Copyright © Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Vokasi (JP2V)
153 MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA PADA MATERI SISTEM ORGASISASAI KEHIDUPAN MEMALUI PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE
THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS VII-1 MTsN 2 ACEH BESAR Suji Hartini1
Guru IPA / MTsN 2 Aceh Besar
*Koresponden email : [email protected]
Diterima : 01 Juni 2021 Disetujui : 07 Juni 2021 Abstract
The science teacher at MTsN 2 Aceh Besar was dissatisfied with the learning outcomes of class VII students for the 2019/2020 academic year because only 10 out of 32 students completed the Minimum Completeness Criteria (MCC). Through Classroom Action Research (CAR) using the Think-Pair-Share Cooperative Learning model, the researcher aims to increase the activities and learning outcomes of class VII students of MTsN 2 Aceh Besar on the material of the Life Organization System. The research was carried out in January 2021, students of class VII-1 MTsN 2 Aceh Besar were the research subjects. The study consisted of 2 cycles with 2 meetings in each cycle. Research instruments include tests and observation sheets. The increase in learning outcomes is known from the test data carried out at the end of each cycle (post test 1 and post test 2). The increase in learning activities is known from the observation sheet of student learning pairs. Data analysis was carried out descriptively qualitatively and quantitatively.
Learning outcomes cover the cognitive and psychomotor domains. The results of the test showed that the number of students who achieved the MCC was 76.66% (post test 1) to 90% (post test 2), and the average score was 77.96 (post test 1) to 80.33 (post test 2). The results of observations showed an increase in student learning activities, in cycle 1 there were no student learning partners who were classified as high category, but in cycle 2 6.67% were classified as high criteria. From the results of the study, it can be concluded that the use of Think-Pair-Share Cooperative Learning can improve student learning outcomes.
The increase in activity has not met the research target, namely 70% of students in the high category.
Keywords: Learning outcomes, Learning activities, Think-Pair-Share Cooperative Learning, Life organization
Abstrak
Guru IPA di MTsN 2 Aceh Besar tidak puas terhadap hasil belajar siswa kelas VII tahun ajaran 2019/2020 karena hanya 10 dari 32 siswa yang tuntas KKM. Melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menggunakan model Cooperative Learning tipe Think-Pair-Share peneliti bertujuan meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VII MTsN 2 Aceh Besar pada materi Sistem Orgasisasai Kehidupan.
Penelitian dilaksanakan pada Januari 2021, siswa kelas VII-1 MTsN 2 Aceh Besar sebagai subyek penelitian. Penelitian terdiri dari 2 siklus dengan 2 pertemuan pada setiap siklusnya. Instrumen penelitian meliputi tes dan lembar observasi. Peningkatan hasil belajar diketahui dari data tes yang dilaksanakan di setiap akhir siklus (post test 1 dan post test 2). Peningkatan aktivitas belajar diketahui dari lembar pengamatan pasangan belajar siswa. Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif.
Hasil belajar mencakup ranah kognitif dan ranah psikomotor. Hasil tes menunjukkan jumlah siswa yang mencapai KKM 76,66% (post test 1) menjadi 90% (post test 2), serta rata-rata nilai 77,96 (post test 1) menjadi 80,33 (post test 2). Hasil observasi menunjukkan adanya peningkatan aktivitas belajar siswa, pada siklus 1 belum ada pasangan belajar siswa yang tergolong kategori tinggi, namun pada siklus 2 terdapat 6,67% sudah tergolong kriteria tinggi. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan Cooperative Learning tipe Think-Pair-Share dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Peningkatan aktivitas belum memenuhi target penelitian yaitu 70% siswa tergolong kategori tinggi.
Kata Kunci: Hasil belajar, Aktivitas belajar, Cooperative Learning tipe Think- Pair-Share, Orgasisasai kehidupan
1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang
Sistem pendidikan nasional merupakan suatu proses pendidikan yang diselenggarakan dan dilaksanakan suatu bangsa dalam upaya menumbuhkan dan mengembangkan watak atau kepribadian bangsa, memajukan kehidupan bangsa dalam berbagai bidang kehidupan serta mencapai tujuan nasional bangsa. Sejauh mana pendidikan nasional sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan itulah sebenarnya perkembangan suatu bangsa. Pendidikan sebagai salah satu kebutuhan yang penting dalam kehidupan manusia turut mengalami perkembangan seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Melalui pendidikan manusia dapat mengembangkan diri dan memberdayakan potensi alam atau lingkungan untuk kepentingan hidupnya. Usaha untuk meningkatkan diri melalui pendidikan mutlak dilakukan agar tidak ketinggalan dalam perkembangan dunia pengetahuan. Berbagai usaha dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan seperti pembaharuan kurikulum, peningkatan pengetahuan guru, pengadaan buku ajar, melengkapi sarana dan prasarana pendidikan. Peningkatan ini dilakukan untuk seluruh bidang studi termasuk bidang studi IPA. Walaupun demikian kita masih dihadapkan pada masalah rendahnya hasil belajar siswa, sehingga menyebabkan rendahnya mutu pendidikan. Guru sebagai orang yang terlibat langsung dalam pembelajaran, sesungguhnya dapat mengupayakan banyak hal untuk meningkatkan hasil belajar IPA tersebut, diantaranya dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat, menyenangkan dan membangkitkan antusiaisme siswa.
