• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN INTENSITAS PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DENGAN KUALITAS TIDUR PADA SISWA KELAS X MIPA DI SMAN 4 MADIUN

N/A
N/A
Wakok kokok

Academic year: 2025

Membagikan "HUBUNGAN INTENSITAS PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DENGAN KUALITAS TIDUR PADA SISWA KELAS X MIPA DI SMAN 4 MADIUN"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

HUBUNGAN INTENSITAS PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DENGAN KUALITAS TIDUR PADA SISWA

KELAS X MIPA DI SMAN 4 MADIUN

Oleh :

RIRI ARUM SUKMADINDA NIM : 201802036

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN

2022

(2)

SKRIPSI

HUBUNGAN INTENSITAS PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DENGAN KUALITAS TIDUR PADA SISWA

KELAS X MIPA DI SMAN 4 MADIUN

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam mencapai gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Oleh :

RIRI ARUM SUKMADINDA NIM : 201802036

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN

2022

(3)
(4)
(5)

LEMBAR PERSEMBAHAN Alhamdulillah hirobbil alamin

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat, Taufiq, Hidayat dan karunia-Nya yang begitu besar yang senantiasa memberikan kemudahan, kelancaran dan kekuatan kepada saya. Semoga keberhasilan ini menjadi satu langkah awal bagi saya untuk menjadi orang yang sukses. Saya persembahkan karya ini untuk :

1. Papa dan Mama tercinta yang selalu memberikan doa, semangat, nasehat dan kasih sayang, dukungan serta pengorbanan yang tak terhingga sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar dan tepat waktu.

2. Keluarga dan saudara yang telah tulus ikhlas memberikan doa, semangat dan dukungannya.

3. Ibu Asrina Pitayanti, S.Kep., Ns., M.Kes selaku dosen pembimbing I yang dengan sabar dalam memberikan bimbingan, nasehat, dukungan, serta mengarahkan saya agar dalam pembuatan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. Ibu Tantri Arini, S.Kep., Ns., M.Kep dan Ibu Kartika, S.Kep., Ns., M.K.M selaku dosen pembimbing II yang dengan sabar dalam memberikan bimbingan, nasehat, dukungan, serta mengarahkan saya agar dalam pembuatan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

5. Ibu Sagita Haryati, S.Kep., Ns., M.Kes selaku ketua dewan penguji yang telah memberikan pengarahan dan ketelitian dalam pengerjaan skripsi ini sehingga menjadi lebih baik.

6. Seluruh dosen prodi Keperawatan dan seluruh dosen STIKES STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun terima kasih atas ilmu yang dibeikan.

7. Sahabat terkhusus Fenna Solekhawati, Ina Kamilatul Habibah, Salsabila Sonya Ramadhani, Siti Nurhalizah, Wahyuni Ayu Prasasti yang selalu kompak menemani, memberikan motivasi, dan semangat serta membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Seluruh teman kelas 8A Keperawatan yang telah memberikan semangat dan dukungan dan bantuan yang kalian berikan, canda, tawa tangis dan perjuangan yang kita lewati bersama.

9. Seluruh teman seperjuangan S1 Keperawatan angkatan 2018 STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun yang tidak dapat saya sebut satu persatu yang selalu memberi semangat dan dukungan.

10. Sahabat yang selalu mau direpotkan Ernita Eka dan Oktavia Nur walaupun sudah sibuk bekerja tetap memberikan semangat, dukungan dan bantuan dalam penyelesaian skripsi ini.

(6)
(7)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Riri Arum Sukmadinda

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat dan Tanggal Lahir : Ciamis, 03 Juni 1999

Agama : Islam

Alamat : Jl. Flores No.16 RT.037 RW.009 Kelurahan Kartoharjo Kecamatan Kartoharjo Kota Madiun

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan : 1. TK Tunas Rimba 2004 – 2006 2. SDN 1 KLEGEN Madiun 2006 – 2012 3. SMPN 5 Madiun 2012 – 2015 4. SMAN 4 Madiun 2015 – 2018 5. STIKES Bhakti Husada Mulia

Madiun 2018-2022

Riwayat Pekerjaan : -

(8)

Program Studi Keperawatan

STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2022 ABSTRAK Riri Arum Sukmadinda

HUBUNGAN INTENSITAS PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DENGAN KUALITAS TIDUR PADA SISWA KELAS X MIPA DI SMAN 4 MADIUN 125 halaman + 8 tabel + 2 gambar + 18 lampiran

Media sosial merupakan media online berbasis internet dengan pengguna terbanyak adalah remaja. Penggunaan media sosial secara berlebih dapat menyebabkan ketergantungan yang berdampak buruk pada penurunan kualitas tidur. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis hubungan intensitas penggunaan media sosial dengan kualitas tidur pada siswa kelas X MIPA di SMAN 4 Madiun.

Metode penelitian yang digunakan adalah korelasi dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian sebanyak 105 siswa kelas X MIPA di SMAN 4 Madiun, dengan teknik sampling menggunakan simple random sampling. Uji analisis menggunakan uji Spearman Rank Corelation.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki intensitas penggunaan media sosial tinggi sebanyak 67 siswa (63,8%), dan kualitas tidur kurang sebanyak 60 siswa (57,1%). Hasil uji Spearman Rank Corelation didapatkan value = 0,000 < 0,05 serta koefisien korelasi sebesar 0,420. Ada hubungan antara intensitas penggunaan media sosial dengan kualitas tidur pada siswa kelas X MIPA di SMAN 4 Madiun.

Penggunaan gadget yang tepat akan memberikan manfaat, jika tidak akan menimbulkan ketagihan dan memberikan dampak buruk, sehingga penggunaan media sosial harus seimbang dengan waktu tidur. Bagi pihak orang tua awasi dan berikan waktu luang untuk mengobrol dengan anak agar dapat membatasi diri dalam menggunakan gadget.

Kata Kunci : Media Sosial, Kualitas Tidur, Remaja

(9)

Nursing Program

STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2022 ABSTRACT

Riri Arum Sukmadinda

THE RELATIONSHIP BETWEEN THE INTENSITY OF SOCIAL MEDIA USE AND SLEEP QUALITY IN CLASS X MIPA STUDENTS AT SMAN 4 MADIUN 125 pages + 8 tables + 2 pictures + 18 enclosures

Social media is an online internet based online media with the most users being teenagers. Excessive use of social media can lead to dependence which adversely affects sleep quality. The purpose of this study was to analyze the relationship between the intensity of sosial media use and sleep quality in class X MIPA students at SMAN 4 Madiun.

The research method used is correlation with a cross sectional approach.

The research sample were 105 stundents of class X MIPA in SMAN 4 Madiun, with a sampling technique using simple random sampling. The analysis test used the Spearman Rank Corelation.

The results showed that the majority of respondents had a high intensity of sosial media use as many as 67 stundents (63,8%), and sleep quality as many as 60 stundents (57,1%). The results of the Spearman Rank Correlation test obtained

value = 0,000 < 0,05 and correlation coefficient of 0,420. There is a relationship between the intensity of social media use and sleep quality in class X MIPA students at SMAN 4 Madiun.

The use of the right gadget will provide benefits, if not it will cause addiction and have a bad impact, so the of social media use must be balanced with bedtime. For parents, supervise and give free time to chat with adolescent so they can limit themselves in using gatget.

