1 BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penyakit tidak menular saat ini menjadi penyakit yang paling banyak terjadi pada masyarakat dan menjadi perhatian yang serius yaitu hipertensi. Hipertensi merupakan suatu masalah yang paling sering terjadi pada masyarakat yang diakibatkan paling sering karena genetik dan pola hidup dari individu itu sendiri.
Hipertensi sendiri merupakan penyakit yang tidak menular serta sering disebutkan sebagai silent desease, dikarenakan individu tersebut tidak mengetahui jika tekanan darahnya tinggi (Wida dan Keytimu, 2022).
Peningkatan prevalensi kejadian penyakit tidak menular mendorong adanya pemahaman terkait strategi yang dilakukan secara menyeluruh dalam suatu pemecahan dan pengelolaan penyakit tidak menular terutama pada negara yang berkembang. Penyakit tidak menular menjadi isu strategis dalam pedoman SDGs 2030, oleh sebab itu menjadi isu dan priositas utama dalam pembangunan di semua negara (Kemenkes, 2019).
Hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang paling mematikan di dunia, 1 miliyar orang di dunia atau 1 dari 4 orang dewasa menderita hipertensi.
Diperkirakan jumlah penderita akan meningkat menjadi 1.6 miliyar menjelang tahun 2025 (Widyaningrum, Retnaningsih dan Tamrin, 2019). Dua dari pertiga penderita hipertensi berada di negara berkembang yang berpenghasilan rendah dan sedang. Indonesia berada dalam 10 deretan negara dengan angka prevalensi hipertensi tertinggi didunia (Kemenkes, 2019). Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2012 mengatakan bahwa hipertensi 51% beresiko menyebabkan stroke dan 45% dari jantung koroner. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Reiskesdas) tahun 2018 bahwa di Indonesia kejadian hipertensi tahun 2013 dan 2018 pada penduduk yang berusia ≥18 tahun mengalami peningkatan mencapai 25,8% pada tahun 2013 dan mencapai 34,1%
pada tahun 2018. Di Kalimantan Tengah kasus kejadian Hipertensi mencapai
30,8% (Kemenkes, 2018). Kalimantan Tengah pada tahun 2020 dengan kisaran usia 25-60 tahun yaitu sebesar 10.576 kaus lama dengan penambahan kasus sebanyak 1.124 pertahun.
Data tersebut diatas menegaskan jika penyakit hipertensi adalah penyakit yang memerlukan penanganan yang lebih serius terutama untuk mengatasi komplikasi yang dapat terjadi seperti stroke, kerusakan ginjal dan serangan jantung.
Kepatuhan dalam pengobatan hipertensi dapat dilihat dari rajinnya pasien dalam mengambil dan mengkonsumsi obat sesuai jadwal dan obat dikonsumsi setiap hari bukan hanya saat kepala sakit dan tekanan darah saat diukur tinggi (Toulasik, 2019). Penanganan dan pengendalian hipertensi, salah satunya dengan adanya dukungan baik dari pemerintah, swasta, organisasi profesi, seluruh masyarakat dan unit terkecil seperti keluarga (Kemenkes, 2019). Penanganan dan pengendalian ini tergantung dari individu yang patuh atau tidak terhadap suatu tindakan untuk mengurangi faktor resiko. Kepatuhan ini memerlukan adanya suatu tindakan nyata dan kebijakan strategis untuk mengatasinya sejak awal pasien didiagnosis hipertensi. Kepatuhan terkait meminum obat hipertensi khususnya jika diterapkan akan mampu mengendalikan resiko yang berkelanjutan (Aspiah, 2021).
Menurut hasil studi yang dilakukan (Violita, Thaha dan Dwinata, 2015), bahwa adanya suatu hubungan antara tingkat pengetahuan, dukungan keluarga dan dukungan petugas kesehatan terhadap kepatuhan minum obat pasien hipertensi.
Family support sangat diperlukan dalam mengendalikan penyakit, serta adanya keterlibatan keluarga dalam perawatan serta memberikan perhatian kepada keluarganya dan mampu mempengaruhi terhadap kesembuhan pasien (Muthmainnah, Kunoli dan Nurjanah, 2020).
Menurut Susanto (2015) individu membutuhkan orang lain untuk dapat memberi dukungan sebagai upaya memperoleh kenyamanannya. Individu dengan tingkat dukungan keluarga yang tinggi memiliki perasaan yang kuat bahwa individu
tersebut ingin dihargai dan dicintai. Individu dengan dukungan keluarga yang tinggi akan merasakan bahwa diperdulikan dan rasa membutuhkan yang tinggi.
