• Tidak ada hasil yang ditemukan

BERKUALITAS

Sementara itu, penduduk usia 16-18 tahun yang minimal menamatkan SMP/sederajat sebesar 94,15 persen (Gambar 4.2). Angka tersebut lebih rendah sekitar 3,40 persen poin jika dibandingkan dengan tingkat penyelesaian SD/sederajat.

Berbanding terbalik dengan capaian SD/sederajat, capaian Bali untuk SMP/sederajat selama periode 2020-2022 juga lebih baik jika dibandingkan dengan angka Indonesia.

Sumber: Badan Pusat Statistik, Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)

Berdasarkan Gambar 4.3, penduduk usia 19-21 tahun yang menamatkan SMA/sederajat di Bali sebesar 76,59 persen. Angka tersebut meningkat dibandingkan tahun 2020 dan 2021. Tingkat penyelesaian SMA/sederajat di Bali jauh lebih tinggi dari Indonesia.

Anak tidak sekolah adalah anak-anak dan remaja usia sekolah sesuai dengan jenjang pendidikan anak usia dini (PAUD), SD/sederajat, SMP/sederajat, dan SMA/

sederajat yang tidak terdaftar dalam satuan pendidikan tersebut. Indikator ini berguna untuk mengidentifikasi kebutuhan intervensi kebijakan dan program yang ditargetkan pada populasi yang spesifik, yaitu anak-anak yang tidak bersekolah.

Upaya pemerintah dalam menangani anak usia sekolah yang tidak sekolah (ATS) adalah melalui program percepatan pelaksanaan Wajib Belajar 12 Tahun. Program ini merupakan salah satu kebijakan yang tertuang pada RPJMN 2020- 2024. Diharapkan dengan adanya program tersebut semua anak usia sekolah yang tidak sekolah dapat bersekolah Kembali dan adanya pemerataan dalam memperoleh pendidikan berkualitas.

74,88 75,86 76,59

63,95 65,94 66,13

2020 2021 2022

Bali Indonesia

https://bali.bps.go.id

BERKUALITAS

Sumber: Badan Pusat Statistik, Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)

Pada tahun 2022, Terdapat 0,38 persen anak di Bali yang tidak sekolah di jenjang SD/sederajat (Gambar 4.4). Angka tersebut mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2021 dan 2020, angka anak tidak sekolah jenjang SD/sederajat sebesar 0,17 dan 0,16 persen.

Sumber: Badan Pusat Statistik, Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)

Semakin tinggi jenjang, maka semakin tinggi angka putus sekolah. Persentase anak tidak sekolah pada kelompok umur 13-15 tahun di Bali adalah 4,33 persen pada tahun 2022, di mana 100 anak yang berumur 13-15 tahun, terdapat sekitar 4 anak yang tidak sekolah (Gambar 4.5). Angka tersebut mengalami peningkatan sejak tahun 2020, namun lebih rendah dari angka nasional.

0,16 0,17 0,38

0,62 0,65 0,71

2020 2021 2022

Bali Indonesia

2,86 3,90 4,33

7,29 6,77 6,94

2020 2021 2022

Bali Indonesia

https://bali.bps.go.id

BERKUALITAS

Sumber: Badan Pusat Statistik, Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)

Persentase angka anak tidak sekolah pada jenjang SMA/sederajat lebih tinggi dibandingkan dengan jenjang SD/sederajat dan SMP/sederajat. Pada tahun 2022, 13 dari 100 anak di Bali tidak sekolah di jenjang SMA/sederajat (Gambar 4.6). Angka tersebut mengalami penurunan dari tahun 2020 dan tahun 2021.

Salah satu penyebab tingginya ATS adalah banyaknya anak yang belum tamat sekolah lalu putus sekolah. Ada beberapa faktor yang memengaruhi tingginya ATS pada jenjang SMA/sederajat salah satunya adalah persoalan ekonomi. Karena pada kenyataan biaya sekolah tidak cukup digratiskan saja, tetapi diperlukan juga kebutuhan lainnya seperti baju, sepatu, dan keperluan lainnya. Selanjutnya, masalah kesenjangan daya tampung siswa tamatan SMP/sederajat yang masuk ke SMA/sederajat. Tingginya persentase ATS merupakan tantangan dalam dunia pendidikan Provinsi Bali.

