• Tidak ada hasil yang ditemukan

Indikator Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Provinsi Bali 2022

N/A
N/A
Khusnul Fadillah

Academic year: 2025

Membagikan " Indikator Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Provinsi Bali 2022"

Copied!
202
0
0

Teks penuh

(1)

https://bali.bps.go.id

(2)

https://bali.bps.go.id

(3)

https://bali.bps.go.id

(4)

Indikator Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Provinsi Bali 2022

2-438-249-0

Katalog : 3102033.51 Nomor Publikasi : 51000.23061

Ukuran Buku : 18,2 cm x 25,7 cm Jumlah Halaman : xiv+183 halaman

Penyusun Naskah : Badan Pusat Statistik Provinsi Bali Penyunting : Badan Pusat Statistik Provinsi Bali Pembuat Kover : Badan Pusat Statistik Provinsi Bali

Penerbit : ©Badan Pusat Statistik Provinsi Bali Dicetak oleh :

Sumber Ilustrasi : freepik.com

Dilarang mereproduksi dan/atau menggandakan sebagian atau seluruh isi buku ini untuk tujuan komersial tanpa izin tertulis dari Badan Pusat Statistik Provinsi Bali.

https://bali.bps.go.id

(5)

Tim Penyusun

Indikator Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Provinsi Bali 2022

Pengarah:

Endang Retno Sri Subiyandani, S.Si., M.M.

Penanggung Jawab:

Ni Nyoman Jegeg Puspadewi, SST., M.M.

Penyunting:

Ni Luh Putu Dewi Kusumawati, SST., M.Si.

Penulis Naskah:

Panca Dwi Prabawa, S.Tr.Stat.

I Gede Heprin Prayasta, SST., M.Si.

Dian Lestari Rahayuningsih, S.Si.

I Dewa Gede Antara Putra, SST.

Pengolah Data:

Panca Dwi Prabawa, S.Tr.Stat.

I Gede Heprin Prayasta, SST., M.Si.

Dian Lestari Rahayuningsih, S.Si.

I Dewa Gede Antara Putra, SST.

Penata Letak:

Panca Dwi Prabawa, S.Tr.Stat.

https://bali.bps.go.id

(6)

https://bali.bps.go.id

(7)

Denpasar, Desember 2023 Kepala BPS Provinsi Bali

Endang Retno Sri Subiyandani, S.Si., M.M.

Kata Pengantar

ustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) merupakan agenda pembangunan universal yang telah disepakati dan diimplementasikan oleh negara-negara di dunia termasuk Indonesia. Sejauh mana hasil yang telah dicapai dari beragam kegiatan implementasi kesepakatan bersama tersebut, mutlak memerlukan dukungan data sebagai indikator pencapaian dari TPB/SDGs.

Sebagai instansi penyedia data, Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali terus berupaya dalam mendukung pencapaian TPB/SDGs baik secara khusus di Provinsi Bali maupun secara nasional melalui berbagai upaya berkelanjutan untuk menyediakan data indikator TPB/SDGs yang berkualitas. Selanjutnya sebagai bentuk komitmen BPS, maka disusunlah publikasi "Indikator Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Provinsi Bali 2022" yang sampai saat ini terdapat tiga volume publikasi.

Publikasi ini menyajikan perkembangan potret capaian TPB/SDGs di Provinsi Bali, serta diharapkan mampu memberikan dasar pijakan yang kuat dalam melakukan perencanaan, monitoring pelaksanaan, dan evaluasi kebijakan pembangunan untuk meraih cita-cita yang termuat dalam TPB/SDGs. Informasi yang disajikan dalam publikasi ini mengacu pada seluruh indikator yang termuat dalam Metadata TPB/SDGs Indonesia. Akan tetapi, mengingat keterbatasan ketersediaan data, tidak semua indikator dapat disajikan dalam publikasi ini.

Terima kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan publikasi ini.

Kritik dan saran sangat kami harapkan untuk perbaikan pada publikasi yang akan datang.

S

https://bali.bps.go.id

(8)

https://bali.bps.go.id

(9)

Daftar Isi

Indikator Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Provinsi Bali 2022

Volume 3, 2023

Kata Pengantar ……….. v

Daftar Isi ……….. vii

Daftar Gambar ……… ix

Pendahuluan ……… 1

Tujuan 1 Mengakhiri segala bentuk kemiskinan di mana pun ……….. 11

Tujuan 2 Menghilangkan kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan gizi yang baik, serta meningkatkan pertanian berkelanjutan .. 17

Tujuan 3 Menjamin kehidupan yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan seluruh penduduk semua usia ……… 29

Tujuan 4 Menjamin kualitas pendidikan yang inklusif dan merata serta meningkatkan kesempatan belajar sepanjang hayat untuk semua ……….. 45

Tujuan 5 Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan kaum perempuan ……….. 61

Tujuan 6 Menjamin ketersediaan serta pengelolaan air bersih dan sanitasi yang berkelanjutan untuk semua ……… 69

Tujuan 7 Menjamin akses energi yang terjangkau, andal, berkelanjutan dan modern untuk semua ………. 77

Tujuan 8 Meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, kesempatan kerja yang produktif dan menyeluruh, serta pekerjaan yang layak untuk semua ………… 83

Tujuan 9 Membangun infrastruktur yang tangguh, meningkatkan industri inklusif dan berkelanjutan, serta mendorong inovasi 97 Tujuan 10 Mengurangi kesenjangan intra dan antarnegara ……… 107

Tujuan 11 Menjadikan kota dan permukiman inklusif, aman, tangguh, dan berkelanjutan ……… 115

https://bali.bps.go.id

(10)

Tujuan 12 Menjamin pola produksi dan konsumsi yang berkelanjutan … 127 Tujuan 13 Mengambil tindakan cepat untuk mengatasi perubahan iklim

dan dampaknya ………. 135 Tujuan 14 Melestarikan dan memanfaatkan secara berkelanjutan

sumber daya kelautan dan samudera untuk pembangunan

berkelanjutan ………... 141 Tujuan 15 Melindungi, merestorasi dan meningkatkan pemanfaatan

berkelanjutan ekosistem daratan, mengelola hutan secara lestari, menghentikan penggurunan, memulihkan degradasi lahan, serta menghentikan kehilangan keanekaragaman

hayati ……… 147 Tujuan 16 Menguatkan masyarakat yang inklusif dan damai untuk

pembangunan berkelanjutan, menyediakan akses keadilan untuk semua, dan membangun kelembagaan yang efektif,

akuntabel, dan inklusif di semua tingkatan ………. 155 Tujuan 17 Menguatkan sarana pelaksanaan dan merevitalisasi

kemitraan global untuk pembangunan berkelanjutan ………… 169 Daftar Pustaka ………. 183

https://bali.bps.go.id

(11)

Daftar Gambar

Gambar 1.1 Persentase Penduduk yang Hidup dalam Kemiskinan Ekstrem di Provinsi Bali dan Indonesia, 2021-2022

11

Gambar 1.2 Persentase Penduduk yang Hidup di Bawah Garis Kemiskinan di Provinsi Bali dan Indonesia, 2018-2022

12

Gambar 1.3 Persentase Rumah Tangga Berdasarkan Akses Terhadap Pelayanan Dasar di Provinsi Bali, 2018-2022

14

Gambar 1.4 Persentase Rumah Tangga Berdasarkan Status Kepemilikan Rumah Milik Sendiri dan Rumah Sewa/Kontrak di Provinsi Bali, 2018-2022

15

Gambar 2.1 Prevalensi Ketidakcukupan Konsumsi Pangan (Prevalence Of Undernourishment) di Provinsi Bali dan Indonesia (persen), 2018-2022

20

Gambar 2.2 Prevalensi Penduduk dengan Kerawanan Pangan Sedang Atau Berat, Berdasarkan Skala Pengalaman Kerawanan Pangan di Provinsi Bali dan Indonesia (persen), 2018-2022

21

Gambar 2.3 Persentase Stunting (Pendek dan Sangat Pendek) pada Anak Balita di Provinsi Bali dan Indonesia (persen), 2021-2022

22

Gambar 2.4 Prevalensi Wasting pada Anak Berumur Kurang dari 5 Tahun di Provinsi Bali dan Indonesia (persen), 2021-2022

23

Gambar 2.5 Nilai Tambah Pertanian Dibagi Jumlah Tenaga Kerja di Sektor Pertanian di Provinsi Bali (Juta Rupiah per Tenaga Kerja), 2018- 2022

24

Gambar 3.1 Angka Kematian Ibu di Provinsi Bali dan Indonesia, 2022 31 Gambar 3.2 Persentase Perempuan Pernah Kawin Umur 15-49 Tahun yang

Proses Melahirkan Terakhirnya Ditolong oleh Tenaga Kesehatan Terlatih di Provinsi Bali dan Indonesia, 2018-2022