Keywords : Sosial Media, Sleep Quality, Adolescent

(10)

DAFTAR ISI

Sampul Depan ... i

Sampul Dalam ... ii

Lembar Persetujuan ... iii

Lembar Pengesahan ... iv

Lembar Persembahan ... v

Pernyataan Keaslian Penelitian ... vi

Daftar Riwayat Hidup ... vii

Abstrak ... viii

Abstract ... ix

Daftar Isi... x

Daftar Tabel ... xiii

Daftar Gambar ... xiv

Daftar Lampiran ... xv

Daftar Istilah... xvi

Daftar Singkatan... xvii

Kata Pengantar ... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

1. Tujuan Umum... 7

2. Tujuan Khusus ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

1. Manfaat Teoritis ... 7

2. Manfaat Praktis... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Media Sosial ... 9

1. Definisi Media Sosial ... 9

2. Ciri-ciri Media Sosial ... 10

3. Macam-macam Media Sosial ... 10

4. Situs Media Sosial ... 11

5. Intensitas Penggunaan Media Sosial ... 14

6. Aspek-aspek Intensitas Penggunaan Media Sosial ... 14

7. Faktor yang Mempengaruhi Intensitas Penggunaan Media Sosial ... 16

8. Dampak Penggunaan Media Sosial ... 17

9. Penatalaksanaan untuk Para Pecandu Media Sosial ... 21

B. Konsep Tidur ... 22

1. Definisi Tidur ... 22

2. Fisiolgi Tidur ... 23

3. Tahapan Tidur ... 24

4. Kebutuhan Tidur Sesuai Usia ... 25

(11)

5. Fungsi Tidur ... 25

6. Gangguan Tidur ... 26

7. Kualitas Tidur ... 28

8. Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tidur ... 29

9. Pengukuran Kualitas Tidur ... 32

C. Konsep Remaja ... 34

1. Definisi Remaja ... 34

2. Tahap Perkembangan Remaja ... 34

3. Karakteristik Remaja ... 35

4. Tugas Perkembangan Remaja ... 37

5. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Remaja ... 38

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Kerangka Konseptual ... 40

B. Hipotesis Penelitian ... 41

BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 42

B. Populasi dan Sampel ... 42

1. Populasi ... 42

2. Sampel ... 42

C. Kriteria Sampel ... 44

1. Kriteria Inklusi ... 44

2. Kriteria Ekslusi ... 44

D. Teknik Sampling ... 44

E. Kerangka Kerja Penelitian ... 46

F. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 47

1. Identifikasi Variabel ... 47

2. Definisi Operasional Variabel ... 47

G. Instrumen Penelitian ... 49

1. Kuesioner Intensitas Penggunaan Media Sosial ... 49

2. Kuesioner Kualitas Tidur ... 49

H. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 49

1. Lokasi Penelitian ... 49

2. Waktu Penelitian ... 49

I. Prosedur Pengumpulan Data ... 50

J. Teknik Pengolahan dan Analisa Data ... 51

1. Teknik Pengolahan Data ... 51

2. Teknik Analisa Data ... 58

K. Etika Penelitian ... 59

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 60

B. Karakteristik Responden ... 61

C. Hasil Penelitian ... 62

(12)

D. Pembahasan ... 64

E. Keterbatasan Penelitian ... 70

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 71

B. Saran ... 71

Daftar Pustaka ... 73

Lampiran ... 78

(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Tabel Halaman

Tabel 2.1 Tahapan Tidur ... 24 Tabel 2.2 Kebutuhan Tidur Sesuai Usia ... 25 Tabel 4.1 Definisi Operasional Variabel ... 48 Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di

SMAN 4 Madiun ... 61 Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia di SMAN 4

Madiun ... 61 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi dan Presentase Intensitas

Penggunaan Media Sosial pada Siswa Kelas X MIPA di

SMAN 4 Madiun ... 62 Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi dan Presentase Kualitas Tidur pada

Siswa Kelas X MIPA di SMAN 4 Madiun ... 62 Tabel 5.5 Tabulasi Silang Antara Intensitas Penggunaan Media

Sosial dengan Kualitas Tidur pada Siswa Kelas X MIPA

di SMAN 4 Madiun ... 63

(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Gambar Halaman

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian Hubungan Intensitas Penggunaan Media Sosial dengan Kualitas Tidur pada

Siswa Kelas X MIPA di SMAN 4 Madiun ... 40 Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian Hubungan Intensitas

Penggunaan Media Sosial dengan Kualitas Tidur pada

Siswa Kelas X MIPA di SMAN 4 Madiun ... 46

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Lampiran Halaman

Lampiran 1 Surat Izin Pengambilan Data Awal ... 78

Lampiran 2 Surat Izin Validitas dan Reliabilitas ... 79

Lampiran 3 Surat Izin Penelitian ... 80

Lampiran 4 Surat Selesai Penelitian ... 81

Lampiran 5 Lembar Permohonan Menjadi Responden ... 82

Lampiran 6 Lembar Persetujuan Menjadi Responden (Informed Consent) ... 83

Lampiran 7 Lembar Kisi-kisi Intensitas Penggunaan Media Sosial ... 84

Lampiran 8 Lembar Kuesioner Intensitas Penggunaan Media Sosial .. 85

Lampiran 9 Lembar Penilaian Intentisitas Penggunaan Media Sosial .. 86

Lampiran 10 Lembar Kisi-kisi Kualitas Tidur ... 87

Lampiran 11 Lembar Kuesioner Kualitas Tidur ... 88

Lampiran 12 Lembar Penilaian Kualitas Tidur ... 90

Lampiran 13 Data Tabulasi Hubungan Intensitas Penggunaan Media Sosial dengan Kualitas Tidur ... 93

Lampiran 14 SPSS Hasil Validitas dan Reliabilitas ... 98

Lampiran 15 SPSS Hasil Uji Hubungan ... 99

Lampiran 16 Lembar Konsultasi ... 104

Lampiran 17 Jadwal Kegiatan Penelitian ... 105

Lampiran 18 Dokumentasi Penelitian ... 106

(16)

DAFTAR ISTILAH

Adolescent : Remaja

Anonymity : Tanpa nama

Apnea : Henti napas saat tidur

Attention : Perhatian

Bivariat : Analisa data yang dilakukan pada dua variabel

Blog : Buku harian atau jurnal online

Body dissatisfaction : Ketidapuasaan tubuh pada individu

Bulbar Syndhrozining Region : Berfungsi melepaskan serotonin pada saat tidur terletak di otak depan bagian tengah

Bullying : Intimidasi

Coding : Pengkodean

Comprehension : Penghayatan Confidentiality : Kerahasiaan

Cross sectional : Pengukuran variabel independen dan dependen secara bersamaan dalam satu waktu

Cyberbullying : Perundungan dunia maya Early adolescent : Remaja awal

Ebook : Elektronik buku

Editing : Mengkoreksi

Entertainment : Hiburan

Entry data : Memasukkan data

Face to face : Tatap muka

Habitual sleep effiecency : Efisiensi kebiasaan tidur Heavy user : Pengguna berat

Hereditas : Pewaris sifat dari induk keturunannya Hipersomnia : Tidur berlebihan, terutama di siang hari Information utility : Informasi

Informed consent : Lembar persetujuan responden

Insomnia : Gangguan tidur akibat kedikmampuan untuk tidur

Insta live : Tayangan video langsung aplikasi intagram kendall’s tau : Uji statistik non parametrik digunakan pada

data berskala ordinal Late adolescent : Remaja akhir

Light user : Pengguna ringan Medium user : Pengguna sedang

Messenger : Layanan pensan instan dalam media sosial Microblog : Kombinasi antara blog dan pesan instan Middle adolescent : Remaja tengah

(17)

DAFTAR SINGKATAN

APJII : Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia

BKKBN : Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional BSR : Bulbar Synchronizing Region

Kemenkes : Kementrian Kesehatan

Kominfo : Kementrian Komunikasi dan Informatika MIPA : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam NREM : Non Rapid Eye Movement

PSQI : Pittsburg Sleep Quality Index REM : Rapid Eye Movement

SAR : Sistem Aktivasi Reticular SMAN : Sekolah Menengah Atas Negeri

SPSS : Statistical Package for the Social Science WHO : World Health Organization

(18)

KATA PENGANTAR Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Intensitas Penggunaan Media Sosial dengan Kualitas Tidur pada Siswa Kelas X MIPA di SMAN 4 Madiun” dengan baik dan tepat waktu.

Tersusunnya skripsi ini tentu tidak lepas dari bimbingan, saran dan dukungan moral kepada peneliti, untuk itu peneliti mengucapkan terimakasih kepada : 1. Drs. Agus Supriyanto, M.Pd selaku Kepala Sekolah SMAN 4 Madiun yang

telah memberikan izin penelitian.

2. Zaenal Abidin, S.KM., M.Kes (Epid) selaku Ketua STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.

3. Mega Arianti Putri, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Ketua Prodi S1 Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.

4. Asrina Pitayanti, S.Kep., Ns., M.Kes selaku dosen pembimbing I yang dengan kesabaran dan ketelitian dalam membimbing.

5. Tantri Arini, S.Kep., Ns., M.Kep dan Kartika, S.Kep., Ns., M.K.M selaku dosen pembimbing II yang dengan kesabaran dan ketelitian dalam membimbing.