Indikator ini mengukur angka partisipasi anak usia 6 tahun (satu tahun sebelum usia resmi masuk Sekolah Dasar) dalam program Pendidikan yang terorganisir, yaitu:

a. Pendidikan anak usia dini (Pra-sekolah) yang meliputi Taman kanan-kanak (TK), Raudhatul Athfal (RA), Bustanul Athfal (BA) dan PAUD).

b. Sekolah Dasar/sederajat.

14,88 14,39 12,95

22,31 21,47 22,52

2020 2021 2022

Bali Indonesia

https://bali.bps.go.id

BERKUALITAS

Sumber: Badan Pusat Statistik, Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)

Gambar 4.7 menunjukkan bahwa baik angka Provinsi Bali dan nasional meningkat dari tahun 2021 ke tahun 2022. Artinya, terjadi peningkatan jumlah anak usia dini terpapar dengan proses belajar yang terorganisir, khususnya satu tahun sebelum masuk SD/sederajat. Dengan paparan terhadap pendidikan yang terorganisir, diharapkan membantu anak untuk lebih siap bersekolah di SD. Tingkat partisipasi dalam pembelajaran terorganisir di Bali tahun 2022 lebih tinggi dari capaian nasional, yakni 97,38 persen. Tingginya proporsi anak usia 6 tahun yang bersekolah dapat mengindikasikan tingginya akses pendidikan untuk anak-anak usia dini.

Angka partisipasi kasar (APK) perguruan tinggi adalah jumlah mahasiswa yang terdaftar di perguruan tinggi, berapapun usia mereka, berbanding dengan usia kuliah pada umumnya, yaitu 19–23 tahun. Tingginya APK mengindikasikan tingginya tingkat partisipasi pendidikan tinggi. APK dapat lebih dari 100 persen karena APK juga memperhitungkan mahasiswa yang usianya di luar rentang 19–23 tahun. Oleh karena itu, tercapainya angka 100 persen adalah sesuatu yang patut diupayakan namun tidak cukup, karena belum tentu seluruh remaja dengan rentang usia tersebut dapat mengakses pendidikan tinggi.

91,45 85,57 97,38

92,76 92,72 95,10

2020 2021 2022

Bali Indonesia

https://bali.bps.go.id

BERKUALITAS

Angka Partisipasi Kasar (APK) Perguruan Tinggi di Provinsi Bali masih tergolong rendah meski lebih tinggi dari angka nasional. Tahun 2022, APK perguruan tinggi tercatat sebesar 38,46 persen. Jika dilihat dari tren, APK Perguruan Tinggi di Provinsi Bali cenderung mengalami peningkatan selama lima tahun terakhir.

Sumber: Badan Pusat Statistik, Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)

Lulusan perguruan tinggi seyogyanya mampu menjadi motor penggerak daya saing bangsa dalam menghadapi era globalisasi. Melalui penguasaan teknologi dan informasi yang mumpuni, lulusan perguruan tinggi akan menjadi incaran dan andalan di setiap bidang dan jenjang karier pekerjaan. Oleh sebab itu, peningkatan partisipasi pada level perguruan tinggi menjadi Langkah strategis untuk menuju pendidikan berkualitas.

Salah satu upaya yang ditempuh pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjendikti) yaitu dengan menyelenggarakan Sistem Pembelajaran daring Indonesia (SPADA). SPADA diharapkan dapat menjadi Solusi dari rendahnya partisipasi perguruan tinggi dengan kendala seperti sebaran perguruan tinggi yang kurang merata, masih banyak perguruan tinggi yang belum memiliki sumber daya pendidikan yang memadai dan berkualitas, dan masih rendahnya jaminan pemenuhan kebutuhan dan permintaan pendidikan tinggi yang bermutu (spada.ristekdikti.go.id).

36,40 35,96 36,46 36,51 38,46

30,19 30,28 30,85 31,19 31,16

2018 2019 2020 2021 2022

Bali Indonesia

https://bali.bps.go.id

BERKUALITAS

Kemajuan teknologi dan informasi yang begitu cepat telah menggiring masyarakat untuk mengikuti perubahan yang terjadi. Akses informasi dan komunikasi tanpa batas menjadi kesempatan untuk membuka peluang memperoleh ilmu dan pekerjaan.

