• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBIJAKAN DAN PROSEDUR SERTIFIKASI HALAL

N/A
N/A
Ailsa Putri Sahashika

Academic year: 2023

Membagikan "KEBIJAKAN DAN PROSEDUR SERTIFIKASI HALAL"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

KEBIJAKAN DAN PROSEDUR SERTIFIKASI HALAL

 Sertifikasi halal diajukan ke Majelis Ulama Indonesia (MUI)  Prosedur dan Keputusan sertifikasi ditangani oleh LPPOM MUI dan Komisi Fatwa MUI.

 LPPOM MUI: lembaga di bawah MUI yang menangani pemeriksaan kecukupan dokumen, penjadwalan audit, pelaksanaan audit, pembahasan hasil audit, penerbitan audit memorandum, penyiapan berita acara hasil audit, penyampaian berita acara hasil audit dalam rapat komisi fatwa dan pencetakan sertifikat.

JENIS AUDIT

Verifikasi oleh auditor LPPOM MUI untuk memeriksa kecukupan pemenuhan kriteria dalam implementasi SJH.

Tipe Audit :

1. Audit On Site : Audit yang dilakukan di lokasi perusahaan

 dilakukan verifikasi dokumen, bukti implementasi SJH, wawancara atau observasi fasilitas

2. Audit On Desk : verifikasi dokumen atau bukti implementasi SJH

 dilakukan di kantor LPPOM MUI tanpa perlu kehadiran auditi Program Percepatan Status atau Sertifikat SJH

Diajukan oleh perusahaan dengan ketentuan :

•Pengajuan minimal setelah enam bulan dari audit terakhir.

•Perusahaan telah melaksanakan audit internal.

•Laporan berkala telah dikirimkan.

Berapa lama proses sertifikasi halal MUI ?

 Berikut ini perkiraan lama proses sertifikasi untuk perusahaan dalam negeri:

• Proses selesai upload sampai pre audit : 20 hari (termasuk persetujuan akad)

(2)

• Proses selesai pre audit sampai audit : 15 hari

• Proses audit sampai rapat komisi fatwa : 15 hari

• Proses rapat komisi fatwa sampai terbit Sertifikat halal : 25 hari

• Total waktu sertifikasi : 75 hari (sejak perusahaan selesai upload)

 Perkiraan lama proses sertifikasi di atas berlaku dengan catatan:

• Pada proses pre audit tidak ada ketidaksesuaian atau terdapat ketidaksesuaian namun perusahaan melakukan perbaikan maksimal 7 hari setelah pre audit

• Perusahaan melakukan konfirmasi pembayaran akad di Cerol maksimal 7 hari setelah Bendahara LPPOM MUI upload akad di Cerol

• Pada proses audit tidak ada ketidaksesuaian atau terdapat ketidaksesuaian namun namun perusahaan melakukan perbaikan maksimal 7 hari setelah dilakukan audit

• Perusahaan melakukan konfirmasi tanggal audit maksimal 5 hari setelah dinyatakan siap audit dan pelaksanaan audit 10 hari setelah tanggal konfirmasi

• Jumlah fasilitas produksi yang diaudit hanya satu atau jika lebih dari satu maka diaudit pada hari yang sama

SISTEM JAMINAN HALAL

— sistem manajemen terintegrasi yang disusun, diterapkan dan dipelihara untuk mengatur bahan, proses produksi, produk, sumber daya manusia dan prosedur dalam rangka menjaga

kesinambungan proses produksi halal sesuai dengan persyaratan LPPOM MUI.

SERTIFIKAT DAN PELABELAN

1. Perusahaan mengajukan sertifikat halal

2. BPJPH (badan penyelenggara jaminan produk halal) 3. Perusahaan mengajukan izin pencantuman logo halal 4. Bpom mengeluarkan izin pencantuman logo halal Kriteria system jaminan halal

Pra syarat

1. Kebijakan halal 2. Tim manajemen halal 3. Pelatikan dan edukasi Isi

4. Bahan 5. Produk

6. Fasilitas produksi Prosedur

7. Prosedur tertulis untuk aktifitas kritis 8. Kemampuan telusur

9. Penanganan produk yang tidak memenuhi kriteria Evaluasi

10. Audit internal

11. Kaji ulang manajemen

(3)

Sertifikasi halal self declare dengan pola pendampingan PPH

Self Declare adalah pernyataan status halal produk usaha mikro dan kecil oleh pelaku usaha itu sendiri.

Jalur sertifikasi halal dengan Self Declare bagi pelaku usaha mikro dan kecil harus berdasarkan beberapa kriteria di antaranya

• produknya tidak beresiko,

• menggunakan bahan yang sudah dipastikan kehalalannya dan

• proses produksi yang dipastikan kehalalannya serta sederhana.

