• Tidak ada hasil yang ditemukan

H alaman P ersembahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan " H alaman P ersembahan"

Copied!
193
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Penulisan makalah penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau saran dalam perencanaan asuhan keperawatan pada pasien bronkopneumonia.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian

Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan

Merupakan saluran nafas pertama yang berfungsi mengalirkan udara dari dan ke paru-paru.Jalur nafas ini berfungsi sebagai penyaring kotoran serta melembabkan dan menghangatkan udara yang dihirup ke dalam paru-paru. Proses respirasi paru merupakan pertukaran oksigen dan karbon dioksida yang terjadi di paru-paru.Proses ini berlangsung dalam tiga tahap yaitu. Ventilasi adalah proses masuk dan keluarnya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer.

Peninggian tulang rusuk dan tulang dada memperbesar rongga dada di kedua sisi dan dari depan ke belakang.Saat menghembuskan napas, udara dipaksa keluar dengan mengendurkan otot dan. Proses ventilasi dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu perbedaan tekanan antara atmosfer dan paru-paru, kemampuan dada dan alveolus paru untuk mengembang, refleks batuk dan muntah. Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dan kapiler paru dengan CO2 di kapiler dan alveoli.

Proses pertukaran dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu luas permukaan paru, ketebalan membran pernafasan, serta perubahan tekanan dan konsentrasi O2. Transportasi gas dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu curah jantung, status pembuluh darah, olahraga, eritrosit, dan Hb.

Etiologi

Klasifikasi

Bukan bronkopneumonia: hanya batuk tanpa gejala dan tanda di atas, tidak perlu diobati dan tidak perlu diberikan antibiotik.

Manifestasi Klinis

Patofisiologi

Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator inflamasi dari sel mast setelah aktivasi sel imun dan cedera jaringan. Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen. Komplemen bekerja dengan histamin dan prostaglandin untuk mengendurkan otot polos pembuluh darah paru dan meningkatkan permeabilitas kapiler paru. Ini disebut hepatitis merah dan terjadi ketika alveoli dipenuhi sel darah merah, eksudat, dan fibrin yang diproduksi oleh inang sebagai bagian dari respons peradangan.

Disebut hepatitis abu-abu, yang terjadi ketika sel darah putih berkoloni di area paru-paru yang terinfeksi. Pada titik ini, endapan fibrin terakumulasi di seluruh area cedera dan terjadi fagositosis puing-puing seluler dan leukosit, warna merah menjadi abu-abu pucat, dan kapiler darah tidak lagi tersumbat. Disebut juga tahap disolusi, yang terjadi ketika respons imun dan peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat mengalami lisis dan diserap oleh makrofag, sehingga jaringan kembali ke struktur aslinya. Peradangan pada bronkus ditandai dengan penimbunan sekret sehingga menimbulkan demam, batuk produktif, ronki produktif, ronki positif, dan mual.

Jika penyebaran mikroba sudah mencapai alveoli, komplikasi yang terjadi adalah kolaps alveolar, fibrosis, emfisema, dan atelektasis. Runtuhnya alveoli akan mengakibatkan penyempitan saluran napas, sesak napas, dan ronki. Fibrosis dapat menyebabkan penurunan fungsi paru dan penurunan produksi surfaktan sebagai pelumas yang berfungsi melembabkan rongga pleura.

Pemeriksaan Penunjang

Penatalaksanaan

Suhu tubuh yang tinggi selama beberapa hari dan asupan cairan yang tidak mencukupi dapat menyebabkan dehidrasi.

Komplikasi

Masalah Keperawatan

  • Pengertian Masalah Keperawatan
  • Komponen Masalah Keperawatan
  • Faktor yang Berhubungan
  • Pathway Bronkopneumonia
  • Masalah Keperawatan Bronkopneumonia

Diagnosis yang ditegakkan pada klien 1 dan 2 sama yaitu bersihan jalan nafas tidak efektif dan nafas berderak. Untuk klien 2, berlaku 3 diagnosa keperawatan yaitu bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret, risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, dan kecemasan berhubungan dengan rawat inap. Berdasarkan analisis data pada tinjauan pustaka, terdapat masalah perawatan pada klien 1 yaitu tidak efektifnya bersihan jalan nafas.

Klien 1, sedangkan klien 2 tidak mempunyai diagnosa keperawatan defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya paparan informasi. Perencanaan asuhan keperawatan pada klien 2 dengan masalah keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi yaitu setelah melakukan tindakan keperawatan 3 x 20 menit pasien dapat ː RR dalam batas normal. Perencanaan asuhan keperawatan yang akan dilaksanakan pada bangsal 1 dengan masalah keperawatan resiko infeksi ditandai dengan prosedur invasif yaitu setelah pelaksanaan asuhan keperawatan 2 x 24 jam.

Perencanaan asuhan keperawatan yang dilakukan pada klien 1 dan 2 dengan masalah keperawatan kecemasan berbeda. Perencanaan asuhan keperawatan dilakukan pada klien 1 dengan masalah keperawatan kecemasan berhubungan dengan kurangnya paparan informasi yaitu : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 x 24 jam.

Asuhan Keperawatan Bronkopneumonia

  • Pengkajian
  • Diagnosa Keperawatan
  • Intervensi Keperawatan
  • Implementasi Keperawatan
  • Evaluasi Keperawatan

Konsep Keperawatan Anak

  • Pertumbuhan dan Perkembangan
  • Paradigma Keperawatan Anak
  • Prinsip Keperawatan Anak
  • Batasan Usia Anak
  • Peran Perawat Anak
  • Hospitalisasi

Dalam pelayanan kesehatan anak, yang dimaksud dengan individu (klien) adalah anak yang diartikan sebagai seseorang yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun dalam masa pertumbuhan dan perkembangan, yang mempunyai kebutuhan khusus, yaitu fisik, psikis, sosial, dan sosial. kebutuhan rohani. Dalam melakukan pelayanan keperawatan, anak selalu diutamakan karena kemampuannya dalam mengatasi permasalahan masih dalam proses pendewasaan yang berbeda dibandingkan orang dewasa, karena struktur fisik anak dan orang dewasa berbeda baik dari ukuran hingga aspek kematangan fisik. Lingkungan dalam paradigma keperawatan anak yang dipertimbangkan adalah lingkungan eksternal dan internal yang berperan dalam perubahan status kesehatan anak.

Pelayanan kesehatan anak ditujukan untuk mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatan dengan tujuan menurunkan angka kesakitan dan kematian pada anak, karena anak merupakan generasi penerus bangsa. Keperawatan anak merupakan suatu disiplin ilmu kedokteran yang fokus pada kesejahteraan anak, sehingga perawat mempunyai tanggung jawab yang komprehensif dalam memberikan asuhan keperawatan anak. Keperawatan anak melibatkan kontrak dengan anak-anak dan keluarga untuk mencegah, menilai, mengintervensi, dan meningkatkan kesejahteraan mereka menggunakan proses keperawatan yang konsisten dengan pertimbangan moral (etika) dan etika (hukum).

Tujuan keperawatan anak dan keluarga adalah untuk meningkatkan maturitas atau kematangan sehat anak dan remaja sebagai makhluk biopsikososial dan spiritual dalam konteks keluarga dan. Kedepannya tren keperawatan anak akan fokus pada ilmu tumbuh kembang, karena akan mempelajari aspek kehidupan anak. Sebagai perawat anak peneliti memerlukan keterlibatan penuh dalam upaya menemukan masalah keperawatan anak yang perlu diteliti, melakukan penelitian langsung, dan menggunakan hasil penelitian kesehatan/keperawatan anak dalam rangka meningkatkan mutu praktik/pelayanan keperawatan pada anak.

Pada tingkat kualifikasi tertentu, perawat harus mampu melakukan penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan mutu praktik keperawatan anak. Anak-anak pada usia ini seringkali takut pada orang asing dan tidak sepenuhnya mengerti mengapa mereka harus dirawat di rumah sakit. Respon perilaku anak pada usia ini terbagi dalam 3 tahap, yaitu tahap protes, putus asa, dan penyangkalan.

Mengasuh anak pada usia ini menyebabkan anak mengalami stres karena merasa jauh dari rumah dan kehilangan rutinitas yang biasa dilakukannya. Kebanyakan anak pada kelompok usia ini sudah siap mandiri dan mau menentukan pilihan. Anak-anak pada usia ini juga lebih banyak bertanya karena mereka mungkin tahu lebih banyak tentang tubuhnya, namun pemahamannya masih terbatas.

METODE PENELITIAN

Subyek Penelitian

Kebutuhan dasar klien 1: Konsumsi bubur, ASI dan buah setiap hari di rumah sejak usia 6 bulan. Selama klien 2 dirawat selama 3 hari di RS, evaluasi pada klien 2 menunjukkan 3 diagnosa keperawatan yang belum teratasi yaitu diagnosa bersihan jalan nafas tidak efektif selama 3 hari perawatan. Berdasarkan hasil survei dan analisis data, terdapat 5 diagnosa keperawatan yang ditegakkan pada klien 1 yaitu bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi, risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, risiko jatuh berhubungan dengan penyakit.

Berdasarkan asumsi peneliti, data Klien 1 dan Klien 2 diagnosis yang ditegakkan belum mencakup 80-100% gejala terpenting yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis keperawatan. Menurut peneliti, data Klien 1 dan klien yang ditegakkan diagnosisnya tidak mencantumkan 80-100% gejala terpenting sebagai prasyarat dalam pengambilan diagnosis keperawatan. Perencanaan asuhan keperawatan yang akan dilakukan pada klien 1 dengan masalah keperawatan tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam maka kriteria luaran yang diharapkan antara lain : RR. Dia; / sama dengan 20, bunyi nafas vesikuler, tidak ada retraksi dada.

Perencanaan asuhan keperawatan yang akan dilakukan pada klien 2 dengan masalah keperawatan ansietas yang berhubungan dengan krisis situasional yaitu : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, kecemasan teratasi dengan kriteria sebagai berikut : Pasien tidak menangis, pasien. ingin berinteraksi dengan orang lain. Sesuai asumsi peneliti, rencana keperawatan yang terdapat pada tinjauan pustaka pada klien 1 tidak mencakup intervensi observasional yaitu pemantauan tanda-tanda kecemasan (verbal dan nonverbal). Tindakan yang dilakukan sesuai dengan perencanaan klien 1 yaitu mengamati kebutuhan pembelajaran pasien dan keluarga tentang bronkopneumonia, memberikan edukasi tentang bronkopneumonia dan cara pengobatannya di rumah, serta mencegah pneumonia.

Tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien 1 dan klien 2 tidak mempunyai outcome subjektif dan objektif yang diberikan setelah tindakan keperawatan dilakukan. Pada evaluasi didapatkan pada pasien 1 perkusi dada terasa tumpul, sedangkan pada klien 2 tidak ditemukan data untuk evaluasi perkusi dada. Intervensi yang digunakan pada kasus klien 1 dan klien 2 disusun berdasarkan diagnosis yang ditegakkan dan disesuaikan dengan teori yang ada.

Tabel 4.1 Hasil Anamnesis Klien Anak dengan Bronkonpneumonia
Tabel 4.1 Hasil Anamnesis Klien Anak dengan Bronkonpneumonia

Definisi Operasional

Lokasi dan Waktu Penelitian

Prosedur Penelitian

Metode dan Instrument Pengumpulan Data

Keabsahan Data

Analisa Data

Gambar

Gambar 2.1 Anatomi Sistem Pernapasan   Sumber: Torwoto & Ayani (2009)
Tabel 4.1 Hasil Anamnesis Klien Anak dengan Bronkonpneumonia
Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Fisik Klien Anak dengan Bronkopneumonia
Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Penunjang Klien Anak dengan  Bronkopneumonia
+7

Referensi

Dokumen terkait

Intervensi keperawatan pada klien dengan diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (prosedur bedah) antara lain : lakukan pengkajian

asuhan keperawatan yang komprehensif pada klien dengan masalah nyeri yang dimulai dari. pengkajian, merumuskan diagnosa, merencanakan intervensi

Tujuan intervensi dari diagnosa keperawatan ini adalah peningkatan komunikasi, dengan skala outcome: klien menggunakan bahasa tertulis, klien menggunakan bahasa

Dalam studi kasus ini peneliti menggunakan dua individu yang akan dikaji sesuai yang dikeluhkan dan diberi asuhan keperawatan yang tepat dengan diagnosa klien

Tujuan intervensi dari diagnosa keperawatan ini adalah peningkatan komunikasi, dengan skala outcome: klien menggunakan bahasa tertulis, klien menggunakan bahasa

Tujuan : Mampu melakukan asuhan keperawatan pada klien perilaku kekerasan meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan dengan

Berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah dicetuskan maka penulis menyusun intervensi yang telah disesuaikan dengan intervensi NIC, pantau status oksigenasi klien,

Berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah dicetuskan maka penulis menyusun intervensi yang telah disesuaikan dengan intervensi NIC,pantau status oksigenasi klien,