Guru hendaknya memotivasi siswa dengan berbagai strategi dan pengetahuan, berfikir secara kritis untuk menyelasaikan setiap permasalahan sehingga diharapkan kompetensi peserta didik lebih baik. Salah satu cara untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan menerapkan berbagai model pembalajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa dalam belajar.
Sudjana (2002:30) mengemukakan rendahnya prestasi belajar dipengaruhi beberapa faktor baik internal maupun eksternal siswa itu sendiri. Faktor internal antara lain minat belajar siswa, bakat, motivasi dan inteligensi, sedangkan faktor eksternal antara lain fasilitas, media, proses belajar baik di sekolah maupun diluar sekolah.
Memotivasi siswa untuk menguasai materi ajar dan memperoleh hasil belajar sesuai yang diharapkan tidaklah semudah yang dipikirkan. Tidak sedikit guru yang mengeluhkan banyak anak didik memperoleh hasil belajar dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan. Rendahnya pencapaian nilai ketuntasan siswa tersebut diduga disebabkan beberapa hal, yaitu : (1) kurangnya minat belajar siswa, terutama minat untuk membaca materi. (2) kurangnya motivasi belajar siswa. (3) metode pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang memotivasi siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Metode pembelajaran yang biasanya digunakan oleh guru yaitu ceramah dan diskusi secara klasikal. (4) kurangnya aktivitas belajar siswa selama proses belajar-mengajar berlangsung.
Sistem organisasi kehidupan merupakan salah satu materi pelajaran IPA terpadu pada tingkat SMP/MTs yang dipelajari siswa kelas VII pada semester genap. Materi ini bila dapat dipahami dengan baik sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari siswa, salah satunya adalah dapat memahmi struktur penyusun dari tubuh makhluk hidup termasuk manusia.
Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Think-Pair-Share, sehingga dapat membuat siswa lebih aktif dalam belajar. Dengan ini memerlukan pembuktian sehingga akan dilakukan Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul
“Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA pada materi Sistem Orgasisasai Kehidupan Memalui Penerapan Cooperative Learning tipe Think-Pair-Share pada siswa kelas VII-1MTsN 2 Aceh Besar”.
1.2. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan dengan latar belakang, identifikasi masalah dan rumusan masalah tersebut di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendiskripsikan apakah dengan konsep pembelajaran Cooperative Learning tipe Think-Pair-Share dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran IPA Terpadu, terutama siswa kelas VII MTsN 2 Aceh Besar tahun pelajaran 2020- 2021 dan mengetahui dan mendiskripsikan apakah dengan konsep pembelajaran Cooperative Learning tipe Think-Pair-Share dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA Terpadu, IPA Terpadu, terutama siswa kelas VII-1 MTsN 2 Aceh Besar tahun pelajaran 2020/2021.
2. Metode Penelitian 2.1.
Jenis PenelitianJenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Wibawa dalam Taniredja (2010) menyebutkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu penelitian yang mengangkat masalah-masalah aktual yang dihadapi oleh guru di lapangan. Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk memecahkan suatu masalah yang ditemukan atau dihadapi guru di kelasnya sebagai upaya perbaikan dan peningkatan layanan profesional guru dalam menangani proses belajar mengajar. Manfaat yang dapat dipetik jika guru mau melaksanakan penelitian tindakan kelas terkait dengan komponen pembelajaran antara lain: (1) inovasi pembelajaran; (2) pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan pada tingkat kelas; dan (3) peningkatan profesionalisme guru (Basrowi Sukidin dan Suranto dalam Taniredja, 2010). Pelaksanaan PTK memerlukan disain dengan langkah- langkah sebagai berikut : (1) perencanaan atau persiapan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan atau observasi dan (4) refleksi. Disain pelaksanaan PTK tersebut tergambar pada diagram yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto (2007), seperti gambar 1 berikut ini.
