SANITASI LAYAK
Mencuci tangan dengan air saja tidak cukup. Menurut penelitian, perilaku mencuci tangan pakai sabun merupakan intervensi kesehatan yang paling murah dan efektif dibandingkan cara lainnya untuk mengurangi risiko penularan penyakit. Peningkatan fasilitas sanitasi, akses air bersih, dan sabun sangat penting. Mempromosikan mencuci tangan dengan sabun merupakan upaya yang dinilai paling efektif dalam meningkatkan kesehatan masyarakat. Membuat masyarakat mencuci tangan dengan sabun setelah menggunakan kamar kecil atau sebelum makan, memerlukan perubahan perilaku. Setiap rumah tangga disarankan memiliki tempat khusus untuk mencuci tangan serta tersedianya air dan bahan pembersih untuk mencuci tangan.
Pada tahun 2022, persentase rumah tangga yang memiliki fasilitas cuci tangan dengan sabun dan air di Provinsi bali sebesar 90,43 persen, lebih tinggi dari angka nasional yang tercatat sebesar 79,33 persen (Gambar 6.2). Namun jika dibandingkan dengan tahun 2021, persentasenya mengalami penurunan baik di Tingkat Nasional maupun Provinsi Bali. Sosialisasi terkait pentingnya setiap rumah tangga memiliki tempat khusus untuk mencuci tangan dilengkapi bahan pembersih, serta menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk secara konsisten menerapkan itu harus terus dilakukan guna meningkatkan kesehatan masyarakat.
Sumber: Badan Pusat Statistik, Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)
92,78
88,33 89,68 91,30 90,43
78,87
76,07 78,30 79,59 79,33
2018 2019 2020 2021 2022
Bali Indonesia
https://bali.bps.go.id
SANITASI LAYAK
Fasilitas sanitasi layak adalah fasilitas sanitasi yang memenuhi syarat kesehatan, antara lain klosetnya menggunakan leher angsa atau plengsengan dengan tutup, tempat pembuangan akhir tinjanya menggunakan tangki septik (septic tank) atau Sistem Pengolahan Air Limbah (SPAL), dan fasilitas sanitasi tersebut digunakan oleh rumah tangga sendiri atau bersama dengan rumah tangga lain tertentu.
Sanitasi layak dan berkelanjutan meliputi 5 (lima) kriteria yaitu: (1) stop buang air besar sembarangan; (2) cuci tangan pakai sabun; (3) pengelolaan air minum dan makanan rumah tangga; (4) pengelolaan sampah rumah tangga dengan aman; dan (5) pengelolaan limbah cair rumah tangga dengan aman.
Selama periode tahun 2018-2022, persentase rumah tangga di Provinsi Bali yang memiliki akses sanitasi layak mengalami peningkatan. Rumah tangga dengan sanitasi layak mencapai 95,94 persen pada tahun 2022, meningkat dibandingkan tahun 2018 yang tercatat sebesar 91,58 persen (Gambar 6.3). Angka tersebut telah melampaui RAD SDGs Provinsi Bali yang ditargetkan sebesar 90 persen pada tahun di tahun 2022. Dengan peningkatan yang konsisten tiap tahun, target TPB/SDGs untuk memberikan akses sanitasi dan kesehatan yang mudah dan merata bagi seluruh penduduk pada tahun 2030 optimis akan tercapai.
Sumber: Badan Pusat Statistik, Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)
91,58 94,59 95,01 95,95 95,94
74,58 77,39 79,53 80,29 80,92
2018 2019 2020 2021 2022
Bali Indonesia
https://bali.bps.go.id
SANITASI LAYAK
Kualitas air permukaan dan air tanah sebagai air baku merupakan pendekatan dalam mengetahui kualitas air ambien yang baik pada badan air. Air permukaan meliputi air yang berada pada sungai, danau dan waduk/bendungan yang perlu dipelihara kualitasnya sebagai sumber air baku. Air permukaan (air sungai, danau, dan waduk/bendungan) dan air tanah dimanfaatkan untuk berbagai keperluan manusia seperti: sumber air minum, perumahan, irigasi, peternakan, perikanan pembangkit listrik, transportasi, dan sebagai tempat rekreasi.
