 71
15 Ibid., hlm. 54
commit to user
memberi bentuk baru pada sistem intelektual yang tradisional guna memajukan berbagai aspek modernisasi.16Pendidikan masyarakat berdampak pada penemuan- penemuan baru guna memperbaiki taraf kehidupan, maupun pola berfikir dalam memecahkan masalah. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting untuk dapat meningkatkan dan mewujudkan kemajuan bangsa. Hal ini sesuai dengan arah dan tujuan bangsa yang tertuan dalam UUD 1945 yakni, untuk mencerdaskan dan memajukan segenap tanah air dan tumpah darah Indonesia.Berikut sarana pendidikan formal yang ada di Desa Trangsan.
Tabel 4.
Sarana Pendidikan Formal Desa Trangsan Tahun 2006
Jenjang Sekolah Jumlah Sekolah
SD Negeri 4
Madrasah Ibtidaiyah 1
SMPT Umum 2
SMU -
Sumber: Kecamatan Gatak Dalam Angka Tahun 2006, Koleksi Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo.
Tabel 3 menunjukkan bahwa di Desa Trangsan telah didirikan sekolah formal untuk menunjang gerakan wajib belajar sembilan tahun yang dicanangkan pemerintah. Gerakan wajib belajar yang digalakan oleh pemerintah yaitu sekolah dasar enam tahun dan sekolah lanjutan pertama tiga tahun. Sarana yang ada di Desa Trangsan untuk melaksakan gerakan wajib belajar sembilan tahun terdiri
16 Werner Myron, Modernisasi Dinamika Pertumbuhan. (Jogjakarta:
UGM Press, 1981), hlm. 17.
commit to user
dari empat Sekolah Dasar dan satu Madrasah Ibtidaiyah dan dilanjutkan dengan satu Sekolah lanjutan pertama. Keberadaan sekolah sangat menunjang peningkatan tingkat pendidikan di desa ini. Peningkatan tingkat pendidikan dapat mendukung peningkatan intelektualitas pengrajin yang dapat bermanfaat dalam industri kerajinan rotan yang bernilai ekspor.