Gambar 1. Flowmap berjalan
Gambar 1. Desain Model Penelitian Tindak Kelas 2.2. Subjek dan Objek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas VII.1 di MTsN 2 Aceh Besar, dan yang menjadi objek penelitian adalah penerapan Model Cooperative Learning tipe Think- Pair-Share.
2.3. Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII-1 MTsN 2 Aceh Besar, Jl. Tgk. Glee Iniem Kabupaten Aceh Besar. Dilaksanakan mulai tanggal 7 Januari 2021.
2.4. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan 2 tahap, yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan.
2.4.1. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan yang dilakukan adalah :
a. Menetapkan jenis penelitian yaitu PTK yang dilakukan dalam 2 siklus.
b. Menetapkan materi yang akan di ajarkan yaitu Pokok Bahasan Sistem Organisasi Kehidupan.
Penelitian dilaksanakan di kelas ini karena peneliti merupakan guru yang mengajar IPA pada kelas tersebut.
c. Menyiapkan instrumen penelitian yaitu lembar observasi, RPP, tes, LKS, angket dan responding dari siswa.
2.4.2. Tahap Pelaksanaan
Penelitian ini dilakukan sesuai dengan jenis penelitian tindakan kelas. Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai guru dan diamati oleh pengamat yaitu teman sejawat. Terdapat dua siklus pada tahapan pelaksaan penelitian ini, adapun langkah-langkah penelitian dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut.
Tabel 1. Siklus pada Tahap Pelaksaan dalam Penelitian
Siklus 1 Siklus 2
Perencanaan:
Menyiapkan RPP tentang Sistem Organisasi Kehidupan dan perlengkapan lain yang diperlukan.
Pelaksanaan:
Penulis melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana pada siklus 1. Pada saat penulis melakukan tindakan diamati oleh teman sejawat.
Observasi:
Selama berlangsungnya Kegiatan Belajar Mengajar di siklus 1, peneliti bersama teman sejawat mengadakan observasi atau pengamatan terhadap proses belajar mengajar, terutama dilihat pada keaktifan belajar siswa.
Refleksi:
Setelah kegiatan belajar mengajar, peneliti bersama pengamat melakukan refleksi terhadap pelaksanaan RPP Sistem Organisasi Kehidupan. Hasil refleksi/ masukan yang diberikan oleh pengamat ini dijadikan sebagai pedoman oleh peneliti dalam merevisi berbagai kelemahan pada RPP Sistem Organisasi Kehidupan dan menyusun RPP untuk siklus berikutnya.
Berdasarkan hasil refleksi/
masukan yang diberikan oleh pengamat, Selanjutnya peneliti melaksanakan proses pembelajaran sesuai RPP yang telah disiapkan, saat peneliti melakukan kegiatan belajar mengajar juga dilakukan pengamatan dan observasi dari teman sejawat.
2.5. Instrumen Penelitian
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari perangkat pembelajaran dan insrrumen pengempulan data yang berupa soal dan lembar observasi. Perangkat pembelajaran yang digunakan peneliti pada pembelajaran kooperatif dengan Think-Pair-Share ini meliputi: silabus dan RPP serta dilengkapi dengan LKS. Instrumen Pengumpulan Data berupa soal-soal dibuat untuk melengkapi perangkat pembelajaran dan untuk memperoleh data untuk ranah kognitif. Soal-soal dalam penelitian ini meliputi soal pre-test, soal post-test siklus 1 dan soal post-test siklus 2. Soal pre-test diberikan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa mengenai bahan yang akan diberikan. Sedangkan soal post- test diberikan dengan tujuan untuk mengetahui penguasaan siswa mengenai bahan/materi yang telah diberikan. Lembar Observasi disusun peneliti untuk memperoleh data yang akan digunakan untuk ranah psikomotor, serta memperkuat pernyataan kuantitatif mengenai aktifitas siswa selama proses belajar- mengajar. Lembar observasi ini nantinya diisi oleh observer pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung.
Sebagai adalah rekan sejawat guru.
2.6. Analisis Data
Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Analisa ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa yang dicapai siswa, juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran. Hasil belajar dalam penelitian ini mencakup ranah kognitif, dan ranah psikomotor. Data hasil belajar siswa pada ranah kognitif diperoleh dari hasil tes tertulis yaitu pre-test dan post-test.
Sedangkan data hasil belajar siswa pada ranah psikomotor dan aktifitas diperoleh dari lembar observasi.
a. Ranah kognitif
Pengukuran hasil belajar siswa pada ranah kognitif menggunakan soal pre-test dan post-test dengan perhitungan sebagai berikut :
b. Ketuntasan belajar individu
Berdasarkan KKM yang telah ditentukan di MTsN 2 Aceh Besar, siswa dapat dituntaskan bila memperoleh nilai 72. Ketuntasan belajar secara individu dengan kriteria sebagai berikut:
Tabel 2. Ketuntasan Belajar Individu
Nilai individu Keterangan
< 72 dari KKM Tidak tuntas
≥ 72 dari KKM Tuntas
c. Ketuntasan belajar klasikal
Untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal dihitung menggunakan rumus:
d. Rata-rata kelas
Untuk menghitung rata-rata kelas menggunakan rumus :
Keterangan:
: rata-rata kelas
e. Ranah psikomotor
Pengukuran hasil belajar pada ranah psikomotor menggunakan lembar observasi aktifitas siswa dengan perhitungan sebagai berikut:
Keterangan:
q : presentase skor hasil observasi partisipasi pasangan siswa r : jumlah keseluruhan skor yang diperoleh pasangan
t : skor maksimal
Suharsimi (2007) mengemukakan kriteria hasil presentase skor aspek psikomotor siswa yaitu sebagai berikut:
Tabel 3. Kriteria Presentase Skor Aspek Psikomotor Presentase yang diperoleh Keterangan
75,02 ≤ q ≤ 100 Tinggi
50,01 ≤ q ≤ 75,01 Sedang
25 ≤ q ≤ 50,00 Rendah
Presentase setiap kategori secara klasikal dihitung menggunakan rumus:
Keterangan:
P : Presentase setiap kategori secara klasikal : Jumlah siswa pada setiap kategori
K : Jumlah seluruh siswa
3. Hasil dan Pembahasan
3.1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian 3.1.1. Pelaksanaan Penelitian Siklus 1
Siswa kelas VII-1 MTsN 2 Aceh Besar sebagai subjek penelitian ini berjumlah 32 siswa terdiri dari 10 siswa dan 22 siswi.
1. Pelaksanaan Proses Pembelajaran dan Tes kognitif
Pelaksanaan penelitian siklus 1 dilakukan pada Kamis, 7 Januari dan Jumat, 8 Januari 2021.
Pertemuan pertama berlangsung pada jam kelima dan keenam (pukul 10.45-12.05 WIB). Kegiatan pertama yang dilakukan yaitu siswa mengerjakan pretest selama 10 menit. Setelah siswa mengerjakan pretest, peneliti menanyakan mengenai kesulitan yang dialami siswa saat mengerjakan soal-soal pretest.
Beberapa siswa menyatakan bahwa belum mempelajari sehingga merasa kesulitan ketika mengerjakan soal. Sebagai apersepsi, peneliti meminta siswa untuk memperhatikan struktur kelas. Data hasil pretest digunakan sebagai data untuk mengetahui kemampuan awal siswa mengenai pokok bahasan yang akan dipelajari. Hasil pretest dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4. Hasil Pretest Siswa
No Jenis data yang diamati Hasil yang diperoleh
1 Nilai tertinggi 60
2 Nilai terendah 20
3 Rata-rata 54
Data nilai pretest menunjukan bahwa belum ada siswa yang nilainya mencapai KKM secara klasikal maupun individual. Hal tersebut dapat diartikan bahwa pemahaman siswa terhadap materi Sistem Organisasi kehidupan masih rendah. Setelah apersepsi dan tanya jawab membahas beberapa soal pretest, peneliti mengajak siswa untuk mempelajari materi diawali dengan membahas mengenai Sel Bagian Terkecil dari Organisme/Makhluk Hidup. Untuk lebih memahami materi, peneliti memberikan kesempatan siswa untuk mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS) 1 secara individu (tahap think) selama kurang lebih 20 menit. Pada tahap ini, peneliti membatasi siswa agar tidak berdiskusi dengan temannya.
Siswa hanya diperbolehkan untuk mengerjakan soal dengan membaca atau mencari jawaban pada buku paket yang dibawa masing- masing.
Selanjutnya peneliti mendampingi siswa untuk mengerjakan LKS secara berpasangan sesuai dengan pasangan yang telah ditentukan oleh peneliti (tahap pair) selama kurang lebih 15 menit. Pada tahap ini, siswa diperbolehkan saling bertukar pikiran dan berbagi pendapat untuk merumuskan jawaban yang paling benar dari soal yang dikerjakan. Kemudian beberapa pasang siswa membagikan hasil diskusinya kepada teman-teman sekelas secara presentasi (tahap share). Pada tahap ini peneliti juga ikut ambil bagian dalam diskusi kelas membahas hal-hal yang masih belum dipahami siswa. Peneliti juga memberikan waktu untuk siswa melengkapi LKSnya sebagai bahan belajar di rumah.
Untuk melihat hasil belajar secara kognitif, peneliti melakukan post test 1, Data nilai hasil post test 1 dapat dilihat pada tabel 5 berikut.