Keterampilan teknologi, informasi, dan komunikasi didekati dengan akses internet karena pada umumnya seseorang yang mengakses internet akan berhubungan dengan produk yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Di era globalisasi saat ini, internet bukan lagi menjadi hal asing dan mewah. Bahkan bagi sebagian orang, internet sudah menjadi bagian dari kebutuhan. Ketiadaan akses internet akan menjadi hambatan untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal dari potensi teknologi informasi dan komunikasi yang berkembang pesat saat ini.

Proporsi remaja (umur 15-24 tahun) dan dewasa (umur 15-59 tahun) dengan keterampilan teknologi informasi dan komputer (TIK) menunjukkan peningkatan setiap tahunnya. Hal ini selaras dengan perkembangan zaman yang menuntut adanya transformasi di bidang informasi teknologi (IT) melalui digitalisasi dan penggunaan internet. Remaja dengan keterampilan TIK tahun 2022 di Provinsi Bali tercatat 96,69 persen, meningkat dibandingkan tahun 2020 yang sebesar 94,75 persen (Gambar 4.9).

Sumber: Badan Pusat Statistik, Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)

Gambar 4.9 menunjukkan penduduk dewasa umur 15—59 tahun yang terampil menggunakan TIK lebih kecil dibandingkan remaja umur 15—24 tahun. Hal ini dipengaruhi faktor usia di mana keahlian teknologi informasi lebih dominan dijumpai pada kelompok usia muda. Tahun 2022 di Bali, sebanyak 80,77 persen penduduk umur 15—59 tahun terampil dalam TIK mengalami peningkatan di bandingkan tahun 2021 dan 2020 tercatat sebesar 77,09 dan 72,56 persen.

94,75 97,23 96,69

72,56 77,09 80,77

2020 2021 2022

15-24 tahun 15-59 tahun

https://bali.bps.go.id

BERKUALITAS

Sumber: Badan Pusat Statistik, Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)

Untuk menggambarkan kesetaraan dalam memperoleh akses pendidikan antara laki-laki dan perempuan, dibentuklah indikator rasio Angka Partisipasi Murni (APM) perempuan/laki-laki pada level SD, SMP, dan SMA. Rasio APM perempuan/laki-laki adalah perbandingan antara APM perempuan terhadap APM laki-laki pada satuan jenjang pendidikan tertentu. Jika indikator ini berhasil mencapai target yang diharapkan atau bernilai 100, artinya kesetaraan gender dalam hal pendidikan sudah terwujud. Status dan kemampuan perempuan juga akan diakui sebanding dengan laki-laki. Sebuah kalimat mutiara dari Brigham Young telah menggugah pemikiran tentang kesetaraan gender, yaitu “Jika anda mendidik seorang pria, maka seorang pria akan terdidik. Tapi jika anda mendidik seorang wanita, sebuah generasi akan terdidik”. Hal ini menunjukkan peran besar seorang perempuan terdidik yang akan melahirkan generasi bermartabat, berdedikasi, dan berdikari.

Rasio APM Perempuan/laki-laki di Provinsi Bali pada jenjang SD/sederajat tahun 2018-2022 cenderung mengalami peningkatan (Gambar 4.10). Peningkatan tertinggi

99,12

99,52

100,28

99,62

99,85 99,57

100,02

99,98

99,98 100,01

2018 2019 2020 2021 2022

Bali Indonesia

https://bali.bps.go.id

BERKUALITAS

terjadi pada tahun 2020 dengan capaian sebesar 100,28. Sedangkan, pada tahun 2022 nilai APM tercatat sebesar 99,85 persen yang mencerminkan penduduk laki-laki umur 7- 12 tahun yang bersekolah tepat di jenjang SD/sederajat sedikit lebih kecil dibandingkan penduduk perempuan pada kelompok umur yang sama. Di tingkat nasional rasio APM Perempuan/laki-laki pada jenjang SD/sederajat tahun 2018-2022 tercatat berfluktuatif.

