Hubungan frekuensi kekambuhan kejang dengan perubahan fungsi kognitif pada pasien epilepsi di Klinik Rawat Jalan Neurologi RS Budhi Asih. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan frekuensi kekambuhan kejang dengan perubahan fungsi kognitif pada pasien epilepsi dewasa di Poliklinik Neurologi RS Budhi Asih.
Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil wawancara pertama yang dilakukan peneliti pada pasien epilepsi poliklinik neurologi RS Budhi Asih, 5 dari 7 pasien menyatakan bahwa pasien sering lupa barang yang diletakkan, lambat mengingat sesuatu dan kesulitan berhitung. Karena pentingnya memperhatikan penurunan fungsi kognitif pada diri kita, maka peneliti tertarik untuk menyelidiki “Hubungan antara kekambuhan frekuensi kejang dengan perubahan fungsi kognitif pada pasien dewasa penderita epilepsi di poliklinik neurologi RSUD Budhi Asih. ". .
Tujuan Penelitian
Analisis hipotesis: Terdapat hubungan antara frekuensi kekambuhan kejang dengan perubahan fungsi kognitif pada pasien epilepsi di Bagian Rawat Jalan Neurologi RS Budhi Asih. Analisis univariat pada penelitian ini akan menggambarkan distribusi frekuensi: hubungan angka kekambuhan kejang dengan perubahan fungsi kognitif pada pasien epilepsi di poliklinik saraf RSUD Budhi Asih. Distribusi Frekuensi Kejang Berulang Tabulasi silang frekuensi perubahan fungsi kognitif pada pasien epilepsi di poliklinik neurologi RS Budhi Asih disajikan pada Tabel 5.3.
Dengan demikian terdapat hubungan antara frekuensi kekambuhan kejang dengan perubahan fungsi kognitif pada pasien epilepsi di Poliklinik Neurologi RS Budhi Asih. Menurut Sigar, dkk (2017) dalam penelitiannya tentang “Deskripsi fungsi kognitif pada pasien epilepsi di Poliklinik Saraf Prof. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Sigar, dkk (2017) tentang “ Deskripsi fungsi kognitif pada pasien epilepsi di Poliklinik Saraf Prof. RSUP.
Analisis hubungan frekuensi kekambuhan kejang dengan perubahan fungsi kognitif pada pasien epilepsi di Poliklinik Neurologi RS Budhi Asih menunjukkan bahwa sebagian besar responden epilepsi yang mengalami kekambuhan 1-10 kali per bulan (65,7%) tidak mengalami kekambuhan. tidak punya. terjadi penurunan fungsi kognitif dengan rentang skor kognitif (79,3%). Terdapat hubungan antara frekuensi kekambuhan kejang dengan perubahan fungsi kognitif pada pasien epilepsi di Poliklinik Neurologi RS Budhi Asih. Hubungan kepatuhan pengobatan dan frekuensi bangun terhadap fungsi kognitif pada pasien epilepsi di RS Sultan Syarif Mohamad.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui “Hubungan Angka Kekambuhan Kejang Dengan Perubahan Fungsi Kognitif Pada Pasien Epilepsi Dewasa Di Poliklinik Neurologi RS Budhi Asih”. Hubungan frekuensi kekambuhan kejang dengan perubahan fungsi kognitif pada pasien epilepsi dewasa di Klinik Rawat Jalan Neurologis.
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Epilepsi
- Anatomi Fisiologi Sistem Saraf
- Patofisiologis
- Pengertian Epilepsi
- Etiollogi Epilepsi…
- Manifestasi Klinis
- Komplikasi
- Pemeriksaan diagnostic
- Penatalaksanaan Medis Pasien Epilepsi
Ketika asetilkolin dalam jumlah yang cukup disimpan di permukaan otak, pelepasan listrik sel saraf kortikal difasilitasi. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa epilepsi merupakan manifestasi pelepasan muatan listrik sel saraf otak secara berlebihan dan tidak normal yang bersifat spontan dan periodik, ditandai dengan kejang kronis dengan serangan berulang.
Bangkitan Epilepsi
Kejang parsial kompleks melibatkan bagian otak yang bertanggung jawab atas kesadaran dan memori, dan biasanya melibatkan lobus temporal atau frontal serta sistem limbik. Selama kejang parsial kompleks, otomatisme sederhana dan kompleks (aktivitas motorik berulang: tanpa tujuan, tanpa arah, dan aneh) sering terlihat. Saat terbangun, mata penderita akan melihat jauh ke depan atau menengadah ke atas dan tangan akan melepaskan benda yang dipegangnya.