Tabel 5. Hasil post test 1
No Jenis data yang diamati Hasil yang diperoleh
1 Nilai tertinggi 95
2 Nilai terendah 45
3 Jumlah siswa dengan nilai
mencapai KKM 23
4 Jumlah siswa yang nilai 9
No Jenis data yang diamati Hasil yang diperoleh belum mencapai KKM
5 Nilai Rata-rata 72.00
6 Ketuntasan Klasikal 68,75%
Berdasarkan nilai post test di atas, rata-rata adalah sebesar 72,00 dan nilai yang tuntas (sama atau lebih dari KKM) secara klasikal sebesar 68,75%. Hasil nilai post test Siklus 1 menunjukkan bahwa target penelitian sebenarnya sudah tercapai berupa nilai hasil belajar kognitif sekurang-kurangnya 70 siswa memiliki nilai post test ≥ 70. Namun peneliti masih ingin meningkatkan hasil belajar siswa melalui siklus 2.
2. Pengamatan Aktivitas Psikomotor Siswa
Pengamatan terhadap aspek psikomotor siswa dilakukan oleh teman sejawat selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Pengamatan dilakukan berdasarkan format observasi psikomotorik pada lembar observasi yang telah disediakan.
Sikap dan perilaku siswa yang menunjukkan adanya kegiatan belajar psikomotorik yang diamati pada penelitian ini meliputi beberapa aspek, antara lain: persiapan siswa sebelum memulai kegiatan pembelajaran, antusias dan aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran, kemampuan menerima dan menanggapi pendapat teman sewaktu berdiskusi dan presentasi, serta kegiatan siswa di akhir pembelajaran.
Tabel 6. Tingkat Aktivitas Psikomotorik Siswa Siklus 1 No Pasangan
Belajar
Nilai Skor Pepasangan
Persentase Skor
Pasangan (%) Kategori
1 A 16 36,36 RENDAH
2 B 16 36,36 RENDAH
3 C 23 52,27 SEDANG
4 D 28 63,63 SEDANG
5 E 24 54,54 SEDANG
6 F 17 38,63 RENDAH
7 G 15 34,09 RENDAH
8 H 16 36,36 RENDAH
9 I 32 72,72 SEDANG
10 J 16 36,36 RENDAH
11 K 12 27,27 RENDAH
12 L 12 27,27 RENDAH
13 M 14 31,81 RENDAH
14 N 12 27,27 RENDAH
15 O 13 29,54 RENDAH
16 P 14 31,81 RENDAH
Presentase kriteria sedang = 4/16x100% = 25,00 % Presentase kriteria rendah = 12/16x100% = 75,00 %
Dari tabel 6 peneliti dapat memperoleh informasi bahwa aktivitas psikomotorik siswa 4 pasangan (25,00%) dalam kategori sedang, dan sisanya (75,00%) masih rendah. Belum ada pasangan siswa yang tergolong kategori tinggi sehingga dilanjutkan pada siklus 2.
3. Refleksi
Setelah pelaksanaan pembelajaran, peneliti melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran yang telah berlangsung. Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan dari proses pembelajaran dan data hasil yang diperoleh :
a. Banyak siswa yang mengeluh karena kurang terbiasa belajar dengan banyak menjawab pertanyaan, apalagi melakukan diskusi dan presentasi.
b. Belum semua kelompok diskusi mampu melakukan kerjasama, saat diskusi (pada tahap pair) maupun ketika presentasi.
c. Sebagian besar siswa masih pasif bertanya ketika ada yang kurang jelas, bahkan masih ada siswa yang sangat pasif, saat diskusi maupun saat teman lain presentasi.
d. Secara keseluruhan kegiatan pembelajaran berjalan dengan baik sesuai RPP dan silabus yang telah dibuat sebelumnya.
Berdasarkan hasil refleksi tersebut, peneliti kemudian melanjutkan penelitian ke siklus 2 sebagaimana telah disusun sebelumnya.
3.1.2. Pelaksanaan Penelitian Siklus 2
1. Pelaksanaan Proses Pembelajaran dan Tes kognitif
Siklus 2 dalam penelitian ini dilaksanakan dalam 2 pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa, 12 Januari 2021 sedangkan pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Kamis, 14 Januari 2021. Seperti pada siklus 1, peneliti menjadi pengajar dan menerapkan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Think-Pair-Share. Observasi aktivitas psikomotrik siswa dilakukan teman sejawat.
Pertemuan pertama dilaksanakan selama 80 menit (pukul 09:55- 10:35 WIB). Peneliti memulai kegiatan pembelajaran dengan mengulang beberapa hal yang telah dibahas pada pertemuan sebelumnya.