Selanjutnya bagi pelaku UMK yang melakukan permohonan sertifikasi halal secara self declare harus bersedia melengkapi dokumen pengajuan sertifikasi halal dengan mekanisme pernyataan mandiri secara online melalui SIHALAL yaitu :

• Permohonan pendaftaran sertifikasi halal

• Akad/ikrar berisi pernyataan kehalalan produk dan bahan yang digunakan dalam proses produk halal

• Pengolahan produk yang terdiri dari dokumen pembelian, penerimaan dan penyimpanan bahan yang digunakan, alur proses produksi, pengemasan, penyimpanan produk jadi, dan distribusi

• Kesediaan untuk didampingi oleh pendamping Proses Produk Halal (PPH)

• Data Penyelia halal berupa salinan KTP, daftar riwayat hidup, dan surat pengangkatan penyelia halal

Template manual Sistem Jaminan Produk Halal (SJPH) yang diisi dengan lengkap

• Foto/video terbaru saat proses produksi

Setelah semua dokumen persyaratan terpenuhi, maka akan dilakukan proses pendampingan oleh PPH jika sudah diverifikasi oleh pendamping PPH maka akan dilanjutkan ke pengajuan fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk mendapatkan ketetapan kehalalan produk. Dengan adanya fatwa halal secara tertulis dari MUI, selanjutnya BPJPH akan menerbitkan sertifikat halal.

Persyaratan pelaku usaha PERSYARATAN UMUM

v Belum pernah mendapatkan fasilitasi sertifikat halal dan tidak sedang/akan menerima fasilitasi sertifikasi halal dari pihak lain.

v Memiliki aspek legal yaitu Nomor Induk Berusaha (NIB);

v Memiliki modal usaha/aset dibawah Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah) yang dibuktikan dengan data yang tercantum dalam NIB).

v Melakukan usaha dan berproduksi secara kontinu minimal 3 (tiga) tahun.

PERSYARATAN KHUSUS

Ø Memiliki fasilitas produksi dan/atau outlet paling banyak 1 (satu).

Ø Bersedia memberikan foto terbaru saat proses produksi.

(4)

Contoh bentuk produk olahan dari bahan nabati : - Dried Products

Titik keharaman -> maltodextrin dibuat dg enzim, laktosa pemisahan whey (dr hwn halal/tdk), minyak nabati (karbon aktif) - Tepung terigu

Titik keharaman -> coating/pelapis dr gelatin (sumber), fermentasi di cek media produksiny

- Oleoresin(cabe,rempah-rempah)

Titik keharaman -> minyak nabati, emulsifier - Emulsi fiernabati(soyalecithin, mono/digliserida)

Titik keharaman -> enzim

- Hydrolized Vegetable Protein(HVP) - Minyak Nabati dan Margarin

- Jam/Selai,

- Manisan Buah-buahan - Sari buah & Konsentrat - Buah-buahan Kalengan Titik kritis bahan hewani

Ada dua cara proses pencucian produk yang tathir syar’i : a)Pengucuran: dengan cara mengucurkan/mengalirkan air ke produk.

Contoh:

▪ Produk dialiri dengan air pada tahap pemurnian produk

▪ Produk disemprot (spray) dengan air di drum dryer pada tahap pengeringan

b)Perendaman: dengan merendam produk dalam air minimal 270 liter atau dengan menambahkan air ke dalam produk sampai airnya mencapai volume minimal 270 liter. Contoh:

▪ Penambahan air > 270 liter dan bahan -bahan media pada tahap fermentasi

▪Penambahan air > 270 liter dan activated carbon kedalam produk pada tahap pemurnian produk

Catatan: Proses pencucian dilakukan hingga hilang sifat dari najis, sehingga harus dilakukan verifikasi setelah pencucian untuk membuktikan hilangnya bau dan warna dari najis. Cara verifikasi dapat ditentukan sendiri oleh perusahaan.

(5)

Produk microbial, titik kritis dan penggunaanya Contoh Produk Mikrobial

• Cheese

• Yoghurt

• Soya sauce

• Alkohol beverage (beer, wine, sake) • Probiotic

• Solvent (ethanol, acetone)

• Asam amino

• Enzyme

• Biosurfactan

• Antibiotik, hormon (insulin, interferon, steroid)

• Vitamin (B2,B12,Vit C)

• Flavor enhancer (MSG)

• Food Supplement (Spirulina)

Fatwa Nomor 01 Tahun 2010: Penggunaan mikroba dan produk microbial dalam produk pangan

1. Mikroba pada dasarnya halal selama tidak membahayakan dan tidak terkena barang najis.

2. Mikroba yang tumbuh pada media pertumbuhan yang suci hukumnya halal.

3. Mikroba yang tumbuh pada media pertumbuhan yang najis, apabila dapat dipisahkan antara mikroba dan medianya maka hukumnya halal setelah disucikan.