32

Gambar 3.3 Persentase Perempuan Pernah Kawin Umur 15-49 Tahun yang Proses Melahirkan Terakhirnya di Fasilitas Kesehatan di Provinsi Bali dan Indonesia, 2018-2022

33

Gambar 3.4 Angka Kematian Balita (AKBa) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Provinsi Bali dan Indonesia, 2022

33

https://bali.bps.go.id

(12)

Gambar 3.5 Kejadian Malaria per 1.000 Orang di Provinsi Bali dan Indonesia, 2018-2021

34

Gambar 3.6 Jumlah Kabupaten/Kota yang Mencapai Eliminasi Malaria dan Eliminasi Kusta di Provinsi Bali, 2021

35

Gambar 3.7 Age Specific Fertility Rate Kelompok Umur 15-19 Tahun di Provinsi Bali dan Indonesia, 2022

37

Gambar 3.8 Total Fertility Rate di Provinsi Bali dan Indonesia, 2022 37 Gambar 3.9 Unmet Need Pelayanan Kesehatan di Provinsi Bali dan

Indonesia (persen), 2018-2022

38

Gambar 3.10 Proporsi Populasi dengan Pengeluaran Rumah Tangga Untuk Kesehatan Lebih dari 10 persen dari Total Pengeluaran Rumah Tangga di Provinsi Bali dan Indonesia (persen), 2018-2022

39

Gambar 3.11 Cakupan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Provinsi Bali dan Indonesia (persen), 2018-2022

40

Gambar 3.12 Persentase Penduduk Berumur ≥15 Tahun yang Merokok di Provinsi Bali dan Indonesia, 2018-2022

41

Gambar 3.13 Jumlah Tenaga Kesehatan per 100.000 Penduduk di Provinsi Bali, 2021

42

Gambar 4.1 Persentase Siswa yang Menyelesaikan Pendidikan Jenjang SD/Sederajat di Provinsi Bali dan Indonesia, 2020-2022

48

Gambar 4.2 Persentase Siswa yang Menyelesaikan Pendidikan Jenjang SMP/Sederajat di Provinsi Bali dan Indonesia, 2020-2022

48

Gambar 4.3 Persentase Siswa yang Menyelesaikan Pendidikan Jenjang SMA/Sederajat di Provinsi Bali dan Indonesia, 2020-2022

49

Gambar 4.4 Angka Anak Tidak Sekolah Jenjang SD/Sederajat di Provinsi Bali dan Indonesia (persen), 2020-2022

50

Gambar 4.5 Angka Anak Tidak Sekolah Jenjang SMP/Sederajat di Provinsi Bali dan Indonesia (persen), 2020-2022

50

Gambar 4.6 Angka Anak Tidak Sekolah Jenjang SMA/Sederajat di Provinsi Bali dan Indonesia (persen), 2020-2022

51

Gambar 4.7 Tingkat Partisipasi dalam Pembelajaran yang Terorganisir (Satu Tahun Sebelum Usia Sekolah Dasar) di Provinsi Bali dan Indonesia (persen), 2020-2022

52

https://bali.bps.go.id

(13)

Gambar 4.8 Angka Partisipasi Kasar (APK) Perguruan Tinggi di Provinsi Bali dan Indonesia (persen), 2018-2022

53

Gambar 4.9 Persentase Remaja (Umur 15-24 Tahun) dan Dewasa (15-59 Tahun) dengan Keterampilan Teknologi Informasi dan Komputer di Provinsi Bali, 2020-2022

54

Gambar 4.10 Rasio Angka Partisipasi Murni (APM) Perempuan/Laki-laki Tingkat SD/Sederajat di Provinsi Bali dan Indonesia (persen), 2018-2022

55

Gambar 4.11 Rasio Angka Partisipasi Murni (APM) Perempuan/Laki-laki pada Tingkat SMP/Sederajat di Provinsi Bali dan Indonesia (persen) 2020-2022

56

Gambar 4.12 Rasio Angka Partisipasi Murni (APM) Perempuan/Laki-laki Tingkat SMA/Sederajat di Provinsi Bali dan Indonesia (persen) 2020-2022

57

Gambar 4.13 Rasio Angka Partisipasi Murni (APM) Perempuan/Laki-laki Tingkat Perguruan Tinggi di Provinsi Bali dan Indonesia (persen) 2020-2022

57

Gambar 4.14 Persentase Angka Melek Aksara Penduduk Umur ≥15 Tahun di Provinsi Bali dan Indonesia, 2018-2022

58

Gambar 5.1 Persentase Perempuan Umur 20-24 Tahun yang Usia Kawin Pertama Atau Usia Hidup Bersama Pertama Sebelum Umur 18 Tahun di Provinsi Bali dan Indonesia, 2018-2022

64

Gambar 5.2 Persentase Kursi yang Diduduki Perempuan di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Bali dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia, 2009, 2014, dan 2019

65

Gambar 5.3 Persentase Perempuan yang Berada di Posisi Manajerial di Provinsi Bali dan Indonesia, 2018-2022

66

Gambar 5.4 Persentase Penduduk Berumur 5 Tahun Ke Atas yang Menguasai/Memiliki Telepon Genggam di Provinsi Bali dan Indonesia, 2018-2022

68

Gambar 6.1 Persentase Rumah Tangga yang Menggunakan Layanan Air Minum yang Dikelola Secara Aman di Provinsi Bali dan Indonesia, 2018-2022

72

Gambar 6.2 Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Akses Terhadap Sanitasi Layak di Indonesia dan Provinsi Bali, 2018-2022

73

https://bali.bps.go.id

(14)

Gambar 6.3 Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Akses Terhadap Sanitasi Layak di Provinsi Bali dan Indonesia, 2018-2022

74

Gambar 7.1 Rasio Elektrifikasi di Provinsi Bali dan Indonesia, 2018-2022 79 Gambar 7.2 Persentase Rumah Tangga yang Menggunakan Gas di Provinsi

Bali dan Indonesia, 2018-2022

80

Gambar 8.1 Laju Pertumbuhan PDB/PDRB per Kapita Atas Dasar Harga Konstan 2010 di Provinsi Bali dan Indonesia (persen), 2018- 2022

86

Gambar 8.2 PDB/PDRB per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku di Provinsi Bali dan Indonesia (ribu rupiah), 2018-2022

87

Gambar 8.3 Laju Pertumbuhan PDB/PDRB per Tenaga Kerja per Tahun di Provinsi Bali dan Indonesia (persen), 2018-2022

88

Gambar 8.4 Proporsi Lapangan Kerja Informal di Provinsi Bali dan Indonesia (persen), 2018-2022

89

Gambar 8.5 Upah Rata-rata per Jam Pekerja di Provinsi Bali dan Indonesia (rupiah), 2018-2022

90

Gambar 8.6 Tingkat Pengangguran Terbuka di Provinsi Bali dan Indonesia (persen), 2018-2022

91

Gambar 8.7 Tingkat Setengah Pengangguran di Provinsi Bali dan Indonesia (persen), 2018-2022

92

Gambar 8.8 Persentase Penduduk Usia Muda (Umur 15-24 Tahun) yang Sedang Tidak Sekolah, Bekerja, Atau Mengikuti Pelatihan di Provinsi Bali dan Indonesia, 2018-2022

93

Gambar 8.9 Persentase Anak Berumur 10-17 Tahun yang Bekerja di Provinsi Bali dan Indonesia 2018-2022

94

Gambar 8.10 Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara di Provinsi Bali dan Indonesia, 2018-2022

95

Gambar 8.11 Jumlah Kunjungan Wisatawan Nusantara di Provinsi Bali dan Indonesia, 2018-2022

96

Gambar 9.1 Jumlah Penumpang Moda Transportasi Kapal Pelayaran Domestik di Provinsi Bali dan Indonesia, 2022

100

Gambar 9.2 Jumlah Penumpang Moda Transportasi Pesawat Terbang Menurut Jenis Penerbangan di Provinsi Bali dan Indonesia, 2022

100

https://bali.bps.go.id

(15)

Gambar 9.3 Proporsi Nilai Tambah Sektor Industri Manufaktur Terhadap PDB/PDRB, 2018-2022

101

Gambar 9.4 Proporsi Nilai Tambah Sektor Industri Manufaktur Per Kapita (ribu rupiah), 2018-2022

102

Gambar 9.5 Laju Pertumbuhan PDB/PDRB Industri Manufaktur di Provinsi Bali dan Indonesia (persen), 2018-2022

102

Gambar 9.6 Persentase Tenaga Kerja pada Sektor Industri Manufaktur di Provinsi Bali dan Indonesia, 2018-2022

103

Gambar 10.1 Koefisien Gini di Provinsi Bali dan Indonesia, 2018-2022 110 Gambar 10.2 Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Bali dan Indonesia,

2018-2022

110

Gambar 10.3 Persentase Penduduk yang Hidup di Bawah 50 Persen dari Median Pendapatan di Provinsi Bali dan Indonesia, 2018-2022