Selanjutnya, peneliti memberikan apersepsi mengenai sistem organisasi kehidupan. Kemudian peneliti mempersilakan siswa untuk mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS) 2 sebagai bahan belajar agar lebih memahami materi yang dipelajari. Selama kurang lebih 20 menit, siswa diberi kesempatan untuk menegerjakan LKS 2 secara individu. Peneliti memberikan batasan agar siswa tidak berdiskusi
Setelah siswa mengerjakan LKS secara individu, peneliti mempersilakan siswa untuk berdiskusi dan saling bertukar pikiran dalam merumuskan jawaban yang dianggap paling tepat untuk soal yang dikerjakan (tahap pair). Berbeda dengan pair siklus 1, pada siklus 2 ini peneliti memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih sendiri pasangan belajarnya.
Kemudian beberapa pasang siswa membagikan hasil diskusinya kepada teman-teman sekelas secara presentasi (tahap share). Pada tahap ini peneliti ikut ambil bagian dalam diskusi kelas membahas hal-hal yang masih belum dipahami siswa. Peneliti juga memberikan waktu untuk siswa melengkapi LKSnya sebagai bahan belajar di rumah.
Untuk melihat hasil belajar secara kognitif, peneliti melakukan post test 2, Data nilai hasil post test 2 dapat dilihat pada tabel 7 berikut.
Tabel 7. Hasil Post-Test 2
No Jenis data yang diamati Hasil yang diperoleh
1 Nilai tertinggi 98
2 Nilai terendah 60
3 Jumlah siswa dengan nilai mencapai KKM 30 4 Jumlah siswa yang nilai belum mencapai
KKM 2
5 Nilai Rata-rata 86,00
6 Ketuntasan Klasikal 93,75 %
Berdasarkan nilai post test di atas, rata-rata adalah sebesar 86,00 dan nilai yang tuntas (sama atau lebih dari KKM) secara klasikal sebesar 93,75%. Hasil nilai post test siklus 2 menunjukkan bahwa target penelitian sudah tercapai berupa nilai hasil belajar kognitif sekurang-kurangnya 70% siswa memiliki nilai post test ≥ 75.
2. Pengamatan Aktivitas Psikomotor
Seperti pada siklus 1, pengamatan terhadap aktivitas psikomotor siswa pada siklus 2 ini juga dilakukan oleh teman sejawat selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Pengamatan dilakukan sesuai dengan format pada lembar observasi yang telah disediakan. Sikap dan perilaku siswa yang menunjukkan ada kegiatan belajar dari aspek psikomotorik yang diamati pada siklus ini juga serupa dengan siklus sebelumnya.
Tabel 8. Tingkat Aktivitas Psikomotorik Siswa Siklus 2 No Pasangan
Belajar
Nilai Pepasangan
Persentase Skor
Pasangan (%) Kategori
1 A 36 81,81 TINGGI
2 B 28 63,63 SEDANG
3 C 26 59,09 SEDANG
4 D 24 64,54 SEDANG
5 E 30 68,18 SEDANG
6 F 28 63,63 SEDANG
7 G 31 72,45 SEDANG
8 H 27 61,36 SEDANG
9 I 30 68,18 SEDANG
10 J 36 81,81 TINGGI
11 K 26 69,09 SEDANG
12 L 28 63,63 SEDANG
13 M 28 63,63 SEDANG
14 N 32 72,72 SEDANG
15 O 33 72,73 SEDANG
16 P 34 72,74 SEDANG
Presentase kriteria Tinggi = 2/16x100% = 12,5, % Presentase kriteria Sedang = 14/16x100% =87,5 %
Berdasarkan tabel 8, peneliti memperoleh informasi bahwa aktivitas psikomotorik siswa 2 pasangan (12,5%) dalam kategori tinggi, dan sisanya dalam kategori sedang (87,5%). Hasil tersebut belum memenuhi target penelitian karena siswa yang termasuk dalam kategori tinggi belum mencapai 70%.
3. Refleksi
Peneliti melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran yang terjadi di siklus 2. Berikut hal-hal yang perlu diperhatikan dari proses pembelajaran dan hasil penelitian yang telah dideskripsikan sebelumnya.
a. Pada saat think dan pair penggunaan waktu masih kurang optimal.
b. Ketika tahap think, ada siswa yang berdiskusi. Dan ketika tahap pair, belum semua siswa terlibat aktif untuk mengungkapkan dan menanggapi pendapat. Namun pada tahap share, hampir semua siswa memperhatikan dan ada yang memberikan tanggapan.
c. Banyak siswa yang sudah aktif bertanya ketika ada yang kurang jelas.
d. Secara keseluruhan kegiatan pembelajaran berjalan dengan baik sesuai RPP dan silabus yang telah dibuat sebelumnya.