Keluarga merupakan sistem support yang sangat berarti dalam hal memberikan petunjuk terkait kesehatan mental pasien, peristiwa dalam hidupnya dan sistem dukungan yang diterima. Dukungan keluarga dibagi menjadi empat indikator yaitu dukungan keluarga instrumental, informasional, penghargaan dan emosional. Dukungan sosial keluarga merupakan dukungan yang dirasakan oleh anggota keluarga, seperti pencarian informasi, penyebaran informasi bantuan finansial dan bantuan dalam memecahkan masalah (Friedman, 2014). Dukungan keluarga penting bagi kesehatan lanjut usia terutama fisik dan emosional. Lansia yang sering ditemani dan mendapatkan dukungan akan mempunyai kesehatan mental yang baik (Widowati, Purwanto dan Noorma, 2018).
Lansia atau lanjut usia merupakan proses terjadinya penurunan kemampuan akal dan fisik dari seseorang, yang dimulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Ketika manusia mencapai masa lansia maka seseorang akan mengalami perubahan peran dan fungsi tubuhnya (Azizah, 2011). Menurut (WHO), bahwa lansia dikelompokkan menjadi usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun;
lansia (elderly) 60-74 tahun; lanjut usia tua (old), 75- 90 tahun; usia sangat tua (every old), adalah usia diatas 90 tahun.
Menurut WHO, pada tahun 2020 angka lansia mencapai 11.34% atau tercatat 28,8 juta orang. Penyakit terbanyak pada usia lanjut berdasarkan Riskesdas 2013 mulai pada lansia kelompok umur 55-64 tahun sebesar 45,6%, kelompok umur
>75 tahun sebesar 62,6%. Prevalensi penderita hipertensi yang didapatkan melalui studi pendahuluan di wilayah kerja Puskesmas Kasongan Kecamatan Katingan Hilir dikategorikan bahwa lansia di usia 60-90 berjumlah laki-laki 239 dan perempuan 279 sehingga total lansia 518 orang, usia >70 tahun laki-laki 89 dan perempuan 94, sehingga total 183. Dari jumlah total keseluruhan lansia ada 150 yang mengalami hipertensi. Berdasarkan data dari pemegang program lansia mengatakan bahwa hanya ada 40 orang lansia yang rutin melakukan pemeriksaan
kesehatannya. Berdasarkan data yang didapat penyebab hiperetensi di wilayah kerja Puskesmas Katingan Hilir adalah pola hidup dimana hal yang dimaksudkan adalah pola makan yang tidak terkontrol dan kebanyakan suka tidur larut malam, suka mengkonsumsi makanan diawetkan seperti ikan asin yang tinggi garam, mengkonsumsi makanan olahan dari bahan makanan babi dan sapi, serta adanya dukungan keluarga yang kurang ditandai dengan lansia yang mengatakan bahwa mereka tidak keposyandu karena tidak ada keluarga yang mengantarkan mereka karena bekerja dan sebagainya.
Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi terutama pada usia lanjut karena dengan bertambahnya usia seseorang maka semakin tinggi resiko hipertensi. Hal ini sering dipicu oleh perubahan alamiah didalam tubuh yang mempengaruhi jantung, pembuluh darah dan hormon (Susilo dan Wulandari, 2011). Dukungan keluarga dalam membantu lansia mematuhi pengobatan hipertensi sangat penting. Menurut penelitian Dalyoko (2011), beberapa hal yang dapat dilakukan dalam upaya pengendalian hipertensi yaitu dengan cara farmakologis dan non farmakologis. Terapi secara farmakologis yaitu dengan patuh mengkonsumsi obat-obatan anti hipertensi, sedangkan secara non farmakologis diantaranya dengan olahraga teratur, istirahat yang cukup , menghindari alkohol, pijat hipertensi. Mengatur pola makan dan mengurangi konsumsi garam. Kepatuhan dalam meminum obat anti hipertensi dan rutin memeriksakan penyakit tersebut diperlukan dukungan dari keluarga.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yeni (2016) diperoleh bahwa dukungan keluarga sangat terkait dengan kepatuhan pengobatan hipertensi.
