• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hak-Hak Kesehatan dan Pembangunan Berkelanjutan

N/A
N/A
Muhammad Ogi Muhroji

Academic year: 2024

Membagikan " Hak-Hak Kesehatan dan Pembangunan Berkelanjutan"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pasal 28 H ayat 1 UUD 1945 menjelaskan bahwa Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.

Hal ini juga sejalan dengan Agenda 2030 mengenai pembangunan berkelanjutan (The 2030 Agenda for Sustainable Development) telah dimulai seiring dengan diakhirinya Millennium Development Goals (MDGs) tahun 2015. Kesepakatan pembangunan baru dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) atau Sustainable Development Goals (SDGs) mendorongpergeseran paradigma ke arah pembangunan yang berdasarkan hak asasi manusia dan kesetaraan sesuai asas berkelanjutan (pembangunan sosial, ekonomi dan lingkungan hidup). "No One Left Behind" merupakan jargon baru yang dijunjung Sustainable Development Goals (SDGs) dalam merepresentasi jaminan tidak ada satupun yang tertinggal dibelakang. Hingga tahun 2030, akses air minum layak dan sanitasi dasar menjadi salah satu target SDGs yang wajib dipenuhi. Dalam rangka mencapai target tersebut, maka pemerintah daerah juga perlu berkontribusi dalam pencapaian target kinerja tersebut. Kinerja pelayanan Pemerintah Daerah dalam penyediaan akses air minum layak dan sanitasi dasar kepada masyarakat tidak hanya ditentukan oleh ketersediaan prasarana dan sarana, tetapi juga ditentukan oleh aspek pendanaan, aspek peran masyarakat, aspek kelembagaan dan aspek kepastian regulasi berupa peraturan daerah. Artinya, sampai akhir tahun tersebut setiap masyarakat Indonesia baik yang tinggal di perkotaan maupun kawasan perdesaan sudah memiliki akses terhadap fasilitas sanitasi yang layak.

Tujuan 6 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) atau Sustainable

(2)

2

Development Goals (SDGs) disebutkan “Menjamin Ketersediaan dan Pengelolaan Air Serta Sanitasi yang Berkelanjutan Bagi Semua Orang” yang diuraikan dengan target 1) Pada tahun 2030, mencapai akses universal dan merata terhadap air minum yang aman dan terjangkau bagi semua; 2) Pada tahun 2030, mencapai akses terhadap sanitasi dan kebersihan yang memadai dan merata bagi semua, dan menghentikan praktik buang air besar di tempat terbuka, memberikan perhatian khusus pada kebutuhan kaum perempuan, serta kelompok masyarakat rentan; 3) Pada tahun 2030, meningkatkan kualitas air dengan mengurangi polusi, menghilangkan pembuangan, dan meminimalkan pelepasan material dan bahan kimia berbahaya, mengurangi setengah proporsi air limbah yang tidak diolah, dan secara signifikan meningkatkan daur ulang, serta penggunaan kembali barang daur ulang yang aman secara global; 4) Pada tahun 2030, secara signifikan meningkatkan efisiensi penggunaan air di semua sektor, dan menjamin penggunaan dan pasokan air tawar yang berkelanjutan untuk mengatasi kelangkaan air, dan secara signifikan mengurangi jumlah orang yang menderita akibat kelangkaan air dan 5) Pada tahun 2030, menerapkan pengelolaan sumber daya air terpadu di semua tingkatan, termasuk melalui kerjasama lintas batas yang tepat.

Sesuai dengan Undang-Undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pembangunan berkelanjutan adalah adalah upaya sadar dan terencana yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan.

Sustainable Development Goals (SDGS) tahun 2030 menargetkan air bersih dan sanitasi layak pada tujuan ke-6. Airbersih yang berkelanjutan tidak

(3)

3

hanya dicapai dengan sanitasi yang layak dan memadai, namun perlu memperhatikan perilaku buang air besar sembarangan (BABS).

