• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN KEAKTIFAN MENGIKUTI KEGIATAN PROLANIS DENGAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS TRUCUK 1 KLATEN

N/A
N/A
Ivan Nugroho

Academic year: 2024

Membagikan "HUBUNGAN KEAKTIFAN MENGIKUTI KEGIATAN PROLANIS DENGAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS TRUCUK 1 KLATEN "

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KEAKTIFAN MENGIKUTI KEGIATAN PROLANIS DENGAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI

DI PUSKESMAS TRUCUK 1 KLATEN

Skripsi

Diajukan sebagai persyaratan meperoleh Gelar Sarjana Keperawatan

Oleh

Agung Tri Ariwibowo NIM. 1901005

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KLATEN

Agustus, 2023

(2)

i

HUBUNGAN KEAKTIFAN MENGIKUTI KEGIATAN PROLANIS DENGAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI

DI PUSKESMAS TRUCUK 1 KLATEN

Skripsi

Diajukan Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan

Oleh

Agung Tri Ariwibowo NIM. 1901005

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KLATEN

Agustus, 2023

(3)

ii

HALAMAN PERSETUJUAN

HUBUNGAN KEAKTIFAN MENGIKUTI KEGIATAN PROLANIS DENGAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS

TRUCUK 1 KLATEN

Skripsi ini telah disetujui untuk dilakukan seminar hasil pada : Hari/Tanggal : 28 Agustus 2023

Jam : 08.00 WIB

Pembimbing

Fitri Suciana, S.Kep.,Ns.,M.Kep NPP 129.166

(4)

iii

LEMBAR PENGESAHAN

(5)

iv

LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Agung Tri Ariwibowo NIM : 1901005

Program Studi : S1 Ilmu Keperawatan

Dengan ini menyatakan bahwa proposal penelitian ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu tempat Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis dalam Makala ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Klaten, 30 Agustus 2023

Agung Tri Wibowo

(6)

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Alhamdulilah segala puji syukur atas kehadiran Allah Subhanahu Wa Ta’alla karena atas rahmat, taufik serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skirpsi ini yang berjudul HUBUNGAN KEAKTIFAN MENGIKUTI KEGIATAN PROLANIS DENGAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS TRUCUK 1 KLATEN”.

Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu tugas yang ditempuh sebagai syarat guna mendapatkan gelar sarjana Keperawatan di program studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Klaten. Penyusunan skripsi ini dapat terlaksana berkat adanya dukungan serta bantuan dari pihak atas bimbingan dan arahan, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada yang terhormat :

1. Ibu Sri Sat Titi H,S.Kep.,Ns.,M.Kep Selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Klaten.

2. Bapak Saifudin Zukhri,S.Kep.,M.Kes Selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Dan Teknologi Universitas Muhammadiyah Klaten.

3. Ibu Setianingsih,S.Kep.,Ns.,M.PH Selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Klaten.

4. Ibu Fitri Suciana, S.Kep., Ns., M.Kep Selaku Dosen Pembimbing, pembimbing terbaik yang telah memberikan bimbingan, arahan, dorongan, dan motivasi sejak awal penulisan hingga terselesaikan skripsi ini dengan penuh pengertian dan kesabaran.

5. Ibu Istianna Nurhidayati, S.Kep.,Ns.,M.Kep,.Sp.,Kep Kom Selaku Dosen Penguji I yang memberikan masukan, dukungan, dan arahan.

6. Bapak Romadhoni TP, M.Kep Selaku Dosen Penguji II yang memberikan masukan, dukungan, dan arahan.

7. Bapak Welas Hartono selaku bapak saya yang selama ini telah memberikan dukungan baik secara moril maupun materil.

8. Ibu Sumarni selaku ibu saya yang selama ini selalu menemani saya dalam menulis skripsi setiap malam.

9. Rini Dwi Julianti selaku kakak saya yang selama ini memberikan efort yang sangat

(7)

vi

luar biasa sekali demi adiknya menyelesaikan penulisan skripsi ini.

10. Terimakasih kepada Puskesmas Trucuk 1 Klaten beserta jajaran pegawai yang sudah memberikan wadah untuk mengambil penelitian.

11. Terimakasih kepada semua peserta prolanis dipuskesmas Trucuk 1 Klaten

12. Seluruh dosen Universitas Muhammadiyah Klaten yang telah membimbing dan mendidik peneliti dalam pencapaian pendidikan sejak semester I - VIII.

Semoga Allah SWT membalas sekecil apapun kebaikan dan ketulusan semua pihak. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangannya. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran supaya skripsi ini dapat lebih baik.

Terimakasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Kleten , 30 Agustus 2023

Agung Tri Ariwibowo

(8)

vii

PERSETUJUAN PUBLIKASI

(9)

viii DAFTAR ISI

COVER HALAMAN ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ... iv

KATA PENGANTAR ... v

PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

Intisari ... xiii

Abstract ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Keaslian penelitian ... 6

BAB II TINJUAN PUSTAKA ... 9

A. Dasar teori... 9

1. Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi ... 9

2. Program Pengeloaan Penyakit Kronis (Prolanis) ... 16

3. Keaktifan Kegiatan Prolanis ... 20

4. Hubungan Keaktifan Mengikuti Kegiatan Prolanis Dengan Tekanan Darah... 21

B. Kerangka Teori ... 23

C. Hipotesis ... 24

BAB III METODE PENELITIAN ... 25

A. Kerangka Konsep ... 25

B. Desain Penelitian ... 26

C. Populasi dan Sampel ... 26

D. Variable Penelitian ... 27

E. Definisi Operasional ... 28

F. Tempat dan Waktu Penelitian ... 29

G. Etika Penelitian ... 29

(10)

ix

H. Alat dan Bahan Penelitian ... 31

I. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... 31

J. Jalannya Penelitian ... 32

K. Metode Pengelolaan Analisis Data ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 38

A. Gambaran umum lokasi penelitian ... 38

B. Hasil Penelitian ... 39

BAB V PEMBAHASAN ... 43

A. Pembahasan ... 43

B. Keterbatan penelitian ... 55

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 56

A. Kesimpulan ... 56

B. Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 53 LAMPIRAN

(11)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Kerangka Teori ... 23 Gambar 3. 1 Kerangka Konsep... 25

(12)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa (ACC/AHA 2017) ... 12

Tabel 2. 2 Klasifikasi Hipertensi ... 12

Tabel 3. 1 Definisi Operasional ... 28

Tabel 3. 2 Coding ... 34

Tabel 3. 3 Analisis Univariat ... 36

Tabel 3. 4 Analisis Bivariat ... 36

Tabel 3. 5 Korelasi... 37

Tabel 4 1 Data Rerata Responden Berdasarkan Usia, Lama menderita hipertensi, ... 39

