• Tidak ada hasil yang ditemukan

GANGGUAN KEPRIBADIAN NARSISTIK DALAM PERSPEKTIF ISLAM

N/A
N/A
Robi Riyadi

Academic year: 2024

Membagikan "GANGGUAN KEPRIBADIAN NARSISTIK DALAM PERSPEKTIF ISLAM"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

GANGGUAN KEPRIBADIAN NARSISTIK DALAM PERSPEKTIF ISLAM

A. Gangguan Kepribadian Narsistik

1. Definisi Gangguan Kepribadian Narsistik

Menurut Meyer dan Salmon dalam buku kesehatan mental di sekolah (2019:67) Gangguan Kepribadian adalah pola-pola perilaku maladaptive yang sifatnya kronis, dan sepenuhnya tidak merasakan gangguan. Beberapa ciri lain gangguan kepribadian antara lain adalah kepribadian menjadi tidak fleksibel, tidak wajar atau tidak dewasa dalam menghadapi stress dalam memecahkan masalah. Mereka umumnya tidak kehilangan kontak dengan realitas dan tidak menunjukkan kekacauan perilaku yang mencolok seperti pada penderita narsistik. Penderita ini biasanya dialami oleh para remaja dan berlangsung seumur hidup (Atkinson dkk. 1992).

Menurut Atkinson Gangguan kepribadian narsistik (narcissistic personality disorder) atau cinta pada diri sendiri digambarkan sebagai orang yang memiliki rasa kepentingan diri yang melambung (gradiositas) dan dipenuhi khayalan-khayalan sukses bahkan saat prestasi mereka biasa saja, jatuh cinta pada dirinya sendiri karna merasa mempunyai diri yang unik, selalu mencari pujian dan perhatian, serta tidak peka terhadap kebutuhan orang lain, malahan justru seringkali mengeksplorasinya.

Mereka juga beranggapan bahwa dirinya spesial dan berharap mendapatkan perlakuan yang khusus pula. Oleh karena itu, mereka sangat sulit atau tidak dapat menerima kritik dari orang lain. Mereka juga tidak mampu menampilkan empati, kalaupun mereka memberikan empati atau

(2)

simpati, biasanya mereka memiliki tujuan tertentu untuk kepentingan diri mereka sendiri, atau dengan kata lain mereka bersifat self-absorbed.

Gangguan kepribadian narsistik ditemukan kurang dari 1% dalam populasi umum (APA, 2000). Walaupun lebih dari setengah orang yang didiagnosis dengan gangguan ini adalah laki-laki, kita tidak dapat mengatakan bahwa ada perbedaan gender yang mendasar pada tingkat prevalensi dalam populasi umum. Derajat tertentu dari narsisme yang menentukan penyesuaian diri yang sehat akan rasa tidak aman, sebuah tameng dan kritik dan kegagalan, atau motif untuk berprestasi (Goleman, 1988). Kualitas narsistik yang berlebihan dapat menjadi tidak sehat, terutama bila kelaparan akan pemujaan yang menjadi keserakahan.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat di simpulkan bahwa Gangguan narsistik adalah kondisi dimana seseorang merasa dirinya paling penting dan kagum terhadap diri sendiri yang berlebihan, sangat membutuhkan perhatian.

Orang yang mengidap gangguan ini biasanya sensitif terhadap kritikan dan tidak memiliki simpati.

2. Ciri-ciri gangguan kepibadian narsistik

Berdasarkan buku Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM) IV yang diterbitkan oleh American Psychiatric Association (APA) sebagai paduan atau rujukan bagi para ahli psikolog, dokter dan peneliti diterangkan bahwa seseorang yang mengidap gangguan narsistik apabila mengalami lima dari sembilan ciri-ciri yang akan disebutkan dibawah ini:

a. Merasa diri paling hebat namun tidak sesuai dengan potensi atau kompetensi yang dimiliki.

Hal di atas memiliki maksud yaitu seseorang yang mengidap gangguan narsistik pastinya akan merasa dirinya lebih hebat dan lebih memiliki kemampuan dari pada orang lain namun faktanya

(3)

dia tidak sehebat yang ia pikirkan seperti contoh seorang petinju yang merasa dirinya lebih kuat dari musuhnya namun di saat pertandingan ia kalah telak sehingga kekalahannya ini pun bisa mengakibatkan dia merasa stress karna dia selalu beranggapan bahwa dirinya yang terkuat.

b. Percaya bahwa dirinya adalah spesial dan unik

Orang yang mengidap ganggua narsistik bisa jadi mereka beranggapan bahwa diri mereka spesial dan unik berbeda dari yang lain karna mereka berlebihan dalam mencintai diri mereka sendiri seperti contoh seorang wanita yang beranggapan bahwa dialah wanita yang paling cantik di daerah yang ia tinggal sehingga beranggapan bahwa tidak mungkin ada lelaki yang akan menolak dia dalam hal percintaan namun faktanya dirinya tidak secantik yang dia kira sehingga ada lelaki yang menolak cintanya dan mengakibatkan dirinya stres.

c. Dipenuhi dengan fantasi tentang kesuksesan, kekuasaan, kepintaran, kecantikan atau cinta sejati.

Orang yang memiliki gangguan narsistik selalu memiliki fantasi bahwa kehidupan yang mereka alami akan selalu mulus dan sesuai dengan yang mereka harapkan namun faktanya kehidupan yang sebenarnya tidak semulus yang mereka fantasikan seperti contoh seorang pengusaha kaya yang mencalonkan dirinya untuk menjadi pemimpin pada suatu daerah dan beranggapan bahwa dia akan menang dalam pemilihan tersebut karna kekayaan yang ia miliki akan tetapi ia gagal dan kalah dalam pemilihan tersebut sehingga bisa menyebabkan gangguan mental pada dirinya.

d. Memiliki kebutuhan yang ekspresif untuk dikagumi.

Hal di atas memiliki maksud bahwa orang yang mengalami gangguan narsistik akan memiliki perilaku yang berusaha manarik

(4)

perhatian orang banyak untuk mendapatkan pujian dan rasa kagum untuk diri mereka karna mereka beranggapan bahwa sudah selayaknya mereka mendapatkan pujian akan kelebihan yang mereka miliki.

e. Merasa layak untuk diperlakukan secara istimewa.