6. Guru serta staf di SMAN 4 Madiun.

7. Kedua orang tua saya yang telah memberi semangat, dan doa tanpa henti.

8. Teman-teman dan orang terdekat yang telah memberi dorongan dan bantuan berupa apapun dalam menyusun skripsi ini.

Saya menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak. Semoga senantiasa Allah SWT meridhai segala usaha kita. Aamiin.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Madiun, 17 Juni 2022 Peneliti,

Riri Arum Sukmadinda NIM. 201802036

(19)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebutuhan dasar manusia kebutuhan makanan, minuman, tempat tinggal, seks, udara, kebutuhan rasa aman dan perlindungan, kebutuhan rasa cinta, memiliki dan dimiliki, kebutuhan aktualisasi diri, serta kebutuhan istirahat dan tidur (Potter & Perry, dalam Sariy, 2020). Manusia memiliki kebutuhan fisiologis dan psikologis. Kebutuhan fisiologis contohnya istirahat dan tidur, kebutuhan psikologis contohnya kebutuhan untuk diterima orang lain, kebutuhan dicintai, kebutuhan akan kebebasan dan rasa aman. Setiap manusia menghabiskan sekitar sepertiga waktu dari hidupnya untuk tidur. Tidur merupakan proses penting bagi setiap individu yang berfungsi secara optimal baik sehat maupun sakit. Dalam kondisi istirahat dan tidur, tubuh melakukan proses pemulihan untuk mengembalikan stamina tubuh. Waktu yang diperlukan untuk tidur pada remaja usia 12-18 tahun adalah 8-9 jam. Studi menunjukkan bahwa remaja yang kurang tidur, lebih rentan terkena depresi, tidak fokus dan punya nilai sekolah yang buruk (Kemenkes, 2018). Selain itu kualitas tidur yang buruk akan menyebabkan menurunnya sistem imun dan mudah terserang penyakit, juga dapat menyebabkan gangguan emosi seperti cepat marah, mudah tersinggung, agresif bahkan stres.

Hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menyatakan bahwa pada tahun 2018 pengguna internet persentase paling

(20)

(Kominfo, 2019). Menurut Kominfo (2021) prevalensi pengguna internet di Indonesia meningkat 11% dari tahun sebelumnya, yaitu dari 175,4 juta menjadi 202,6 juta pengguna. Dari survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (2017) remaja merupakan pengguna tertinggi media sosial dengan persentase 75,50%. Menurut Kominfo (2018) batas normal intensitas penggunaan media sosial adalah 1-3 jam. Menurut Hootsuite (We are Social):

Indonesian Digital Report (2021) rata-rata setiap hari waktu menggunakan media sosial melalui perangkat apa pun: 3 jam, 14 menit. Adapun prevalensi pengguna YouTube di Indonesia sebanyak 93,8%, WhatsApp sebanyak 87,7%, Instagram sebanyak 86,6%, dan Facebook 85,5%. Hasil penelitian Nafiah & Kustiningsih (2018) durasi penggunaan media sosial pada remaja siswa kelas VIII di SMP Muhammadiyah 1 Yogyakarta sebagian besar kategori lama sebanyak 42 orang (30,2%). Hasil penelitian dari Suib &

Pratiwi (2020) intensitas penggunaan media sosial pada siswa kelas X di SMK Muhammadiyah 1 Yogyakarta dalam kategori tinggi yaitu sebanyak 22 siswa (31,0%). Hasil penelitian Woran, Kundre, and Pondaag (2020) didapatkan adalah waktu penggunaan media sosial dalam kategori tinggi berjumlah 67 siswa (83,75%).

Secara global prevalensi gangguan kualitas tidur di dunia bervariasi mulai dari 15,3% - 39,2% (Keswara, Syuhada, & Wahyudi, 2019). Di Indonesia, sebagian besar kualitas tidur pada remaja kurang terpenuhi atau <

7 jam setiap malamnya yaitu sebanyak 63% (Khusnal, dalam Keswara et al., 2019). Hasil penelitian Narfiah & Kustiningsih (2018) kualitas tidur dalam

(21)

kategori buruk sebanyak 76 orang (54,7%). Hasil penelitian dari Suib &

Pratiwi (2020) kualitas tidur dalam kategori buruk yaitu sebanyak 47 siswa (66,2%). Sejalan penelitian tersebut hasil penelitian Woran et al. (2020) didapatkan 58 siswa (72,5%) mengalami kualitas tidur yang buruk.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 30 November 2021, kepada 10 siswa-siswi kelas X di SMAN 4 Madiun, mereka semua mengungkapkan bahwa mereka aktif menggunakan media sosial untuk belajar, sebagai hiburan. Adapun media sosial yang sering mereka gunakan yaitu sebanyak 10 pengguna WhatsApp dan Google Classroom, sebanyak 9 pengguna Instagram dan YouTube, sebanyak 7 pengguna TikTok dan Telegram, serta sebanyak 4 pengguna Twitter, Line, dan Facebook. Rata-rata waktu penggunaan media sosial tersebut yaitu selama lebih dari 3 jam dalam sehari, dan 1 orang mengatakan bermain media sosial 15 jam dalam sehari. Sedangkan untuk waktu tidur malam hari, dari 10 siswa didapatkan 7 siswa dengan kualitas tidur buruk (< 8 jam) dan 3 siswa dengan kualitas tidur baik (8-9 jam). Dari 7 siswa yang mengalami kualitas tidur buruk 6 siswa mengatakan pernah mengantuk dikelas.

Masa remaja berada pada tahap krisis identitas, cenderung mempunyai rasa keingintahuan yang tinggi, selalu ingin mencoba hal-hal baru, mudah terpengaruh dengan teman-teman sebayanya. Media sosial menghapus batasan ruang dan waktu, remaja dapat berkomunikasi kapan dan dimanapun mereka berada. Tidak dapat dipungkiri bahwa media sosial mempunyai pengaruh yang besar dalam kehidupan seseorang. Sehingga menyebabkan

(22)

remaja dengan segala karakteristik dan tugas perkembangannya tidak dapat lepas dari berbagai bentuk fasilitas yang ada pada internet. Beberapa alasan remaja sangat lekat dengan media sosial adalah untuk mendapatkan informasi, keperluan belajar dan mengerjakan tugas, untuk mencari perhatian di dunia maya, meminta pendapat, menumbuhkan citra, dan karena media sosial sudah menjadi candu bagi mereka (Sarwono, dalam Sugianto, 2017).

Remaja yang mempunyai media sosial biasanya memposting tentang kegiatan pribadinya seperti insta live, curhatan, dan foto-foto bersama teman atau keluarga. Semakin aktif seorang remaja di media sosial semakin dianggap keren dan gaul. Namun jika remaja yang tidak mempunyai media sosial biasanya dianggap kuno, ketinggalan jaman, tidak mampu dan kurang bergaul. Media sosial memudahkan pengguna dengan fitur-fitur menarik sehingga tidak mudah lepas dari media sosial (Woran, Kundre, & Pondaag, 2020). Media sosial memiliki manfaat yang besar namun terdapat dampak dari penggunaan media sosial yang dapat mengancam perkembangan dan kesehatan remaja.

Penggunaan media sosial yang berlebihan berpengaruh pada beberapa aspek yaitu aspek fisik dan psikologis. Aspek fisik yaitu dapat mengalami kecelakaan jika bermain media sosial tidak kenal waktu dan tempat, berisiko mengalami obesitas jika bermain media sosial diiringi makan camilan tanpa olahraga. Selain itu aspek fisik lainnya yaitu tidur. Usia remaja mulai banyak melakukan aktivitas, karena itu jam tidur akan berubah tergantung aktivitas dan ritme kebutuhan tubuh. Perubahan ini penting untuk dicermati agar

(23)

mendapatkan tidur yang berkualitas. Ada banyak faktor yang mempengaruhi kualitas tidur, termasuk gaya hidup, seperti seseorang yang menggunakan waktu tidurnya untuk bermain media sosial yang dapat mengubah pola tidur, sehingga menyebabkan kualitas tidur yang buruk. Menurut Prasadja, dalam Nafiah & Kustiningsih (2018) kualitas tidur yang buruk akan berdampak pada beberapa faktor: pertama, dapat mengganggu hormon pertumbuhan karena kadar tertinggi dalam hormon pertumbuhan dikeluarkan pada saat tidur sehingga jika remaja kekurangan kualitas tidurnya akan mengganggu sekresi hormon pertumbuhan. Kedua, jika tidur tidak cukup tubuh tidak bisa memperbaiki sel-sel nya, sehingga menyebabkan menurunnya sistem imun dan mudah terserang penyakit. Ketiga, psikologi seseorang yang kualitas tidurnya buruk menyebabkan gangguan emosi seperti cepat marah, mudah tersinggung, agresif bahkan stres. Keempat, menyebabkan rasa kantuk sehingga ketika waktunya melakukan aktivitas atau suatu pekerjaan mengalami kesulitan konsentrasi. Kelima, kualitas tidur yang buruk juga dapat mengganggu ritme tubuh dan menghambat kerja otak mempelajari informasi yang baru. Manfaat tidur akan terasa jika seseorang mendapatkan tidur yang berkualitas. Kualitas tidur yang baik akan menghasilkan kesegaran dan kebugaran di saat terbangun.