Tabel 4 2 Distribusi Frekuensi responden peserta ... 40

Tabel 4 3 Hubungan Keaktifan Mengikuti Kegiatan Prolanis Dengan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Puskesmas Trucuk 1 Klaten ... 41

Tabel 4 4 Distribusi Frekuensi Hubungan Keaktifan Mengikuti Kegiatan Prolanis Dengan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Puskesmas Trucuk 1 Klaten Tahun 2023 ... 42

(13)

xii

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Studi Pendahuluan

Lampiran 2 Surat balasan studi pendahuluan Lampiran 3 Surat Izin Penelitian

Lampiran 4 Surat Balasan Izin Penelitian Lampiran 5 Surat Penyelesaian Penelitian Lampiran 6 Ethical Clearance/ Kelaikan Etik Lampiran 7 Lembar penjelasan penelitian Lampiran 8 Informn Consent kepala puskesmas

Lampiran 9 Informn Consent Persetujuan menjadi responden Lampiran 10 Lembar Observasi

Lampiran 11 Dokumentasi Kegiatan

Lampiran 12 Rekapan Lembar Observasi Prolanis Puskesmas Trucuk 1 Lampiran 13 Rekapan Rerata Tekanan Darah Prolanis Puskesmas Trucuk 1 Lampiran 14 Hasil SPSS

Lampiran 15 Hasil Uji Turnitin Lampiran 16 Lembar Konsultasi

Lampiran 17 Rencana jadwal seminar hasil Lampiran 18 Surat pernyataan

(14)

xiii

HUBUNGAN KEAKTIFAN MENGIKUTI KEGIATAN PROLANIS DENGAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTESI DI PUSKESMAS TRUCUK

1 KLATEN

Agung Tri Ariwibowo¹, Fitri Suciana² Intisari

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadinya peningkatan darah yang menyebabkan peningkatan resiko penyakit kardiovaskuler. Masalah utama penyakit hipertensi terlambat penanganan dikarenakan ketidaktahuan manajemen hipertensi dan tidak terjangkaunya fasilitas pelayanan kesehatan sehingga penderita hipertensi tidak mampu mengontrol tekanan darah dalam jangka waktu lama. Dengan adanya prolanis di fasilitas kesehatan bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi bertahap khususnya penyakit hipertensi. Adapun kegiatan prolanis diantaranya konsultasi medis, cek tekanan darah, pemberian obat, edukasi dan senam prolanis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan keaktifan mengikuti kegiatan prolanis dengan tekanan darah pada penderita hipertensi di Puskesmas Trucuk 1 Klaten. Desain penelitian ini Kuantitatif dengan metode pendekatan cross sectional sampel yang digunakan 36 responden penderita hipertensi. Penelitian ini menggunakan teknik Total Sampling yang mencakup seluruh penderita hipertensi. Analisa data menggunakan uji Kedall’s Tau. Hasil analisa bivariat uji kendalls tau diketahui bahwa ρ value = 0,000 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan ada hubungan keaktifan mengikuti kegiatan prolanis dengan tekanan darah pada penderita hipertensi di puskesmas trucuk 1. Nilai koefisien korelasi atau nilai r = 0,791 menunjukan korelasi positif yang kuat. Hal ini menunjukkan ho ditolak, tidak ada hubungan Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) Terhadap keaktifan mengikuti kegiatan prolanis dengan tekanan darah pada penderita hipertensi di puskesmas, maka dapat disimpulkan ada hubungan Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) Terhadap keaktifan mengikuti kegiatan prolanis dengan tekanan darah pada penderita hipertensi di puskesmas (Ha diterima).

Kata Kunci : Hipertensi, Prolanis, Keaktifan

(15)

xiv

THE RELATIONSHIP BETWEEN ACTIVENESS FOLLOWING PROLANIS ACTIVITIES WITH BLOOD PRESSURE IN HYPERTHETICAL PATIENTS AT THE

TRUCUK 1 KLATEN HEALTH CENTER

Agung Tri Ariwibowo¹, Fitri Suciana² Abstract

Hypertension is a condition in which an increase in blood causes an increased risk of cardiovascular disease. The main problem of hypertension is late treatment due to ignorance of hypertension management and unaffordable health care facilities so that people with hypertension are unable to control blood pressure for a long time. With the presence of prolanis in health facilities, it aims to prevent gradual complications, especially hypertension. The activities of prolanists include medical consultation, blood pressure checks, drug administration, education and prolanist gymnastics. This study aims to determine the relationship between activeness following prolanis activities with blood pressure in hypertensive patients at the Trucuk 1 Klaten Health Center. The design of this study was quantitative with a cross-sectional sample approach method used by 36 respondents with hypertension. This study used the Total Sampling technique which included all people with hypertension. Data analysis using Kedall's Tau test. The results of the bivariate analysis of the kendalls test know that ρ value = 0.000 < 0.05 so that it can be concluded that there is a relationship between activeness following prolantic activities with blood pressure in hypertensive patients at the trucuk 1 health center. The value of the correlation coefficient or r value = 0.791 indicates a strong positive correlation. This shows that ho rejected, there is no relationship between the Chronic Disease Management Program (Prolanis) To the activeness of participating in prolanis activities with blood pressure in hypertensive patients at the puskesmas, it can be concluded that there is a relationship between the Chronic Disease Management Program (Prolanis) and the activeness of participating in prolanis activities with blood pressure in patients with hypertension at the puskesmas (Ha accepted).

Keywords : Hypertension, Prolanis, Liveliness

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi sering diartikan sebagai suatu keadaan peningkatan darah didalam arteri dimana tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg sehingga menyebabkan peningkatan resiko penyakit kardiovaskuler.

Hipertensi dikenal sebagai silent killer karena gejalanya tanpa keluhan dan nanti diketahui saat sudah terjadi komplikasi (Jamini et al., 2021). Semakin tinggi tekanan darah, maka semakin besar risiko terjadi komplikasi. Komplikasi dari hipertensi adalah stroke, penyakit jantung, infark miokard, gagal ginjal dan kebutaan. Gejala klinis penderita hipertensi yaitu terjadinya tekanan darah yang tinggi. Terdapat dua faktor yang mempermudah seseorang menderita hipertensi yaitu faktor tidak dapat dikontrol seperti genetik, usia, jenis kelamin dan ras. Sedangkan faktor resiko dapat dikontrol seperti obesitas, kurang aktivias, stress dan kosumsi makanan (Hadiyati & Sari, 2022).

