• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil dan Pembahasan Praktikum Monolith

N/A
N/A
Syaharani Marwanti

Academic year: 2025

Membagikan "Hasil dan Pembahasan Praktikum Monolith"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil

No Lapisan Spesies Jumlah

Frekuensi keberadaan

jenis

Nilai kekayaan

jenis

Nilai kelimpahan

jenis

Nilai kemerataan

jenis

1. 0-10 Semut 3 0,2 0,37 -0,50 -0,72

Cacing 12 0,8

2. 10-20 Semut 1 0,25 0,72 -0,56 -0,8

Cacing 3 0,75

3. 20-30 - - - - - -

B. Pembahasan

Pada praktikum monolith dilakukan pembuatan monolith pada lahan kacang Panjang yang berlokasi pada Lahan Atas Fakultas Pertanian Universitas Andalas.

Dengan ukuran monolith yaitu 15cmx15cmx30 cm, yang dibagi menjadi tiga lapisan yang diamati makroorganisme yang terdapat pada setiap lapisan monolith tersebut.

Saat dilakukan pengamatan terhadap monolith tersebut yang diawali dengan mengamati lapisan 0-10 cm didapatkan beberapa jenis makroorganisme yang ditemukan. Pertama ditemukan semut yang terdapat di rongga tanah dengan jumlah paa lapisan ini yaitu 3 ekor, kemudian ditemukan banyak cacing dengan varian ukuran sebanyak 12 buah. Pada lapisan ini hanya ditemukan dua makro fauna tersebut. Sehingga pada lapisan ini ditemukan 15 makrofauna saja

Kemudian diamati lapisan kedua yaitu pada kedalaman 10-20, pada lapisan ini tanah lebih padat dan tidak seberongga lapisan sebelumnya dan makrofauna yang ditemukan pun tidak sebanyak lapisan sebelumnya Dimana pada lapisan ini juga ditemukan semut namun hanya 1 buah selanjutnya ditemukan juga cacing dengan warna cacing yang lebih gelap dibanding lapisan sebelumnya dan juga dengan perbedaan ukuran yaitu cacing disini ditemukan sebanyak 3 ekor saja sehingga seluruh makrofauna yang ditemukan pada spesies ini hanyalah 4 ekor. Selanjutnya diamati makrofauna pada lapisan lebih dalam yaitu lapisan 20-30, pada lapisan ini

(2)

tidak ditemukan makrofauna apapun, baik semut, cacing ataupun makrofauna yang lainnya.

Perbedaan makrofauna yang ditemukan pada setiap lapisan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pada lapisan 0-10 ditemukan lebih banyak makrofauna hal ini dapat disebabkan paa lapisan ini tanah masih memiliki banyak rongga udara yang dibentuk oleh masih banyaknya perakaran tanaman sehingga makrofauna lebih intens hdup dilapisan ini, kemudian Cahaya matahari yang dibutuhkan makrofauna dalam keberlangsungan hidup juga masih dapat menembus rongga udara.

Jika kita lihat dari warna tanah perlapisan juga dapat menjadi pembeda setiap lapisan yaitu pada lapisan 0-10 ini warnanya masih gelap dibanding lapisan lainnya hal ini dapat isebabkan masih banyaknya serasah yang mengalami pelapukan pada lapisan ini sehingga menjadi sumber bahan organik tanah. Karena pada lapisan ini juga makrofauna yang hidup berfungsi menjadi pengurai serasah tapi tiak mendistribusikan ke pori tanah, lapisan 0-10 juga dapat disebut lapisan epigeic.

Kemudian pada lapisan 10-20 ditemukan makro fauna dalam jumlah ang sedikit dibandingkan lapisan 0-10 hal ini dapat disebabkan pada lapisan ini tanah semakin pada dan pada lapisan ini rongga udara mulai sedikit, sehingga menyebabkan kehidupan makro fauna pada lapisan ini sedikit. Kemudian kita lihat dari warna tanah lapisan ini tidak segelap lapisan sebelumnya yang menandakan lapisan ini memiliki jumlah bahan organic yang sedikit sehingga asupan makanan makrofauna sedikit tersedia pada lapisan ini.

Walaupun lapisan ini makrofuna berperan menjadi pendistribusian bahan organik yang telah di uraikan pada permukaan ke pori tanah, namun tetap saja pada lapisan ini jumlah makrofauna yang ditemukan sedikit. Lapisan 10-20 juga disebut dengan lapisan anesic. Pada lapisan yang terakhir yaitu lapisan dengan kedalaman 20-30 tidak ditemukan sama sekali makro fauna, hal ini dapat disebabkan oleh tekstur tanah pada lapisan ini sangat padat sehingga tidak ada rongga udara pada lapisan ini sehingga sulit bagi makro fauna melakukan respirasi.Kemudian warna tanah pada lapisan ini berwarna coklat ke orange an hal ini menandakan tanah pada lapisan ini sangat tidak ada ahan organiknya sehingga tidak ada asupan makanan bagi makrofauna. Alasan lain mungkin karena suhu usaha saat mengidentifikasi monolith sudah siang jadi sulit ditemukan makrofauna pada lapisan tanah.

(3)

BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum yang telah didapatkan maka dapat kita simpulkan yaitu : Monolit Merupakan contoh tanah tidak terganggu yang diawetkan dan sengaja dibuat sebagai alat bantu visual untuk pengajatan tentang sifat-sifat dan jenis tanah. Monolit tanah menggambarkan penampang vertikal dari profil tanah di lapang yang direkatkan pada kerangka yang terbuat dari papan, untuk dipajang. Monolit tanah menggambarkan irisan vertikal tanah dengan posisi alaminya di lapangan.