Sebagai sumber daya yang sangat penting, di Indonesia peraturan mengenai sumber daya air diatur dengan ketat. Dari awal pemerintah sudah mengatur hal ini dan di camtumkan pada UUD 45 pasal 33 ayat ke 3 disebutkan ”Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunankan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”, dari ayat tersebut dapat dilihat bahwa pemerintah menganggap air sebagai hal yang penting dan mengharapkan seluruh warganya dapat mendapatkan hal tersebut.

Sanitasi termasuk kedalam salah satu kebutuhan dasar yang harus dipenuhi sebagai syarat minimal kesehatan dan harus dimiliki bagi setiap keluarga untuh menunjang kualitas hidup sehari-hari. Sanitasi diperlukan untuk menciptakan lingkungan sehat yang menitikberatkan pada pengawasan berbagai faktor lingkungan untuk mencegah penyakit berbasis lingkungan dan dapat mempengaruhi derajat kesehatan manusia (Shofa & Hadi, 2017).

Selain itu, hal tersebut juga sebagai kunci untuk menciptakan kondisi lingkungan rumah yang baik dan bersih untuk menjamin Kesehatan para penghuni rumah. Ruang lingkup sanitasi dasar terdiri dari sarana penyedia air bersih, sarana pembuangan kotoran manusia yaitu jamban rumah tangga, fasilitas pembuangan air limbah dan fasilitas pengelolaan sampah (Rofiana, 2017).

Adapun yang dimaksud sanitasi layak adalah fasilitas sanitasi yang memenuhi syarat kesehatan, antara lain kloset dengan menggunakan leher angsa, tempat pembuangan akhir tinja menggunakan tangki septik atau sistem pengolahan air limbah (SPAL) atau sistem terpusat . Sedangkan sanitasi aman adalah fasilitas sanitasi yang dimiliki oleh rumah tangga, yang terhiubung dengan septic tank. Akses sanitasi yang masuk kategori aman

(4)

4

ini umumnya disedot rutin satu kali selama 3-5 tahun dan dibuang ke instalasi pengolah tinja atau IPLT.

Ketentuan sanitasi yang layak telah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 3 Tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, yang mana fasilitas septik tank merupakan fasilitas yang harus ada pada setiap jamban. Septik tank ini akan berfungsi sebagai tempat yang digunakan untuk menampung limbah kotoran yang dihasilkan oleh setiap rumah sehingga penerapan dalam mengatasi permasalahan sanitasi diberikan secara langsung kepada daerah masing-masing. Selain itu berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 2398:2017 menyebutkan jika septik tank yang dibangun harus kedap air dan dilengkapi lubang kontrol, ventilasi, dan pipa untuk pengelolaan limbah yang akan dikirim ke Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT), hal tersebut bertujuan untuk memberikan proses pengendapan benda padat menjadi benda larut air dan gas dan dalam pembangunan septik tank yang aman sudah diatur yaitu harus dibangun dengan jarak 10-15 meter dari sumber air bersih agar tidak mencemari sumber air bersih bagi rumah tangga, memiliki jarak 1,5 meter dengan bangunan atau rumah, dan memiliki jarak 5 meter dari sumur resapan air hujan. Sanitasi yang layak dinilai ketika memiliki fasilitas sanitasi untuk buang air besar sendiri atau komunal dan memiliki septik tank sebagai tempat pembuangan akhir air limbah.

Sejalan dengan upaya percapaian target nasional pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang merupakan ketentuan mengenai Jenis dan Mutu Pelayanan Dasar yang merupakan Urusan Pemerintahan Wajib yang berhak diperoleh setiap Warga Negara secara minimal. Pelayanan dasar dimaksud adalah pelayanan publik untuk memenuhi kebutuhan dasar warga negara. Dalam bidang sanitasi air limbah domestik, skor indikator SPM tersedianya sistem air limbah setempat yang memadai sebesar 60 dan

(5)

5

skor indikator SPM tersedianya sistem air limbah skala komunitas/kawasan/kota sebesar 50 yang kemudian regulasi ini diturunkan dengan terbitnya Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 29/PRT/M/2018 Tentang Standar Teknis Standar Pelayanan Minimal Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat.