Orang yang narsistik beranggapan bahwa dirinya spesial sehingga selayaknya mereka diperlakukan secara khusus dan istimewa. Merekan memiliki standarisasi tertentu tentang perlakuan kebanyakan orang terhadap diri mereka sehingga apabila ada orang tidak memperlakukan mereka secara spesial maka dia akan dianggap orang yang tidak berguna seperti contoh seorang pria tampan dan kaya raya berkunjung ke suatu dealer mobil yang hanya mau dilayani oleh sales promotion girl (SPG) wanita yang cantik dan perlakuan khusus lainnya karna dia merupakan seorang pria tampan dan kaya raya.

f. Kurang empati.

Orang yang narsis memiliki ciri kurang empati karna orang yang narsis tidak pernah berpikir bagaimana keadaan dirinya apabila ada di posisi orang lain, yang mereka anggap orang lain hanyalah sebagai objek yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang mereka kehendaki karna seringkali orang yang mengalami gangguan ini tidak peduli akan yang mereka lakukan terhadap orang lain apakah itu perbuatan yang baik atau buruk seperti contoh seorang koruptor yang tega mengambil uang rakyat hanya untuk memperkaya diri mereka sendiri tanpa memikirkan apa akibatnya dari yang telah ia perbuat.

g. Mengeksploitasi hubungan interpersonal.

Orang yang narsistik memiliki hubungan sosial yang kurang baik dikarenakan kurangnya empati yang dia miliki sehingga

(5)

mereka pun akan berusaha mencari lingkup pertemanan yang hanya sering memuja mereka sehingga mereka pun akan memiliki rasa kharisma yang dapat menarik perhatian orang namun di lain sisi minat pertemanan mereka hanya bersifat satu sisi.

h. Memiliki rasa iri pada orang lain, atau menganggap orang lain iri kepadanya.

Orang yang mengalami gangguan narsistik sangat mudah iri kepada orang lain yang memiliki status lebih tinggi atau lebih hebat karena kecintaan mereka terhadap dirinya dan beranggapan bahwa mereka paling hebat. Namun bisa juga mereka menganggap orang lain iri kepada mereka karena mereka beranggapan bahwa diri mereka paling segalanya. Dalam ajaran Islam sendiri hanya ada beberapa kondisi seseorang dibolehkan untuk merasa iri dengan orang lain dalam dua hal yaitu Orang yang dikaruniai Allah (kemampuan membaca/menghafal Al-Qur’an). Lalu ia membacanya malam dan siang hari, dan orang yang dikaruniai harta oleh Allah, lalu ia menginfakannya pada malam dan siang hari. Hal yang demikian didasari oleh sabda Nabi Muhammad SAW yang berbunyi:

:َلاَق ُهْنَع ُهٌللا يضَر َرَمُع ِنبا نَع يّلَص ِهّللا ُلوُسَر َلاَق

ُهللا ُهاَتآ ُلُجَر ِنيَتَنْثا يِف ل َأ َدَسَآحل مّلَس َو ِهيَلَع ُهللا

ُهاَطعا ُلُجَرَو ِراَهَنلا َءاَناَو ِليّللا َءاَنا ِهِب ُموُقَي وُهَف َنآرُقلا ىراخبلا هاور .ِراَهّنلا َءاَناَو ليللا َءاَنا ُهنِم قفنُي َوُهَف ًلاَم هجام نبأو ىئاسنلاو ىذمرتلاو ملسمو

Dari Ibnu Umar RA, berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Tidak diperbolehkan hasad (iri hati) kecuali terhadap

(6)

dua orang: orang yang dikaruniai Allah (kemampuan membaca/menghafal Alquran) lalu ia membacanya malam dan siang hari. Dan orang yang dikaruniai harta oleh Allah, lalu ia menginfakannya pada malam dan siang hari.” (Hr. Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa’I, dan Ibnu Majah).

i. Angkuh.

Sifat arogan atau angkuh seringkali dialami oleh orang yang mengidap gangguan narsistik karena mereka menganggap diri mereka yang paling hebat atau superior sehingga mereka akan menyombongkan diri dihadapan orang lain mereka menjadi keras kepala dan sulit untuk menerima saran dari orang lain meski saran tersebut masuk akal.

3. Jenis atau Tipe Gangguan Kepribadian Narsistik.

Ada lima tipe narsistik yaitu:

a. Phallic Narcissitic Character

Orang dengan karakter Phallic Narcissitic menginvestasikan energinya untuk merayu dan menarik perhatian. Ciri-cirinya antara lain: pede, arogan, sombong, dan sering merasa memukau.

b. Narcissitic Character

Orang yang dengan karakter narsis tersebut, dikatakan punya image hebat dan dahsyat pada dirinya. Dalam kenyataannya, ada kasus-kasus dimana orang berkarakter narsis ini memang sukses, top, popular, dan berprestasi karena dia mampu “bermain dengan baik” didalam kehidupannya. Tapi biar bagaimanapun, tetap saja image nya lebih besar dari orangnya.

c. Bordeline Personality

Orang dengan karakter ini tidak nyata-nyata mendemonstrasikan kesuksesan, kehebatan yang bisa saja

(7)

didukung oleh prestasi nyata, karena kekuatan egonya lebih lemah, malah kerap kali didominasi rasa minder karena merasa rapuh tidak mampu diliputi keraguan yang besar, persamaan hebat dan spesialnya disimpan didalam diri, jadi seperti memutar dan menonton film sendiri.

d. Psychopathic personality

Orang yang dengan tipe ini biasanya disebut dengan extreme lack of human follow feeling atau bahasa lainnya no heart feeling, karena bisa mencuri, berbohong, menipu, merusak, bahka membunuh dengan santai, tanpa dibebani rasa bersalah atau rasa takut jika ketahuan.

e. Paranoid Personality

Orang dengan tipe ini merasa dirinya begitu istimewa sampai- sampai tidak hanya menjadi pusat perhatian, juga jadi sasaran konspirasi orang yang tidak suka padanya.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gangguan Kepribadian Narsistik

Ada beberapa faktor yang bisa mempengaruhi seseorang bersifat narsistik di antaranya:

a. Faktor psikologis.

Yaitu tingkat harapan dan tujuan yang tidak realistis akan kurangnya penerimaan akan harga dirinya seperti contoh orang yang terlalu tinggi berfantasi akan keberhasilan yang dia capai namun disaat keberhasilannya tidak sesuai yang dia pikirkan maka akan meyebabkan gangguan pada mental karna dirinya tidak menerima akan pencapaian yang telah ia capai.

b. Faktor Biologis.