4. Produk mikrobial dari mikroba yang tumbuh pada media pertumbuhan yang suci hukumnya halal.

5. Produk mikrobial dari mikroba yang tumbuh pada media pertumbuhan yang najis, apabila dapat dipisahkan antara mikroba dan medianya maka hukumnya halal setelah disucikan.

6. Mikroba dan produk mikrobial dari mikroba yang memanfaatkan unsur babi sebagai media pertumbuhan hukumnya haram.

7. Mikroba dan produk mikrobial dari mikroba yang tumbuh pada media pertumbuhan yang terkena najis kemudian disucikan secara syar'i (tathhir syar'an), yakni melalui produksi dengan komponen air mutlaq minimal dua qullah [setara dengan 270 liter]) hukumnya halal.

Isolate MG -> brsl dr GMO dilihat dr sumberny Alur sertifikasi halal melalui jalur regular

1. Pelaku usaha mendaftarkan sertifikat halal di sihalal

(6)

2. BPJPH memverifikasi dokumen

3. LPH menghitung dan mengirim biaya pemeriksaan 4. BPJPH menerbitkan tagihan pembahayan

5. LPH melakukan pemeriksaan/uji produk

6. BPJPH menerbitkan surat tanda terima dokuman (STTD) 7. BPJPH melakukan verifikasi bukti bayar

8. Pelaku usaha melalukan pembayaran dan upload bukti 9. MUI melakukan siding fatwa

10. BPJPH melakukan penerbitan sertifikat halal 11. Pelaku usaha mengunduh sertifikat halal di sihalal

Jangka waktu pembayaran oleh pelaku usaha selama 10 Hari kerja sejak tagihan diterbitkan oleh BPJPH.

BPJPH akan membatalkan pendaftaran secara sepihak jika pelaku usaha tidak melakukan pembayaran dalam jangka waktu yang ditentukan

Penyelia Halal -> orang yg bertanggung hawab thd proses produk halal

Tugas penyelia halal:

a. menerapkan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai JPH;

b. menerapkan sistem JPH;

c. menyusun rencana PPH;

d. menerapkan manajemen risiko pengendalian PPH;

e. mengusulkan penggantian Bahan;

f. mengusulkan penghentian produksi yang tidak memenuhi ketentuan PPH;

g. membuat laporan pengawasan PPH;

h. melakukan kaji ulang pelaksanaan PPH;

i. menyiapkan bahan dan sampel pemeriksaan untuk Auditor Halal;

dan

j. menunjukkan bukti dan memberikan keterangan yang benar.

Referensi

Dokumen terkait

(2) Produk Halal, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak perlu diajukan permohonan Sertifikat Halalnya sepanjang Sertifikat Halal diterbitkan oleh lembaga halal luar

Manajemen produsen dalam menjamin kehalalan produk yang mencakup sistem manajemen secara umum, sistem jaminan halal, sistem administrasi, dokumen pendukung kehalalan

memenuhi kriteria standar halal, maka tidak dapat diajukan ke komisi fatwa dan direktur LPPOM MUI akan menerbitkan surat kepada pelaku usaha pengusul bahwa pruduknya

Hal 119-130 Tahap Rangkaian Proses Penebitan sertifikat halal Berdasarkan data yang diinput dan pernyataan kehalalan produk oleh pelaku usaha, pendamping melakukan verifikasi dan

Tim pengabdi memberikan pemaparan ulang Gambar 3 kepada UMKM yang tidak mengikuti workshop Kader Penggerak Halal mengenai kualifikasi dan standar produk halal, serta sertifikat jaminan

Cake B Sertifikat Halal Self Declare 11 Laelatul Mubarokah Elmas Alfarizky A.16.5 Kedai Makanan C Sertifikat Halal Reg- uler 12 Nurul Hasanah Muhammad Fachruzaky A.16.7 Jasa

Pengertian Sertifikat Halal Sertifikat halal adalah suatu fatwa tertulis dari Majelis Ulama Indonesia MUI yang menyatakan kehalalan suatu produk sesuai dengan syariat Islam.46

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor : 44 Tahun 2020 Tentang PENGGUNAAN NAMA, BENTUK DAN KEMASAN PRODUK YANG TIDAK DAPAT DISERTIFIKASI HALAL Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia