• Tidak ada hasil yang ditemukan

HADIS TENTANG JUAL BELI

N/A
N/A
Tiara Saputri

Academic year: 2024

Membagikan "HADIS TENTANG JUAL BELI"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

HADIS TENTANG JUAL BELI

Makalah

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Hadis Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Bisnis Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

Islam Institud Agama Islam Negeri Palopo

Oleh:

KELOMPOK 4 MBS 2E Tiara Saputri (2304030109) Anastasya. A (2304030100)

Dosen Pengampu:

Dr. Ishak, S.E.I., M.E.I.

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN BISNIS SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul

“Hadis Tentang Jual Beli” tepat pada waktunya. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini. Salawat serta salam semoga terlimpah curah kepada baginda kita yaitu Nabi Muhammad SAW. Yang telah mengantarkan kita dari alam kegelapan menuju alam terang benderang seperti saat ini.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Hadis Ekonomi Dan Bisni. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan kita tentang “Hadis Tentang Jual Beli”.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesakan makalah ini. Kami menyadari, makalah yang saya tulis ini masi jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Palopo, 25 April 2024

Penulis

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1 B. Rumusan Masalah 1 C. Tujuan Penulisan 2

BAB II PEMBAHASAN 3

A. Kandungan Dan Makna Dari Hadis Tentang Jual Beli 3 B. Pendapat Para Ahli Mengenai Hadis Tentang Jual Bli 5 C. Kontekstualisasi Dari Hadis Tentang Jual Beli 6

BAB III PENUTUP 8 A. Kesimpulan 8 B. Saran 8

DAFTAR PUSTAKA 9

(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rasulullah merupakan contoh tauladan bagi kita sebagai umat islam. Semua ucapan, sikap dan perbuatan Rasul mengajarkan kita tentang ajaran islam sekaligus contoh bagi kita untuk bertindak ataupun bersikap. Ajaran islam tersebut memerintahkan untuk menjalin hubungan baik secara vertikal maupun horizontal, yakni hablu min Allah wa hablu min al-nas. Rasul selalu mengajarkan kita untuk saling menghormati dan menghargai antar sesama.

Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendirian. Manusia masih memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhi kehidupannya. Satu sama lain saling membantu. Oleh karena itu, kita diperintah untuk berbuat baik antar sesama, selain menjalin hubungan dengan Allah. Rasul pun telah menjelaskan mengenai aturan-aturan ataupun etika dalam hidup bermasyarakat.Salah satunya aturan mengenai jual-beli.

Jual-beli merupakan salah satu kegiatan muamalah yang sering dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam masalah jual-beli ini, Rasulullah pun telah menjelaskan mengenai etika berdagang, menunjukkan mengenai mana jual-beli yang diperbolehkan dan mana jual-beli yang tidak diperbolehkan. Sehingga antara penjual ataupun pembeli tidak ada yang dirugikan. Karena unsur yang terpenting dalam jual-beli adalah kerelaan antara kedua belah pihak, yaitu salah satu pihak tidak ada yang rugi. Sehingga perlu kita mengetahui bagaimana etika dalam jual- beli yang sebenarnya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Apa kandungan dan makna dari hadis tentang jual beli?

(5)

2. Apa pendapat para ahli mengenai hadis tentang jual beli?

3. Apa Kontekstualisasi dari hadis tentang jual beli?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Mahasiswa mengetahui kandungan dan makna dari hadis tentang jual beli.

2. Mahasiswa mengetahui pendapat para ahli mengenai hadis tentang jual beli.

3. Mahasiswa dapat memahami Kontekstualisasi dari hadis tentang jual beli.

(6)

BAB II PEMBAHASAN

A. Kandungan dan Makna Hadis Tentang Jual Beli

Berikut adalah beberapa hadis tentang jual beli beserta makna dan kandungan dari HR.Bukhari.