Pengelolaan kualitas air adalah upaya pemeliharaan air sehingga tercapai kualitas air yang diinginkan sesuai peruntukannya untuk menjamin agar kualitas air tetap dalam kondisi alamiahnya (PP No. 82/2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air). Tujuan utama yang ingin dicapai adalah untuk memantau perubahan kualitas air permukaan dan air tanah dari waktu ke waktu yang dipengaruhi oleh berbagai kegiatan yang bisa mencemarinya.
Tingkat water stress: proporsi pengambilan (withdrawal) air tawar untuk keperluan domestik terhadap ketersediaannya adalah rasio besarnya pengambilan air tawar, dengan fokus untuk keperluan domestik, mengingat terbatasnya ketersediaan data pengambilan air tawar untuk berbagai keperluan lainnya. Ketersediaan data pengambilan air untuk keperluan domestik relatif lebih lengkap dan berkelanjutan. Data penggunaan air untuk pertanian akan didukung dengan data irigasi yang telah tersedia dalam program modernisasi irigasi (memperoleh efisiensi air irigasi). Proporsi pengambilan air baku bersumber dari air permukaan terhadap ketersediaannya adalah perbandingan antara kuantitas air tawar yang dimanfaatkan dibandingkan ketersediaannya yang dinyatakan dalam bentuk persentase. Sementara proporsi pengambilan air baku bersumber dari air tanah terhadap ketersediaannya adalah perbandingan antara kuantitas air tawar yang dimanfaatkan dibandingkan ketersediaannya yang dinyatakan dalam bentuk persentase.
https://bali.bps.go.id
SANITASI LAYAK
Derajat indikator pelaksanaan Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu dihitung dalam persen (%) dari 0 (pelaksanaan belum dimulai) sampai 100 (dilaksanakan penuh).
Ada empat dimensi yang melandasi pelaksanaan IWRM di Indonesia, yaitu (i) lingkungan pendukung, (ii) kelembagaan dan peran serta, (iii) pendanaan dan (iv) instrumen pengelolaan. Data Indikator 6.5.1 dikumpulkan melalui kuesioner dan tanggapan, dan dikonsolidasikan melalui konsultasi antara pemangku kepentingan yang relevan, seperti Kementerian dan Lembaga yang terkait dalam manajemen sumber daya air serta pemangku kepentingan seperti LSM, akademisi dan bisnis.
Ekosistem perairan adalah lahan vegetasi, sungai, danau, waduk dan air tanah, serta mata air yang ada di pegunungan dan hutan, yang memainkan peran khusus dalam menyimpan air tawar dan menjaga kualitas air. Perubahan tingkat kualitas dan kuantitas sumber daya air pada ekosistem perairan dari waktu ke waktu diindikasikan terhadap perubahan beberapa sub-indikator berikut: (1) ekosistem yang mempengaruhi ketersediaan sumber daya air; (2) kualitas air danau dan waduk/bendungan; (3) kuantitas air sungai; (4) kualitas badan air (permukaan dan tanah); dan (5) kuantitas akuifer air
tanah.
https://bali.bps.go.id
https://bali.bps.go.id
https://bali.bps.go.id
ntuk mencapai tujuan ke-7 dari TPB/SDGs, ketersediaan energi yang bersih, modern, dan terjangkau perlu terus diupayakan oleh seluruh pihak. Capaian tujuan ke-7 ini di Bali sudah relatif lebih baik dibandingkan dengan kondisi nasional. Kebutuhan energi bersih dan berkelanjutan akan terus meningkat ke depannya seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap perubahan iklim dan ketersediaan sumber daya alam yang semakin terbatas. Guna menjamin ketersediaan energi bersih yang berkelanjutan, efisiensi penggunaan energi dan peralihan ke energi terbarukan juga harus terus diupayakan.
Sumber: Kementerian ESDM
100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
98,30
98,89 99,20 99,45 99,63
2018 2019 2020 2021 2022
Bali Indonesia