Sumber: Badan Pusat Statistik, Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)

Pada jenjang SMP Sederajat, rasio APM perempuan/laki-laki di Provinsi Bali menunjukkan tren meningkat, yaitu dari 98,13 persen pada tahun 2021 menjadi 100,17 persen pada tahun 2022 (Gambar 4.11). Rasio yang bernilai lebih dari 100 mencerminkan partisipasi penduduk perempuan umur 13—15 tahun yang bersekolah tepat di jenjang SMP/sederajat lebih besar dibandingkan penduduk laki-laki. Begitu pula di tingkat nasional rasio APM perempuan/laki-laki pada jenjang SMP/sederajat juga menunjukkan tren meningkat dari 98,96 persen pada tahun 2021 menjadi 100,75 pada tahun 2022.

Pada tahun 2022, rasio APM perempuan/laki-laki pada jenjang SMA/sederajat di Bali bernilai lebih dari 100 yang mencerminkan partisipasi penduduk perempuan yang masih bersekolah pada jenjang SMA/sederajat lebih besar dibandingkan penduduk laki- laki. Meskipun demikian pada tahun 2022 rasio APM tercatat mengalami penurunan tercatat sebesar 99,91 persen (Gambar 4.12). Penduduk laki-laki memiliki kecenderungan untuk bekerja setelah dirasa memiliki umur dan pendidikan yang cukup. Sementara itu, perempuan cenderung melanjutkan pendidikan SMP/sederajat dan SMA/sederajat dengan tidak memandang usia yang seharusnya. Rasio APM yang berada di kisaran 100, baik dari jenjang SD, SMP, dan SMA dapat menjadi gambaran secara umum bahwa laki- laki dan perempuan relatif memiliki kesempatan yang sama dalam mengakses pendidikan.

99,96 98,13 100,17

99,09 98,96 100,75

2020 2021 2022

Bali Indonesia

https://bali.bps.go.id

BERKUALITAS

Sumber: Badan Pusat Statistik, Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)

Sumber: Badan Pusat Statistik, Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)

Pada jenjang perguruan tinggi, rasio APM Perempuan/laki-laki di Bali terus meningkat dan bernilai lebih dari 100 persen pada yang mencerminkan partisipasi penduduk perempuan lebih tinggi dibandingkan penduduk laki-laki (Gambar 4.13).

Kondisi ini merupakan sebuah capaian yang berarti di mana Perempuan sudah mampu menunjukkan partisipasinya melebihi laki-laki dalam hal pendidikan tinggi. Pandangan mengenai perempuan yang dahulunya identik dengan stereotip kegiatan domestik, ketertinggalan pendidikan, dan menikah di usia muda perlahan mulai berubah. Kini perempuan lebih terbuka dalam menemukan status dan kedudukannya dalam masyarakat, seperti dalam hal pendidikan.

90,38 103,77 99,91

100,92 104,27 105,53

2020 2021 2022

Bali Indonesia

97,37 98,80 103,43

109,01 115,26 116,04

2020 2021 2022

Bali Indonesia

https://bali.bps.go.id

BERKUALITAS

Sumber: Badan Pusat Statistik, Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)

Pada tahun 2022, persentase angka melek aksara penduduk umur 15 tahun ke atas di Provinsi Bali sebesar 95,53 persen (Gambar 4.14). Keberhasilan para pemangku kepentingan dalam mencapai angka melek aksara yang tinggi perlu diapresiasi. Namun, masih adanya sekitar 4,47 persen penduduk umur 15 tahun ke atas yang buta aksara dan perlu mendapat perhatian dari pemerintah. Catatan khusus untuk Bali, meskipun angka melek aksara mengalami peningkatan dari tahun ke tahun tetapi capaiannya masih di bawah capaian nasional.

Indikator ini mengukur akses di sekolah-sekolah untuk memasukkan layanan dasar yang diperlukan untuk memastikan lingkungan belajar yang aman dan efektif untuk semua siswa. Lingkungan belajar yang aman secara fisik dan mental adalah prasyarat untuk proses belajar yang berkualitas. Perundungan adalah salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar dan juga perkembangan anak untuk jangka Panjang. Oleh karena itu mengidentifikasi masalah perundungan adalah sangat penting.