Media sosial memberikan kemudahan akses informasi dan komunikasi yang murah untuk dapat terhubung dengan siapapun di dunia, termasuk pada remaja (Aprinta & Dwi, 2017). Kebiasaan remaja menghabiskan waktu yang cukup lama untuk menggunakan media sosial mengakibatkan terganggunya

(24)

pola istirahat dan tidur, sehingga kualitas tidur menjadi buruk (Woran et al., 2020). Menurut hasil penelitian sebelumnya Nafiah & Kustiningsih (2018) pada remaja kelas X di SMP Muhammadiyah 1 Yogyakarta semakin lama durasi penggunaan media sosial semakin buruk kualitas tidur remaja. Sejalan dengan penelitian tersebut menurut hasil penelitian dari Suib & Pratiwi (2020) bahwa remaja yang menggunakan media sosial dalam kategori tinggi mempunyai kualitas tidur buruk. Berdasarkan hasil penelitian Woran et al.

(2020) menyatakan bahwa remaja yang menggunakan media sosial dalam kategori tinggi mengalami kualitas tidur yang buruk. Dari hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa kualitas tidur buruk dapat terjadi karena siswa tidak bisa mengatur waktu untuk menggunakan sosial media sehingga mengalami masalah tidur yang berdampak negatif terhadap kualitas tidur.

Upaya yang bisa dilakukan untuk mengatasi kecanduan penggunaan media sosial perlu edukasi kepada para remaja dan orang tua yang diharapkan dapat berperan dalam mengawasi dan menjaga sang anak tentang penggunaan media sosial guna meminimalisir dampak buruk khususnya dalam hal kesehatan remaja dengan membagi waktu antara bermain media sosial, istirahat/tidur, belajar, sekolah, dan membantu orang tua, serta mencari kesibukan lain seperti aktivitas fisik. Sehingga kualitas tidur remaja dalam keadaan baik. Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk meneliti Hubungan Intensitas Penggunaan Media Sosial dengan Kualitas Tidur pada Siswa Kelas X MIPA di SMAN 4 Madiun.

(25)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti memutuskan masalah sebagai berikut “Apakah ada Hubungan Intensitas Penggunaan Media Sosial dengan Kualitas Tidur pada Siswa Kelas X MIPA di SMAN 4 Madiun?”

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Menganalisis hubungan intensitas penggunaan media sosial dengan kualitas tidur pada siswa kelas X MIPA di SMAN 4 Madiun.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi intensitas penggunaan media sosial pada siswa kelas X MIPA di SMAN 4 Madiun.

b. Mengidentifikasi kualitas tidur pada siswa kelas X MIPA di SMAN 4 Madiun.

c. Menganalisis hubungan intensitas penggunaan media sosial dengan kualitas tidur pada siswa kelas X MIPA di SMAN 4 Madiun.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberi manfaat bagi perkembangan ilmu keperawatan khususnya untuk permasalahan kesehatan remaja dalam hal penggunaan media sosial secara baik dan tidak menimbulkan ketergantungan media sosial yang berdampak buruk pada remaja.

(26)

2. Manfaat Praktis a. Bagi Responden

Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi mengenai intensitas penggunaan media sosial dengan kualitas tidur, sehingga dapat mempertimbangkan dampak negatif, agar mampu memperbaiki kualitas tidur remaja.

b. Bagi STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun

Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk mengembangkan teori dan mengembangkan pengetahuan bagi pembaca tentang kualitas tidur remaja.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat sebagai sarana untuk menambah wawasan dan pengetahuan, serta dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya.

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Media Sosial 1. Definisi Media Sosial

Indonesia adalah salah satu Negara yang menggunakan internet untuk berbagi berbagai macam hal. Hal yang sangat erat kaitannya dengan internet adalah media sosial, dimana semua orang dapat berinteraksi tanpa bertemu secara langsung (Sudiyatmoko, 2014).

Merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016) media sosial adalah laman atau aplikasi yang memungkinkan pengguna dapat membuat dan berbagi isi atau terlibat dalam jaringan sosial.

Menurut Wikipedia (2021) media sosial adalah sebuah media daring bisa dengan mudah berpartisipasi, berinteraksi, berbagi, dan menciptakan isi blog, jejaring sosial, dan dunia virtual tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu dengan pengguna lain.

Menurut Nasrullah (2016) media sosial adalah medium di internet yang memungkinkan pengguna mempresentasikan dirinya maupun berinteraksi, bekerja sama, berbagi, berkomunikasi dengan pengguna lain dan membentuk ikatan sosial secara virtual.

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa media sosial adalah laman atau aplikasi berbasis internet yang memungkinkan pengguna dapat berinteraksi, berkomunikasi dengan pengguna lain tanpa dibatasi

(28)

2. Ciri-ciri Media Sosial

Media sosial mempunyai ciri-ciri, sebagai berikut (Putra, 2018) :

a. Pesan yang disampaikan tidak hanya untuk satu orang saja tetapi bisa berbagi ke banyak orang.

b. Pesan atau informasi yang disampaikan bebas.

c. Pesan yang disampaikan cenderung lebih cepat dibandingkan media lainnya.

d. Penerima pesan yang menentukan waktu interaksi.

3. Macam-macam Media Sosial

Media sosial dapat dikelompokkan ke dalam beberapa kategori didasarkan atas teori media research (social presence, media richness) dan social processes (self presentation, self disclosure), yang merupakan komponen utama dari media sosial (Selvia, 2021)

Menurut Sudiyatmoko (2014) menyatakan bahwa media sosial dapat dibagi menjadi 6 jenis, yaitu :

a. Proyek Kolaborasi Website

Penggunanya dapat mengubah, menambah, ataupun menghapus konten-konten yang ada di website tersebut, contohnya Wikipedia.

b. Blog dan Microblog

User (pengguna) dapat lebih bebas dalam mengungkapkan suatu hal di blog mereka, contohnya Twitter.

(29)

c. Konten

Pengguna website saling membagikan konten multimedia, seperti ebook, video, foto, dan lain-lain. Contohnya YouTube.

d. Situs Jejaring Sosial

Pengguna website membuat informasi pribadi maupun sosial yang dapat diakses oleh orang lain, baik dalam bentuk video, ebook, gambar, dan lain-lain. Contohnya Facebook.

e. Virtual Game World

Pengguna dapat berinteraksi dengan orang lain dalam wujud avatar yang diinginkan layaknya di dunia nyata melalui aplikasi 3D.

contohnya game online.

f. Virtual Social World

Hampir sama dengan virtual game world namun, virtual social world lebih bebas, dan cenderung ke aspek kehidupan. Contohnya second life.

4. Situs Media Sosial

Menurut Hootsuite (We are Social): Indonesian Digital Report (2021) media sosial yang paling banyak di akses oleh pengguna internet Indonesia dari paling teratas, sebagai berikut :

a. YouTube

YouTube adalah sebuah situs web yang memungkinkan pengguna mengunggah, menonton dan berbagi video secara gratis.

Pemanfaatan YouTube yang lebih nyata dapat berupa :

(30)

1) Memberikan layanan gratis.

2) Men-download (unduh) beberapa video tertentu.

3) Mengakses dan berbagi informasi dalam hal apapun.

4) Mengakses video streaming.

5) Mengenalkan dan memasarkan produk.

6) Mendukung industri hiburan.

7) Mengakses video informatif.

8) Memfasilitasi pengguna menguasai skill dasar membuat video.

(Faiqah, Nadjib, & Amir, 2016) b. WhatsApp

WhatsApp merupakan sebuah aplikasi pesan (messenger) instan dan lintas platform pada smartphone maupun perangkat pc lain yang memungkinkan bertukar pesan tanpa biaya pulsa melainkan menggunakan koneksi internet. Adapun fungsi dan manfaatnya : 1) Personal atau grup chat.

2) Media pendidikan.

3) Media bisnis.

4) Berbagi informasi dan berita.

5) Video dan voice call.

6) Membuat status/story.

7) Media komunitas.

(31)

c. Instagram

Instagram ialah sebuah aplikasi berbagi foto yang memungkinkan pengguna mengambil foto, menerapkan filter digital, dan membagikannya ke berbagai layanan jejaring sosial, termasuk milik instagram sendiri.

d. Facebook

Facebook merupakan jejaring sosial (social network) yang bisa dimanfaatkan oleh para pengguna untuk saling mengenal dan berkomunikasi dalam berbagai keperluan dan juga bersifat rekreasi.

e. Twitter

Twitter adalah layanan jejaring sosial dan mikroblog daring untuk mengirim dan membaca pesan berbasis teks hingga 140 karakter yang dikenal dengan sebutan kicauan (tweet).

f. Line

Line adalah sebuah aplikasi pengiriman pesan instan gratis yang dapat digunakan pada berbagai platform seperti smartphone, tablet, dan komputer/laptop.

g. Tik Tok

Tik Tok adalah aplikasi yang memberikan special effects unik dan menarik yang dapat digunakan oleh penggunanya dengan mudah sehingga dapat membuat video pendek serta dapat dipamerkan kepada teman maupun pengguna lain (Valiant, 2021).

(32)

5. Intensitas Penggunaan Media Sosial

Intensitas adalah sebuah kekuatan yang sifatnya mendukung suatu pendapat ataupun sikap (Chaplin, dalam Aqromy, 2019). Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016) intensitas ialah suatu keadaan tingkatan atau ukuran intensnya. Sehingga dapat diartikan intensitas penggunaan media sosial terdapat dua hal mendasar yang harus diamati yaitu durasi atau lama penggunaan media sosial dan frekuensi atau seberapa sering digunakan. Menurut Kominfo (2018) batas normal intensitas penggunaan media sosial adalah 1-3 jam.

6. Aspek-aspek Intensitas Penggunaan Media Sosial

Menurut Andarwati dan Sankarto, dalam Kilamanca (2010) mengatakan aspek intensitas penggunaan media sosial, yaitu :

a. Durasi

Durasi menyatakan seberapa lama penggunaan media sosial dalam kurun waktu tertentu (per menit atau per jam).

Menurut Syamsoedin (2015) durasi penggunaan media sosial digolongkan, sebagai berikut :

1) Sangat lama : Menggunakan media sosial ≥ 7 jam dalam sehari, kategori ini digolongkan mencapai ketergantungan.

2) Lama : Menggunakan media sosial 5-6 jam.

3) Sedang : Menggunakan media sosial 3-4 jam.

4) Singkat : 1-2 jam.

5) Sangat singkat : < 1 jam.

(33)

b. Frekuensi

Frekuensi menyatakan seberapa sering penggunaan media sosial dalam kurun waktu tertentu (perhari berapa kali).

Sedangkan menurut Laila (2014) mengatakan ada empat aspek intensitas, yaitu :

1) Perhatian (Attention): perhatian individu sesuai dengan minat yang diinginkannya lebih kuat dan intens daripada minat pada aktivitas yang dilakukan bukan karena tertarik.

2) Penghayatan (Comprehension): pemahaman dan penyerapan informasi, adanya usaha individu untuk memahami, menikmati, pengalaman untuk memenuhi dan menyimpan informasi, dan pengalaman tersebut diperoleh sebagai pengetahuan individu.

3) Durasi (Duration): lamanya individu dalam menjalankan perilakunya, dikategorikan sebagai berikut :

a) Pengguna berat (heavy user) : 40 jam per bulan.

b) Pengguna sedang (medium user) : 10 – 40 jam per bulan.

c) Pengguna ringan (light user) : 10 jam per bulan.

4) Frekuensi (frequency): seringnya atau banyaknya pengulangan perilaku, dikategorikan sebagai berikut:

a) Tinggi : ≥ 4 kali/hari.

b) Rendah : 1 – 4 kali/hari.

(34)

7. Faktor yang Mempengaruhi Intensitas Penggunaan Media Sosial Menurut Karman (2013) faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas penggunaan media sosial, yaitu :

a. Informasi (information utility) yaitu untuk memperoleh informasi atau berita online.

b. Hiburan (entertainment) yaitu untuk alasan yang tidak istimewa, hanya untuk kesenangan dan menghabiskan waktu.

c. Membangun hubungan sosial (social relationship) yaitu sebagai mengirim atau menerima pesan, contohnya WhatsApp, Telegram.

d. Membangun identitas diri (personal identity) yaitu untuk menunjukkan siapa dirinya.

Menurut Andarwati dan Sankarto, dalam Fauzi (2015) faktor yang mempengaruhi intensitas penggunaan media sosial, yaitu :

a. Suasana emosional (mood) b. Kognitif.

c. Suasana terpaan.

d. Predisposisi individual.

e. Tingkat identifikasi khalayak dengan tokoh.

Menurut Jaya (2016) faktor yang mempengaruhi intensitas penggunaan media sosial, yaitu :

a. Faktor demografi 1) Usia.

2) Jenis kelamin.

(35)

3) Status ekonomi.

4) Akses internet.

5) Kepemilikan gadget.

b. Faktor lingkungan 1) Teman.

2) Pergaulan.

c. Tujuan pemakaian 1) Bersosialisasi.

2) Hiburan.

3) Mencari status diri.

4) Informasi atau edukasi.

d. Jenis, fitur, dan manfaat media sosial.

e. Durasi penggunaan media sosial.

8. Dampak Penggunaan Media Sosial

Menurut Carroll and Kirkpatrick, dalam Sugianto (2017) menjelaskan adanya media sosial memberi pengaruh kepada penggunanya, baik manfaat atau kerugian. Adapun manfaat dan kerugian media sosial, sebagai berikut :

a. Manfaat media sosial bagi remaja

1) Media sosial memberi kemudahan bagi remaja untuk menjalin hubungan dan kesempatan untuk belajar dengan satu sama lain.

2) Media sosial memberikan lingkungan yang mendukung untuk mengeksplorasi, berbagi dan mendiskusikan kesukaan atau hobi.

(36)

3) Remaja memanfaatkan media untuk mencari jawaban atas masalah mereka.

4) Sebagai sarana hiburan.

b. Kerugian media sosial bagi remaja 1) Cyberbullying

Seiring berkembangnya teknologi, berkembang pula kejahatan. Pengguna mendapatkan tekanan emosional dan menerima kalimat yang mengancam, melecehkan atau memalukan dari remaja lain.

2) Harga diri rendah

Pengguna media sosial digunakan remaja sebagai pelabelan diri untuk menjadi yang “terbaik”. Sebagai contoh remaja berusaha menunjukkan penampilan mereka yang terbaik, dalam segi gaya hidup maupun kemampuan. Hal tersebut membuat remaja yang tidak bisa melakukan hal yang sama akan mengalami pesimis dan menimbulkan harga diri yang rendah.

3) Membuat kecanduan atau ketergantungan

Konten media sosial yang luas, banyaknya fitur menarik, dan memberi kenyamanan bagi remaja membuat remaja tidak bisa lepas dari media sosial, sehingga menyebabkan kecanduan media sosial.

(37)

4) Kehidupan sosial akan terganti

Kemudahan yang diberikan media sosial, membuat remaja memilih berinteraksi melalui media sosial dibandingkan dengan tatap muka. Remaja menjadi kurang sosialisasi dan interaksi jika mereka hanya mengandalkan media sosial.

5) Kualitas tidur buruk

Remaja yang tidak mengenal waktu dan tempat dihabiskan untuk bermain media sosial akan mengakibatkan kecanduan.

Apabila menggunakan media sosial di malam hari tidak jarang akan mengalami kurang waktu tidur, sulit tidur, kelelahan, pola tidur tidak teratur. Sehingga keesokan mereka akan terlambat bangun pagi, saat bangun badan terasa tidak segar dan tidak semangat, hal ini disebut kualitas tidur yang buruk.

6) Kecemasan sosial

Ketergantungan media sosial membuat individu kurang berinteraksi, hal ini membuat seseorang merasa takut jika bertemu dengan orang baru ataupun situasi baru sehingga dapat dikatakan kecemasan sosial.

7) Kestabilan emosi

Konten dari media sosial yang sangat luas membuat penggunanya dengan sangat bebas mengakses dan melihat apapun, termasuk yang mengandung unsur yang memicu perubahan suasana perasaan atau emosi.

(38)

8) Penurunan prestasi akademik

Hal ini terjadi disebabkan tidak efisiennya saat belajar akibat multitasking dengan media sosial dan berkurangnya waktu belajar akibat bermain media sosial.

9) Body dissatisfaction

Media sosial kini memainkan peran dalam menyebarkan informasi mengenai standar ideal fisik dan penampilan yang bagus. Hal ini bisa mempengaruhi persepsi seseorang pada bentuk tubuh ideal yang marak dipublikasikan di media sosial sehingga muncul ketidakpuasan terhadap bentuk tubuhnya.

10) Sarana kriminal

Pihak yang tidak bertanggung jawab menggunakan media sosial untuk melakukan tindakan kriminal, misalnya modus penipuan, dan penculikan.

Sedangkan menurut Wigati (2019) dampak intensitas penggunaan media sosial berlebih :

1) Kurangnya komunikasi atau face to face.

2) Kualitas tidur yang buruk.

3) Rendahnya kemampuan sosial.

4) Depresi.

5) Kecemasan.

6) Bullying.

(39)

9. Penatalaksanaan untuk Para Pecandu Media Sosial

Menurut Makarim (2021) penatalaksanaan kecanduan media sosial, yaitu :

a. Fokus pada orang di sekelilingmu

Fokuskan diri terhadap teman, keluarga ketika sedang menghabiskan waktu bersama.

b. Matikan notifikasinya

Dengan mematikan notifikasi, akan lebih fokus mengerjakan tugas atau hal lainnya yang sedang dikerjakan.

c. Hapus akun yang tidak digunakan

Anda bisa aktif di media sosial yang memang sering digunakan.

d. Perbanyak sosialisasi di kehidupan nyata

Ketika berhadapan secara langsung dengan lawan bicara dapat menciptakan komunikasi lebih intim, bebas dan pastinya menyenangkan.

e. Bersihkan daftar “friends” and “follow

Tidak ada salahnya memeriksa daftar kontak media sosial dan menekan tombol “hapus”. Hal ini bisa membantu membuat perbedaan pada kesehatan mental dan kesejahteraan hidup dalam jangka panjang.

f. Mencari kegiatan lain

Semakin sibuk menghabiskan waktu pada kegiatan lain, maka waktu untuk terpaku pada media sosial akan semakin minim.

(40)

g. Gunakan secara bijak

Semakin banyak media sosial yang dimiliki, akhirnya semakin banyak pula waktu yang akan dihabiskan di dunia maya.

h. Selalu batasi penggunaanya

Cobalah batasi waktu yang anda habiskan di media sosial setiap harinya dengan menggunakan alarm untuk mengontrol penggunaan media sosial. Ketika anda terbiasa membatasi waktu penggunaan media sosial, maka kecanduan media sosial bisa diatasi.

B. Konsep Tidur 1. Definisi Tidur

Tidur ialah keadaan tidak sadar dimana persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan mengalami penurunan atau bahkan tidak dapat dibangunkan kembali dengan indra atau rangsangan yang memadai.

Tidur dibutuhkan oleh setiap individu untuk dapat menjaga status kesehatan pada tingkat yang optimal. Pada saat tidur terjadi proses pemulihan, proses ini bermanfaat untuk mengembalikan keadaan seseorang dalam kondisi semula, dengan begitu tubuh yang tadinya merasa kelelahan akan menjadi segar kembali, dan siap untuk menyelesaikan aktivitas harian. Pada seseorang dengan jumlah tidur yang kurang tubuh akan mengalami cepat lelah serta terjadi penurunan pada kemampuan untuk berkonsentrasi, membuat keputusan dan berpartisipasi dalam aktivitas keseharian (Potter & Perry, dalam Sariy, 2020).

(41)

2. Fisiologi Tidur

Fisiologi tidur adalah pengaturan kegiatan tidur yang melibatkan mekanisme serebral secara bergantian dengan periode yang lebih lama, agar mengaktifkan pusat otak untuk tidur dan terjaga (Potter & Perry, dalam Selvia, 2021). Tidur diatur oleh tiga proses, yaitu :

a. Mekanisme Homeostatis

Sistem Aktivasi Reticular (SAR) berlokasi pada batang otak teratas. SAR terdiri dari sel khusus yang mempertahankan kewaspadaan dan terjaga. SAR menerima stimulus sensori visual, auditori, nyeri dan taktil serta aktivitas korteks serebral (misalnya:

proses emosi dan berfikir). Tidur dapat dihasilkan dari pengeluaran serotonin dari sel tertentu pada otak depan bagian tengah tepatnya disebut daerah Bulbar Synchronizing Region (BSR). Seseorang dapat tertidur atau tetap terjaga tergantung pada keseimbangan impuls yang diterima dari pusat (pikiran), reseptor sensori perifer (misalnya stimulus bunyi atau cahaya), dan sistem limbic (emosi).

b. Irama Sirkadian

Irama sirkadian atau irama diurnal merupakan pola bioritme yang berulang selama rentang waktu 24 jam. Pola tidur bangun terdapat pelepasan hormone tertentu. Melatonin, diaintesis di kelenjar pineal saat waktu gelap, pada siang hari pineal tidak efektif tetapi jika matahari sudah terbenam dan hari mulai gelap pineal mulai memproduksi melatonin, yang akan dilepas ke dalam darah.

(42)

c. Irama Ultradian

Irama ultradian adalah kejadian berulang pada jam biologis yang kurang dari 24 jam. Siklus ultradian, yaitu tidur Rapid Eye Movement (REM) dan tidur Non Rapid Eye Movement (NREM).

3. Tahapan Tidur

Tidur yang normal melibatkan dua fase atau tahapan: tahapan NREM (Non Rapid Eye Movement) dan tahapan REM (Rapid Eye Movement)

Tabel 2.1 Tahapan Tidur

Tahapan Siklus

Tidur Karakter

Tahap 1: NREM 1. Tahap transisi diantara mengantuk dan tertidur.

2. Ditandai dengan pengurangan aktivitas fisiologis yang dimulai dengan menutupnya mata, pergerakan lambat, otot berelaksasi serta penurunan secara bertahap tanda-tanda vital dan metabolism, menurunnya denyut nadi.

3. Seseorang mudah terbangun pada tahap ini.

4. Tahap ini berakhir 5-10 menit.

5. Tahap tertidur ringan.

Tahap 2: NREM 1. Denyut jantung mulai melambat, menurunnya suhu tubuh, dan berhentinya pergerakan mata.

2. Masih relatif mudah untuk terbangun.

3. Tahap ini akan berakhir 10 hingga 20 menit.

4. Tahap awal dari tidur yang malam.

5. Laju pernapasan dan denyut jantung terus melambat karena sistem saraf parasimpatik semakin mendominasi.

6. Otot skeletal semakin berelaksasi, terbatasnya pergerakan dan mendengkur mungkin saja terjadi.

Tahap 3: NREM 1. Pada tahap ini, seseorang yang tidur sulit dibangunkan, tidak dapat diganggu oleh stimuli sensori.

2. Tahap ini berakhir 15 hingga 30 menit.

3. Tahap tidur terdalam.

4. Tidak ada pergerakan mata dan aktivitas otot.

Tahap 4: NREM 1. Tahap ini ditandai dengan tanda-tanda vital menurun secara bermakna dibanding selama terjaga, laju pernapasan dan denyut jantung menurun sampai 20-30%.

2. Seseorang terbangun pada saat tahap ini tidak secara langsung menyesuaikan diri, sering merasa pusing dan disorientasi untuk beberapa menit setelah bangun dari tidur.

3. Ditandai dengan pergerakan mata secara cepat ke berbagai arah, pernapasan cepat, tidak teratur, dan dangkal, otot tungkai mulai lumpuh sementara, meningkatnya denyut jantung dan tekanan darah.

(43)

Tahapan Siklus

Tidur Karakter

Tahap 5: REM 1. Pada pria terjadi ereksi penis sedangkan pada wanita terjadi sekresi vagina.

2. Mimpi yang terjadi pada tahap REM penuh warna dan tampak hidup, terkadang merasa sulit untuk bergerak.

3. Durasi dalam tidur REM meningkat pada siklus dan rata-rata 20 menit.

Sumber : Skripsi Hubungan Intensitas Penggunaan Media Sosial dengan Kualitas Tidur pada Pelajar Kelas X di SMA Negeri 1 Bangkinang Kota pada Masa Pandemi Covid-19 (Selvia, 2021).

4. Kebutuhan Tidur Sesuai Usia

Tabel 2.2 Kebutuhan Tidur Sesuai Usia

Usia Tingkat Perkembangan Jumlah Kebutuhan Tidur 0-1 Bulan Bayi Baru Lahir 14-18 Jam/Hari

1-18 Bulan Masa Bayi 12-14 Jam/Hari

18 Bulan-3 Tahun Masa Anak 11-12 Jam/Hari

3-6 Tahun Masa Prasekolah 11 Jam/Hari

6-12 Tahun Masa Sekolah 10 Jam/Hari

12-18 Tahun Masa Remaja 8-9 Jam/ Hari

18-40 Tahun Masa Dewasa 7-8 Jam/Hari

40-60 Tahun Masa Muda Paruh Baya 7 Jam/Hari

60 Tahun ke atas Lansia 6 Jam/Hari

Sumber : Kebutuhan Tidur Sesuai Usia (Kemenkes, 2018).

5. Fungsi Tidur

Tidur berkontribusi dalam menjaga kondisi fisiologis dan psikologis.

Berikut ini adalah beberapa fungsi tidur : a. Memelihara fungsi jantung

Selama tidur NREM, fungsi biologis lambat. Denyut jantung normal orang dewasa sehat sepanjang rata-rata 70-80 denyut permenit atau kurang jika individu dalam kondisi fisik yang sangat baik. Selama tidur denyut jantung turun sampai 60 denyut permenit atau kurang. Ini berarti bahwa selama tidur jantung berdetak 10-20 kali lebih lambat setiap menit atau 60-120 kali lebih sedikit dalam

(44)

setiap jam. Oleh karena itu, tidur nyenyak bermanfaat dalam mempertahankan fungsi jantung (Potter & Perry, dalam Sariy, 2020).

b. Pembaharuan sel

Tubuh membutuhkan tidur secara rutin untuk memulihkan proses biologis tubuh. Selama tidur, gelombang lambat dan dalam (NREM tahap 4), tubuh melepaskan hormon pertumbuhan manusia untuk perbaikan dan perbaruan epitel dan sel-sel yang khusus seperti sel-sel otak (Putra S. R., 2011). Sintesis protein dan pembelahan sel berguna untuk peremajaan jaringan seperti kulit, tulang, mukosa lambung, dan otak terjadi selama istirahat dan tidur.

c. Penyimpanan energi

Tidur REM berhubungan dengan perubahan aliran darah otak, peningkatan aktivitas korteks, peningkatan konsumsi oksigen dan pelepasan epinefrin. Gabungan kegiatan ini membantu penyimpanan memori dan proses belajar. Selama tidur, otak menyaring informasi yang tersimpan tentang kegiatan hari itu (Potter & Perry, dalam Sariy, 2020).

6. Gangguan Tidur

Gangguan tidur dikategorikan menjadi tiga (Kozier, 2011) yaitu : a. Parasomnia

Parasomnia adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau terjadi selama tidur. Parasomnia terbagi menjadi gangguan terjaga misalnya berjalan dalam tidur, gangguan transisi bangun tidur seperti

(45)

mengigau, parasomnia yang berbubungan dengan tidur REM yaitu mimpi buruk.

b. Gangguan tidur primer

Gangguan tidur primer adalah gangguan yang masalah utamanya berupa masalah tidur seseorang, antara lain :

1) Insomnia

Insomnia merupakan gangguan tidur yang sering terjadi dimana ketidakmampuan untuk tidur dengan jumlah atau kualitas yang cukup, sehingga tubuh terasa tidak segar ketika bangun. Ada tiga tipe insomnia yaitu:

a) Sulit tertidur (insomnia awal)

b) Sulit untuk tetap tidur karena sering terbangun.

c) Terabngun pada dini hari (insomnia terminal) 2) Hipersomnia

Hipersomnia adalah tidur berlebihan, terutama di siang hari.

Pada beberapa kondisi, seseorang menggunakan hypersomnia untuk menghindari dari tanggung jawab selama siang hari.

a) Narkolepsia

Narkolepsia adalah gelombang rasa ngantuk yang berlebihan secara mendadak yang terjadi di siang hari atau disebut juga serangan tidur.

b) Apnea tidur

Apnea tidur adalah henti napas secara periodik selama tidur.

(46)

c) Deprivasi tidur

Deprivasi tidur merupakan gangguan tidur tetapi merupakan akibat dari gangguan tidur. Deprivasi tidur menimbulkan beragam gejala fisiologis dan perilaku.

3) Gangguan tidur sekunder

Gangguan tidur sekunder merupakan gangguan tidur yang disebabkan karena kondisi klinis lain. Gangguan ini dikaitkan dengan kondisi mental, neurologi, atau kondisi lain. Kondisi yang menyebabkan gangguan tidur sekunder adalah depresi, alkoholisme, demensia, parkinsonisme, disfungsi tiroid, penyakit tukak lambung.

7. Kualitas Tidur

Kualitas tidur adalah kemampuan setiap orang untuk mempertahankan keadaan tidur dan untuk mendapatkan tahap REM dan NREM yang seharusnya (Kozier, dalam Sariy, 2020). Kualitas tidur yang baik adalah tidak menunjukkan tanda-tanda kekurangan tidur dan tidak mengalami masalah dalam tidurnya, sehingga orang tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah (Hidayat, dalam Sariy, 2020). Ketika terbangun yang dirasakan adalah kesegaran dan kebugaran.

Kualitas tidur buruk menunjukkan tanda-tanda kekurangan tidur dan mengalami masalah dalam tidurnya. Kualitas tidur buruk akan berdampak pada beberapa faktor: pertama, dapat mengganggu hormon pertumbuhan karena kadar tertinggi dalam hormon pertumbuhan

(47)

dikeluarkan pada saat tidur sehingga jika remaja kekurangan kualitas tidurnya akan mengganggu sekresi hormon pertumbuhan. Kedua, jika tidur tidak cukup tubuh tidak bisa memperbaiki sel-sel nya, sehingga menyebabkan menurunnya sistem imun dan mudah terserang penyakit.

Ketiga, psikologi seseorang yang kualitas tidurnya buruk menyebabkan gangguan emosi seperti cepat marah, mudah tersinggung, agresif bahkan stres. Keempat, menyebabkan rasa kantuk sehingga ketika waktunya melakukan aktivitas atau suatu pekerjaan mengalami kesulitan konsentrasi. Kelima, kualitas tidur yang buruk juga dapat mengganggu ritme tubuh dan menghambat kerja otak mempelajari informasi yang baru (Nafiah & Kustiningsih, 2018).

8. Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tidur

Pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur setiap orang berbeda-beda.

Ada yang kebutuhannya terpenuhi dengan baik, ada pula yang mengalami gangguan. Kualitas tidur seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

a. Usia

Kebutuhan tidur seseorang berkurang karena bertambahnya usia.

Kebutuhan tidur pada anak berbeda dengan orang dewasa, dan kebutuhan dewasa juga berbeda dengan kebutuhan tidur pada lansia (Pemi, dalam Febriani, 2020).

(48)

b. Status Kesehatan 1) Penyakit fisik

Penyakit fisik dapat menyebabkan ketidaknyamanan fisik seperti nyeri, batuk, sesak napas, demam, jantung berdebar dan lainya. Kondisi tersebut mengakibatkan seseorang tidak dapat tidur dengan nyenyak sehingga kebutuhan tidur tidak dapat terpenuhi (Riyadi & Widuri, 2015).

2) Stres psikologis

Cemas dan depresi akan menyebabkan sulit untuk tidur, yang berakibat gangguan pada frekuensi tidur (Riyadi & Widuri, 2015).

c. Gaya Hidup

Rutinitas harian seseorang mempengaruhi pola tidur. Di era globalisasi, banyak remaja yang menyabotase kesempatan mereka untuk beristirahat cukup pada malam hari dengan asyik bermain media sosial sampai dini hari. Perubahan lain yang menggunakan pola tidur merupakan kerja berat yang tidak biasanya, terlihat dalam aktivitas sosial pada larut malam, dan perubahan waktu makan malam. Dengan demikian kebutuhan waktu untuk tidur dapat terganggu, akibatnya kualitas tidur dan kuantitas tidur tidak dapat terpenuhi sesuai dengan tingkat perkembangan (Warahmatillah, dalam Awal, 2017).

(49)

d. Lingkungan

Ventilasi yang baik merupakan esensial untuk tidur yang tenang.

Ukuran, kekerasan, dan posisi tempat tidur mempengaruhi kualitas tidur. Jika seseorang biasanya tidur dengan individu lain, maka tidur sendiri dapat menyebabkan ia terjaga. Selain itu, suara juga mempengaruhi tidur, tingkat suara yang dibutuhkan untuk membangunkan seseorang tergantung dari tahapan tidurnya. Tingkat cahaya juga dapat mempengaruhi kemampuan untuk tidur, beberapa orang terkadang menyukai keadaan gelap dan sementara itu beberapa orang juga menyukai keadaan yang terang (Warahmatillah, dalam Awal, 2017).

e. Aktivitas

Jam hidup manusia terbagi atas tiga tahap yaitu 8 jam bekerja normal, 8 jam berikutnya dipergunakan untuk pekerjaan ringan, dan 8 jam lebihnya dipergunakan untuk istirahat total. Maka dari itu istirahat yang cukup sangat penting demi menjaga kestabilan kerja tubuh dan menghindari berbagai dampak yang timbul akibat dari kurangnya waktu tidur di malam hari oleh aktivitas tambahan (Warahmatillah, dalam Sariy, 2020).

f. Obat-obatan

Obat-obatan yang dikonsumsi ada yang berefek menyebabkan tidur, ada pula yang mengganggu tidur. Obat golongan amfetamin

(50)

diketahui dapat menekan tidur REM dan menyebabkan seringnya terjaga di malam hari (Riyadi & Widuri, 2015).

9. Pengukuran Kualitas Tidur

Pengukuran kualitas tidur dapat diukur dengan menggunakan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). PSQI dikembangkan pada tahun 1988 oleh Buysse yang bertujuan untuk memberikan gambaran yang valid dan standar ukuran kualitas tidur, untuk membedakan kualitas tidur yang “baik” dan tidur yang “buruk”, menyediakan indeks yang mudah dipakai oleh subjek dan diinterpretasi oleh peneliti, serta digunakan sebagai ringkasan dalam pengkajian gangguan tidur yang bisa berdampak pada kualitas tidur. PSQI terdiri dari 9 pertanyaan yang mengukur 7 komponen penilaian, dengan masing-masing diberikan skor dari nol sampai tiga. Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) meliputi :

a. Kualitas tidur (subjective sleep quality)

Evaluasi kualitas tidur secara subjektif adalah evaluasi singkat terhadap tidur seseorang tentang apakah tidurnya baik atau buruk.

b. Latensi tidur (sleep latency)

Latensi tidur adalah durasi mulai dari berangkat tidur hingga tertidur. Seseorang dengan kualitas tidur baik menghabiskan waktu kurang dari 15 menit untuk dapat memasuki tahap tidur selanjutnya secara lengkap. Sebaliknya, lebih dari 20 menit menandakan level insomnia yaitu seseorang yang mengalami kesulitan dalam memasuki tahap tidur selanjutnya.

(51)

c. Durasi tidur (sleep duration)

Durasi tidur dihitung dari waktu seseorang tidur sampai terbangun di pagi hari tanpa menyebutkan terbangun pada tengah malam. Anak remaja yang dapat tidur selama lebih dari 8 jam setiap malam dapat dikatakan memiliki tidur yang baik.

d. Efisiensi kebiasaan tidur (habitual sleep efficiecny)

Efisiensi kebiasaan tidur merupakan rasio persentase antara jumlah total jam tidur dibagi dengan jumlah jam yang dihabiskan di tempat tidur dan dikalikan dengan 100%. Seseorang dikatakan mempunyai kualitas tidur yang baik apabila efisiensi kebiasaan tidurnya lebih dari 85%.

e. Gangguan tidur (sleep disturbance)

Gangguan tidur adalah kondisi terputusnya tidur yang mana pola tidur bangun seseorang berubah dari pola kebiasaannya, hal ini menyebabkan penurunan baik kuantitas maupun kualitas tidur seseorang.

f. Penggunaan obat (sleep medication)

Penggunaan obat-obatan yang mengandung sedatif mengindikasikan adanya masalah tidur. Obat-obatan yang mempunyai efek terhadap terganggunya tidur pada tahap REM. Oleh karena itu, setelah mengkonsumsi obat yang mengandung sedatif, seseorang akan dihadapkan pada kesulitan untuk tidur yang disertai dengan frekuensi terbangun ditengan malam dan kesulitan untuk

(52)

kembali tertidur, semuanya akan berdampak langsung terhadap kualitas tidurnya.

g. Disfungsi di siang hari (daytime dysfunction)

Seseorang dengan kualitas tidur yang buruk menunjukkan keadaan mengantuk ketika beraktivitas di siang hari, kurang antusias atau perhatian, tidur sepanjang siang, kelelahan, depresi, mudah mengalami distress, dan penurunan kemampuan beraktivitas.

C. Konsep Remaja 1. Definisi Remaja

Masa remaja atau masa adolescence adalah suatu fase tumbuh kembang yang dinamis dalam kehidupan seorang individu. Menurut WHO (2018) remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI (2014) remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun. Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada tahun 2019 rentang usia 10-24 tahun serta belum menikah. Perbedaan definisi tersebut menunjukkan bahwa tidak ada kesepakatan universal mengenai batasan kelompok usia remaja (Putro, 2017).

2. Tahap Perkembangan Remaja

Menurut Santrock, dalam Punkasaningtiyas (2017) perkembangannya masa remaja dibagi menjadi tiga tahap, yaitu :

(53)

a. Remaja awal (10-14 tahun / early adolescent)

Masa ini ditandai dengan berbagai perubahan tubuh yang cepat, sering mengakibatkan kesulitan dalam menyesuaikan diri dan remaja mulai mencari identitas diri.

b. Remaja tengah (14-17 tahun / middle adolescent)

Masa ini ditandai dengan bentuk tubuh yang sudah menyerupai orang dewasa. Remaja seringkali diharapkan dapat berperilaku seperti orang dewasa, meskipun belum siap secara psikologi. Pada masa ini sering terjadi konflik, karena remaja mulai ingin bebas mengikuti teman sebaya yang erat kaitannya dalam pencarian identitas diri, sedangkan di sisi lain remaja masih bergantung pada orang tua.

c. Remaja akhir (17-19 tahun / late adolescent)

Masa ini ditandai dengan pertumbuhan biologis, emosi, minat, konsentrasi dan cara berpikir remaja akhir mulai stabil. Kemampuan menyelesaikan masalah sudah meningkat.

3. Karakteristik Remaja

Hurlock, dalam Punkasaningtiyas (2017) menjelaskan berbagai ciri- ciri remaja, yaitu :

a. Masa Peralihan

Dikatakan masa peralihan karena peralihan dari tahap satu ke tahap perkembangan berikutnya. Pada masa ini remaja bukan seorang anak dan bukan juga orang dewasa.

(54)

b. Masa terjadi perubahan

Terjadi perubahan fisik, perubahan perilaku dan juga perkembangan sikap. Beberapa perubahan besar yang terjadi pada remaja adalah perubahan emosi, peran, minat, dan pola perilaku.

c. Masa yang penuh dengan masalah

Masa remaja sering mengalami masalah yang sulit karena remaja belum mampu menyelesaikannya sendiri.

d. Masa mencari identitas diri

Remaja mencari tahu kejelasan siapa dirinya dan apa perannya di masyarakat. Remaja ingin memperlihatkan dirinya sebagai individu sementara remaja juga ingin mempertahankan dirinya terhadap kelompok sebaya.

e. Masa yang menimbulkan kekuatan

Stigma masyarakat bahwa remaja adalah anak yang tidak rapi, tidak dapat dipercaya, cenderung berperilaku merusak sehingga menyebabkan orang dewasa mengawasi dan membimbing remaja.

Stigma ini membuat masa peralihan remaja ke dewasa menjadi sulit, karena orang tua yang memiliki pandangan seperti ini akan selalu curiga, sehingga menimbulkan pertentangan dan membuat jarak antara orang tua dengan remaja.

f. Masa yang tidak realistis

Remaja cenderung memandang dengan persepsinya sendiri.

Mereka belum melihat apa adanya namun menginginkan sebagaimana yang ia harapkan.

(55)

g. Ambang masa dewasa

Remaja semakin matang berkembang dan berusaha memberi kesan sebagai seseorang yang hamper dewasa. Remaja akan memusatkan dirinya pada perilaku yang dihubungkan dengan status orang dewasa, misalnya dalam berpakaian dan bertindak.

4. Tugas Perkembangan Remaja

Remaja memiliki tugas perkembangan sebagai berikut (Gunarsa &

Singgih, dalam Punkasaningtiyas, 2017) : a. Menerima keadaan fisiknya

Perbedaan antara harapan remaja maupun harapan lingkungan dengan keadaan fisik remaja dapat menimbulkan masalah, sehingga sulit untuk menerima keadaan fisiknya.

b. Memperoleh kebebasan emosional

Kebebasan emosional adalah landasan untuk membedakan mana yang baik dan buruk, apa yang harus dipilih dan tidak, tujuan mana yang harus dikejar dan yang harus ditinggalkan, sehingga remaja dapat bergaul dan menjalankan tugas selanjutnya.

c. Mampu bergaul

Remaja harus bergaul dengan teman sebaya dan tidak sebaya, sejenis maupun tidak sejenis untuk mempersiapkan diri masa dewasa. Pengaruh lingkungan yang mengarahkan maupun yang menjerumuskan juga dialaminya.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara penggunaan media sosial dengan kualitas tidur, kestabilan emosi dan kecemasan sosial pada