Penyakit Tidak Menular (PTM) atau biasa disebut sebagai penyakit degenerative. Tingkat morbiditas dan mortalitas yang sangat tinggi menjadikan Penyakit Tidak Menular menjadi salah satu masalah kesehatan yang cukup serius secara global. Penyakit Tidak Menular (PTM), menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), adalah penyakit dengan perjalanan yang berlarut-larut dan sering kali berjalan lambat. Setiap tahun, penyakit tidak menular merenggut nyawa 38 juta orang secara global. Kejadian kematian akibat penyakit tidak menular (PTM) disebabkan oleh penyakit kardiovaskular. Penyakit kardiovaskuler menjadi penyebab terbesar dengan 46,2 % (17,5 juta kematian), kemudian kanker 21,7% (8,2 juta kematian), sedangkan penyakit pernafasan kronis asma dan penyakit paru obstruktif kronik serta penyakit tidak menular lainnya menyebabkan sekitar 10,7 persen kematian ( 4,0 juta kematian ) sedangkan empat persen kematian disebabkan oleh diabetes (1,5 juta kematian ) (Utama et al., 2019).

Pada tahun 2025, WHO memperkirakan penderita hipertensi akan mengalami peningkatan seiring berjalannya waktu dimana 29% dari jumlah penduduk dunia akan terdampak penyakit hipertensi. Penyakit hipertensi di wilayah negara maju seperti negara Amerika mencapai 35% sedangkan wilayah Asia Tenggara 36 %. Setiap tahun di kawasan Asia telah mencapai 1,5 juta orang yang telah meninggal disebabkan

(17)

hipertensi. Di wilayah Indonesia penderita hipertensi telah memasuki presentase cukup tinggi yaitu sebanyak 32% (Hepilita et al., 2019). Usia menjadi salah satu faktor utama yang mudah terkena diagnosis hipertensi. Pada tahun 2013 melalui hasil pengukuran tekanan darah, prevalensi terjadinya hipertensi di Indonesia penduduk berusia ≥ 18 tahun mengalami peningkatan dari 25,8 % menjadi 34, 11 % (Siswanto et al., 2020).

Di provinsi Jawa Tengah, hipertensi menduduki peringkat ke – 4 dengan prevalensi mencapai 37,57 % dari penderita hipertensi. Kemudian di tingkat Kabupaten khususnya Kabupaten Klaten, ditahun 2018 penderita hipertensi menunjukkan prevalensi 8,44 % dengan total penduduk sebanyak 66.066 (Atika Khoirun Nisa et al., 2021). Sedangkan di Puskesmas Trucuk 1 Klaten, penderita hipertensi menunjukkan jumlah sebanyak 8431 pada tahun 2022. Hal tersebut menunjukan lonjakan terjadinya hipertensi dimana angka kejadian hipertensi pada tahun 2019, 2020, 2021 secara berurutan menunjukkan jumlah angka yang tidak stabil.

Adapun upaya pemerintah menanggulangi tinggi jumlah penderita hipertensi di Indonesia yakni melakukan kerja sama dengan BPJS Kesehatan melalui program pengelolaan penyakit kronis (PROLANIS). Tujuan program pengelolaan penyakit kronis (PROLANIS) yakni mendorong penderita hipertensi agar mencapai kualitas hidup yang optimal. Bentuk pelaksanaan aktivitas prolanis yaitu (1) konsultasi medis (2) edukasi kelompok peserta prolanis (3) pemantauan kesehatan (4) pengobatan oleh dokter. Kegiatan prolanis tentunya sangat bermanfaat bagi kesehatan para pengguna BPJS. Selain itu kegiatan prolanis dapat membantu BPJS Kesehatan dalam meminimalisir kejadian PTM, dimana pembiayaan untuk pasien dengan penyakit kronis sangat tinggi, maka perlu dilakukan upaya pencegahan terkait penyakit kronis (Imade Rosdiana et al., 2019). Dari berbagai kegiatan prolanis yang sering dilakukan adalah senam aerobic, senam ini dapat dilakukan setiap hari minggu oleh penderita hipertensi (Jamini et al., 2021). Sasaran prolanis meliputi seluruh klien BPJS Kesehatan dengan kondisi Hipertensi. Keberhasilan PROLANIS dapat terwujud dengan adanya dukungan dari berbagai pihak, baik tenaga kesehatan maupun kesadaran dan kemauan pasien itu sendiri. Metode yang digunakan pada kegiatan prolanis ialah pemberian tindakan penyuluhan mengenai penyakit yang dialami (promotive), pemberian tindakan pencegahan penyakit yang dialami oleh pasien (preventif), kolaborasi dengan ahli terkait dalam pemberian terapi (kuratif), dan

(18)

pemberian dukungan moril kepada pasien (rehabilitative). (Ika purwanti ningsih, 2019).

Implementasi Prolanis yang belum optimal disebabkan karena keterbatasan sumber daya manusia (Munawarah et al., 2020). Menurut penelitian (Utami, 2019), keterbatasan dalam pelaksanaan Prolanis dapat dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya sumber daya yang masih kurang di beberapa puskesmas. Selain hal tersebut Puskesmas perlu memperhatikan sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan Prolanis seperti tempat penyuluhan, tempat senam, media penyuluhan, serta alat-alat kesehatan dalam melakukan pemeriksaan kepada peserta prolanis. Akses internet pun menjadi hambatan dalam penginputan data melalui aplikasi Pcare (Sitompul, 2019)

Penelitian (Sitompul, 2019) juga menyebutkan bahwa terselenggaranya kegiatan prolanis perlu adanya sumber dana dalam melakukan kegiatan prolanis.

Pembiayaan tersebut sudah diatur dalam PMK No.59 Tahun 2014 tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan dalam Penyelenggaran Program Jaminan Kesehatan.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Faiza, 2020), menyebutkan bahwa hambatan dalam pencapaian indikator Rasio Peserta Prolanis Terkendali (RPPT) pelaksana dalam prolanis masih kurang terlihat pada petugas kesehatan memiliki tanggung jawab ganda, kurangnya sosialisasi terkait Prolanis, dan kebanyakan masyarakat masih awam dengan istilah prolanis. Disisi lain keberhasilan puskesmas dalam mencapai indikator RPPT adalah adanya sumber daya manusia tersendiri yang bertanggung jawab dalam program Prolanis tersebut (Widaty, 2019)

Dari hasil penelitian sebelumnya keberhasilan prolanis ditandai dengan kasus hipertensi mencapai 12 orang peserta (42,86%), kemudian setelah mengikuti kegiatan prolanis di fasilitas kesehatan pasien hipertensi turun menjadi 4 orang peserta (14, 29

%). Adapun kegiatan prolanis diantaranya senam prolanis dan pemeriksaan kesehatan yang meliputi pemerikasaan tekanan darah, pemeriksaan berat badan, dan pemeriksaan gula darah (Daryanti et al., 2019). Hasil penelitian lainnya tentang pengaruh kegiatan prolanis yakni senam prolanis terhadap penderita hipertensi dengan membagi dua kelompok yaitu latihan senam prolanis 2 kali seminggu dan 3 kali seminggu didapatkan perbedaan hasil yang signifikan antara tekanan darah sistolik awal dan akhir latihan (Jamini et al., 2021). Beberapa hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu (1) lokasi dan waktu penelitian, dimana penelitian ini berada dilokasi

(19)

wilayah kerja Puskesmas Trucuk 1 Klaten dan penelitian ini dilakukan pada tahun 2023, (2) adanya variabel keaktifan mengikuti kegiatan prolanis dengan tekanan darah pada penderita hipertensi yang belum diteliti pada penelitian sebelumnya.

Data dari UPT Puskesmas Kabupaten Klaten tahun 2023 didapatkan peserta prolanis di puskesmas kalikotes sebanyak 27 peserta, Puskesmas gantiwarno sebanyak 40 peserta, Puskesmas pedan sebanyak 20 peserta, Puskesmas bayat sebanyak 12 peserta, Puskesmas wedi sebanyak 27 peserta, Puskesmas karangnongko berjumlah 30 peserta. Sedangkan di Puskesmas Trucuk 1 terdapat jumlah peserta prolanis sebanyak 53 peserta dimana penderita hipertensi berjumlah 36 peserta.

Adapun hasil studi pendahuluan pada tanggal 6 Maret 2023 di Puskesmas Trucuk 1 Klaten, setelah dilakukan wawancara dengan pemegang program prolanis didapatkan data pasien dengan hipertensi pada tahun 2022 sebanyak 8431. Program Puskesmas yang dijalankan untuk mengatasi lonjakan terjadinya hipertensi yakni dengan diadakannya program prolanis. Tercatat anggota prolanis sebanyak 53 peserta sedangkan peserta dengan hipertensi yang mengikuti prolanis sebanyak 36 peserta dengan mengikuti kegiatan yang meliputi konsultasi medis, edukasi kelompok peserta prolanis, pemantauan kesehatan, pengobatan oleh dokter.

Berdasarkan fenomena di atas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang: “Hubungan Keaktifan Mengikuti Kegiatan Prolanis Dengan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Trucuk 1 Klaten”.

B. Rumusan Masalah

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadinya peningkatan darah yang menyebabkan peningkatan resiko penyakit kardiovaskuler. Masalah utama penyakit hipertensi terlambat penanganan dikarenakan ketidaktahuan manajemen hipertensi dan tidak terjangkaunya fasilitas pelayanan kesehatan sehingga penderita hipertensi tidak mampu mengontrol tekanan darah dalam jangka waktu lama. Dengan adanya prolanis di fasilitas kesehatan bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi bertahab khususnya penyakit hipertensi.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik melakukan penelitian ini dengan mengambil rumusan masalah sebagai berikut : “Apa hubungan dari keaktifan mengikuti kegiatan prolanis pada pengendalian tekanan darah pada penderita hipetensi”.

(20)

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan apa saja yang dapat mempengaruhi seseorang penderita hipertensi aktif dalam mengikuti kegiatan prolanis di Puskesmas Trucuk 1 Klaten?

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui karakteristik responden peserta prolanis Di Puskesmas Trucuk 1 Klaten yaitu usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, lama hipertensi, tinggal dengan keluarga, jarak rumah ke puskesmas, tahun mengikuti prolanis, IMT (indeks masa tubuh).

b. Untuk mengetahui keaktifan mengikuti program prolanis Dipuskesmas Trucuk 1 Klaten

c. Mengetahui tekanan darah penderita hipertensi Dipuskesmas Trucuk 1 Klaten d. Menganalisis hubungan keaktifan mengikuti prolanis dengan tekanan darah

pada penderita hipertensi Dipuskesmas Trucuk 1 Klaten

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Sumber literasi ilmu keperawatan terkait dengan prolanis terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi di fasilitas kesehatan pertama yaitu puskesmas.

2. Manfaat praktis

a. Bagi Pelayanan Puskesmas

Diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan masukan bagi institusi terkait serta mengoptimalkan pelayanan kesehatan dibidang keperawatan.

b. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian yang di dapat, diharapkan dapat memberikan manfaat sekaligus menambah hasil bacaan dan tambahan refrensi literature mengenai keaktifan mengikuti kegiatan prolanis terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi.

c. Bagi Penderita Hipertensi

(21)

Manfaat yang diharapkan responden diharapkan mengetahui dampak mengikuti kegiatan prolanis terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi.

d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi dan data pembanding untuk mengembangkan penelitian lainnya terkait dengan keaktifan mengikuti kegiatan prolanis terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi.

E. Keaslian penelitian

1. Penelitian Warjiman, Theresia Jamini, Deni Kristiana, Chrisnawati dengan judul

“Pengaruh Senam Prolanis Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Puskesmas Angsau”. Variabel yang digunakan Prolanis, Tekanan Darah dan Hipertensi dengan metode penelitian Quasi experiment. Proposive sampling sebagai teknik sampling dengan sampel 30 responden. Temuan dari penelitian tersebut yaitu uji Independen T-Test

.

Hasil riset menyatakan terdapat perbedaan bermakna antara tekanan sistolik awal dan akhir pada latihan 2 kali/minggu (ρ=0,000 < α= 0,05); antara tekanan darah diastolik awal dan akhir pada latihan 2 kali/minggu (ρ=0,000 < α 0,05).

Perbedaan penelitiaan tersebut terletak pada variabel yang digunakan yaitu pengaruh senam prolanis. Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling.

Kesamaan peneliti tersebut terletak pada variabel prolanis dengan tekanan darah pada penderita hipertensi.

2. Penelitian Niken Ruth Stefany Pagoray, Ismunandar Wahyu Kindang, Rizkaningsih dengan judul “Keaktifan Dalam Klub Prolanis Terhadap Peningkatan Kualitas Hidup Lansia Penderita Hipertensi”. Variabel yang digunakan Klub Prolanis, Kualitas Hidup, Lansia dan Hipertensi dengan metode penelitian cross sectional.