92,98

94,53 94,80 95,00 95,53

95,66 95,90 96,00 96,04 96,35

2018 2019 2020 2021 2022

Bali Indonesia

https://bali.bps.go.id

BERKUALITAS

ODA (Official Development Assistance) adalah ukuran diterimanya pengembangan kerja sama internasional. Dalam rangka menyediakan tempat belajar bagi negara berkembang di institusi pendidikan negara donor. Memperkuat hubungan dan kerja sama Internasional Indonesia dengan negara sahabat, mempromosikan pendidikan dan pemahaman Bahasa Indonesia, seni dan budaya serta memajukan Kerja sama di bidang pendidikan Indonesia dengan negara sahabat merupakan tujuan dari target ini.

Salah satu aspek yang menentukan keberhasilan pendidikan yaitu kualitas sumber daya pendidik atau guru. Peningkatan sertifikasi profesi pendidik akan memberikan dampak positif bagi guru maupun murid. Peningkatan kompetensi guru berarti penyampaian materi belajar dari guru akan menjadi lebih baik. Bagi murid, kompetensi guru yang meningkat akan membantu murid mencapai hasil belajar yang lebih optimal.

Persentase guru berkualifikasi minimal S1 merupakan salah satu indikator untuk memantau peningkatan mutu tenaga pendidik yang dinyatakan telah memenuhi standar profesional.

Berbagai peraturan menjelaskan kewajiban guru untuk memiliki kualifikasi akademik, kompetensi dan sertifikat pendidik, seperti UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, dan PP Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru (nusantaranews.co). Terlebih pada jenjang Taman Kanak-Kanak (TK) sebagai titik dasar penguatan dan pengembangan anak, kebutuhan akan sumber daya pendidik yang berkompeten sangat diperlukan. Upaya nyata dari pemerintah sangat diharapkan untuk meningkatkan guru berkualifikasi di Indonesia, seperti pemberian beasiswa S1, perluasan kesempatan pendidikan dan pelatihan bagi guru, serta ditunjang dengan fasilitas teknologi dan informasi bagi peningkatan kompetensi guru.

https://bali.bps.go.id

https://bali.bps.go.id

https://bali.bps.go.id

https://bali.bps.go.id

esetaraan gender tidak hanya merupakan bentuk nyata dalam menghapus diskriminasi terhadap perempuan, tetapi juga menjadi landasan dalam pembangunan yang adil, merata, dan berkelanjutan. Tujuan ke-5 memiliki maksud untuk meningkatkan pemberdayaan perempuan, keadilan dalam pemenuhan hak asasi manusia, serta kesempatan dan perlakuan yang sama dalam segala bidang kehidupan.

Secara umum, gambaran kesetaraan gender di Indonesia dan khususnya di Provinsi Bali terus mengalami perbaikan. Pemerintah telah menyediakan kerangka hukum yang mendorong, menetapkan dan memantau kesetaraan gender dan penghapusan diskriminasi berdasarkan gender. Peran perempuan dalam pengambilan keputusan dalam kehidupan politik, ekonomi, dan masyarakat semakin meningkat.

Potret perkawinan usia dini yang memiliki risiko terhadap kesehatan perempuan dan kekerasan seksual juga menggambarkan kondisi yang semakin membaik. Dengan akses informasi dan komunikasi yang semakin merata, diharapkan mampu mempercepat kesetaraan gender di Bali.

Komitmen pemerintah terhadap pencapaian kesetaraan gender dapat dilihat dari bagaimana kebijakan pembangunan memiliki keberpihakan kepada kaum perempuan, baik pada kebijakan publik secara umum, kekerasan terhadap perempuan, lapangan kerja dan ekonomi, maupun perkawinan dan keluarga. Penegakan hukum terhadap diskriminasi perempuan dan pemantauan hasil pelaksanaan kebijakan yang memajukan kesetaraan gender juga tidak kalah penting. Untuk itu, pengukuran terhadap upaya pemerintah dalam mengakhiri diskriminasi terhadap kaum perempuan perlu dilakukan.

Berdasarkan asesmen yang dilakukan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Indonesia telah memiliki seluruh kriteria yang dibutuhkan dalam dasar hukum umum mengenai kesetaraan gender dan penghapusan

K

https://bali.bps.go.id