Saat terbangun, penderita akan sadar kembali dan biasanya akan melupakan kejadian yang baru saja dialaminya. Tiba-tiba penderita akan terjatuh disertai teriakan, nafas terhenti sesaat, kemudian disusul rasa kaku pada badan. Setelah terbangun, penderita perlahan akan terbangun dan merasakan tubuhnya terasa lemas dan biasanya akan tertidur setelahnya.
Kejang mioklonik terjadi akibat gerakan sekelompok otot rangka yang tiba-tiba dan tidak disengaja dan biasanya hanya berlangsung sesaat.
Fungsi Kognitif
- Pengertian Fungsi Kognitif
- Ganguan Fungsi Kognitif
- Faktor yang Mempengaruhi pada Fungsi Kognitif
- Pengukuran Fungsi Kognitif
Hubungan kepatuhan pengobatan dan frekuensi kejang terhadap fungsi kognitif pada pasien epilepsi di RS Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Kota Pontianak menunjukkan bahwa sebagian besar pasien mengalami frekuensi kejang 1-10 kali (66,67%). yang dilakukan menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara frekuensi serangan epilepsi dengan gangguan fungsi kognitif pada penderita epilepsi. Hasil studi statistik yang telah dilakukan menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kepatuhan pengobatan dengan gangguan fungsi kognitif pada penderita epilepsi. .
Berbagai metode dapat digunakan untuk mengukur fungsi kognitif, seperti Mini Mental State Examination (MMSE) dan Montreal Cognitive Assessment (MoCA). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Syafii, Indrayana, & Amalia (2016), hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pengujian fungsi kognitif dilakukan pada 45 dari 97 subjek. Pada tes skrining fungsi kognitif global dengan instrumen MoCA-INA, seluruh subjek mengalami gangguan kognitif.
Penelitian serupa dilakukan oleh Sigar et al (2017) tentang “Deskripsi fungsi kognitif pada pasien epilepsi di Poliklinik Saraf Prof.
Kerangka Teori
KERANGKA KERJA PENELITIAN
Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional
Pada penelitian ini, hubungan frekuensi kekambuhan kejang dengan perubahan fungsi kognitif pada pasien dewasa epilepsi di poliklinik saraf RSUD Budhi Asih diselidiki dengan menggunakan analisis Spearman rho. Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji Spearman rho untuk melihat apakah ada hubungan antara frekuensi kejang dengan perubahan fungsi kognitif pada pasien epilepsi di Bagian Rawat Jalan Neurologi RS Budhi Asih. Kemudian dari tabel di atas juga dapat dilihat nilai koefisien korelasinya sebesar 0,737. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang tinggi antara angka kekambuhan kejang dengan perubahan fungsi kognitif pada pasien epilepsi di Klinik Rawat Jalan Neurologi RS Budhi Asih. .
Wiwaha, dkk (2017) mendukung temuan penelitian Hayati (2016). Kesimpulan peneliti terdapat hubungan yang kuat antara frekuensi kekambuhan kejang dengan perubahan fungsi kognitif pada pasien epilepsi di Poliklinik Saraf RS Budhi Asih dengan nilai p-value -0,048 < 0,05 dan. Gambaran frekuensi gangguan fungsi kognitif pada pasien epilepsi di Klinik Rawat Jalan Neurologi RS Budhi Asih mayoritas tidak mengalami penurunan kognitif (normal) dengan skor total.
Penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan kognitif pada pasien epilepsi.
Hipotesa Penelitian
METODELOGI PENELITIAN
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien yang dipantau kesehatannya di poliklinik neurologi RS Budhi Asih. Dalam penelitian ini tidak seluruh anggota populasi menjadi subjek penelitian; sebagian dari populasi yang dijadikan sumber data penelitian disebut sampel. Ditambah 52 sampel dan 10% dropout (5 sampel) Jadi, jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 57 responden sampel.
Teknik pengambilan sampel adalah suatu proses pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampelnya akan sama. Peneliti mengambil sampel dengan menggunakan simple random sampling, dimana pemilihan sampel dengan cara ini merupakan probabilitas yang paling sederhana, untuk mencapai pengambilan sampel. setiap unsur dipilih secara acak sedemikian rupa sehingga nama responden dapat dituliskan pada selembar kertas kemudian dimasukkan ke dalam kotak dan diaduk dan diambil secara acak setelah semuanya terkumpul (Nursalam, Ed2. 2008).
Tempat dan Waktu Penelitian…
Alat Pengumpulan Data
Instrumen atau alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket dengan pertanyaan tertutup dengan menggunakan skala Goodman.
Instrumen Penelitian
Metode Pengumpulan Data
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hayati (2015). Penelitiannya yang bertajuk “Hubungan Kepatuhan Pengobatan dan Frekuensi Gairah terhadap Fungsi Kognitif pada Pasien Epilepsi di RS Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Kota Pontianak” menemukan bahwa sebagian besar pasien mengalami frekuensi serangan 1-10 kali (66,67%). Sejalan dengan penelitian tersebut, Hayati (2015) dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan Kepatuhan Pengobatan dan Frekuensi Gairah terhadap Fungsi Kognitif pada Pasien Epilepsi di RS Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Kota Pontianak” menunjukkan bahwa sebagian besar pasien epilepsi memiliki fungsi kognitif normal ( 64,7%). Hasil penelitian ini berbanding terbalik dengan penelitian Rudolph, & Mohler (2004 dalam Lukas et al. 2016): perubahan neurotransmisi rangsang pada pasien epilepsi berimplikasi pada fungsi kognitif pasca epilepsi.
Berdasarkan hasil pembahasan pada tabel 5.2 dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pasien epilepsi di RS Budhi Asih memiliki fungsi kognitif normal dengan frekuensi 55,8. Penelitian Setiawati (2009) juga menunjukkan adanya hubungan antara frekuensi kekambuhan kejang terhadap fungsi kognitif pasien epilepsi dengan nilai p. . Penelitian ini dapat menjadi rujukan atau referensi bagi peneliti selanjutnya mengenai kejang epilepsi dan gambaran fungsi kognitif pasien epilepsi.
Hubungan tingkat stres dengan frekuensi kekambuhan kejang terhadap fungsi kognitif di RSD Rumah Sakit Saraf.
Etika Penelitian
Anlisa Data
HASIL PENELITIAN
Analisis Bivariat
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa sebagian besar responden epilepsi yang mengalami kekambuhan 1-10 kali per bulan (65,7%) tidak mengalami penurunan fungsi kognitif dengan rentang skor kognitif normal, sedangkan secara kognitif terdefinisi dan mungkin masing-masing 17,1. dulu. Hasil penelitian Sigar et al (2017) menunjukkan bahwa banyak orang yang berusia antara 19 dan 64 tahun mengalami penurunan fungsi kognitif dengan persentase 44%. Menurut Haryanti (2017) dalam penelitiannya yang bertajuk “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fungsi Kognitif pada Pasien Epilepsi”, faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi kognitif pasien epilepsi antara lain usia, jenis kejang, frekuensi kejang, durasi epilepsi, etiologi kejang, dan efek terapeutik. .
Penelitian Haryanti dkk (2017), faktor yang mempengaruhi fungsi kognitif pada epilepsi adalah usia timbulnya kejang, jenis kejang, frekuensi kejang, durasi kejang, etiologi kejang, efek terapi OAE psikososial dan lingkungan. Hasil penelitian pada penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Hayati (2016), hasil penelitiannya menunjukkan bahwa frekuensi kejang berhubungan dengan penurunan fungsi kognitif dengan nilai p-value sebesar 0,000. Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan keperawatan mengenai perawatan pasien epilepsi, perlu dilakukan edukasi kepada mahasiswa tentang pengkajian fungsi kognitif pada pasien epilepsi dan pentingnya mencegah kekambuhan pada pasien epilepsi.
Deskripsi fungsi kognitif pada pasien epilepsi di Klinik Rawat Jalan Neurologis bersama Prof. Karakteristik Pasien Epilepsi Rawat Inap RSU Haji Adam Malik Medan Tahun https://media.neliti.com/media/publications/193379-ID-relations-obedience-berobat-dan-frekuensi.pdf, diakses pada 7 Oktober 2018 di . 17:00:05 WIB). Pola pengobatan dan fungsi kognitif pada pasien epilepsi di RSJ Mutiara Sukma Pola pengobatan dan fungsi kognitif pada pasien epilepsi di RSJ Mutiara Sukma. Fungsi kognitif dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana seluruh masukan sensorik (taktil, visual dan pendengaran) akan diubah, diproses, disimpan dan kemudian digunakan untuk koneksi interneuron yang sempurna sehingga individu mampu menalar masukan sensorik tersebut (Wiyoto, 2012). .