3.1 Pengertian Pembelajaran Kontekstual
Pendekatan kontekstual dalam pembelajaran bertujuan untuk mengaitkan materi ajar dengan realitas kehidupan siswa, sehingga apa yang dipelajari menjadi lebih bermakna dan mudah dipahami melalui pengalaman langsung. Konsep ini berpijak pada teori konstruktivisme yang menyatakan bahwa siswa membangun sendiri pengetahuannya melalui pengalaman langsung dan refleksi terhadap pengalaman tersebut (Suyanto &
Asep, 2015).
Dalam pembelajaran PAI, pendekatan kontekstual berfungsi menghubungkan nilai-nilai agama dengan realitas kehidupan siswa, sehingga ajaran Islam dapat diterapkan secara nyata dalam aktivitas sehari-hari. Misalnya, nilai sabar tidak hanya dipelajari secara teori, melainkan diaplikasikan ketika siswa menghadapi konflik atau tantangan akademik. Konteks tersebut memberikan makna yang mendalam dan pengalaman belajar yang nyata bagi siswa.
3.2 Strategi Pembelajaran Kontekstual Berbasis Nilai Islami
Strategi pembelajaran kontekstual dalam mata pelajaran PAI diterapkan dengan cara menghubungkan ajaran Islam dengan lingkungan sosial dan budaya tempat siswa berada. Dalam proses pembelajaran, guru menyisipkan nilai-nilai Islami seperti kejujuran, tanggung jawab, keadilan, serta empati ke dalam berbagai kegiatan pembelajaran yang dilakukan di kelas. Misalnya, dalam pembelajaran tentang zakat, guru mengajak siswa melakukan simulasi pembagian zakat kepada siswa yang berperan sebagai mustahik (Nurhasanah, 2024).
3.3 Media Pembelajaran Islami yang Sesuai Konteks
Berikut adalah parafrase dari teks tersebut dengan penggunaan bahasa yang berbeda : Media pembelajaran memainkan peran krusial sebagai sarana pendukung yang membantu guru dalam menyampaikan materi, terutama untuk menjelaskan ide-ide yang bersifat abstrak agar lebih mudah dipahami oleh siswa. Dalam praktik pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMA Negeri 23 Batam, beragam bentuk media telah dimanfaatkan untuk menunjang efektivitas proses belajar mengajar.
1. Video Edukasi Islami
Media audiovisual ini menyajikan narasi tentang tokoh-tokoh penting dalam Islam serta kisah teladan yang dikaitkan dengan situasi kehidupan modern. Dengan pendekatan
visual ini, siswa lebih mudah memahami bagaimana nilai-nilai Islami diaktualisasikan dalam kehidupan nyata, sehingga pembelajaran terasa lebih menarik dan relevan.
2. Infografis dan Mind Map Islami
Penggunaan media grafis seperti infografis dan peta konsep bertema Islami sangat membantu dalam menyederhanakan materi-materi kompleks. Tampilan visual yang terstruktur memudahkan siswa dalam mengaitkan ajaran agama dengan konteks kehidupan pribadi mereka.
3. Media Digital yang Interaktif
Teknologi digital seperti aplikasi e-learning, video pembelajaran daring, serta fitur-fitur interaktif lainnya (seperti kuis online dan forum diskusi) dimanfaatkan untuk menciptakan pengalaman belajar yang dinamis. Media ini mendukung pembelajaran jarak jauh sekaligus mendorong keterlibatan aktif siswa dalam proses belajar.
4. Belajar dari Lingkungan Nyata
Guru juga memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar langsung.
Misalnya, siswa diajak berkunjung ke tempat ibadah, mengikuti kegiatan sosial berbasis nilai Islam, atau berpartisipasi dalam program keagamaan masyarakat. Melalui cara ini, siswa dapat merasakan langsung penerapan ajaran Islam di tengah kehidupan bermasyarakat.
Efektivitas penggunaan media sangat bergantung pada kesesuaian antara bentuk media, karakteristik siswa, serta tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Meskipun demikian, masih terdapat kendala seperti keterbatasan fasilitas penunjang dan kesiapan tenaga pendidik dalam menguasai teknologi digital (Huda, 2023).
3.4 Metode Pembelajaran Kontekstual yang Diterapkan
Dalam pembelajaran PAI, metode yang digunakan tidak hanya menitikberatkan pada teori, tetapi juga pada pengalaman nyata dan penghayatan nilai-nilai Islam dalam kehidupan siswa. Berikut beberapa metode yang diaplikasikan:
1. Studi Kasus
Siswa diberikan situasi atau masalah nyata yang relevan dengan kehidupan mereka, kemudian menganalisisnya berdasarkan ajaran Islam. Metode ini mengasah kemampuan berpikir kritis serta pemahaman nilai moral dan etika dalam Islam.
2. Bermain Peran (Roleplay)
Siswa secara langsung mempraktikkan tata cara ibadah atau perilaku Islami dalam simulasi yang dibuat. Metode ini membantu siswa memahami dan menginternalisasi ajaran agama melalui pengalaman praktik, seperti simulasi wudhu atau shalat berjamaah.
3. Diskusi Kelompok dan Kolaborasi
Dalam metode ini, siswa diajak berdiskusi dan bekerja sama dalam kelompok untuk mengeksplorasi masalah sosial dari sudut pandang Islam. Proses ini melatih keterampilan komunikasi, toleransi, dan pemecahan masalah secara kolektif.
4. Refleksi dan Jurnal Harian
Siswa menulis catatan pribadi yang mencerminkan penerapan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari mereka. Aktivitas ini memperkuat kesadaran dan memotivasi siswa untuk mengamalkan ajaran Islam secara konsisten.
Dengan berbagai metode tersebut, pembelajaran menjadi lebih dinamis dan bermakna, tidak hanya sekadar transfer ilmu, tetapi juga transformasi sikap dan perilaku siswa sesuai dengan nilai-nilai Islam (Jaelani & Suharyat, 2022).