3.2. Analisis Hasil Penelitian 3.2.1. Tes Kognitif
Pretest yang telah dilaksanakan sebelum proses pembelajaran pada siklus 1 digunakan untuk mengetahui pemahaman awal siswa. Post test 1 dan 2 digunakan untuk mengetahui penguasaan siswa mengenai bahan/materi yang telah diberikan.
Dari tabel 5 dan tabel 7 pada pembahasan sebelumnya dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa pada post test 1 mengindikasikan adanya hasil proses belajar yang dialami siswa setelah mengikuti proses pembelajaran siklus 1. Sebenarnya hasil belajar tersebut sudah memenuhi target penelitian, namun peneliti masih ingin meningkatkan hasil belajar siswa melalui siklus 2.
Tabel 9. Perbandingan Hasil Post Test 1 dan Post Test 2 No Jenis data yang diamati
Hasil yang diperoleh Post test
1
Post test 2
1 Nilai tertinggi 95 98
2 Nilai terendah 45 60
3 Jumlah siswa dengan nilai mencapai KKM 23 30
4 Jumlah siswa dengan nilai belum mencapai KKM 9 2
5 Rata-rata nilai 72,00 86,00
6 Ketuntasan klasikal 68.75 % 93,53%
Tabel 9 menunjukkan peningkatan hasil tes kognitif sebagai hasil dari proses pembelajaran siklus 2 dibandingkan siklus 1. Hal tersebut dapat dilihat dari peningkatan nilai rata-rata siswa yaitu dari 72,00%
menjadi 86,00 jumlah siswa yang mencapai KKM juga meningkat yaitu dari 23 siswa menjadi 30 siswa.
Peningkatan tersebut menunjukkan bahwa proses pembelajaran telah meningkatkan pencapaian pemahaman siswa.
3.2.2. Hasil Pengamatan Aktivitas Psikomotor Siswa
Hasil pengamatan menunjukkan sikap dan perilaku siswa dalam belajar menggunakan Model Cooperative Learning tipe Think-Pair-Share. Daftar perbandingan tingkat aktivitas psikomotorik siswa kelas
Tabel 10. Perbandingan Tingkat Psikomotorik Siklus 1 dan 2
No Jenis data yang diamati Hasil yang diperoleh
Siklus 1 Siklus 2
1 Skor tertinggi pasangan 32 36
2 Skor terendah pasangan 12 24
3 Jumlah pasangan belajar dengan kategori rendah 12 0 4 Jumlah pasangan belajar dengan kategori sedang 4 14 5 Jumlah pasangan belajar dengan kategori tinggi 0 2
6 Persentase kriteria rendah 75,00 % 0 %
7 Persentase kriteria sedang 25,00 % 87,50 %
8 Persentase kriteria tinggi 0 % 12,50 %
Dari tabel 10 dapat diketahui bahwa ada perbedaan presentase masing- masing kriteria dari siklus 1 dan siklus 2. Pada siklus 1, presentase kriteria rendah sebesar 75,00 % sedangkan pada siklus 2 tidak ada siswa yang termasuk dalam kategori rendah. Pada siklus 1, presentase kriteria sedang sebesar 25,00%
sedangkan pada siklus 2 presentase kriteria sedang sebesar 87,50 %. Pada siklus 1, tidak ada siswa yang termasuk dalam kategori tinggi, sedangkan pada siklus 2 presentase kriteria tinggi sebesar 12,50 %.
3.3. Pembahasan Hasil Penelitian
Deskripsi pelaksanaan penelitian sebelumnya telah menjelaskan bahwa PTK dilaksanakan 2 siklus. Selanjutnya, peneliti akan membahas peningkatan pemahaman konseptual dari aspek kognitif dan aspek psikomotor siswa dengan menggunakan Model Pembelajaran Cooperative Learning tipe Think- Pair-Share.
3.3.1. Hasil Belajar Kognitif
Peningkatan pemahaman konseptual dapat diketahui dengan membandingkan hasil dari tes yang telah dilaksanakan yaitu post test 1 dan post test 2. Pretest tidak ikut dibandingkan karena test ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan awal siswa/sebelum mengikuti proses pembelajaran, sedangkan post test berupa soal-soal uraian yang bertujuan untuk mengukur pemahaman konseptual siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Berdasarkan indikator pencapaian dalam pemahaman konseptual, target yang harus dicapai yaitu sekurang-kurangnya 70% siswa mencapai angka ketuntasan minimal (KKM) 70, dan sekurang-kurangnya nilai rata-rata kelas 70.