Sanitasi merupakan cara menyehatkan lingkungan hidup manusia terutama lingkungan fisik yaitu tanah, air dan udara yang dikelompokkan pengelolaannya tiga komponen utama untuk dikelola dengan baik yaitu persampahan, air limbah dan drainase yang sangat berkaitan erat dan dekat dengan penyehatan lingkungan hidup manusia yang berimplikasi pada kesehatan masyarakat dan memiliki manfaat yang sangat luas. Air limbah domestik menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 04 Tahun 2017 adalah air limbah yang berasal dari usaha dan/atau kegiatan pemukiman, rumah makan, perkantoran, perniagaan, apartemen, dan asrama.

Penyusunan ini diharapkan memiliki manfaat bagi pengembangan ilmu pembangunan wilayah khususnya pembangunan wilayah dengan sanitasi yang layak bagi rumah tangga di Kecamatan Banggae sehingga dapat menambah pengetahuan ilmiah serta dapat digunakan sebagai bahan informasi yang dapat membantu bagi perencanaan selanjutnya. Selain itu, Penyusunan ini juga diharapkan dapat memberikan informasi yang valid mengenai strategi yang tepat mengenai sanitasi yang layak sesuai dengan lingkungan sehingga peningkatan kualitas sanitasi yang layak bagi rumah tangga dalam pengelolaan air limbah domestik di Kecamatan Banggae dapat terealisasikan dengan baik dan tepat.

Penyusunan ini juga diharapkan menjadi acuan juga masukan mengenai strategi apa yang tepat untuk digunakan dalam peningkatan kualitas sanitasi yang layak bagi rumah tangga sesuai dengan fenomena yang ada di masyarakat.

(6)

6

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

1) Maksud

a. Membangun Sistem Informasi Data Teknis Penyediaan Sarana Sanitasi Layak untuk Keluarga Tidak Mampu Sebagai Pemenuhan SPM di Kecamatan Banggae;

b. Memanfaatkan teknologi komputer untuk menyimpan komponen data teknis masing-masing kecamatan; dan

c. Mewujudkan Data Teknis Penyediaan Sarana Sanitasi Layak untuk Keluarga Tidak Mampu Sebagai Pemenuhan SPM di Kecamatan Banggae.

2) Tujuan

a. Menghasilkan Data Teknis Penyediaan Sarana Sanitasi Layak untuk Keluarga Tidak Mampu Sebagai Pemenuhan SPM di Kecamatan Banggae; dan

b. Menghasilkan data dan informasi Sarana Sanitasi Layak untuk Keluarga Tidak Mampu.

1.3 SASARAN

Berdasarkan maksud dan tujuan tersebut diatas, maka sasaran kegiatan ini adalah untuk memberikan gambaran yang jelas dan lengkap tentang Data Teknis Penyediaan Sarana Sanitasi Layak untuk Keluarga Tidak Mampu Sebagai Pemenuhan SPM di Kecamatan Banggae.

1.4 LOKASI KEGIATAN

Lokasi kegiatan dilaksanakan di Kabupaten Majene Provinsi Sulawesi Barat dengan lokus kegiatan berada di Kecamatan Banggae.

(7)

7

1.5 RUANG LINGKUP

Lingkup Jasa Konsultansi Penyusunan Data Teknis Penyediaan Sarana Sanitasi Layak untuk Keluarga Tidak Mampu Sebagai Pemenuhan SPM di Kecamatan Banggae adalah sebagai berikut:

a. Tahap Persiapan

1) Melakukan penyusunan Data Teknis Penyediaan Sarana Sanitasi Layak untuk Keluarga Tidak Mampu Sebagai Pemenuhan SPM di Kecamatan Banggae sesuai KAK;

2) Penyiapan sumber daya manusia beserta pembagian tugas dan tanggung jawabnya, sesuai yang dipersyaratkan KAK;

3) Penyusunan jadwal pelaksanaan pekerjaan;