Yaitu dipengaruhi oleh orang tuanya yang memiliki gangguan neurotic, yaitu suatu kesalahan penyesuaian diri secara emosional,

(8)

karna tidak dapat diselesaikannya suatu konflik tak sadar.

Gejalanya yaitu kecemasan yang dirasakan secara langsung atau diubah oleh berbagai mekanisme pertahanan psikologis dan kemudian munculah gejala-gejala subyektif yang mengganggu.

c. Faktor sosiologis.

Yaitu karna dalam masyarakat standarisasi ideal seseorang berbeda-beda sehingga bisa menimbulkan rasa yang paling sempurna pada seseorang.

5. Konsekuensi Gangguan Kepribadian Narsistik.

Dalam jurnal bimbingan konseling Islam Al-Ittizan dijelaskan ada beberapa konsekuensi yang bisa terjadi apabila seseorang mengalami gangguan kepribadian narsistik diantaranya ialah:

a. Agresi

Agresi menurut kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI) dapat diartikan dengan rasa kekecewaan dan marah yang timbul karna gagal dalam mencapai tujuan yang diarahkan kepada seseorang atau benda. Agresi juga bisa diartikan sebagai perbuatan permusuhan yang bisa mengakibatkan penyerangan secara fisik ataupun psikis orang yang narsistik bersifat agresif karna mereka merasa paling segalanya sehingga apabila ada yang mengkritik atau menyalahkan mereka maka mereka pun akan marah dan menolak kritikan tersebut dengan nada bicara yang lebih keras atau kasar.

b. Mempertahankan diri dan cara berpikir yang menyimpang

Seseorang yang mengalami gangguan narsistik akan selalu meningkatkan harga diri mereka karena kecintaannya akan dirinya, sehingga mereka pun akan selalu merasa paling hebat dalam segalanya walaupun itu hanya fantasi mereka yang menimbulkan

(9)

rasa percaya diri yang berlebih pada diri mereka. Maka hal yang demikian bisa menciptakan pemberitaan pengetahuan tentang fakta yang salah mereka bisa menyebarkan fakta yang salah karena mereka merasa selalu bisa dalam berbagai aspek sehingga dengan kepercayaan yang tinggi berani memberikan statemen atau fakta yang salah kepada publik.

c. Merusak suatu hubungan

Didalam ciri-ciri yang mengalami gangguan narsistik ada satu ciri yang berhubungan dengan hubungan sosial yaitu mengeksploitasi hubungan interpersonal, orang yang narsistik pada awalnya orang akan senang berteman atau berhubungan dengannya karena orang narsis cenderung menunjukan pribadi yang menarik, cemerlang, cerdas, dan bisa diandalkan. Namun setelah beberapa waktu keadaan terbalik karena teman-temannya akan mengetahui sebenarnya bahwa orang yang narsis hanya berfantasi akan kelebihan yang ada pada dirinya. Orang yang narsis akan memanfaatkan orang-orang yang disekitarnya untuk mencapai hal yang bisa membuat diri mereka puas seperti mendapatkan pujian dan kekaguman akan kelebihan mereka.

d. Muncul Perilaku yang Menyimpang dan Proses Internalisasi Internalisasi atau dengan kata lain disebut dengan proses pembelajaran yang didapat dari pengalaman hidup di dunia seperti melewati berbagai peristiwa dan kondisi-kondisi tertentu yang bisa membentuk kepribadian seseorang. Orang yang narsis cenderung gagal proses internalisasi karena kegagalan mereka dalam berbagai bidang seperti gagal dalam membangun hubungan personal, gagal dalam beradaptasi dilingkungan sosial, gagal dalam pekerjaan dan lain sebagainya. Karena orang narsis sering berfantasi akan keberhasilan yang mereka capai maka apabila dalam kehidupan

(10)

mereka tidak sesuai dengan fantasi mereka bisa menyebabkan gangguan psikologis pada diri mereka.

e. Kurang wawasan mengenal kepribadian diri sendiri

Orang yang narsistik memiliki wawasan yang rendah akan kepribadian diri mereka sendiri karena dirinya selalu merasa bahwa dialah orang yang paling segalanya dan memiliki segudang prestasi yang merasa layak diistimewakan. Sedangkan orang-orang disekelilingnya yang mengetahui bagaimana keadaan dirinya yang sebenarnya akan menjauhinya karena mereka mengetahui bahwa orang yang narsis hanya seorang pembual, tukang pamer dan jauh dari kenyataan yang telah disampaikan atau ditunjukan kepada orang banyak tentang dirinya sendiri. Oleh karena itu orang narsis yang memiliki kebiasaan melebih-lebihkan dirinya maka dia akan kurang wawasan tentang kemampuan dirinya yang sebenarnya.

B. Metode Penanganan Gangguan Kepribadian Narsistik

Cara untuk keluar dari gangguan kepribadian narsistik yaitu tidak mengikuti dorongan emosi atau dorongan bertindak oleh narsistik. Untuk itu diperlukan kesediaan mengamati gerak-gerak emosi dan keinginan-keinginan di balik perilaku kita dalam berhubungan dengan orang lain, supaya dorongan yang egoistis dan tidak realistis dapat dikenali. Selain itu juga harus mulai belajar berempati, membiasakan diri mengamati masalah dari perspektif orang lain.

Ada dua fakta yang bisa menjelaskan kesombongan di dalam diri manusia.

Pertama, semua orang tidak bisa melihat kesombongan di dalam diri orang lain.

Kedua, tidak ada orang yang bisa menerima dengan Ikhlas apabila kesombongannya dikoreksi. Adapun penanganan yang dapat kita lakukan:

1. Koreksi langsung. Terkadang kita memunculkan ucapan, perilaku dan sifat-sifat yang mengandung kesombongan dan itu baru kita sadari setelah kita renungkan.

(11)

2. Menumbuhkan dorongan untuk menumbuhkan learning (pembelajaran hidup).

3. Belajar hidup sederhana. Sederhana disini bukan berarti miskin atau berpura-pura miskin. Sederhana adalah moderasi yang proporsional.

Sederhananya orang kaya adalah menghindari berfoya-foya atau berlebih-lebihan untuk hal-hal yang manfaatnya kecil, sedangkan sederhananya orang yang belum atau tidak kaya adalah menghindari munculnya nafsu untuk mendapatkan kekayaan dengan cara yang menyengsarakan diri. Hal ini agar kita masuk kedalam perangkap hedonism.

4. Belajar memilih ungkapan, penyingkapan dan keputusan yang bersumber dari kerendahan hati (humble). Misalnya: melihat cara orang lain, membaca buku, mengoreksi diri kita dimasa lalu dan lain.

Karena hukum paradoks yang bekerja didunia ini menggariskan bahwa Ketika kita humble, justru feed back yang muncul adalah sebaliknya, begitu juga tinggi hati (arogant), feed back yang muncul sebaliknya lagi.

C. Gangguan kepribadian narsistik dalam Perspektif Islam

Dari beberapa penjelasan tentang narsistik diatas, dari definisinya narsistik dapat dipahami dengan orang yang terlalu mencintai dirinya secara berlebihan sehingga merasa bahwa dirinya yang paling hebat, angkuh, sombong dan haus akan segala pujian maka apabila ada orang yang lebih hebat dari mereka akan timbul rasa iri dengki kepada orang tersebut.

Dalam islam narsistik bisa dipahami dalam beberapa makna diantaranya ialah:

1. Ujub

(12)

Ujub berasal dari kata Bahasa Arab ysng berbunyi

ُبَجعي - بجع ابجُع -

yang memiliki arti membanggakan diri sendiri merasa heran terhadap diri sendiri sebab adanya satu dan lain hal.

Al-Junjani (MI Fadhil:2022) berpendapat dalam bukunya yang berjudul Ilmu Jiwa dalam Tasawuf bahwa makna dari ‘ujub adalah seseorang yang menganggap dirinya lebih unggul dari pada orang lain padahal hal yang seperti itu tidak seharusnya dilakukan karena tidak berhak seseorang menganggap dirinya lebih baik dari orang lain. ‘Ujub termasuk perbuatan yang buruk dan tercela. Hati seseorang yang bersifat

‘ujub akan menjadi buta karena melihat dirinya menjadi orang yang selamat padahal tidak. Orang yang ‘ujub akan selalu meremehkan dosa yang telah ia perbuat sehingga sangat mudah baginya melupakan dosa- dosa yang telah ia perbuat hal yang demikian terjadi karena hatinya yang telah buta yang membuat dirinya melakukan dosa menjadi hal yang biasa baginya yang mengakibatkan rasa takutnya mengecil kepada Allah SWT dan memperbesar rasa sombong yang telah ada pada dirinya. Nabi Shallallahu’Alaihi Wasallam telah mengabarkan kepada kita dalam sebuah hadits: “Orang yang jahat akan melihat dosa-dosanya seperti lalat yang hinggap dihidungnya, dengan santai dapat diusirnya hanya dengan mengibaskan tangan. Adapun seorang mukmin melihat dosa-dosanya bagaikan duduk dibawah kaki gunung yang siap menimpanya.” (HR. Al- Bukhari)

Menurut Abu Nabhan “ujub adalah membanggakan suatu nikmat dan condong kepadanya tetapi lupa menyandarkan nikmat tersebut kepada yang memberi nikmat.”

Salah seorang ulama salaf pernah berkata: “Seorang yang ‘ujub akan tertimpa dua kehinaan, akan terbongkar kesalahan-kesalahannya dan akan jatuh martabatnya dimata manusia.”

(13)

Salah seorang ahli hikmah berkata: Ada seorang yang terkena penyakut ‘ujub, akhirnya ia tergelincir dalam kesalahan karena saking

‘ujubnya terhadap dirinya sendiri. Ada sebuah Pelajaran dapat kita ambil dari orang itu, ketika ia berusaha jual mahal dengan kemampuan dirinya, maka Imam Syafi’i pun membantahnya seraya berseru dihadapan khalayak ramai: “Barang siapa yang mengangkat-angkat dirinya sendiri secara berlebihan, niscaya Allah Subhanahu Wa Ta’ala akan menjatuhkan martabatnya.

Sufyan Ats-Tsauri Rahimahullah meringkas definisi ujub sebagai berikut: “Yaitu perasaan takjub terhadap diri sendiri hingga seolah-olah dirinya yang paling utama dari pada yang lain. Padahal boleh jadi ia tidak dapat beramal sebagus amal saudaranya itu dan boleh jadi saudaranya itu lebih wara’ dari perkara haram dan lebih suci jiwanya ketimbang dirinya.”

Faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang bisa memiliki sifat ‘ujub diantaranya ialah:

a. Faktor keturunan dan lingkungan

Faktor keturunan ialah faktor yang diwarisi oleh kedua orang tuanya entah itu dari gen, sifat dan kelakuan sedangkan factor lingkungan yang lebih berperan dalam membentuk karakter seseorang sehingga banyak memberikan pengaruh terhadap pembentukan sifat.

b. Sanjungan dan pujian yang berlebihan

Segala sesuatu yang berlebihan akan mengakibatkan suatu hal yang negative begitu pula didalam memuji seseorang, orang yang dipuji secara berlebihan akan mengakibatkan dia lupa dirinya akan menimbulkan rasa sombong dan merasa diri lebih unggul dari yang lain.

c. Bergaul dengan orang terlebih dahulu terkena penyakit ‘ujub

(14)

Sama seperti faktor lingkungan, seorang teman pasti memiliki peran yang penting dalam membentuk kebiasaan kepada seseorang oleh karena itu dalam memilih teman hendaklah senantiasa berhati-hati dalam memilih teman.

d. Kufur nikmat dan lupa kepada Allah SWT

Seseorang yang bersifat ‘ujub akan lupa bahwa nikmat yang ia banggakan tersebut semuanya adalah pemberian dari Allah SWT sehingga tidak sepatutnya seseorang berbangga diri akan nikmat yang telah diberikan kepadanya. Apapun prestasi yang dimiliki adalah anugerah Allah, sehingga hanya Allah yang layak dipuji.

e. Menangani suatu pekerjaan sebelum matang dalam menguasainya dan belum terbina dengan sempurna.

Orang yang ‘ujub akan merasa dirinya lebih dalam segalanya, sehingga dalam melakukan suatu pekerjaan yang belum ia kuasai pun akan tetap dilakukanya sehingga pekerjaan tersebut tidak menjadi sempurna karena ketidak mampuannya dalam mengerjakan hal tersebut.

f. Jahil dan mengabaikan hakikat diri (lupa daratan)

Sudah sepatutnya manusia merenungi bahwa asal muasal manusia ini diciptakan dalam keadaan lemah dan tidak akan mungkin bisa menjadi kuat seperti sekarang tanpa adanya rahmat dari Allah SWT, niscaya orang tidak akan bersifat ‘ujub apabila dia sering merenungi asal muasal dia diciptakan.

g. Berbangga-bangga dengan nasab dan keturunan

Sekarang ini banyak orang yang berbangga-bangga dengan nasab keturunan padahal pada akhirnya nanti di akhirat semua manusia akan sama dihadapan Allah SWT, orang yang

(15)

bersifat ujub karena hal ini dia tidak akan mau berhubungan dengan orang yang menurutnya lebih rendah darinya.

h. Berlebih-lebihan dalam memuliakan dan menghormati

Dalam memuliakan dan menghormati seseorang jangan terlalu berlebihan karena Nabi SAW pun tidak suka dihormati secara berlebihan seperti hadits yang diriwayatkan oleh imam At-Tirmidzi yang artinya “barang siapa yang suka agar orang-orang berdiri menyambutnya, maka bersiaplah dia untuk menempati tempatnya di neraka.”

i. Lengah dari akibat yang ditimbulkan oleh penyakit sifat ujub Andai semua orang sadar akan ganjaran bagi orang yang bersifat ujub yang termasuk dalam perbuatan dosa maka pastilah orang tersebut akan terhindar dari sifat ujub.

j. Batasan-batasan sifat ujub

Dari maknanya ‘ujub ialah berbangga diri namun dalam islam ada batasan tersendiri dalam bersifat ujub diantaranya ialah:

1) Ia takut kehilangan apa yang diperolehnya. Yang demikian tidak dikategorikan penyakit ‘ujub.

2) Ia bergembira dengan apa yang telah ia dapat dengan keyakinan bahwa semua itu berasal dari rahmat Allah SWT sehingga dia akan mensyukuri nikmat tersebut.

Dan urusan yang di ‘ujubkan itu ada delapan macam, yaitu:

a. Ujub dengan keadaan tubuhnya dalam segi cantik/tampan, postur tubuhnya, kekuatannya, serasi bentuk-bentuknya bagus rupanya dan indah suaranya.

(16)

b. Ujub dengan ketangkasan dan kekuatan, seperti diceritakan tentang kaum ‘Ad ketika mereka berkata sebagaimana yang telah Allah kabarkan tentang mereka:

ْنَم اوُلاَقَو ّقَحْلا ِرْيَغِب ِضْر َ ْلا يِف اوُرَبْكَتْساَف ٌداَع اّمَأ

َوُه ْمُهَقَلَخ يِذّلا َهّللا ّن َأ اْوَرَي ْمَلَوَأ ًةّوُق اّنِم ّدَشَأ ۖ

َنوُدَحْجَي اَنِتاَيآِب اوُناَكَو ًةّوُق ْمُهْنِم ّد َش ۖ َأ

Adapun kaum 'Aad maka mereka menyombongkan diri di muka bumi tanpa alasan yang benar dan berkata: "Siapakah yang lebih besar kekuatannya dari kami?" Dan apakah mereka itu tidak memperhatikan bahwa Allah yang menciptakan mereka adalah lebih besar kekuatan-Nya daripada mereka?

Dan adalah mereka mengingkari tanda-tanda (kekuatan) kami.

(Qs. Fushshilat [41]: 115)

c. Ujub dengan akal, kepintaran, dan kepandaian untuk menyelesaikan urusan-urusan pelik dalam agama dan dunia, dan hasilnya hanya mengikuti pendapat sendiri dan meninggalkan nasihat orang lain dan menganggap bodoh orang-orang yang berbeda dengannya dan pendapatnya, dan menyebabkan sedikit perhatian kepada ahli ilmu dengan berpaling dari mereka karena menganggap cukup dengan pendapat dan fikiran sendiri, dengan merendahkan dan menghinakan mereka.

d. Ujub dengan nasab yang mulia, seperti ‘ujubnya keluarga Hasyimiyah, sehingga beranggapan sebagian mereka bahwa dia akan selamat karena kemuliaan nasabnya dan keselamatan nenek moyangnya dan bahwa dia diampuni, dan berkhayal

(17)

sebagian mereka bahwa seluruh manusia pembela dan hamba sahaya baginya.

Allah ta’ala berfirman,

َدْنِع ْمُكَمَرْك َأ ّنِإ

ْمُكاَقْت َأ ِهّللا

Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu.” (Qs. Al- Hujurat [49]: 13)

e. Ujub dengan nasab para penguasa yang zhalim, bukan dengan nasab (karena) agama dan ilmu.

f. Ujub dengan banyak jumlah; baik anak, pelayan, hamba sahaya, keluarga, kerabat, pendukung dan pengikut, seperti ucapan orang kafir.

Allah Ta’ala berfirman:

اًد َلْوَأَو ًلاَوْمَأ ُرَثْكَأ ُنْحَن اوُلاَقَو

َنيِبّذَعُمِب ُنْحَن اَمَو

Dan mereka berkata: “Kami lebih banyak mempunyai harta dan anak-anak (daripada kamu) dan kami sekali-kali tidak akan diazab.” (Qs. Saba [34]: 35)

Dan seperti ucapan orang mukmin ketika perang Hunain:

Hari ini kita tidak akan kalah dengan jumlah musuh yang sedikit.

g. Ujub dengan harta, seperti firman Allah tentang pemilik dua kebun ketika berkata,

ًلاَم َكْنِم ُرَثْكَأ اَنَأ

اًرَفَن ّزَعَأَو

(18)

"Hartaku lebih banyak dari pada hartamu dan pengikut- pengikutku lebih kuat" (Qs. Al-Kahfi [18]: 34)

h. ‘Ujub dengan pendapat yang salah.

Allah Ta’ala berfirman:

ُءوُس ُهَل َنّيُز ْنَمَفَأ اًنَسَآح ُهآَرَف ِهِلَمَع

Maka apakah pantas orang yang dijadikan terasa indah perbuatan buruknya, lalu menganggap baik perbuatannya itu?” (Qs. Faatir [35]: 8)

ْمُهّن َأ َنوُبَسْحَي ْمُهَو اًعْنُص َنوُنِسْحُي

Sedangkan mereka mengira telah berbuat sebaik-baiknya

(Qs. Al-Kahfi [18]: 104)

Penyebab ‘ujub ini memiliki beberapa sebab dan sebab yang paling kuat adalah banyaknya pujian dari orang-orang yang ingin mendekatinya dan pujian berlebihannya orang-orang yang mencari muka, yang mereka menjadikan kemunafikan sebagai kebiasaan dan usaha, dan bujukan sebagai tipuan dan permainan.

Apabila mereka mendapatkannya diterima oleh yang memiliki akal yang lemah, mereka dapat membujuk pemiliknya dengan keyakinan dusta mereka, dan menjadikan hal itu sebagai jalan untuk memperolok-oloknya.

Berkata Umar bin Al-Khattab semoga Allah meridhainya. “Pujian itu menyembelih.”

(19)

Dan cara mengobati penyakit ‘ujub ini adalah dengan menyadari sesungguhnya apapun yang Allah berikan pada hari ini; baik ilmu, harta, kekuatan, kegagahan atau kemuliaan, bisa saja Allah mencabutnya besok, jika Allah menghendakinya.

 Berkata Ibrahim bin Adham rahimahullah “Tidak membenarkan Allah orang yang menginginkannya kemasyhuran.”

 Dan berkata Ayyub, “Tidaklah Allah membenarkan seorang hambanya kecuali ia merasa senang dengan tidak menyadari kedudukannya.”

 Dan berkata Muhammad bin Al-‘Ala, “Barang siapa mencintai Allah, ia akan lebih suka untuk tidak dikenali orang lain.”

 Dan ditanya seorang yang bijak: Perbuatan apakah yang kurang baik walaupun benar? Beliau menjawab, “Memuji diri sendiri

2. Takabur

Takabur berasal dari Bahasa Arab yang asal katanya ialah

- َربكَت اربكت - ُربَكتَي

yang memiliki arti menjadi bangga, sombong, angkuh dan congkak.

Sekilas makna takabur dan ‘ujub terlihat sama namun makna aslinya berbeda. Menurut Al-Mawardi menjelaskan takabur itu sombong yang berkaitan dengan kedudukam sosial seseorang sedangkan ‘ujub itu sombong yang berkaitan dengan kelebihan yang ada pada diri seseorang.

Jadi seseorang yang memiliki akhlaq tercela bersifat takabur melebihi kapasitasnya dalam pembelajaran dari pada orang lain sedangkan ‘ujub dia merasa memiliki kelebihan sehingga tidak perlu lagi belajar atau menambah ilmunya. Dari beberapa pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa takabur adalah akhlaq yang tercela terletak pada batin yang bisa menimbulkan berbagai macam perbuatan tercela lainnya seperti merasa diri

(20)

sendiri lebih tinggi dan memandang orang lain lebih rendah darinya.

Sedangkan ‘ujub bisa terjadi pada seseorang walaupun tidak ada perbandingan orang lain.

a. Macam-macam Takabur

Ketahuilah, pihak yang disombongi itu mempunyai tiga pembagian yaitu Allah SWT, para Rasul-Nya dan makhluk.

Allah SWT menciptakan manusia dengan kecendrungan suka melakukan kezaliman dan kebodohan. Kadang-kadang menyombongkan diri kepada makhluk dan kadang-kadang meyombongkan diri kepada Allah SWT. Maka orang yang disombongi oleh orang yang sombong itu ada tiga pembagian yaitu:

1) Takabur kepada Allah

Dan sombong yang seperti ini merupakan sombong yang paling jelek dari macam-macam sombong.

2) Takabur kepada Rosul

Karena menganggap diri sendiri lebih mulia dan lebih tinggi untuk tunduh dan patuh kepada sesama manusia seperti kepada manusia yang lain.

3) Takabur kepada sesama orang.

Demikian itu karena menganggap besar diri sendiri dan memandang rendah kepada orang lain.

Rosulullah SAW bersabda:

،اًروُك َش يِنْلَعْجاَو ،اًرْوُبَص يِنْلَعْجا ّمُهّلل اًريِبَك ِساّنلا ِنُيْع َأ يِفَو ،اًريِغَص يِنْيَع يِف يِنْلَعْجاَو

"Ya Allah, jadikanlah hamba sebagai ahli syukur dan jadikanlah hamba sebagai ahli shabar. Dan

(21)

jadikanlah hamba kecil menurut penglihatan hamba, tetapi besar menurut penglihatan orang lain." (HR. Al- Bazzar)

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang bisa bersifat takabur:

1) Ilmu; la merasa pada dirinya terdapat ilmu yang sempurna, akibatnya ia menganggap dirinya besar dan merendahkan orang lain dan menganggap bodoh terhadap mereka. Demikian itu karena dua sebab:

a) Keadaan kesibukan orang tersebut dengan apa yang di sebut ilmu padahal bukan ilmu yang sebenarnya, dan hanyasanya ilmu yang sebenarnya itu adalah yang dengannya membuat seorang hamba dapat mengenal Rabbnya dan dapat mengenal dirinya.

b) Seorang hamba mendalami ilmu sedangkan dia jelek niyatnya, kotor jiwanya dan jelek akhlaqnya.

2) Amal dan ibadah; Sesungguhnya mereka mengharapkan disebut orang wara' dan taqwa dan semua orang lebih mendahulukan mereka daripada orang lain dan seolah-olah mereka memandang ibadah mereka karunia atas makhluk dan dia memandang orang-orang celaka sedangkan dirinya selamat, padahal pada hakikatnya dia yang akan- celaka selama ia memandang seperti itu.

3) Takabbur dengan keturunan dan nasab; Yaitu orang yang memiliki keturunan yang mulia, dia suka

(22)

merendahkan orang yang tidak memiliki keturunan seperti itu walaupun keadaan orang lain itu lebih tinggi darinya pada segi amal dan ilmunya. Dan terkadang sebagian dari mereka merasa sombong sehingga tidak mau bercampur gaul dengan orang lain dan satu majlis dengan mereka, dan terkadang tampak pada ucapannya membanggakan keturunan tersebut.

4) Sombong dengan rupa yang bagus; Dan hal ini paling banyak terjadi dikalangan perempuan. Hal itu mendorong mendorong mereka untuk merendahkan, mencela, berbuat ghibah dan menyebut 'aib-'aib orang lain.

5) Sombong dengan harta; Dan hal ini terjadi di kalangan para pemimpin dan pedagang, pada pakaian mereka, kuda mereka dan kendaraan mereka. Maka orang kaya merendahkan orang fakir dan bersikap sombong terhadap mereka.

6) Sombong dengan kekuatan dan besarnya kekuasaan;

dan takabbur dengannya kepada orang yang lemah.

7) Sombong dengan pengikut, pendukung, murid, hamba sahaya, keluarga, kerabat, dan anak cucu.