Peneliti melakukan studi pendahuluan terhadap 10 lansia didapatkan data bahwa 50% lansia mendapatkan dukungan yang baik dari keluarganya hal itu di kuatkan dengan hasil wawancara sederhana, lansia mengatakan bahwa mereka selalu mendapat dukungan dari anak-anaknya terutama dalam hal mengantarkan mereka untuk kontrol tekanan darah ke Puskesmas, memberikan nasehat untuk menjaga pola makan dan selalu memberikan semangat agar selalu menjaga pola
makan supaya tidak ada keluhan pusing, kemudian 50% mengatakan bahwa mereka memiliki anak-anak tetapi mereka sibuk dengan pekerjaan mereka sehingga lansia tidak bisa kontrol setiap minggu karena tidak ada yang mengantarkan ke Puskemas, mereka juga mengatakan karena anak-anaknya bekerja mereka bisa dengan bebas memakan makanan dirumah tanpa ketahuan anak-anaknya. Terkait kepatuhan minum obat 60% lansia tidak patuh minum obat karena mengatakan sudah cape minum obat setiap hari dan juga kalau tidak pusing lansia tidak mengkonsumsi obat hipertensi, jika lansia makan yang tidak dianjurkan oleh tenaga kesehatan maka barulah mereka meminum obat hipertensi. 40% mengatakan bahwa patuh minum obat karena pernah merasakan sakit kepala sampai tidak bisa bangun, sehingga saat ini selain menjaga pola makan mereka juga patuh meminum obat hipertensi setiap hari sesuai anjuran.
Berdasarkan fenomena diatas maka peneliti tertarik mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada pasien lansia dengan penyakit hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Kasongan Kecamatan Katingan Hilir.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan pada latar belakang tersebut maka peneliti merumuskan masalah yaitu apakah ada hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada pasien lansia dengan penyakit hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Kasongan Kecamatan Katingan Hilir.
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Menganalisis hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada pasien lansia dengan penyakit hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Kasongan Kecamatan Katingan Hilir.
1.3.2. Tujuan Khusus
1.3.2.1. Mengidentifikasi dukungan keluarga pada lansia dengan penyakit hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Kasongan Kecamatan Katingan Hilir.
1.3.2.2. Mengidentifikasi kepatuhan minum obat pada lansia dengan penyakit hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Kasongan Kecamatan Katingan Hilir.
1.3.2.3. Menganalisis Hubungan dukungan dukungan keluarga pada lansia dengan penyakit hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Kasongan Kecamatan Katingan Hilir.
1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Institusi kesehatan
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai gambaran bagi Puskesmas Kasongan untuk melakukan evaluasi pelayanan kesehatan khususnya pada lansia dengan hipertensi.
1.4.2. Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber informasi untuk kegiatan tri dharma perguruan tinggi seperti kegiatan pengabdian kepada masyarakat khususnya lansia dengan hipertensi.
1.4.3. Perawat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan pelayanan keperawatan kepada lansia dengan hipertensi seperti memberikan edukasi kesehatan
1.4.4. Bagi responden
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan gambaran kepada responden tentang pentingnya dukungan keluarga dalam kepatuhan minum obat.
1.4.5. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber rujukan untuk penelitian berikutnya dengan meneliti variabel lain.
1.5. Penelitian Terkait
1.5.1. Penelitian oleh Sumantra, Kumaat dan Bawotong (2017) dengan judul Hubungan dukungan Informatif dan Emosional keluarga dengan kepatuhan minum obat pada lansia hipertensi di Puskesmas Ranomuut Kota Manado. Tujuan penelitian ini mengetahui hubungan dukungan informatif dan emosional keluarga dengan kepatuhan minum obat pada lansia hipertensi. Dimana metode penelitian yang digunakan desain analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini variabelnya dependennya adalah dukungan informatif dan dukungan emosional sedangkan pada penelitian saya variabelnya dukungan keluarga secara umum, kemudian variabel independennya adalah kepatuhan minum obat dimana akan dihubungkan antara dukungan keluarga yang baik atau kurang dengan kepatuhan minum obat dimana akan ada patuh dan tidak patuh. Perbedaan penelitian ini tidak hanya pada variabel dependennya tetapi juga dari sampel, responden dan tempat penelitiannya.
1.5.2. Penelitian oleh Widyaningrum, Retnaningsih dan Tamrin (2019). Judul penelitian Hubungan Dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada lansia hipertensi. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat lansia hipertensi di wilayah Puskesmas Gayamsari Kota Semarang. Metode yang digunakan adalah deksriptif korelasi dengan pendekatan Cross Sectional dan instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Variabel yang digunakan pada penelitian ini sama yaitu dukungan keluarga dimana apakah memiliki dukungan keluarga yang baik, cukup atau kurang dan dihubungkan dengan kepatuhan minum obat (tinggi, sedang dan rendah), yang menjadi batasan dengan penelitian yang akan diteliti adalah memiliki karakteristik responden yang berbeda dimana wilayah Jawa akan berbeda dengan Kalimantan yang memiliki pengaruh budaya masing-masing terutama dalam pola hidup, makanan dan kebiasaan yang dapat memicu kejadian hipertensi dan kepatuhan minum obat hipertensi.