1. HR. Bukhari no. 1973

اَمَتَك ْنإإَو ، اَمإهإعْيَب يإف اَمُهَل َكإروُب اَنّيَبَو اَقَدَص ْنإإَف ، اَقّرَفَتَي ْمَل اَم إراَيإخْلاإب إناَعّيَبْلا هيلع فقتم اَمإهإعْيَب ُةَكَرَب ْتَقإحُم اَبَذَكَو) )

"Penjual dan pembeli masih boleh memilih (untuk meneruskan transaksi atau membatalkannya) selama mereka belum berpisah. Jika keduanya jujur dan menjelaskan apa adanya, maka keduanya diberkahi dalam jual belinya. Jika keduanya menyembunyikan (cacat) dan berdusta, maka akan dihapus berkah pada keduanya." (HR. Bukhari, no. 1973)

a. Kandungan Hadis: Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan penjual dan pembeli berhak khiyar selama mereka belum berpisah. Jika keduanya jujur dan menjelaskan, maka mereka akan mendapatkan berkah dalam jual beli mereka berdua. Namun, jika keduanya menyembunyikan atau berdusta, maka berkah jual beli mereka akan dihapus. Dengan demikian, hadis ini menekankan pentingnya kejujuran dan transparansi dalam transaksi jual beli. Jika kedua belah pihak berlaku jujur dan terbuka, maka jual beli mereka akan diberkahi. Namun, jika ada penyembunyian atau kebohongan, berkah dalam jual beli akan dicabut.

b. Makna Hadis: Hadis ini mengajarkan nilai-nilai etika dan integritas dalam berdagang. Penjual dan pembeli memiliki kebebasan untuk memutuskan apakah mereka ingin melanjutkan atau membatalkan

(7)

transaksi sebelum benar-benar berpisah. Ini menekankan pentingnya memberikan kesempatan bagi kedua belah pihak untuk mempertimbangkan transaksi dengan cermat sebelum melakukan kesepakatan. Pentingnya kejujuran dan transparansi dalam transaksi.

Jika penjual dan pembeli saling berterus terang mengenai kondisi barang yang diperdagangkan, baik mengenai kelebihan maupun kekurangannya, maka transaksi tersebut akan mendapatkan berkah dari Allah.

2. HR. Tirmizi no. 1208

إةَقَدّصلاإب ُهوُبو ُشَف ، ُفإلَحْلاَو ُوْغّللا ُهُرُضْحَي َعْيَبْلا ّنإإ إراّجّتلا َر َشْعَم اَي

"Wahai para pedagang, sesungguhnya dalam jual beli terdapat kelalaian dan sumpah, maka bersihkanlah dengan sadaqah." (HR. Tirmizi, no. 1208)

a. Kandungan Hadis: Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam memberikan petunjuk kepada para pedagang mengenai etika dalam jual beli. Dalam jual beli, terkadang terjadi kelalaian dan sumpah. Oleh karena itu, para pedagang diajak untuk membersihkan transaksi dengan sadaqah (sumbangan).

b. Makna Hadis: Dalam hadis ini Nabi menyebutkan bahwa setan dan dosa selalu hadir dalam transaksi jual beli. Oleh karena itu, pedagang harus berhati-hati dan berusaha untuk menghindari perilaku yang merugikan. Sadaqah (sumbangan) di sini bukan hanya tentang memberi uang, tetapi juga tentang membersihkan hati dan niat.

Dengan memberikan sadaqah, pedagang menghapus dosa dan memperbaiki hubungannya dengan Allah.

(8)

B. Pendapat Para Ahli Mengenai Hadis Tentang Jual Beli

1. HR. Bukhari no. 1973

Menurut Abdillah bin Al-Harits, dalam memahami hadis tentang transaksi antara penjual dan pembeli, menegaskan pentingnya prinsip kejujuran dan integritas dalam hubungan dagang. Hadis tersebut menekankan bahwa baik penjual maupun pembeli memiliki hak untuk memilih apakah akan melanjutkan atau membatalkan transaksi sebelum keduanya berpisah secara resmi. Namun, berkah dalam transaksi tersebut sepenuhnya bergantung pada kedua belah pihak yang terlibat.

Jika kedua belah pihak berkomunikasi dengan jujur dan mengungkapkan segala informasi yang relevan tentang kondisi barang atau transaksi dengan transparan, maka transaksi tersebut akan diberkahi oleh Allah SWT. Ini mengisyaratkan bahwa transaksi yang didasarkan pada kejujuran dan keterbukaan akan mendatangkan keberkahan dan kebaikan dalam jangka panjang. Tetapi, sebaliknya jika terdapat penyembunyian informasi atau kebohongan yang dilakukan oleh salah satu pihak, maka berkah dalam transaksi tersebut akan dihapuskan. Hal ini mencerminkan prinsip bahwa kebohongan dan ketidakjujuran tidak hanya merugikan secara moral, tetapi juga dapat mengakibatkan kerugian materiil atau konsekuensi negatif lainnya dalam jangka panjang.