3. Perbedaan tafsir ayat yang berkaitan dengan gangguan kepribadian narsistik (Q.S Luqman: 18)

a. Tafsir Ibnu Katsir

اًآحَرَم ِض َاا ىِف ِش َت َلَو ِساّنلِل َكّدَخ ّعَصُت َلَو ۡر ۡل ۡم ۡر

ّنِا ؕ

:نامقل) ُخَف ٍلاَت ُم ّلُك ّبِحُي َل َهّٰللا ٍۚر ۡو ۡخ ١٨

(

(23)

ِساّنلِل َكّدَخ ّعَصُت َلَو ۡر

Dan janganlah memalingkan muka dari manusia (karena sombong),” dia berkata:

“Janganlah engkau palingkan wajahmu dari manusia, jika engkau berkomunikasi dengan mereka atau mereka berkomunikasi dengan mu karena merendahkan mereka atau karena kesombongan. Akan tetapi, merendahlah dan maniskanlah wajahmu terhadap mereka.”

Ibnu Jarir berkata: “Asal kata

ُرْعّصل ا

adalah penyakit yang menimpa unta pada punuk dan kepalanya, hingga punuknya tertekuk dengan kepalanya. Lalu hal tersebut dipersamakan dengan laki-laki sombong. Di antaranya ialah perkataan 'Amr bin Hayy at-Taghlabi: "Dahulu, jika orang- orang sombong menekuk mukanya, maka kami akan luruskan kemiringannya, hingga dia tegak."

Firman-Nya

اًآحَرَم ِض َاا ىِف ِش َت َلَو ۡر ۡل ۡم

Dan janganlah kamu berjalan di atas muka bumi dengan angkuh

yaitu sombong, takabbur, otoriter (menjadi) pembangkang.

Jangan lah engkau lakukan itu, dan jika engkau lakukan itu Allah pasti akan memurkaimu. Untuk itu dia berkata

َهّٰللا ّنِا

ُُُخَف ٍلاَُُت ُم ّلُك ّبِحُي َل

ٍۚر ۡو ۡخ

Sesungguhnya Allah tidak

menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri” yaitu sombong dan bangga pada diri sendiri serta fakhuur, yaitu sombong pada orang lain.

b. Tafsir Al-Maraghi

اًآحَرَم ِض َاا ىِف ِش َت َلَو ِساّنلِل َكّدَخ ّعَصُت َلَو ۡر ۡل ۡم ۡر

ؕ

:نامقل) ُخَف ٍلاَت ُم ّلُك ّبِحُي َل َهّٰللا ّنِا ٍۚر ۡو ۡخ

١٨ )

(24)

Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Luqman [31]: 18]

Menurut Al-Maroghi menjelaskan di dalam tafsirnya, dan sesudah Luqman memberikan wasiat kepada anaknya dengan berbagai macam hal, kemudian ia mengingatkan kepada anaknya akan hal-hal lain diantaranya yaitu: Janganlah kamu memalingkan muka kamu terhadap orang-orang yang kamu berbicara dengannya, karena sombong dan meremehkannya.

Akan tetapi hadapilah mereka dengan muka yang berseri-seri dan gembira, tanpa rasa sombong dan tinggi diri. Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan angkuh dan menyombongkan diri, karena sesungguhnya hal itu adalah cara jalan orang-orang yang angkara murka dan sombong, yaitu mereka yang gemar melakukan kekejaman di muka bumi dan suka berbuat dzalim terhadap orang lain. Akan tetapi berjalanlah dengan sikap sederhana karena sesungguhnya cara jalan yang demikian mencerminkan rasa rendah diri, sehingga pelakunya akan sampai pada kebaikan.

Kemudian Luqman menjelaskan ‘illat dari larangan itu sebagaimana dalam yang disebut dalam firman-Nya:

ُخَف ٍلاَت ُم ّلُك ّبِحُي َل َهّٰللا ّنِا

ٍۚر ۡو ۡخ

“Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.”

Dan kesimpulan dari perbedaan tafsir (QS. Luqman:

18):

(25)

Menurut Ibnu Katsir adab ketika berkomunikasi dengan seseorang itu yaitu tidak merendahkan mereka dengan cara memalingkan muka kepadanya, tetapi merendahlah dan maniskanlah wajahmu terhadap mereka. Dan Allah pasti akan memurkai orang-orang yang sombong, takabur dan otoriter (menjadi) pembangkang, karena Allah tidak menyukai orang- orang yang bangga pada diri sendiri dan fakhuur yaitu sombong pada orang lain.

Menurut Imam Al-Maraghi ketika kita berbicara dengan orang lain hendaklah arahkan pandangan dan wajah kita kepada orang yang mengajak berbicara. Dan hendaklah kamu menyederhanakan cara berjalanmu karena itu mencerminkan rasa rendah diri, tanpa rasa angkuh dan sombong karena sikap tersebut merupakan sikap mereka yang suka berbuat dzalim.

Dan Allah dengan tegas berfirman

ّلُك ّبِحُي َل َهّٰللا ّنِا

ُُُخَف ٍلاَُُت ُم

ٍۚر ۡو ۡخ

Sesungguhnya Allah tidak menyukai

menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.”

4. Solusi Islam dalam Menghindari Sifat Ujub dan Takabur.

a. Tawadhu’

Tawadhu’ artinya rendah hati. Orang yang memiliki sifat rendah hati tidak merasa bahwa dirinya lebih dari orang lain dalam hal kepintaran, kekayaan maupun keilmuan, sementara orang yang memiliki sifat sombong akan memperlihatkan kelebihannya kepada orang lain. Rendah hati tidak bisa disamakan dengan rendah diri. Rendah hati merasa dirinya tidak memiliki nilai lebih dibanding orang lain, sedangkan rendah diri berarti kehilangan kepercayaan diri.

(26)

Sekalipun dalam pengalamannya orang yang rendah hati cenderung merendahkan dirinya di hadapan orang lain.

Menurut Imam Al-Ghazali Tawadhu adalah “seseorang lebih mengedepankan orang lain dan monomer duakan diri sendiri.”

Menurut Abu Nabhan Tawadhu’ itu memiliki dua arti (makna). “Pertama, pasrah terhadap kebenaran serta menerima kebenaran tersebut dari siapapun datangnya. Kedua, menundukkan pundak terhadap orang lain, serta memperlakukan mereka dengan lemah lembut.”

Tawadhu’ memang suatu sifat terpuji bagi orang-orang saleh. Merendahkan diri (tawadhu') adalah hasil dari ibadah.