Berdasarkan sebarannya dalam tanah, makrofauna dapat dikelompokkan dalam makrofauna epigeik, makrofauna anesik, dan makrofauna endogeik. Makrofauna epigeik adalah makrofauna yang hidup di permukaan tanah, memfragmentasi (comminution) dan menguraikan seresah,namun tidak mendistribusikan pada profil tanah. Makrofauna anesik yaitu makrofauna yang mencari makan di permukaan tanah lalu diba'a ke sub soil, mendistribusikan tanah atasan (top soil), mineral dan bahan organik pada profil tanah, Selanjutnya, makrofauna endogeik adalah makrofauna yang hidup dan mencari makan didalam tanah (sub soil), memakan bahan organik dan sisa perakaran, serta menelan mineral tanah.

Dari monolith yang dibuat pada lahan kacang Panjang ditemukan hasil lapisan 0-10 cm didapatkan semut yang terdapat di rongga tanah dengan jumlah pada lapisan ini yaitu 3 ekor, kemudian ditemukan banyak cacing dengan varian ukuran sebanyak 12 buah, lapisan kedua yaitu pada kedalaman 10-20, pada lapisan ini juga ditemukan semut namun hanya 1 buah selanjutnya ditemukan juga cacing dengan warna cacing yang lebih gelap dibanding lapisan sebelumnya dan juga dengan perbedaan ukuran yaitu cacing disini ditemukan sebanyak 3 ekor saja, Sedangkan lapisan terakhir tidak ditemukan makrofauna.

B. Saran

(4)

Berdasarkan pratikum yang dilakukan maka terdapat beberapa saran pada pratikum untuk selanjutnya yaitu : Diharapkan kepada seluruh pratikan dapat membaca dan memahami modul terlebih dahulu sebelum dilakukan pratikum, Diharapkan kepada seluruh pratikan dapat serius dalam melakukan pratikum.

LAMPIRAN A. Dokumentasi

No Dokumentasi Kegiatan

1.

Dibersihkan lahan dari vegetasi dan perakaran disekitarnya

2.

Dibuat monolith dengan ukuran 15cmx15cmx30cm menggunakan

cangkul

3.

Dirapikan monolith dan bagi monolith menjadi 3 lapisan

(5)

4.

Diamati makroorganisme setiap lapisan

5.

dihitung jumlah makro fauna yang ditemukan lalu dicatat

6.

Diamati juga bagaimana perbedaan warna masing-masing

lapisan 7.

Dokumentasi pembuatan monolith

B. Perhitungan 1. lapisan 0-10 Diket : Semut : 3 Cacing : 12

a. frekuensi keberadaan jenis :

(6)

 Spesies semut : 3/15 : 0,2

 Spesies cacing : 12/15 : 0,8

b. Nilai Kekayaan Jenis Dmg : (S-1)/ln N : (2-1)/ln15 : 1/2,7 : 0,37 c. Nilai Kelimpahan Jenis

H’ : (-0,32) + (-0,18) : 0,50

d. Nilai Kemerataan Jenis.

E: H’/ln S : 0,50/ln 2 : 0,72

2. lapisan 10-20 Diket : Semut : 1 Cacing : 3

a. frekuensi keberadaan jenis :

Spesies frekuensi pi ln pi pi* ln pi

semut 3 0,2 -1,61 -0,32

cacing 12 0,8 -0,22 -0,18

(7)

 Spesies semut : 1/4 : 0,25

 Spesies cacing : 3/4 : 0,75

b. Nilai Kekayaan Jenis Dmg : (S-1)/ln N : (2-1)/ln4 : 1/1,4 : 0,72 c. Nilai Kelimpahan Jenis

H’ : (-0,21) + (-0,35) : 0,56

d. Nilai Kemerataan Jenis.

E: H’/ln S : -0,56/ln 2 : -0,8 3. lapisan 20-30 : -

Spesies frekuensi pi ln pi pi* ln pi

semut 1 0,25 -0,28 -0,21

cacing 3 0,75 -1,39 -0,35

(8)

Referensi

Dokumen terkait

Pada pelaksanaan praktikum SHV TA 2011/2012 dan 2012/2013, pengamatan praktikum dipandu dengan buku kegiatan praktikum yang masih belum terdapat panduannya, sehingga

Tujuan dari praktikum kali ini adalah mengetahui aktivitas enzim amilase yang telah diekstrak dari biji-bijian, dalam praktikum kali ini adalah kacang hijau, dengan menggunakan

Pada saat pengamatan terlihat sebagian lahan belum dilakukan penanaman, sedangkan lahan yang ditanam terong, ubi kayudan kacang panjang, terlihat pertumbuhannya sangat

Tanaman kacang panjang yang ditanam pada petak lahan sawah di subak Basang Be dengan pemberian dosis pupuk 10 t/ha akan memberikan hasil benih kacang panjang yang

Berdasarkan hasil pengamatan di lahan ditemukan gejala serangan pada daun tanaman kelapa sawit yang disebabkan oleh ulat kantung (Gambar 6a).. Gejala berupa bekas

Pada Gambar 7, 8 dan 9 terukur range fluks untuk lahan jagung jauh lebih tinggi dibandingkan dengan range fluks dari lahan kacang tanah maupun lahan singkong.. Pada lahan

Survei Lahan Lahan yang digunakan sebagai obyek pengamatan adalah lahan yang ditanami tanaman kacang Panjang pada tiga Desa meliputi: Lahan 1 : Desa Pulau Semambu Lahan 2 : Desa

Dokumen ini membahas tentang tugas praktikum petrologi batuan karbonat dan klasifikasi yang digunakan untuk batugamping