111

Gambar 10.4 Indeks Aspek Kebebasan Provinsi Bali dan Nasional, 2021- 2022

112

Gambar 11.1 Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Akses Terhadap Hunian yang Layak dan Terjangkau di Provinsi Bali dan Indonesia, 2019-2022

118

Gambar 11.2 Persentase Rumah Tangga yang Mendapatkan Akses Nyaman (Jarak 0,5 km) ke Transportasi Umum di Provinsi Bali dan Indonesia, 2017 dan 2020

119

Gambar 11.3 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Menggunakan Kendaraan Bermotor Umum dengan Rute Tertentu di Provinsi Bali dan Indonesia, 2017 dan 2020

120

Gambar 11.4 Persentase Penduduk yang Mengalami Kejahatan Kekerasan dalam 12 Bulan Terakhir di Provinsi Bali dan Indonesia, 2018- 2021

123

Gambar 16.1 Persentase Penduduk yang Menjadi Korban Kejahatan Kekerasan dalam 12 Bulan Terakhir di Provinsi Bali dan Indonesia, 2018-2021

158

Gambar 16.2 Persentase Penduduk yang Merasa Aman Berjalan Sendirian di Area Tempat Tinggalnya di Provinsi Bali dan Indonesia, 2014, 2017, dan 2020

158

https://bali.bps.go.id

(16)

Gambar 16.3 Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Anak Umur 1-17 Tahun yang Mengalami Hukuman Fisik dan/atau Agresi Psikologis dari Pengasuhan dalam Setahun Terakhir di Provinsi Bali dan Indonesia, 2014 dan 2020

159

Gambar 16.4 Persentase Penduduk Korban Kejahatan dalam 12 Bulan Terakhir yang Melaporkan Kepada Polisi di Provinsi Bali dan Indonesia, 2016-2020

160

Gambar 16.5 Persentase Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Daerah Provinsi Bali dan Anggota DPR Republik Indonesia yang Berjenis Kelamin Perempuan Hasil Pemilu 2019

162

Gambar 16.6 Indeks Kapasitas Lembaga Demokrasi Provinsi Bali dan Nasional, 2022

163

Gambar 16.7 Indeks Aspek Kebebasan Provinsi Bali dan Nasional, 2022 164 Gambar 16.8 Indeks Kesetaraan Provinsi Bali dan Nasional, 2022 164 Gambar 16.9 Persentase Anak Umur di Bawah 5 Tahun yang Kelahirannya

Dicatat Oleh Lembaga Pencatatan Sipil di Provinsi Bali dan Indonesia, 2018-2022

165

Gambar 16.10 Persentase Kepemilikan Akta Lahir untuk Penduduk 0-17 Tahun pada 40 Persen Berpendapatan Terbawah di Provinsi Bali dan Indonesia, 2018-2022

166

Gambar 16.11 Persentase Kepemilikan Akta Lahir untuk Penduduk 0-17 Tahun di Provinsi Bali dan Indonesia, 2018-2022

167

Gambar 17.1 Proporsi Penduduk Berumur 5 Tahun Ke Atas yang Pernah Mengakses Internet dalam 3 Bulan Terakhir di Provinsi Bali dan Indonesia, 2018-2022

174

Gambar 17.2 Persentase Pengguna Data yang Menggunakan Data BPS Sebagai Dasar Perencanaan, Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Nasional, 2020-2022

177

Gambar 17.3 Persentase Publikasi Statistik yang Menerapkan Standar Akurasi Sebagai Dasar Perencanaan, Monitoring, dan Evaluasi Pembangunan Nasional, 2020-2022

178

Gambar 17.4 Persentase K/L/D/I yang Mendapatkan Rekomendasi Kegiatan Statistik, 2020-2022

180

Gambar 17.5 Persentase K/L/D/I yang Menyampaikan Metadata Sektoral dan Khusus Sesuai Standar, 2020-2022

181

https://bali.bps.go.id

(17)

Pendahuluan

https://bali.bps.go.id

(18)

https://bali.bps.go.id

(19)

Agenda Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia

ustainable Development Goals (SDGs) atau di Indonesia dikenal dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) merupakan agenda pembangunan yang disepakati oleh negara-negara di dunia demi kebaikan umat manusia dan kelestarian planet bumi yang ditetapkan sebagai tujuan pembangunan global yang berakhir pada tahun 2030. TPB/SDGs mencakup 17 Goals/Tujuan yaitu (1) Tanpa Kemiskinan; (2) Tanpa Kelaparan; (3) Kehidupan Sehat dan Sejahtera; (4) Pendidikan Berkualitas; (5) Kesetaraan Gender; (6) Air Bersih dan Sanitasi Layak; (7) Energi Bersih dan Terjangkau; (8) Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi; (9) Industri, Inovasi dan Infrastruktur; (10) Berkurangnya Kesenjangan; (11) Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan; (12) Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab; (13) Penanganan Perubahan Iklim; (14) Ekosistem Lautan; (15) Ekosistem Daratan; (16) Perdamaian, Keadilan dan Kelembagaan yang Tangguh; dan (17) Kemitraan untuk Mencapai Tujuan.

Dalam upaya Indonesia untuk mencapai setiap tujuan pada TPB/SDGs, dibutuhkan adanya indikator terkait pencapaian setiap tujuan dari TPB/SDGs.

Kebutuhan tersebut dirasakan sangat strategis dalam mendukung tercapainya agenda pembangunan berkelanjutan. Dengan kata lain ketersediaan data yang berupa indikator TPB/SDGs merupakan salah satu syarat demi suksesnya program pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Dengan adanya data indikator TPB/SDGs maka perkembangan target-target TPB/SDGs dapat dimonitor serta kegiatan yang mendukung program pembangunan berkelanjutan tersebut dapat dievaluasi.

S

https://bali.bps.go.id

(20)

Pelaksanaan TPB/SDGs telah memasuki 10 (sepuluh) tahun atau disebut dekade aksi (Decade of Action), sehingga diperlukan upaya percepatan pencapaian target oleh seluruh pemangku kepentingan baik di tingkat pusat maupun daerah. Berdasarkan hal tersebut dibutuhkan akselerasi dan komitmen yang kuat dengan mengubah Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 yang sebelumnya dijadikan sebagai payung hukum dalam pelaksanaan pencapaian TPB/SDGs di Indonesia menjadi Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2022 tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Beberapa perubahan dalam peraturan tersebut di antaranya adalah memutakhirkan sasaran nasional TPB/SDGs, menekankan peran para pihak, mendorong platform pembiayaan inovatif untuk TPB/SDGs, menguatkan peran gubernur sebagai wakil pemerintah pusat dalam implementasi TPB/SDGs di tingkat daerah, dan amanat memutakhirkan peta jalan TPB/SDGs, serta Rencana Aksi Nasional TPB/SDGs.

Sebagaimana Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 dan penguatannya dalam Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2022, gubernur sebagai wakil pemerintah pusat diamanatkan untuk menyusun dan menetapkan rencana aksi daerah TPB/SDGs bersama bupati/walikota di wilayahnya masing- masing dengan melibatkan organisasi masyarakat, filantropi, pelaku usaha, akademisi, dan pemangku kepentingan lainnya. Terkait dengan hal tersebut, Pemerintah Provinsi Bali telah menetapkan peraturan turunan yaitu Peraturan Gubernur Provinsi Bali Nomor 39 Tahun 2019 tentang Rencana Aksi Daerah Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Provinsi Bali Tahun 2019-2023. Peraturan tersebut merupakan suatu pedoman dalam upaya pelaksanaan pencapaian TPB/SDGs untuk melaksanakan kegiatan yang mendukung pelaksanaan pencapaian TPB/SDGs, baik langsung maupun tidak langsung, yang sesuai dengan sasaran pembangunan di Provinsi Bali.

Komitmen Badan Pusat Statistik

Dalam setiap pelaksanaan agenda pembangunan berkelanjutan, Badan Pusat Statistik (BPS) sebagai National Statistics Office (NSO) berperan sangat vital dalam hal pengumpulan data, koordinasi, pelaporan, dan validasi statistik untuk TPB/SDGs. BPS Provinsi Bali sebagai perwakilan BPS di tingkat provinsi, memiliki komitmen untuk ikut mendukung pencapaian TPB/SDGs khususnya di Provinsi Bali. Secara umum, peran BPS dalam pencapaian TPB/SDGs sebagai berikut:

https://bali.bps.go.id

(21)

1. Menyediakan data/indikator untuk monitoring capaian implementasi TPB/SDGs

BPS melalui berbagai kegiatan statistik yang dilakukan berusaha memenuhi tuntutan permintaan data seperti yang ditetapkan oleh Metadata Indikator TPB/SGDs Indonesia edisi II. Metadata tersebut menyuguhkan informasi mengenai 17 tujuan, 169 target, dan 289 indikator yang akan terus dipantau perkembangannya untuk mengetahui sejauh mana pencapaian TPB/SDGs di Indonesia. Untuk menjawab tuntutan pemenuhan data indikator TPB/SDGs, BPS telah melakukan berbagai kegiatan statistik secara rutin. Kegiatan statistik yang dilakukan oleh BPS antara lain Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) untuk memperoleh informasi sosial ekonomi penduduk, Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) untuk mendapatkan informasi ketenagakerjaan, Potensi Desa (Podes) untuk memperoleh data tentang desa yang digunakan untuk penghitungan Indeks Pembangunan Desa (IPD), dan masih banyak kegiatan statistik lainnya.

2. Melakukan pengembangan kegiatan statistik dalam rangka mendukung penyediaan indikator TPB/SDGs

Mengingat begitu banyaknya cakupan data dan informasi yang diperlukan dalam mendukung pelaksanaan TPB/SDGs, perlu adanya inovasi- inovasi yang dilakukan BPS agar dapat menyediakan data indikator TPB/SDGs yang dapat digunakan untuk mengukur capaian target sesuai dengan konsep definisi indikator secara global. Inovasi-inovasi yang telah dilakukan BPS antara lain:

• Mengakomodasi penyediaan data indikator SDGs yang belum tersedia melalui inovasi kegiatan statistik. Seperti misalnya pada Survei Pertanian Terintegrasi (SITASI), selain bertujuan untuk mengintegrasikan pengumpulan data pertanian, juga untuk mendukung penyediaan data TPB/SDGs sektor pertanian seperti indikator 2.3.1* produktivitas per tenaga kerja atau pendapatan per hari kerja (US$ PPP); indikator 2.3.2* rata-rata pendapatan dalam setahun (US$ PPP); indikator 2.4.1* pertanian yang produktif dan berkelanjutan; dan indikator 5.a.1* peran perempuan dalam hak yang aman/terjamin atas lahan pertanian.

https://bali.bps.go.id

(22)

Integrated Collection System (ICS), merupakan aplikasi pendataan dinamis dan memungkinkan BPS melakukan pengumpulan data secara terintegrasi dengan menggunakan beberapa moda seperti Computer-Assisted Personal Interviewing (CAPI)-menggunakan gawai;

Computer-Assisted Web Interviewing (CAWI)-menggunakan situs web; Desktop Data Entry for Paper and Pencil Interviewing (PAPI)- menggunakan kuesioner kertas; dan External Data Acquisition- melalui pertukaran data. Dengan adanya ICS, kegiatan statistik dapat dilakukan dengan lebih efektif dan efisien, khususnya terhadap penyederhanaan desain kuesioner, pengurangan tahapan pemrosesan data, dan kemudahan integrasi data yang dikumpulkan dari berbagai moda.

• Memanfaatkan big data sebagai sumber data alternatif. Salah satu big data yang dimanfaatkan oleh BPS adalah Mobile Positioning Data (MPD), sebagai data pembanding dalam pengukuran indikator 9.c.1*

proporsi populasi yang dicakup oleh jaringan seluler dan indikator 17.8.1* proporsi individu yang menggunakan internet yang datanya selama ini diperoleh dari data APJII (Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia), data laporan operator seluler yang disampaikan kepada Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informatika (BAKTI), dan data Susenas hasil dari BPS.

• Melakukan berbagai kajian dalam pengukuran indikator TPB/SDGs.

Seperti penggunaan permodelan statistik Small Area Estimation (SAE), yang digunakan untuk mengestimasi indikator TPB/SDGs sampai dengan wilayah administrasi terkecil atau pada level kabupaten/kota.

• Melakukan kerja sama dan memberikan dukungan serta bantuan teknis kepada kementerian, lembaga, dan organisasi perangkat daerah dalam penyediaan indikator TPB/SDGs yang menjadi tanggung jawab mereka.

Tujuan Penulisan Publikasi

Tujuan penyusunan publikasi ini adalah untuk:

1. menyajikan indikator TPB/SDGs yang tersedia di Provinsi Bali dan perbandingannya dengan data nasional;

https://bali.bps.go.id

(23)

2. mengetahui perkembangan capaian indikator TPB/SDGs dengan target Rencana Aksi Daerah (RAD) TPB/SDGs Provinsi Bali sebagai bahan evaluasi dan perencanaan;

3. menyajikan informasi mengenai target yang ingin dicapai pada setiap tujuan TPB/SDGs sebagai ringkasan dari Metadata Indikator TPB/SDGs Edisi II; dan 4. mendorong seluruh stakeholder untuk ikut menyediakan data dan informasi

bagi ketersediaan indikator TPB/SDGs Provinsi Bali.

Sistematika Penulisan Publikasi

Penulisan publikasi TPB/SDGs ini secara sederhana dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian utama. Bagian pertama merupakan pendahuluan yang menjelaskan gambaran umum mengenai pembangunan berkelanjutan, komitmen BPS dalam mendukung TPB/SDGs, serta tujuan dan sistematika penulisan. Bagian kedua menyajikan analisis tentang indikator-indikator di masing-masing tujuan dan target yang tersedia datanya di Provinsi Bali.

I. Pendahuluan

• Penjelasan umum mengenai agenda pembangunan berkelanjutan di Indonesia;

• Komitmen BPS dalam mendukung penyediaan data untuk memonitor capaian TPB/SDGs; dan

• Tujuan dan sistematika penulisan.

II. Analisis Indikator TPB/SDGs

• Penjelasan perkembangan indikator yang tersedia datanya di BPS Provinsi Bali; dan

• Penyajian informasi mengenai target yang ingin dicapai pada setiap tujuan TPB/SDGs jika seluruh indikator di dalam target tersebut tidak tersedia datanya.

https://bali.bps.go.id

(24)
(25)

https://bali.bps.go.id

(26)

https://bali.bps.go.id

(27)

ujuan pertama dari Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) adalah mengakhiri kemiskinan dalam segala bentuk di mana pun. Target yang ingin dicapai ke depan terdiri dari pemberantasan kemiskinan, penerapan perlindungan sosial, pemenuhan pelayanan dasar, mengurangi kerentanan masyarakat terhadap bencana, serta penguatan kebijakan dan mobilisasi berbagai sumber daya untuk mengakhiri kemiskinan.

Dampak Pandemi Covid-19 masih terasa sampai dengan tahun 2022. Secara umum, tingkat kemiskinan yang sempat meningkat karena pandemi perlahan mengalami perbaikan. Meskipun demikian, tingkat kemiskinan yang dicapai belum seperti kondisi pada saat sebelum pandemi.

Sumber: Badan Pusat Statistik, Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)

0,43 0,54

2,14 2,04

2021 2022 2021 2022

Bali Indonesia

T

https://bali.bps.go.id

(28)

KEMISKINAN

Memantau tingkat kemiskinan dan membandingkan secara global sangat penting dalam upaya memenuhi agenda pembangunan berkelanjutan yaitu untuk mewujudkan dunia tanpa kemiskinan. Untuk melihat kemiskinan ekstrem di suatu negara diukur dengan menggunakan indikator proporsi penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan internasional yaitu sebesar US$ 1,90 per kapita per hari menggunakan baseline PPP (Purchasing Power Parity) tahun 2011. Seseorang dengan pendapatan/pengeluaran kurang dari garis kemiskinan tersebut dikategorikan sebagai miskin ekstrem. Garis kemiskinan internasional perlu mempertimbangkan PPP atau paritas daya beli dalam perhitungannya, karena tingkat daya beli masyarakat pada setiap negara berbeda-beda, bergantung kepada tingkat perekonomiannya.

Berdasarkan Gambar 1.1, proporsi penduduk yang hidup dalam kemiskinan ekstrem di Bali mengalami peningkatan dari tahun 2021 ke 2022. Kondisi tersebut tidak lepas dari Pandemi Covid-19 yang berdampak pada semua aspek kehidupan, terlebih Bali merupakan salah satu provinsi yang perekonomiannya paling terdampak. Namun demikian, tingkat kemiskinan ekstrem di Bali merupakan yang terendah secara nasional.

Sumber: Badan Pusat Statistik, Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)

4,01 3,79 3,78 4,53 4,57

9,82 9,41 9,78 10,14 9,54

2018 2019 2020 2021 2022

Bali Indonesia

https://bali.bps.go.id

(29)

KEMISKINAN

Persentase penduduk Bali yang hidup di bawah garis kemiskinan mengalami peningkatan pada dua tahun terakhir (Gambar 1.2). Peningkatan kemiskinan pada dua tahun tersebut tidak terlepas dari adanya Pandemi Covid-19 yang sangat berdampak pada ekonomi Bali yang bergantung pada pariwisata. Namun demikian, tingkat kemiskinan Bali sudah lebih rendah dibandingkan dengan kondisi nasional.

Berdasarkan kepada Rencana Aksi Daerah (RAD) TPB 2019-2023 Provinsi Bali, persentase penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan ditargetkan sebesar 1,9 persen pada tahun 2022. Target tersebut belum dapat dicapai melihat persentase penduduk miskin di Bali yang masih sebesar 4,57 persen pada tahun 2022. Pencapaian yang tidak memenuhi target ini masih menyisakan pekerjaan rumah bagi Pemerintah Provinsi Bali, mengingat sejak tahun 2020 capaian indikator ini belum memenuhi target dan pada tahun 2023 target yang ingin dicapai lebih rendah lagi di kisaran 1,0 s.d. 1,5 persen. Seluruh stakeholder perlu terus bekerja keras dalam upaya pengentasan kemiskinan sehingga pada tahun 2030 Bali dapat terbebas dari kemiskinan merupakan sebuah keniscayaan.

Akses pada perlindungan sosial tingkat dasar semasa hidup merupakan hak asasi manusia. Prinsip dari perlindungan sosial yang inklusif merupakan bukti bahwa pentingnya program-program pemerintah dalam memberikan jaminan kondisi hidup layak bagi seluruh penduduk. Khususnya kepada penduduk miskin dan penduduk rentan – seperti ibu dan anak, lansia, penyandang disabilitas, dan pengangguran – yang paling terdampak jika terjadi guncangan sehingga perlu dipastikan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak.

Sistem perlindungan sosial saat ini terdiri atas program jaminan sosial dan program bantuan sosial yang dilaksanakan secara sinergi dan terpadu berdasarkan pendekatan siklus hidup. Melalui perlindungan sosial, penduduk diarahkan dapat mencegah dan menangani risiko yang mungkin muncul selama siklus hidupnya, mulai dari usia balita, sekolah, produktif, hingga lanjut usia. Program jaminan sosial mencakup program jaminan kesehatan, hari tua, pensiun, pengangguran, kematian, dan perawatan jangka panjang. Sedangkan, program bantuan sosial dapat diberikan dalam bentuk bantuan tunai bersyarat, misalnya program PKH dan bantuan pangan non-tunai.

https://bali.bps.go.id

(30)

KEMISKINAN

Sumber: Badan Pusat Statistik, Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)

Akses terhadap pelayanan dasar merujuk pada aspek kecukupan, keterjangkauan, keandalan, dan kualitas yang memadai dari penyediaan layanan publik untuk memenuhi berbagai kebutuhan dasar manusia. Pelayanan dasar adalah hal yang sangat mendasar untuk perbaikan standar hidup, dan menjadi tanggung jawab pemerintah dalam pemenuhannya. Indikator ini akan mengukur tingkat aksesibilitas pada pelayanan dasar dan pedoman bagi upaya pemerintah dalam penyediaan pelayan dasar yang setara bagi semua dalam rangka pengentasan kemiskinan.

Berdasarkan Gambar 1.3, sebagian besar rumah tangga di Bali memperoleh akses terhadap layanan sanitasi dasar dan fasilitas kebersihan dasar. Capaian tersebut memperlihatkan bahwa pengelolaan air limbah domestik dan perilaku masyarakat dalam mendukung peningkatan kualitas kesehatan mereka sudah tergolong baik. Di sisi lain, hanya dua dari lima rumah tangga di Bali yang memperoleh akses layanan air minum.

41,32 43,49 40,22 40,93 43,87

2018 2019 2020 2021 2022

Akses pada Layanan Air Minum

91,58 94,59 95,01 95,95 95,94

2018 2019 2020 2021 2022

Akses pada Layanan Sanitasi Dasar

92,78 88,33 89,68 91,30 90,43

2018 2019 2020 2021 2022

Akses pada Fasilitas Kebersihan Dasar

https://bali.bps.go.id

(31)

KEMISKINAN

Akses terhadap layanan air minum menggambarkan bagaimana rumah tangga menggunakan sumber air minum yang layak, lokasinya berada di dalam atau di halaman rumah, tersedia setiap diperlukan, dan kualitasnya memenuhi syarat kualitas air minum.

Sumber: Badan Pusat Statistik, Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)

Dengan bertambahnya jumlah penduduk, khususnya di wilayah perkotaan akibat urbanisasi, permintaan hunian tempat tinggal akan semakin meningkat. Jika peningkatannya tidak diikuti dengan pembangunan rumah/hunian baru baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta, maka akan menimbulkan persoalan permukiman. Negara dalam hal ini, telah menyediakan pengakuan sah untuk hak kepemilikan melalui peraturan dan instansi agraria.

Selama lima tahun terakhir, proporsi rumah tangga yang menempati rumah milik sendiri cenderung mengalami peningkatan dan yang menempati rumah sewa/kontrak cenderung mengalami penurunan (Gambar 1.4). Pada tahun 2022, sekitar 84 dari 100 rumah tangga di Bali menempati rumah milik sendiri, sedangkan hanya 11 rumah tangga yang menempati rumah sewa. Semakin banyak rumah tangga yang menempati rumah milik sendiri, dapat diartikan bahwa semakin banyak yang menempati hunian yang memberikan kepastian hukum (secure tenure).

71,75 72,88 71,17 73,92 83,56

2018 2019 2020 2021 2022

Rumah milik sendiri

19,99 21,03 22,03 19,63 11,37

2018 2019 2020 2021 2022

Rumah sewa/kontrak

https://bali.bps.go.id

(32)

KEMISKINAN

Bencana merupakan peristiwa atau serangkaian peristiwa yang mengancam serta mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Bahkan implikasi akhir dari terjadinya suatu bencana adalah dapat menyebabkan kondisi krisis di masyarakat dan kemiskinan. Oleh karena itu, pemantauan capaian strategi pengurangan risiko bencana (PRB) serta pemulihan pasca bencana penting untuk dilakukan.

Kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan merupakan prioritas dalam agenda pembangunan di tingkat nasional maupun daerah yang memerlukan upaya bersama dan terkoordinasi. Pendidikan, kesehatan, dan perlindungan sosial merupakan komponen penting dalam upaya mengakhiri kemiskinan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia, yang pada gilirannya akan meningkatkan daya saing bangsa. Untuk itu, dukungan sumber daya yang memadai dan berkelanjutan dalam penanggulangan kemiskinan serta dengan penggunaan yang efektif dan efisien, menjadi penting untuk dipantau dan dievaluasi secara berkala.

https://bali.bps.go.id

(33)

https://bali.bps.go.id

(34)

https://bali.bps.go.id

(35)

ercepatan pertumbuhan ekonomi serta peningkatan produktivitas pertanian telah menurunkan jumlah kelaparan dan kurang gizi. Namun, kelaparan dan kurang gizi tetap menjadi permasalahan utama dalam pembangunan di banyak negara.

Tujuan 2 pada TPB/SDGs mengupayakan untuk menghilangkan semua bentuk kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan gizi yang baik, serta meningkatkan pertanian berkelanjutan pada tahun 2030. Tujuan ini memastikan setiap warga negara memiliki kesempatan dan akses yang sama dalam memperoleh makanan yang berkualitas, sehingga dapat terbebas dari kelaparan, memperoleh ketahanan pangan dan gizi yang baik dan berkelanjutan, serta meningkatkan taraf hidup masyarakat baik di bidang perekonomian, kesehatan, pendidikan, dan lain sebagainya.

Prevalensi ketidakcukupan konsumsi pangan (Prevalence of Undernourishment/

PoU) merupakan estimasi proporsi dari suatu populasi yang memiliki konsumsi energi makanan sehari-hari yang tidak mencukupi energi minimum untuk hidup normal, aktif, dan sehat yang dinyatakan dalam bentuk persentase. Persyaratan minimum ketidakcukupan pangan antarindividu akan berbeda berdasarkan usia, jenis kelamin, berat badan, tingkat aktivitas, dan sebagainya.

Indikator ini digunakan untuk memonitor ketidakcukupan konsumsi energi dari makanan, ketersediaan makanan, serta kemampuan rumah tangga untuk dapat mengakses makanan pada tingkat sosial ekonomi yang berbeda baik di tingkat nasional maupun regional.

P

https://bali.bps.go.id

(36)

KELAPARAN

Sumber: Badan Pusat Statistik, Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)

Pada tahun 2022, prevalensi ketidakcukupan pangan di Provinsi Bali sebesar 7,72 (Gambar 2.1). Artinya terdapat 7 sampai 8 orang dari 100 orang di Provinsi Bali yang tidak mampu memenuhi kebutuhan energi untuk hidup normal, aktif, dan sehat. Meskipun lebih rendah dibanding catatan di tingkat nasional, angka ini meningkat dibandingkan tahun 2021 yang tercatat sebesar 7,43 persen. Di tingkat nasional, prevalensi ketidakcukupan pangan sebesar 10,21, meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Salah satu permasalahan gizi yang dapat terjadi pada anak balita di Indonesia adalah kurang gizi (underweight). Underweight pada balita meliputi gizi kurang dan gizi buruk yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dari makanan sehari-hari yang telah terjadi dalam waktu yang cukup lama. Indikator ini digunakan untuk mengukur besarnya penduduk yang mempunyai konsumsi energi yang sangat rendah sehingga memerlukan prioritas dalam upaya perbaikan pangan dan gizi. Dari hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) yang dipublikasikan oleh Kementerian Kesehatan RI menunjukkan prevalensi balita yang mengalami underweight di Provinsi Bali sebesar 6,6 persen pada tahun 2022, jauh di bawah angka nasional yang mencapai 17,1 persen. Selain

7,92 7,63 8,34 8,49

10,21

2,73 2,91

4,01

7,43 7,72

2018 2019 2020 2021 2022

Indonesia Bali

https://bali.bps.go.id

(37)

KELAPARAN

itu, Provinsi Bali merupakan provinsi dengan angka prevalensi balita yang mengalami underweight terendah jika dibandingkan provinsi-provinsi lain di Indonesia.

Tingkat keparahan kerawanan pangan dari suatu penduduk dapat diukur dengan menggunakan skala pengalaman kerawanan pangan. Skala pengalaman kerawanan pangan (Food Insecurity Experience Scale /FIES) didefinisikan sebagai suatu skala yang mengukur ketidakmampuan rumah tangga atau individu untuk mengakses kebutuhan makanan dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan skala ini pemerintah dapat mengidentifikasi tingkat kerawanan pangan antarkelompok populasi di tingkat nasional dan subnasional, serta dapat merancang kebijakan yang diperuntukkan untuk penduduk dengan kerawanan pangan sedang atau berat sehingga dapat menjamin hak asasi setiap penduduk dalam mengakses pangan yang cukup dan beragam. Prevalensi penduduk dengan kerawanan pangan sedang atau berat menunjukkan penurunan selama 5 tahun terakhir (Gambar 2.2). Pada tahun 2022, angkanya tercatat sebesar 4,04 persen di Provinsi Bali, lebih rendah dari angka nasional yang mencapai 4.85 persen.

Sumber: Badan Pusat Statistik, Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 6,86

5,42 5,12 4,79 4,85

4,41 4,09

1,84

4,51 4,04

2018 2019 2020 2021 2022

Indonesia Bali

https://bali.bps.go.id

(38)

KELAPARAN

Stunting atau tengkes pada balita merupakan kondisi kurang gizi kronis pada anak berusia 0–59 bulan yang diukur berdasarkan indeks tinggi badan menurut umur (TB/U).

Stunting atau tengkes tidak hanya berdampak pada fisik, melainkan juga mental dan emosional khususnya pada perkembangan kecerdasan dalam berpikir. Indikator ini bermanfaat untuk membantu dalam mendiagnosis kondisi kesehatan dari balita serta memberikan pengetahuan tentang pentingnya pemberian gizi.

Selama kurun waktu 2021-2022 persentase stunting pada balita di Provinsi Bali menunjukkan hal positif (Gambar 2.3). Pada tahun 2022, persentase balita stunting sebesar 8,00 persen, turun dibandingkan tahun 2021 yang sebesar 10,90 persen. Besaran tersebut jauh berada di bawah angka nasional yang tercatat sebesar 21,60 persen pada tahun 2022. Fakta lainnya, Provinsi Bali merupakan provinsi dengan angka persentase stunting pada balita terendah dibandingkan provinsi-provinsi lain di Indonesia.

Sumber: Kementerian Kesehatan RI, Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Tahun 2021-2022

24,40

21,60

10,90

8,00

2021 2022

Indonesia Bali

https://bali.bps.go.id

(39)

KELAPARAN

Wasting (kurus) adalah kondisi kurang gizi akut pada balita yang diukur berdasarkan indeks berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) dengan menggunakan standar WHO 2005. Dengan kata lain, wasting merupakan kondisi di mana berat badan anak menurun, sangat kurang, atau bahkan berada di bawah rentang normal. Balita yang menderita wasting (kurus/sangat kurus) sangat rawan terhadap penyakit infeksi dan memiliki risiko kematian lebih besar. Penyebab langsung dari wasting adalah kekurangan asupan gizi akut dan infeksi penyakit. Untuk mengatasinya harus dilakukan tata laksana gizi buruk dan gizi kurang.

Dari Gambar 2.4 terlihat angka prevalensi wasting di Provinsi Bali cenderung lebih rendah dibandingkan angka nasional. Prevalensi wasting di Provinsi Bali mengalami penurunan dari 3,00 persen pada tahun 2021 menjadi 2,80 persen pada tahun 2022. Disisi lain, secara nasional angka prevalensi wasting justru meningkat dari 7,10 persen pada tahun 2021 menjadi 7,70 persen pada tahun 2022.

Sumber: Kementerian Kesehatan RI, Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Tahun 2021-2022

7,10 7,70

3,00 2,80

2021 2022

Indonesia Bali

https://bali.bps.go.id

(40)

KELAPARAN

Nilai tambah (value added) sektor pertanian dapat diartikan sebagai bertambahnya nilai barang/jasa pada sektor pertanian akibat dari pengolahan, penyimpanan, atau proses lainnya. Nilai tambah pertanian per tenaga kerja menggambarkan produktivitas tenaga kerja di sektor pertanian. Semakin besar pendapatan atau penghasilan tenaga kerja/petani maka semakin besar kemampuan tenaga kerja untuk mengakses pangan dengan pola gizi seimbang, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja atau masyarakat secara umum.

Sumber: Badan Pusat Statistik, Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) dan Data Nilai Tambah Pertanian

Berdasarkan Gambar 2.5, besarnya nilai tambah pertanian per tenaga kerja pertanian pada tahun 2018 adalah sebesar 70,26 juta rupiah. Pada tahun 2020, sempat mengalami penurunan menjadi 62,02 juta rupiah akibat Pandemi Covid-19 namun

70,26

73,20

62,02

65,02

69,40

2018 2019 2020 2021 2022

https://bali.bps.go.id

(41)

KELAPARAN

kembali meningkat di tahun 2022 menjadi 69,40 juta rupiah. Walaupun bukan merupakan kontributor utama dalam perekonomian Bali, namun sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan mempunyai peran yang sangat penting terutama pada masa pandemi Covid-19. Hal ini terlihat dari naiknya kontribusi sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan pada periode 2020-2021 menjadi kisaran 15 persen dibandingkan tahun- tahun sebelumnya yang hanya pada kisaran 13 persen. Pada kondisi pandemi yang berdampak cukup besar terhadap perekonomian Bali, sektor pertanian justru menunjukkan kinerja yang cukup baik.

Pada bagian ini lebih memfokuskan pada lahan pertanian, yaitu lahan yang digunakan untuk mengusahakan tanaman pangan dan memelihara ternak. Negara menjamin penyediaan lahan pertanian pangan secara berkelanjutan sebagai sumber pekerjaan dan penghidupan yang layak dan penghasil produk pangan bagi pencapaian ketahanan pangan dan gizi berkelanjutan. Perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan adalah sistem dan proses dalam merencanakan dan menetapkan, mengembangkan, memanfaatkan dan membina, mengendalikan, dan mengawasi lahan pertanian pangan dan kawasannya secara berkelanjutan. (UU No. 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan pertanian Pangan Berkelanjutan). Manfaat utama yang ingin dicapai adalah mempertahankan areal pertanian pangan produktif dan berkelanjutan dapat mendukung upaya penyediaan pangan yang cukup bagi penduduk yang terus meningkat dan pencapaian kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan berkelanjutan.

https://bali.bps.go.id

(42)

KELAPARAN

Konservasi sumber daya genetik untuk pangan dan pertanian (SDGPP) berupa benih tanaman dan hewan di dalam fasilitas konservasi jangka menengah dan panjang mewakili cara yang paling terpercaya untuk mengonservasi SDGPP tanaman dan hewan di seluruh dunia. Manfaat utama yang ingin dicapai adalah konservasi sumber daya genetik untuk pangan dan pertanian mampu menyediakan fondasi bagi ketahanan pangan dan gizi dan menghindari kerugian kehilangan sumber daya genetik, baik langsung maupun tidak langsung, serta mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat, khususnya di sektor pertanian.

Pengeluaran pemerintah untuk sektor pertanian dapat mendorong peningkatan efisiensi, daya saing, produktivitas, dan peningkatan pendapatan petani. Sektor pertanian merupakan penyedia utama pangan, sehingga peningkatan pengeluaran untuk pertanian mendorong meningkatkan produksi pangan, kesempatan kerja, dan daya beli masyarakat petani. Kebijakan ini dapat mendukung penurunan jumlah dan persentase masyarakat miskin dan yang mengalami kelaparan.

Total penyaluran bantuan pembangunan dan bantuan lainnya (tidak termasuk kredit ekspor) untuk sektor pertanian menunjukkan atau menguantifikasikan upaya publik bahwa para donor menyediakan bantuan kepada negara berkembang untuk pertanian. Upaya ini dapat dipandang sebagai kepedulian masyarakat global bagi pembangunan pangan dan pertanian di negara berkembang.