Merendahkan diri kepada Allah, yakni merasa kecil dan rendah di hadapan Allah Rabbul Alamin. Dalam hubungan horisontal antara sesama hamba Allah hendaknya memiliki perasaan tawadhu' (rendah hati), tidak sombong, dan Ujub, karena derajat manusia dihadapan Allah semuanya sama, hanya sebagai seorang hamba yang rajin beribadah, patuh dan taat mengerjakan semua perintah dan menjauhi larangan-Nya. Sifat tawadhu' perlu dimiliki oleh setiap muslim yang saleh, akan tetapi tempat tawadhu' itu di dalam hati. Kalau tawadhu' itu nampak di luar diri seseorang itulah akhlak mahmudah, karena tawadhu' adalah termasuk akhlak terpuji bagi manusia beriman.

Tawadhu' bisa disebut dengan sikap atau perilaku yang selalu menghargai keberadaan orang lain, memuliaakan orang lain, mendahulukan kepentingan orang lain, dan perilaku yang suka menghargai pendapat orang lain. Jadi orang yang memiliki sikap tawadhu' lebih mendahulukan, mengutamakan dan menghargai apa yang orang lain lakukan.

(27)

Dari beberapa pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa tawadhu’ merupakan bentuk sikap terpuji berupa rendah hati, lebih mengutamakan orang lain, memberi rasa hormat dan tidak merasa dirinya lebih dari pada orang lain.

1) Keutamaan Tawadhu’

a) Tawadhu' dapat mengangkat derajat dan kedudukan seorang hamba

Sesungguhnya kewajiban seorang hamba yang berakal adalah senantiasa menerapkan sikap tawadhu' dan menjauhkan diri dari kesombongan. Sekalipun tawadhu' tak membuat tampan bagi kaum adam dan cantik bagi kaum hawa, namun jika seseorang ketawadhu'annya, semakin memperbanyak niscaya derajatnya akan diangkat oleh Allah.

Oleh karena itu, wajib bagi setiap insan menjadikan tawadhu' sebagai pakaiannya.

b) Tawadhu’ menghasilkan keselamatan, mendatangkan persahabatan, menghapuskan dendam dan menghilangkan pertentangan.

c) Tawadhu' mendapatkan kasih sayang Allah Disamping Allah mengangkat derajat orang yang tawadhu', Allah memasukan orang- orang tawadhu' kedalam kelompok hamba- hamba yang mendapatkan kasih sayang dari Allah Yang Maha Penyayang. Firmah Allah dalam al-Qur'an:

(28)

ِضْر َ ْل ىَلَع َنوُشْمَي َنيِذّل ِنَٰمْآحّرل ُداَبِعَو ٱ ٱ ٱ وُلاَق َنوُلِهَٰجْل ُمُهَبَطاَخ اَذِإَو اًنْوَه

۟ا ٱ

اًمَٰلَس

Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.” (QS. Al-Furqan [25]: 63)

2) Bentuk-bentuk Tawadhu’

Sikap tawadhu' dalam pergaulan bermasyarakat dapat terlihat antara lain dalam bentuk-bentuk berikut ini:

a) Tidak menonjolkan diri dari orang-orang yang level atau statusnya sama, kecuali apabila sikap tersebut menimbulkan kerugian bagi agama atau umat Islam.

b) Sopan Santun: Berdiri dari tempat duduknya dalam satu majlis untuk menyambut kedatangan orang yang lebih mulia dan lebih berilmu daripada dirinya, dan mengantarkannya ke pintu ke luar jika yang bersangkutan meninggalkan majlis.

c) Silaturrahim: Bergaul dengan orang awam dengan ramah, dan tidak memandang dirinya lebih dari mereka.

(29)

d) Tolong menolong: Mau mengunjungi orang lain sekalipun lebih rendah status sosialnya.

e) Toleransi: Mau duduk-duduk bersama dengan fakir miskin, orang-orang cacat tubuh, dan kaum dhu'afa lainnya, serta bersedia mengabulkan undangan mereka.

3) Tingkatan Tawadhu’

a) Tawadhu' kepada Allah

Tawadhu' kepada Allah yaitu taat, patuh dan tunduk kepada wahyu Allah yang dibawa Rasulullah (agama) serta patuh terhadap ajaran- ajarannya.

b) Tawadhu' kepada sesama makhluk

Tanda-tanda orang bersikap tawadhu' kepada sesama makhluk diantaranya yaitu: (1) Ridha menjadikan seseorang sebagai saudaranya, (2) Menerima kebenaran dari orang lain, (3) Menerima maaf dari orang yang meminta maaf, (4) Berani mengatakan maaf kepada orang lain, (5) Sederhana dalam berkehidupan, (6) Suka membantu orang lain, (7) Patuh kepada orang tua, (8) Patuh kepada guru, (9) Tawadhu' dalam menuntut ilmu, (10) Lemah lembut kepada sesama, (11) Senantiasa berbaik sangka kepada orang lain.

(30)

Referensi

Dokumen terkait

Gangguan kepribadian ini dapat dialami oleh anak-anak permisif, karena mereka diasuh de-ngan kebebasan yang berlebihan tanpa ada batasan dan kontrol dari pihak orang tua,

Gangguan kepribadian ini dapat dialami oleh anak-anak permisif, karena mereka diasuh de- ngan kebebasan yang berlebihan tanpa ada batasan dan kontrol dari pihak orang tua,

Berbicara tentang kepribadian manusia dalam perspektif pendidikan Islam bisa dilihat dari dua aspek yang berkaitan dengan kepribadian manusia dalam Al-Qur’an

Penerapan implementasi aplikasi sistem pakar diagnosis gangguan kepribadian sebagai alat bantu menentukan gangguan kepribadian seseorang berdasarkan gejala-gejala

medis umum. Berbeda dengan pasien skizofrenia dan gangguan kepribadian skizotipal, pasien dengan gangguan skizoid tidak memiliki sanak saudara skizofrenik, dan

Pembeda individu normal dengan gangguan kepribadian adalah terhadap pada adaptasi Pembeda individu normal dengan gangguan kepribadian adalah terhadap pada

14 Gangguan Kepribadian Cluster B Orang yang didiagnosis dengan gangguan kepribadian Cluster B, antisosial, ambang, histrionik, dan narsistik, semuanya memiliki perilaku yang

The author focused on studies that addressed motivational concepts and were well aware of the pre- Title: Motivasi dan Kepribadian: Perspektif Islam tentang Dinamika Jiwa dan Perilaku