Total sampling sebagai teknik sampling dengan sampel 36 lansia. Instrument yang digunakan lembar observasi kunjungan pasien dalam 1 tahun dan kuisioner kualitas hidup EQD5 (EuropeanQualityofLife5Dimensions) yang terdiri dari 5 domain,yaitu mobilitas, perawatan diri, aktivitas harian, rasa sakit atau ketidaknyamanan serta kecemasan atau depresi. Temuan dari penelitian tersebut yaitu uji chisquare dengan

(22)

nilai signifikan 0,05. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara keaktifan dalam klub prolanis dengan kualitas hidup lansia penderita hipertensi dengan nilai p < 0,05 (0,002).

Perbedaan penelitiaan tersebut terletak pada variabel yang digunakan yaitu kualitas hidup dan lansia, instrument yang digunakan lembar observasi kunjungan pasien dalam 1 tahun dan kuisioner kualitas hidup EQD5 (European Quality of Life 5 Dimensions) yang terdiri dari 5 domain,yaitu mobilitas, perawatan diri, aktivitas harian, rasa sakit atau ketidaknyamanan serta kecemasan atau depresi. . Kesamaan peneliti tersebut terletak pada variabel keaktifan prolanis dan penderita hipertensi.

Pengambilan sampel menggunakan total sampling dengan pendekatan cross sectional.

3. Penelitian Rona Dewi R, Suryani, Susilo Wulan, Nurul Khairani, Rina Aprianti dengan judul “ Pengaruh Senam Prolanis Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Penyakit Hipertensi Di Puskesmas Curup Kabupaten Rejang Lebong ”.

Variabel yang digunakan Senam Prolanis, Tekanan Darah , Hipertensi dengan metode penelitian experimental pendekatan the one group pretest posttest design

.

Total sampling sebagai teknik sampling dengan sampel 60 orang. Instrumen yang digunakan dengan wawancara dan pemeriksaan langsung kepada respondendalam bentuk lembar observasi hasil pemeriksaan peserta Prolanis . Temuan dari penelitian tersebut yaitu Paired Sample t-Test

.

Hasil penelitian menunjukkan rata- rata tekanan darah sistolik sebelum dilakukan senam Prolanis sebesar 152,68 mmHg dengan standar deviasi sebesar 8,079 mmHg dan nilai rata-rata tekanan darah diastolik sebelum dilakukan senam Prolanis sebesar 98,28 mmHg dengan standar deviasi sebesar 5,374 mmHg dan rata-rata tekanan darah sistolik sesudah dilakukan senam Prolanis sebesar 143,80 mmHg dengan standar deviasi sebesar 5,686 mmHg dan nilai rata-rata tekanan darah diastolik sesudah dilakukan senam Prolanis sebesar 92,68 mmHg dengan standar deviasi sebesar 4,339 mmHg.

Perbedaan penelitiaan tersebut terletak pada variabel yang digunakan yaitu senam dan penurunan. Metode pendekatan menggunakan pendekatan the one group pretest posttest design. Kesamaan peneliti tersebut terletak pada variabel prolanis dan penderita hipertensi dan pengambilan sampel menggunakan total sampling.

(23)

4. Penelitian Darmila, Asmuji, Sofia Rhosma dewi dengan judul “Hubungan Keaktifan Dalam Mengikuti Prolanis Dengan Kualitas Hidup Lansia Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Pakusari Jember”. Variabel yang digunakan Keaktifan, Prolanis, Kualitas Hidup, Lansia dan Hipertensi dengan metode penelitian cross sectional. Total sampling sebagai teknik sampling dengan sampel 32 orang. Instrumen yang digunakan daftar kehadiran kegiatan prolanis dan kuesioner SF 12. Temuan dari penelitian tersebut yaitu uji Chi-squre

.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil analisa responden yang diteliti, keaktifan dalam mengikuti prolanis yang aktif sebanyak (65.6%) dan kualitas hidup lansia dengan kategori baik sebanyak (52.2%) kemudian data analisis dengan uji Chi square menunjukkan nilai (p value = 0,00) dengan α < 0,05 yang berarti ada Hubungan Kekatifan dalam Mengiuti Prolanis dengan Kualitas Hidup Lansia penderita Hiprtensi di Wilayah Kerja Puskesmas Pakusari Jember.

Perbedaan penelitiaan tersebut terletak pada variabel yang digunakan yaitu kualitas hidup dan lansia. Instrumen yang digunakan yaitu daftar kehadiran kegiatan prolanis dan kuesioner SF 12 . Kesamaan peneliti tersebut terletak pada variabel keaktifan, prolanis dan hipertensi. Metode pendekatan cross sectional, pengambilan sampel menggunakan total sampling.

5. Penelitian Muhammad Akhsin A, Merry Tiyas Anggraini, Aisyah Lahdji, Hema Dewi Anggraheny dengan judul “Keaktifan Mengikuti Prolanis Mempengaruhi Kestabilan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Warungasem”.

Variabel yang digunakan Keaktifan , Prolanis, Tekanan Darah, Hipertensi dengan metode kualitatif, jumlah informan utama dalam penelitian ini sebanyak 4 orang dan informan triangulasi sebanyak 3 orang

.

Pengambilan sampel menggunakan pendekatan snowball sampling. Temuan dari penelitian tersebut keaktifan pasien dalam mengikuti Prolanis berkaitan dengan teori HL Blum yang memiliki beberapa faktor, yaitu faktor pelayanan kesehatan dan perilaku. Fasilitas kesehatan Puskesmas Warungasem sudah memadai tetapi juga tekanan darah.

Perbedaan penelitiaan tersebut terletak pada metode penelitian dengan menggunakan metode kualitatif dan pendekatan snowball sampling. Kesamaan

(24)

peneliti tersebut terletak pada variabel keaktifan, prolanis , tekanan darah dan hipertensi

(25)

9 BAB II

TINJUAN PUSTAKA A. Dasar teori

1. Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi a. Definisi Tekanan Darah

Tekanan darah merupakan tekanan yang dihasilkan dari pembulu darah.

Tekanan darah dapat dipengaruhi berbagai hal, yakni denyut jantung, volume darah, kekentalan darah, elastisitas pembuluh darah, total darah yang keluar dari jantung. Pembuluh darah arteri dan vena memiliki kesamaan sifat elastis dimana dapat meregang kemudian kembali ke bentuk semula (KA Windayanti, 2021).

Tekanan darah dapat diukur menggunakan alat yang dinamakan tensi meter. Tekanan darah dapat ditulis dengan dua angka dengan satuan mmHg.

Tekanan darah dikatakan normal apabila alat pengukur tensi menunjukan angka 120/80 mmHg. Kemudian dikatakan lebih tinggi apabila alat pengukur tensi menunjukkan angka 150/90 mmHg (Apriyani Puji Hastuti & I Made Ratih R, 2020)

b. Penggolongan Tekanan Darah

Di dalam tekanan darah memiliki 3 golongan yakni Tekanan darah tingi, Tekanan darah rendah dan Tekanan darah normal. Tekanan darah tinggi sering dikenal dengan Hipertensi, Tekanan darah rendah disebut Hipotensi dan Tekanan darah normal disebut Normotensi.

1) Tekanan Darah Rendah (Hipotensi)

Hipotensi merupakan kondisi tekanan darah yang sangat rendah. Penurunan tekanan darah ini menurun pada saat diukur dengan pengukur tensi dimana angka menunjukkan 90/40 mmHg. Penurunan tekanan darah arteri dapat menyebabkan kegagalan perfusi pada organ (Sharma, 2020)

2) Tekanan Darah Normal (Normotensi)

Normotensi dikatakan normal ketika kondisi tekanan darah saat diukur menunjukkan angka yang ideal yakni 120mmHg/80 mmHg

(Sharma, 2020)

3) Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)

(26)

Setiap orang dapat dikatakan hipertensi bila, saat pengukuran menunjukkan angka melebihi 140/90 mmHg. Setiap orang dapat dikatakan hipertensi apabila pengukur tensi menunjukkan angka melebihi 140/90mmHg. Angka tersebut bisa menjadi penentuan untuk menegakkan diagnosis hipertensi. Silent Killer adalah sebutan lain dari hipertensi yakni penyakit mematikan yang diderita seseorang tanpa adanya pertanda (Chindy, 2019)

Hipertensi didefinisikan sebagai suatu kondisi dimana terjadinya peningkatan denyut jantung sehingga tekanan darah dalam tubuh meningkat melebihi angka normal serta dipengaruhi oleh faktor usia. Hal ini dapat memicu terjadinya risiko penyakit kardiovaskular yakni penyakit jantung coroner, gagal jantung, stroke, infark miokardium, serta penyakit non kardiovaskular yakni penyakit ginjal kronik, gangguan kognitif (M Riza, 2020)

Penyebab hipertensi terbagi menjadi essensial dan sekunder.

Peningkatan tekanan darah yang belum diketahui penyebabnya disebut hipertensi essensial. Sedangkan peningkatan tekanan darah yang disebabkan oleh penyakit tertentu disebut hipertensi sekunder. Berikut ini penjelasan penyebab hipertensi essensial dan sekunder (Apriyani Puji Hastuti & I Made Ratih R, 2020):

a) Penyebab Hipertensi Essensial atau Primer

Hipertensi primer adalah jenis hipertensi di mana penyebab sekundernya tidak diketahui atau tidak ditemukan. Ras dan keturunan dapat menyebabkan hipertensi primer. Stress, konsumsi alkohol, merokok, kondisi lingkungan, demografi, dan gaya hidup juga dapat menjadi penyebab hipertensi primer (Lumowa, 2020)

b) Penyebab Hipertensi Sekunder

Hipertensi yang memiliki penyebab yang diketahui disebut hipertensi sekunder. Penyebabnya termasuk kelainan pada pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (dikenal sebagai hipertiroid), dan penyakit kelenjar adrenal (dikenal sebagai hiperaldosteronisme) (Lumowa, 2020)

c. Patofisiologi Hipertensi

(27)

Penyebab terjadinya hipertensi dikarenakan terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I yang dibentuk angiotensin I-converting enzyme (ACE). Dalam hal ini, ACE memiliki fungsi fisiologis penting dalam mengontrol tekanan darah.

Ditemukan bahwa angiotensinogen yang diproduksi oleh hati terkandung di dalam darah. Hormon dan renin yang diproduksi ginjal digantikan oleh angiotensin I.

Selanjutnya ACE menggantikan angiotensin I menjadi angiotensin II di paru – paru. Angiotensin II diketahui berperan dalam meningkatkan tekanan darah melalui dua aksi utamanya (Sultan, 2022).

Aksi pertama adalah peningkatan sekresi hormone antidiuretic (ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di dalam kelenjar pituitary atau hipotalamus untuk mengatur osmolalitas dan volume urin ginjal. Peningkatan ADH memicu urine yang dikeluarkan tubuh sangat sedikit sehingga osmolalitasnya tinggi dan terkonsentrasi. Volume cairan ekstraseluler meningkat dengan menarik cairan dari bagian intraseluler sampai urin yang sebelumnya pekat menjadi lebih encer. Maka dari itu, peningkatan tekanan darah disebabkan oleh peningkatan volume darah (Yasril & Rahmadhani, 2020).

Sedangkan aksi kedua adalah stimulasi sekresi aldosterone oleh korteks adrenal. Aldosterone merupakan hormone steroid yang berperan penting dalam ginjal. Aldosterone mengurangi sekresi NaCl yang diserap kembali oleh tubulus ginjal untuk mengatur jumlah cairan ekstraseluler. Peningkatan konsentrasi NaCl mengulangi pengenceran dengan meningkatkan volume cairan ektraseluler, yang meningkatkan volume darah dan tekanan darah (Sultan, 2022).

d. Gejala Klinis pada Penderita Hipertensi

Peningkatan tekanan darah terkadang muncul tanpa gejala. Apabila gejala hipertensi terjadi dikarenakan adanya komplikasi pada organ dalam tubuh seperti ginjal,mata dan jantung. Gejala hipertensi beranekaragam dan hampir sama dengan gejala penyakit lainnya, antara lain sakit kepala, jantung berdebar kencang, pernafasan terganggu ketika melakukan aktivitas, mudah lelah, indra penglihatan menjadi kabur, wajah tampak kelihatan memerah dan vertigo atau pusing berputar (Nurmalita, 2019)

e. Klasifikasi Hipertensi

Tekanan darah dapat dikatakan normal apabila tekanan darah sistoliknya < 120 mmHg dan tekanan darah diastoliknya < 80 mmHg. (Mulyani, 2021)

(28)

American College of Cardiology atau American Heart Association (ACC/AHA) Widyantoro, 2019 di S. Mulyani, mengklasifikasikan hipertensi sebagai berikut.

Tabel 2. 1 Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa (ACC/AHA 2017) Blood Peassure

Category

Sistolic Blood Peassure Category

Diastolic Blood Peassure Category

Normal < 120 mmHg <80 mmHg

Elevated 120 – 129 mmHg < 80 mmHg

Hypertension

Stage I 130 – 139 mmHg 80 – 89 mmHg

Stage II ≥ 140 mmHg ≥ 90 mmHg

Hipertensi menurut Joint National Commite 8 dikhususkan untuk usia ≥ 18 tahun.