Perbandingan nilai post test 1 dan post test 2 memperlihatkan adanya peningkatan pemahaman konseptual siswa. Hasil post test 2 menunjukkan jumlah siswa yang mencapai KKM 93,53 % dan rata- rata nilai mencapai 86,00 Hasil ini sudah melampaui target penelitian, sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan model Cooperative learning tipe Think-Pair-Share dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa. Pada pembelajaran Cooperative learning tipe Think-Pair-Share memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja secara sendiri dan bekerjasama dengan orang lain sehingga siswa lebih mudah memahami materi pembelajaran dan akhirnya meningkatkan nilai hasil belajar. Hal ini sesuai dengan tiori yang dukemukakan oleh (Lie, 2002). Think-Pair-Share adalah pembelajaran yang memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri dan bekerjasama dengan orang lain.
3.3.2. Aktivitas Psikomotor
Peningkatan aktivitas psikomotorik diketahui dari hasil observasi/ pengamatan yang menunjukkan bahwa pada siklus 1, sebagian besar siswa masih tergolong dalam kategori rendah (75,00%) sedang sisanya tergolong kategori sedang (25,00%). Namun pada siklus 2 terjadi peningkatan yaitu tidak ada siswa yang termasuk dalam kategori rendah, 87,50% tergolong kategori sedang dan 12,50% tergolong tinggi.
Peningkatan aktivitas psikomotorik Pada pembelajaran Cooperative learning tipe Think-Pair- Share disebabkan siswa mempunyai tanggung jawab yang besar karena hanya berdua dalam satu kelompok. Selain dari itu siswa akan lebih leluasa bertanya dengan guru bila mengalami kendala, pendekatan kelompok dan individu akan lebih mudah guru lakukan karena dalam kelompok kecil.
4. Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan deskripsi analisis yang telah dijabarkan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa penggunaan model Cooperative Learning tipe Think Pair Share dapat meningkatkan aktivitas psikomotorik dan hasil belajar kognitif siswa MTsN 2 Aceh Besar pada materi Sistem Organisasi Kehidupan. Kesimpulan tersebut diperoleh dari hasil penelitian yaitu post test 1 menunjukkan jumlah siswa yang mencapai KKM sebesar 23 siswa dan meningkat sebesar 30 pada post test 2. Rata-rata nilai siswa juga meningkat dari 72,00 pada post test 1 menjadi 86,00 pada siklus 2. Hasil pengamatan menunjukkan jumlah pasangan belajar dengan kategori tinggi belum terlihat pada siklus 1, namun pada siklus 2 terdapat 2 pasangan belajar (12,50%) yang tergolong dalam kategori tinggi. Namun hasil tersebut belum memenuhi target penelitian yaitu hasil belajar siswa pada ranah psikomotor yang tergolong dalam kategori tinggi belum mencapai 70%.
Bagi peneliti lain yang tertarik pada topik yang sejalan dengan penelitian ini sebaiknya lebih memperhatikan persiapan dan manajemen waktu sehingga penelitian dapat berjalan dengan baik dan tepat waktu.Guru sebaiknya terus belajar dan mencari variasi baru dalam mengajar seiring perkembangan teknologi sehingga hasil belajar siswa dapat terus ditingkatkan tanpa mengabaikan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan.Sekolah sebaiknya memperhatikan kebutuhan perkembangan siswa misalnya dengan meningkatkan sarana dan fasilitas belajar siswa sehingga mutu pendidikan dan lulusan sekolah dapat ditingkatkan.
5. Daftar Pustaka
[1] Ahmadi, Abu ; Supriyono, Widodo. 1990. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta
[2] Arikunto, Suharsimi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara Daryanto dan Rahardjo
[3] Daryanto, dan Mulyo Rahardjo. 2012. Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Gava Media.
[4] Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta : PT. Grasindo
[5] Ratnawulan, Elis dan Rusdiana. 2015. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: CV. Pustaka Setia [6] Slavin, Robert. 2005. Cooperative Learning Teori Riset dan praktik. Bandung: Nusa Media.
[7] Daryanto, dan Mulyo Rahardjo. 2012. Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Gava Media [8] Sudjana, Nana. 1990. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja
Rosdyakarya
[9] Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori & Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Belajar
[10] Suryabrata, Sumadi. 1984. Psikologi Pendidikan. Jakarta: CV. Rajawali [11] Ibrahim, M. dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press.
[12] Suyono dan Haryanto. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
[13] Taniredja, Tukiran; Pujiati, Irma; dan Nyata. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung:
Alfabeta.
[14] Fadholi (2009) http://ariffadholi.blogspot.com/2009/10/kelebihan-kekurangan-tps.html