Oleh karena itu, dalam menjalankan transaksi dagang, penting bagi penjual dan pembeli untuk selalu berpegang teguh pada prinsip kejujuran dan integritas. Hal ini bukan hanya sebagai bentuk ibadah kepada Allah SWT, tetapi juga sebagai jalan untuk menciptakan hubungan dagang yang berkelanjutan, adil, dan bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat.

2. HR. Tirmizi no. 1208

Menurut Al- Albany dalam Shahih Abu Daud, hadis yang menyatakan

"Wahai para pedagang, sesungguhnya dalam jual beli terdapat kelalaian dan

(9)

sumpah, maka bersihkanlah dengan sedekah" memberikan penekanan khusus pada realitas bahwa dalam dunia perdagangan, tidak jarang terjadi kesalahan atau kekhilafan. Ini dapat mencakup kesalahan dalam menghitung, kekurangan dalam menyampaikan informasi, atau bahkan sumpah palsu yang diucapkan dalam rangka menegakkan kebenaran dalam transaksi.

Al-Albany menjelaskan bahwa kesalahan atau kekhilafan semacam ini bisa terjadi karena berbagai faktor, seperti tekanan ekonomi, ambisi, atau ketidaktahuan. Namun, yang penting adalah bagaimana kita menanggapi kesalahan tersebut. Dalam konteks ini, hadis mengajarkan bahwa membersihkan transaksi dari kesalahan tersebut merupakan suatu kewajiban, dan salah satu cara yang dianjurkan untuk melakukannya adalah dengan memberikan sedekah. Konsep pembersihan transaksi dengan sedekah menunjukkan bukan hanya tindakan koreksi secara materiil, tetapi juga upaya untuk membersihkan hati dan memperbaiki hubungan dengan pihak lain.

Dengan memberikan sedekah, pedagang tidak hanya menghapuskan kesalahan mereka secara materi, tetapi juga meneguhkan komitmen mereka untuk bertindak dengan integritas dan kejujuran dalam perdagangan.

C. Kontekstualisasi Hadis Tentang Jual Beli

1. HR. Bukhari no. 1973

Kontekstualisasi dari hadis ini adalah tentang transaksi jual beli, di mana penjual dan pembeli memiliki hak untuk memilih apakah ingin melanjutkan atau membatalkan transaksi sebelum mereka berpisah.

hadis tersebut menyatakan bahwa jika kedua belah pihak jujur dan transparan tentang kondisi barang yang diperdagangkan, maka transaksi

(10)

jujur, transaksi tersebut menjadi lebih adil dan bermanfaat bagi kedua belah pihak.

Namun, jika kedua belah pihak menyembunyikan cacat atau berdusta tentang kondisi barang yang diperdagangkan, maka berkah dari transaksi tersebut akan dihapus. Ini menunjukkan bahwa kecurangan dan ketidakjujuran dalam perdagangan tidak diterima dalam Islam. Transaksi yang didasarkan pada kebohongan atau penipuan tidak akan mendatangkan berkah, dan dapat mengakibatkan kerugian bagi salah satu atau kedua belah pihak.

Secara keseluruhan, hadis ini menekankan pentingnya kejujuran, transparansi, dan adil dalam perdagangan. Ini adalah prinsip-prinsip yang penting dalam Islam untuk memastikan bahwa transaksi ekonomi dilakukan dengan integritas dan keadilan, sehingga dapat mendatangkan berkah bagi semua pihak yang terlibat.

2. HR. Tirmizi no. 1208

Kontekstualisasi dari hadis ini adalah tentang peringatan kepada pedagang tentang potensi kesalahan dan sumpah dalam proses jual beli. Hadis tersebut mengarahkan para pedagang untuk membersihkan kesalahan atau pelanggaran sumpah tersebut dengan memberikan sadaqah, atau amal kebajikan. Ini menunjukkan pentingnya untuk bertanggung jawab atas tindakan dan keputusan dalam bisnis, serta kesediaan untuk memperbaiki kesalahan yang dilakukan.