Subsidi ekspor pertanian didefinisikan sebagai kebijakan pemerintah untuk mendorong ekspor barang dan mengurangi penjualan barang di pasar domestik pada produk pertanian dengan menggunakan pembayaran langsung, pinjaman berbunga rendah, keringanan pajak, atau iklan di negara lain. Manfaat utama yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui tingkat subsidi ekspor yang diterapkan setiap tahun per produk

https://bali.bps.go.id

(43)

KELAPARAN

atau kelompok produk. Diharapkan pengeluaran subsidi ekspor semakin menurun untuk mencegah pembatasan dan distorsi di pasar pertanian internasional.

Indikator anomali harga pangan (Indicator of Food Price Anomalies/IFPA) bertujuan untuk mengukur harga komoditas pangan yang tidak normal selama periode waktu tertentu, sehingga dapat mendeteksi kenaikan harga secara tiba-tiba sebagai akibat dari kegagalan harga pangan. Harga komoditas pangan yang tidak normal terjadi jika nilai IFPA ≥ 1 standar deviasi dari rata-rata pada bulan tertentu. Pada tahun 2020 dan 2021, IAHP Kota Denpasar masing-masing sebesar 0,86 dan 0,15, sehingga Denpasar khususnya tidak mengalami anomali harga pangan pada tahun tersebut.

https://bali.bps.go.id

(44)

https://bali.bps.go.id

(45)

https://bali.bps.go.id

(46)

https://bali.bps.go.id

(47)

Menjamin kehidupan yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan seluruh penduduk semua usia merupakan tujuan ketiga dalam TPB/SDGs. Penduduk yang sehat dapat berkontribusi dan produktif dalam membangun perekonomian.

Dalam mewujudkan pembangunan di sektor kesehatan, diperlukan peran aktif dari seluruh pihak.

Munculnya dinamika penduduk berupa bonus demografi memberikan tantangan bagi Indonesia dalam meningkatkan kualitas hidup penduduk. Meledaknya jumlah penduduk produktif serta bertambahnya penduduk usia lanjut memunculkan permasalahan beban penyakit ganda. Munculnya beban penyakit ganda dalam waktu bersamaan mengindikasikan telah terjadi transisi epidemiologi di Indonesia.

Pemberantasan penyakit pun perlu dilakukan dengan kerja sama semua elemen masyarakat agar pada masa mendatang Indonesia dapat menjamin kehidupan yang sehat dan sejahtera untuk semua.

Sumber: Badan Pusat Statistik, Long Form Sensus Penduduk 2020

85

189

Bali Indonesia

B

https://bali.bps.go.id

(48)

DAN SEJAHTERA

Kematian ibu didefinisikan sebagai kematian perempuan pada saat hamil atau kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan atau tempat persalinan. Kematian ibu dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk status kesehatan secara umum, pendidikan, ekonomi, sosial budaya dan pelayanan kesehatan selama kehamilan, persalinan, dan masa nifas.

Terdapat 85 kasus kematian ibu pada setiap 100.000 kelahiran hidup di Bali berdasarkan hasil Long Form Sensus Penduduk 2020 (Gambar 3.1). Angka tersebut lebih rendah dibandingkan dengan angka nasional yang sebesar 189 kasus kematian ibu pada setiap 100.000 kelahiran hidup. Selain itu, Bali menempati peringkat ketiga AKI terendah setelah DKI Jakarta dan DI Yogyakarta. Namun demikian, program yang menyokong kesehatan ibu harus tetap digalakkan, khususnya dalam memastikan proses kehamilan dan persalinan berjalan dengan sehat dan aman.

Sumber: Badan Pusat Statistik, Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)

Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih dan di fasilitas kesehatan menunjukkan kualitas terhadap pelayanan kesehatan dan kemampuan manajemen program kesehatan ibu dan anak dalam menyelenggarakan pelayanan persalinan yang profesional. Pada tahun 2022, proporsi perempuan pernah kawin umur 15-49 tahun yang proses melahirkan terakhirnya ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih (Gambar 3.2) dan di fasilitas kesehatan (Gambar 3.3) masing-masing mencapai 99,63 persen dan 98,13 persen. Angka tersebut sudah lebih tinggi dibandingkan angka nasional, yang menandakan bahwa dukungan fasilitas layanan kesehatan maternal di Bali relatif lebih baik dalam rangka mengurangi peluang terjadinya kematian ibu.

99,87 99,84 99,68 100,00 99,63

93,63 94,71 95,16 95,93 95,79

2018 2019 2020 2021 2022

Bali Indonesia

https://bali.bps.go.id

(49)

DAN SEJAHTERA

Sumber: Badan Pusat Statistik, Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)

Sumber: Badan Pusat Statistik, Long Form Sensus Penduduk 2020

99,87 99,84 98,33 99,86 98,13

82,74 85,94 87,91 88,91 90,21

2018 2019 2020 2021 2022

Bali Indonesia

15,37

13,36 19,83

16,85

Angka Kematian Balita (AKBa)

Angka Kematian Bayi (AKB) Bali Indonesia

https://bali.bps.go.id

(50)

DAN SEJAHTERA

Indikator ini terkait langsung dengan target kelangsungan hidup anak dan merefleksikan kondisi sosial, ekonomi, dan lingkungan anak-anak bertempat tinggal termasuk pemeliharaan kesehatannya. AKB cenderung lebih menggambarkan kesehatan reproduksi, karena terutama terjadi pada umur 0-28 hari, yang sangat dipengaruhi oleh kondisi ibu pada saat hamil, bersalin dan perawatan bayi baru lahir.

Berdasarkan hasil Long Form Sensus Penduduk 2020, AKABa dan AKB Bali masing- masing sebesar 15,37 dan 13,36 per 1.000 kelahiran hidup (Gambar 3.4). Kedua capaian tersebut belum memenuhi target yang termuat dalam RAD TPB Bali, yaitu sebesar 10,00 untuk AKABa dan 8,00 untuk AKB di tahun 2022. Namun, prevalensi kejadian kematian balita dan bayi di Bali sudah lebih rendah dibandingkan dengan kondisi nasional.

Sumber: Kementerian Kesehatan RI, Profil Kesehatan Indonesia

Tujuan dari indikator ini adalah untuk menentukan endemisitas/tingkat penularan malaria di suatu daerah. Endemisitas malaria sangat dipengaruhi oleh sistem kesehatan, penemuan dini dan pengobatan tepat, adanya resistensi terhadap obat dan insektisida, pola perubahan iklim, gaya hidup, upaya penanggulangan vektor, migrasi dan pemindahan penduduk.

Berdasarkan laporan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2021, prevalensi kejadian malaria di Bali sudah sangat rendah, yaitu sebesar 0,01 per 1.000 orang, cukup jauh lebih

0,02 0,01 0,00 0,01

0,84 0,93 0,94

1,12

2018 2019 2020 2021

Bali Indonesia

https://bali.bps.go.id

(51)

DAN SEJAHTERA

rendah dibandingkan kondisi nasional yang sebesar 1,12 per 1.000 orang (Gambar 3.5).

Hasil tersebut juga sudah mencapai target yang termuat dalam RAD TPB Bali, yaitu kurang dari 1,00 per 1.000 orang.

Sumber: Kementerian Kesehatan RI, Profil Kesehatan Indonesia

Selain melihat prevalensi kejadian malaria, dalam rangka mengakhiri epidemi malaria juga dapat dilihat dari wilayah yang telah mencapai eliminasi malaria. Eliminasi malaria adalah suatu upaya untuk menghentikan penularan malaria setempat dalam satu wilayah geografis tertentu dan kewaspadaan untuk mencegah penularan kembali. Suatu daerah yang sudah mencapai eliminasi malaria, maka daerah tersebut bebas dari penularan malaria. Selain malaria, jika melihat situasi di Indonesia, penyakit tropis yang juga perlu mendapatkan perhatian dan termuat dalam target TPB/SDGs adalah penyakit filariasis dan kusta.

Berdasarkan laporan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2021, seluruh kabupaten/kota di Bali telah mencapai baik eliminasi malaria maupun eliminasi kusta (Gambar 3.6). Selain itu, tidak ada kabupaten/kota di Bali yang merupakan wilayah endemis filariasis, sehingga dapat dikatakan Bali tidak terdapat endemi filariasis yang perlu dieliminasi. Kondisi tersebut telah sejalan dengan target yang ingin dicapai dalam RAD TPB Bali, yaitu seluruh kabupaten/kota mencapai eliminasi.