4) Mempersiapkan teknis pelaksanaan survei berupa penyiapan perangkat keras dan perangkat lunak pengumpulan data lapangan, proses pengolahannya dan keluaran berupa informasi yang

diinginkan; dan

5) Berkoordinasi dengan instansi dan pemerintah kabupaten dan provinsi, untuk membantu dalam proses perolehan data untuk menyusun standar teknis sanitasi/penyehatan lingkungan.

b. Tahap Pengumpulan Data dan Kompilasi

1) Survei dan wawancara kepada aparat pemerintah daerah, masyarakat, pemangku kepentingan lainnya yang terkait dengan kebijakan dan rencana penyusunan data teknis sanitasi;

2) Kajian Rencana Tata Ruang Kawasan tingkat Kabupaten (RTRW) dan Kecamatan (Rencana Detail Tata Ruang);

3) Kajian terhadap kondisi sanitasi lingkungan; dan

c. Survey dan mengidendifikasi pemasalahan sanitasi/penyehatan lingkungan di Kawasan Perencanaan.Tahap Kompilasi dan Analisis 1) Melakukan kajian analisis dari aspek Teknis;

2) Melakukan kajian analisis dari aspek Sosial; dan

(8)

8

3) Melakukan kajian analisis dari aspek Ekonomi

d. Tahap kesimpulan dan rekomendasi yang merupakan hasil dari semua rangkaian pelaksanaan pekerjaan yang dituangkan dalam bentuk laporan akhir perencanaan.

e. Fasilitas penunjang yang disediakan oleh PA/KPA/PPK berupa pertemuan-pertemuan koordinasi antara pelaksana kegiatan dengan OPD teknis terkait serta memberikan fasilitasi ke instansi-instansi teknis lainnya yang diperlukan guna penyusunan dokumen tersebut.

1.6 KELUARAN

Hasil/produk yang akan dihasilkan dari pengadaan jasa konsultansi ini berupa Penyusunan Data Teknis Penyediaan Sarana Sanitasi Layak untuk Keluarga Tidak Mampu Sebagai Pemenuhan SPM di Kecamatan Banggae Kabupaten Majene dan dilaporkan secara bertahap yaitu:

a. Laporan Awal (Pendahuluan) b. Laporan Akhir (Rencana) c. Data dalam Aplikasi GIS

1.7 SISTEMATIKA PENULISAN

Laporan Pendahuluan kegiatan jasa konsultansi ini dilaksanakan di Kabupaten Majene Provinsi Sulawesi Barat dengan lokus kegiatan berada di Kecamatan Banggae dengan penulisan berikut.

BAB 1 PENDAHULUAN

Menguraikan tentang latar belakang; Maksud dan Tujauan; Sasaran;

Ruang Lingkup Kegiatan, Lokasi Kegiatan, Keluaran, serta Sistematika Penulisan.

BAB 2 TIJAUAN PUSTAKA

BAB 3 METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BAB 4 GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB 5 ORGANISAI DAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

Referensi

Dokumen terkait

PERTUMBUHAN EKONOMI DALAM KONSEP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KONSEP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KONSEP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Prinsip-Prinsip Pembangunan

Dalam kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi, pekerjaan yang produktif dan layak, Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) dapat menjadi mitra pembangunan yang sangat

Fokus penelitian ini adalah terkait dengan formulasi kebijakan pada penyusunan Rencana Aksi Daerah Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/ Sustainable Development Goals

Sustainable Development Goals SDGs 2030 mencanangkan tujuan pembangunan berkelanjutan TPB akses air minum adalah akses universal untuk seluruh masyarakat dengan air minum yang harus

Dalam Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan, target SDG ke-8 bertujuan pada tahun 2030, merancang dan menerapkan kebijakan untuk mempromosikan pariwisata berkelanjutan yang

Dokumen ini membahas tentang kerangka kerja terpadu untuk tujuan pembangunan berkelanjutan yang dikembangkan oleh Griggs et al

Makalah ini membahas tentang Sumber Daya Alam (SDA) dalam pembangunan secara