Untuk klasifikasi dari joint national commite 8 dikhususkan usia ≥ 18 tahun.

Tabel 2. 2 Klasifikasi Hipertensi Klasifikasi Tekanan sistolik

(mmHg)

Tekanan diastolik (mmHg)

Normal < 120 < 80

Pre hipertensi 120 – 139 80 – 89

Stadium I 140 – 159 90 – 99

Stadium II ≥ 160 ≥ 100

f. Faktor faktor resiko hipertensi

Hipertensi dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Menurut ahli menjelaskan faktor resiko hipertensi dikategorikan menjadi faktor yang dapat dikontrol dan faktor yang tidak dapat dikontrol (Surastini, 2020)

1) Faktor yang dapat dikontrol a) Obesitas (Kegemukan)

Hubungan hipertensi dengan obesitas belum diketahui dengan pasti, namun dibuktikan bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah meningkat pada penyitas obesitas dan hipertensi dibandingkan dengan individu yang mengalami hipertensi dengan berat badan normal (Saputri, 2020). Hal tersebut juga disampaikan peneliti sebelumya individu yang kegemukan rentan mengalami hipertensi, wanita yang obesitas pada usia 30 tahun memiliki resiko 7 kali lipat mengalami hipertensi dibandingkan dengan wanita dengan berat badan normal pada usia yang sama (Agustina, 2018).

(29)

Obesitas atau berat badan berlebih merupakan salah satu faktor risiko terjadinya penyakit hipertensi dan dianggap menjadi faktor yang independen yang artinya adalah tidak dipengaruhi oleh faktor risiko yang lain. Seorang laki-laki dapat dianggap menderita obesitas jika jumlah lemaknya melebihi 25% dari berat badan total sedangkan pada wanita jika jumlah lemak melebihi 30% dari berat badan total atau kriteria yang paling sering digunakan ialah apabila berat badan melebihi 120% dari berat badan ideal. Obesitas dapat terjadi karena ketidakseimbangan antara asupan energi dengan keluarnya energi dalam tubuh, sehingga dapat terjadinya kelebihan energi yang disimpan di tubuh dalam bentuk jaringan lemak. Gaya hidup yang tidak baik merupakan salah satu faktor untuk seseorang mengalami obesitas. Obesitas dapat mengakibatkan terjadinya hipertensi dari berbagai mekanisme yakni secara langsung ataupun secara tidak langsung. Secara langsung obesitas dapat mengakibatkan meningkatnya cardiac output. Hal ini dikarenakan makin besarnya massa tubuh maka makin banyak pula jumlah darah yang beredar dan ini menyebabkan curah jantung meningkat.

Sedangkan secara tidak langsung, obesitas terjadi melalui perangsanan aktivitas sistem sarah simpatis dan Renin Angiotensin Aldosteron System (RAAS) oleh mediator-mediator seperti sitokin, hormon dan adipokin.

Hormon aldosteron merupakan salah satu yang berkaitan erat dengan retensi air dan natrium yang dapat membuat volume darah akan meningkat (Ulfa intan tiara, 2020).

Pada umumnya, hubungan hipertensi dengan obesitas memiliki karakteristik dengan adanya ekspansi volume plasma dan meningkatnya curah jantuh (cardiac output), hiperinsulinemia atau resistensi insulin, meningkatnya aktivitas sistem saraf simpatis, retensi natrium dan diregulasi salt regulating hormone. Dengan meningkatnya insulin dalam darah ini lah yang mengakibatkan retensi natrium pada ginjal dan tekanan darah akan naik. Seseorang yang mengalami obesitas atau memiliki berat badan berlebih akan membutuhkan lebih banyak darah untuk bekerja menyuplai makanan dan oksigen ke jaringan tubuh. Hal tersebut akan membuat volume darah yang beredar melalui pembuluh darah akan meningkat, kerja

(30)

jantung meningkat dan ini yang menyebabkan tekanan darah juga akan ikut meningkat (Ulfa intan tiara, 2020).

b) Kurang olahraga

Seseorang dengan hipertensi beraktivitas olahraga secara teratur.

Olahraga teratur dapat menurunkan tahanan perifer, yang menurunkan tekanan darah, yang menjadikannya penting dalam pengendalian hipertensi.

Ahli kesehatan mengatakan bahwa olahraga dapat menurunkan tekanan darah sebanyak 5–7 mmHg dalam satu sesi, dan hingga 7,4 mmHg dalam jangka Panjang (Rahmayani, 2019)

c) Konsumsi garam berlebihan

Menurut ahli menjelaskan frekuensi konsumsi makanan dengan natrium tinggi antara lain biscuit, ikan asin, susu dan olahraganya, kopi serta bumbu penyedap terdapat terdapat hubungan dengan kejadian hipertensi sistolik, sedangkan konsumsi teh terdapat hubungan dengan kejadian hipertensi diastolik kandungan natrium yang tinggi akan membuat pembuluh darah menjadi sempit sehingga fungsi jantung akan lebih berat yang menyebabkan tekanan darah menjadi naik (Aristi, 2020)

d) Merokok

Merokok mempengaruhi dengan kejadian hipertensi. Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap melalui rokok yang masuk ke dalam aliran darah mampu menimbulkan kerusakan pada lapisan endotel pembuluh darah arteri, mengakibatkan proses aterosklerosis dan tekanan darah tinggi. Studi autopsy membuktikan adanya hubungan antara kebiasaan merokok dengan adanya ateroklerosis pada seluruh pembuluh darah. Merokok pada penyitas hipertensi akan lebih meningkatkan risiko kerusakan pada pembuluh darah arteri (Rahmayani, 2019)

2) Faktor yang tidak dapat dikontrol a) Genetik (Keturunan)

Adanya warisan keturunan gen dari orang tua yang memiliki riwayat hipertensi. Keturunan ini cenderung lebih riskan 2 kali lebih besar terkena hipertensi dari pada orang yang terkena hipertensi bukan dari keturunan (Hidayati, 2020)

(31)

b) Jenis kelamin

Hipertensi dapat menjadi faktor yang tidak dapat dikontrol. Menurut ahli, pria lebih rentan terhadap hipertensi dibandingkan wanita karena kelelahan, perasaan tidak nyaman terhadap pekerjaan, pengangguran, dan pola makan yang tidak terkontrol (Salmawaty, 2019).

c) Usia

Seiring berjalannya usia akan membuat seseorang dapat terkena hipertensi (Murniarsih, 2019)

g. Manifestasi Klinis

Mayoritas penderita hipertensi tidak memperlihatkan gejala pada awal. Dengan pemeriksaan fisik dapat mendeteksi tekanan darah tinggi, diharapkan semua penderita hipertensi dapat mengenali lebih awal terkait gejala hipertensi (Mufarokhah, 2020).