9 9

Mencapai eliminasi malaria Mencapai eliminasi kusta

https://bali.bps.go.id

(52)

DAN SEJAHTERA

Berdasarkan Metadata TPB Edisi II, terdapat tiga jenis penyakit tidak menular yang menjadi prioritas untuk diukur capaiannya, yaitu penduduk yang merokok, tekanan darah tinggi/hipertensi, dan obesitas. Merokok dapat menyebabkan kemandulan dan impotensi, stroke dan serangan jantung, kanker leher rahim dan keguguran pada wanita, penyakit paru kronis, serta merusak gigi dan menimbulkan bau mulut yang tidak sedap. Penyakit tekanan darah tinggi perlu dikelola sesuai standar dan terkontrol agar tidak menimbulkan komplikasi seperti stroke, jantung, gagal ginjal, dan lain-lain. Di sisi lain, dampak yang ditimbulkan dari obesitas berupa peningkatan risiko penyakit diabetes, jantung, stroke, kanker, osteoatritis, gangguan pernapasan, depresi, maupun kematian mendadak. Apabila obesitas tidak dikendalikan, maka akan terjadi peningkatan risiko kecacatan, kematian prematur, serta peningkatan pembiayaan kesehatan.

Pencegahan dan pengobatan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Aditif (NAPZA) termasuk penggunaan alkohol yang merugikan adalah salah satu upaya mengurangi angka kematian dini akibat dari penyakit tidak menular. Di sisi lain, penyalahgunaan NAPZA dapat memicu tindak kriminalitas atau perilaku negatif lainnya.

Untuk itu, penguatan upaya pencegahan dan pengobatan perlu dilakukan, khususnya terkait pelayanan rehabilitasi dan pasca rehabilitasi kepada para pecandu, penyalahguna, atau korban.

https://bali.bps.go.id

(53)

DAN SEJAHTERA

Sumber: Badan Pusat Statistik, Long Form Sensus Penduduk 2020

Mengukur capaian tingkat kelahiran pada penduduk usia muda merupakan hal yang prioritas. Hal ini karena, semakin tinggi angka kelahiran remaja maka akan semakin tinggi risiko kematian ibu melahirkan dan bayi baru lahir. Angka kelahiran pada perempuan umur 15-19 tahun didefinisikan sebagai banyaknya kelahiran pada perempuan umur 15-19 tahun di antara 1.000 perempuan pada kelompok umur yang sama pada periode tertentu.

Berdasarkan hasil Long Form Sensus Penduduk 2020, Age Specific Fertility Rate (ASFR) kelompok umur 15-19 tahun di Bali sebesar 19,76 (Gambar 3.7), yang berarti dari 1.000 perempuan berumur 15-19 tahun, terdapat 19-20 kelahiran. Angka tersebut kondisinya sudah lebih rendah dari target RAD TPB Bali, yaitu 28,02 di tahun 2022 atau dapat dikatakan telah mencapai target.

Sumber: Badan Pusat Statistik, Long Form Sensus Penduduk 2020

19,76

26,64

Bali Indonesia

2,04

2,18

Bali Indonesia

https://bali.bps.go.id

(54)

DAN SEJAHTERA

Diketahuinya TFR untuk suatu daerah akan membantu para perencana program pembangunan dalam meningkatkan rata-rata usia kawin, meningkatkan program pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan pelayanan ibu hamil dan perawatan anak, serta untuk mengembangkan program penurunan tingkat kelahiran.

Hasil Long Form Sensus Penduduk 2020 menunjukkan TFR di Bali adalah sebesar 2,04 (Gambar 3.8). Artinya, rata-rata sekitar 2 sampai 3 orang anak yang akan dilahirkan oleh seorang perempuan di Bali sampai dengan akhir periode reproduksinya. Angka tersebut kondisinya lebih rendah dibandingkan dengan angka nasional yang sebesar 2,18 dan juga target RAD TPB Bali tahun 2022 yang sebesar 2,30. Tingkat kelahiran perlu dijaga dalam kondisi mendekati replacement level untuk mewujudkan penduduk tumbuh seimbang.

Sumber: Badan Pusat Statistik, Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)

Unmet need pelayanan kesehatan adalah penduduk yang memiliki keluhan kesehatan dan terganggu aktivitasnya namun tidak berobat jalan. Ukuran ini merupakan proksi untuk melihat cakupan penduduk yang seharusnya berobat ketika sakit, namun pada kenyataannya tidak berobat. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti;

tidak punya biaya berobat, tidak punya biaya transportasi, tidak ada sarana transportasi, atau karena waktu tunggu pelayanan yang lama. Kondisi unmet need di Bali pada tahun 2022 sebesar 2,75 persen (Gambar 3.9), lebih rendah dibandingkan kondisi nasional yang

3,19 2,96 2,96 2,42 2,75

4,91 5,18 5,44 5,03 6,09

2018 2019 2020 2021 2022

Bali Indonesia

https://bali.bps.go.id

(55)

DAN SEJAHTERA

sebesar 6,09 persen. Hal ini dapat diartikan bahwa penduduk di Bali relatif lebih baik dalam memperoleh akses terhadap layanan kesehatan.

Sumber: Badan Pusat Statistik, Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)

Pengeluaran rumah tangga untuk kesehatan didefinisikan sebagai setiap pengeluaran yang terjadi pada saat penggunaan layanan untuk mendapatkan semua jenis perawatan (promotif, preventif, kuratif, rehabilitasi, paliatif atau perawatan jangka panjang) termasuk semua obat-obatan, vaksin dan sediaan farmasi lainnya, serta semua produk kesehatan, dari semua jenis penyedia dan untuk semua anggota rumah tangga.

Indikator yang digunakan adalah proporsi penduduk yang total pengeluaran untuk kesehatannya lebih dari 10 persen. Indikator tersebut digunakan untuk menggambarkan proporsi rumah tangga yang memiliki kesulitan keuangan dalam pembiayaan kesehatan.

Pada tahun 2022, terdapat 1,77 persen populasi yang pengeluaran kesehatannya lebih dari 10 persen dari total pengeluaran rumah tangga (Gambar 3.10). Hal ini berarti, sekitar 1-2 dari 100 populasi yang proporsi pengeluaran kesehatannya cukup besar, yang berpotensi memiliki kesulitan keuangan untuk pembiayaan kesehatan di kemudian hari.

Namun demikian, proporsi populasi tersebut cenderung mengalami penurunan selama lima tahun terakhir, baik kondisi di Bali maupun di Indonesia, yang dapat diartikan bahwa kesejahteraan masyarakat yang semakin meningkat dibarengi dengan akses terhadap pelayanan kesehatan yang semakin terjangkau.

2,67

2,97

2,28

1,73

1,77 2,99

2,53 2,23

1,97

1,72

2018 2019 2020 2021 2022

Bali Indonesia

https://bali.bps.go.id

(56)

DAN SEJAHTERA

Sumber: Kementerian Kesehatan RI, Profil Kesehatan Indonesia

Setiap warga negara tanpa terkecuali masyarakat miskin dan rentan berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai dan berkualitas. Khususnya kepada penduduk miskin dan rentan, yang sangat rentan terhadap terjadinya risiko gangguan kesehatan, perlu dilindungi sistem pembiayaannya. Dengan adanya perlindungan kepada mereka, maka akses penduduk miskin terhadap pelayanan kesehatan esensial

Gambar

Gambar 4.7 menunjukkan bahwa baik angka Provinsi Bali dan nasional meningkat  dari  tahun  2021  ke  tahun  2022
Gambar 4.9 menunjukkan penduduk dewasa umur 15—59 tahun yang terampil  menggunakan  TIK  lebih  kecil  dibandingkan  remaja  umur  15—24  tahun
Gambar 5.2 menunjukkan bahwa selama tiga periode pemilihan umum terakhir,  keikutsertaan  perempuan  dalam  lembaga  legislatif  di  tingkat  Provinsi  Bali  mengalami  peningkatan
Gambar  8.12  menunjukkan  bahwa  jumlah  kunjungan  wisatawan  mancanegara  mencapai  puncaknya  pada  tahun  2019  baik  secara  nasional  maupun  di  Provinsi  Bali

Referensi

Dokumen terkait

Berikut adalah subbab yang akan membahas tentang karakteristik dari data yang digunakan pada laporan ini, yaitu data indikator pembangunan berkelanjutan di Jawa Timur

pencapaian aspek hak asasi manusia dari tujuan TPB, data yang dihasilkan dari indikator TPB global ini, khususnya terkait secara langsung dan tidak langsung dengan hak asasi

Penyusunan inisiasi perangkat evaluasi capaian indikator TPB dilakukan dengan mengacu pada prinsip-prinsip penyusunan perangkat evaluasi yang baik, sebagaimana

Pemetaan Goal, Target dan Indikator TPB/SDGs.. Indikator nasional yang sesuai dengan indikator global yaitu indikator nasional yang konsep dan cara pengukurannya sama dengan

Terkait dengan hal tersebut, maka pengintegrasian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dalam dokumen perencanaan daerah maupun pemetaan terhadap potensi dan permasalahan di

Dokumen ini membahas strategi nasional pengelolaan ekosistem mangrove sebagai referensi konservasi dan rehabilitasi kawasan pesisir untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan dan pembangunan rendah

Teks ini membahas tentang hak atas kehidupan yang layak, sehat, dan lingkungan yang baik, serta kaitannya dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) dan Agenda

Laporan Hasil Pemeriksaan BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Bali Tahun