Dengan memberikan sadaqah sebagai bentuk kompensasi atas kesalahan atau pelanggaran sumpah, pedagang menunjukkan ketaatan mereka kepada nilai-nilai Islam yang menekankan pentingnya integritas, kejujuran, dan tanggung jawab dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam dunia bisnis.

(11)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Hadis - Hadis tersebut menegaskan bahwa pentingnya integritas, kejujuran, dan tanggung jawab dalam menjalankan bisnis atau melakukan transaksi jual beli dalam Islam.

Hadis pertama menekankan bahwa penjual dan pembeli memiliki hak untuk memilih apakah ingin melanjutkan atau membatalkan transaksi sebelum mereka berpisah. Jika keduanya jujur dan transparan tentang kondisi barang yang diperdagangkan, maka transaksi tersebut akan diberkahi. Namun, jika keduanya menyembunyikan cacat atau berdusta, berkah dari transaksi tersebut akan dihapus.

Sementara itu, hadis kedua memberikan peringatan kepada para pedagang bahwa dalam jual beli terdapat potensi untuk melakukan kesalahan atau melanggar sumpah. Namun, mereka diberikan instruksi untuk membersihkan kesalahan atau pelanggaran sumpah tersebut dengan memberikan sadaqah, sebagai bentuk tanggung jawab dan kompensasi atas tindakan yang tidak benar.

B. Saran

Dalam makalah ini kami telah membahas mengenai hadis tentang jual beli.

Makalah ini memuat pembahasan mulai dari, kandungan dan makna hadis tentang jual beli, pendapat para ahli hadis tentang jual beli, dan kontekstualisasi hadis tentang jual beli. Beranjak dari penjelasan materi, diharapkan kepada para pembaca untuk memahami materi ini karena hadis tentang jual beli sangat penting didalam kehidupan untuk diterapkan sehingga perlu untuk mempelajari lebih lanjut mengenai materi ini dari berbagai sumber yang dapat menambah wawasan anda.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Shalih, “Petunjuk Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam Dalam Jual

Beli”, 2012, Diakses Pada April 2024,

https://islamqa.info/id/answers/134621/petunjuk-nabi-shallallahu-alaihi-wa- sallam-dalam-jual-beli

Yulian Purnama, “Peringatan Keras Bagi Para Pedagang”, 2021, Diakses Pada April 2024, https://muslim.or.id/8466-peringatan-keras-bagi-para- pedagang.html

Ruslan Fariadi, “Khiyar dalam Jual-Beli”, 2020, Diakses Pada April 2024, https://muhammadiyah.or.id/2020/07/khiyar-dalam-jual-beli/

Referensi

Dokumen terkait

Kedua belah pihak menerangkan terlebih dahulu bahwa kedua belah pihak telah mengadakan Perjanjian Leasing Nomor _____ Tanggal _____ dan PEMBELI telah mengajukan permohonan untuk

Ketentuan Pasal 7 ayat (1) dan (2) perjanjian kerjasama jual beli TBS kelapa sawit yang membebankan biaya perkara kepada pihak kedua merupakan hasil kesepakatan dari kedua belah

Khiyar aib adalah adalah hak untuk membatalkan atau melangsungkan jual beli bagi kedua belah pihak yang berakad, apabila terdapat suatu cacat pada objek yang

Yang dimaksud dengan khiyār ‘aib yaitu hak untuk membatalkan atau melangsungkan jual beli bagi kedua belah pihak yang berakad, apabila terdapat suatu cacat pada

Syarat- syaratnya adalah: Harga barang ditentukan jelas dan pasti diketahui pihak penjual dan pembeli, pembayaran cicilan disepakati kedua belah pihak

Syarat adalah sesuatu yang harus ada dalam jual beli, yang bertujuan. untuk menghindarkan sengketa, melindungi kedua belah

Penyerahan (ijab) dan penerimaan (qabul) dalam Islam diperbolehkan baik dengan ucapan, tulisan, isyarat, perbuatan. Dengan syarat kedua belah pihak yang melakukan transaksi

Secara operasional gharar bisa diartikan kedua belah pihak dalam transaksi tidak memiliki kepastian terhadap barang yang menjadi objek transaksi baik terkait kualitas, kuantitas,