1) Sakit kepala

Tidak sampainya oksigen yang dibawa sel darah merah menuju otak menyebabkan pembuluh darah menyempit sehingga terjadi sakit kepala disertai mual muntah.

2) Pusing

Suatu kondisi dimana konsentrasi menjadi runtuh yang diakibatkan suplai oksigen tidak sampai menuju otak.

3) Sakit dada

Terjadinya nyeri dada yang diakibatkan kadar oksigen yang menurun.

4) Penglihatan kabur

Penglihatan kabur terjadi disebabkan adanya penyempitan pada pembuluh darah mata yang membuat sel darah merah yang membawa oksigen kesulitan melewati.

h. Pengobatan

Penanganan pada penderita hipertensi dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik secara farmakologis maupun non farmakologis (Andari et al., 2020)

1) Penanganan farmakologis yaitu pemberian obat anti hipertensi yang diberikan oleh layanan kesehatan untuk penderita hipertensi yakni dilakukan:

(32)

a) Diuretik, berfungsi membantu ginjal membuang garam serta air. Yang bertujuan mengurangi volume cairan di dalam tubuh sehingga dapat menurunkan tekanan darah.

b) Adrenegik, berguna untuk menghambat sistem saraf simpatis.

c) ACE inhibitor, berguna untuk melebarkan arteri supaya dapat menurunkan tekanan darah.

d) Angiotensin II Bloker, berguna untuk melebarkan pembuluh darah sehingga aliran darah berjalan lancar dan tekanan darah dapat menurun.

e) Vasodilator, berguna untuk merelaksasi otot pembuluh darah. Apabila pembuluh darah melebar dapat membuat aliran darah berjalan lancar sehingga beban kerja jantung ketika memompa dapat berkurang.

2) Penanganan non farmakologis, penanganan ini dilakukan dengan memodifikasi gaya hidup yang sehat yakni mengurangi berat badan yang berlebihan, mengurangi asupan natrium, tidak merokok serta mengkonsumsi alkohol, mengurangi lemak dan kolestrol dan melakukan aktivitas fisik (Andari et al., 2020).

2. Program Pengeloaan Penyakit Kronis (Prolanis) a. Definisi Prolanis

Prolanis merupakan kepanjangan dari Program Pengelolaan Penyakit Kronis yakni sistem layanan kesehatan pemerintah dengan menggunakan pendekatan proaktif dimana terintegrasi dengan keterlibatan BPJS Kesehatan, peserta (penderita) penyakit kronis dan fasilitas kesehatan (Yakin et al., 2021) b. Tujuan Program Pengelolaan Penyakit Kronis

Program ini memiliki tujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi bertahab khususnya penyakit hipertensi dan diabetes melitus 2 serta mendorong penderita penyakit kronis mencapai kualitas hidup yang optimal (Dian, 2019) c. Sasaran Program Pengelolaan Penyakit Kronis

Sasaran dalam kegiatan prolanis ialah seluruh peserta BPJS Kesehatan yang menderita penyakit kronis khususnya hipertensi disebabkan penyakit ini dapat diatasi ditingkat primer dan dilakukan untuk mencegah komplikasi (Wardani, 2020)

(33)

Di dalam kegiatan prolanis, ada beberapa metode kegiatan yang berguna untuk mencegah komplikasi yang berkelanjutan serta meningkatkan kesehatan masyarakat diantaranya (BPJS Kesehatan, 2014)

1) Konsultasi Medis

Konsultasi medis ini dilakukan saat peserta ingin konsultasi mengenai keluhan yang dirasakan dengan dokter. Sesuai jadwal yang disepakati dengan fasilitas kesehatan pengelola.

2) Edukasi Kelompok Peserta Prolanis

Edukasi merupakan upaya kegiatan dalam peningkatan pengetahuan tentang kesehatan supaya dapat menyembuhkan penyakit serta mencegah terjadinya penyakit dan meningkatkan status kesehatan terhadap peserta prolanis.

3) Pemantaun Kesehatan

Aktivitas dalam pelaksanaan prolanis yakni aktivitas konsultasi medis atau edukasi, aktivitas klub serta pemantauan status kesehatan.

Pelaksanaan konsultasi medis yakni kegiatan yang dilakukan oleh peserta dengan faskes pengelola dimulai dengan kesepakatan jadwal dengan tenaga medis. Konsultasi meliputi prognosis penyakit, keluhan seputar penyakit serta kontrol obat.

4) Pengobatan Oleh Dokter

Aktivitas klub ialah kegiatan dalam meningkatkan pengetahuan kesehatan dalam memulihkan penyakit dan mencegah timbulnya kembali suatu penyakit serta meningkatkan status kesehatan peserta prolanis.

d. Penanggung Jawab Program Pengelolaan Penyakit Kronis

Penanggung jawab dalam kegiatan prolanis yakni kantor cabang BPJS Kesehatan bagian Manajemen Pelayanan Primer (Ika purwanti ningsih, 2019).

e. Langkah Pelaksanaan Program Pengelolaan Penyakit Kronis Persiapan prolanis (Sri Utari, 2019)

1) Mengidentifikasi data peserta berdasarkan:

a) Hasil screening riwayat kesehatan

b) Hasil diagnose hipertensi (pada fasilitas tingkat pertama atau rumah sakit).

2) Menentukan sasaran.

(34)

3) Melakukan pembagian fasilitas kesehatan dokter keluarga atau puskesmas sesuai peserta yang terdata.

4) Mengadakan pengenalan prolanis kepada fasilitas pengelola.

5) Membuat pembagian jejaring fasilitas kesehatan pengelola ( apotek, laboratorium )

6) Meminta persetujuaan dalam kesediaan jejaring fasilitas kesehatan dalam melayani peserta prolanis.

7) Pengenalan prolanis terhadap peserta ( instansi, perkumpulan kelompok pasien kronis di Rumah Sakit ).

8) Menawarkan ketersediaan terhadap penderita Hipertensi untuk ikut serta kegiatan prolanis.

9) Melakukan verifikasi data diagnose peserta prolanis.

10) Memberikan buku pemantauan status kesehatan terhadap peserta prolanis.

11) Membuat rekapitulasi data peserta yang terdaftar.

12) Melakukan entri data peserta dan pemberian flag bagi peserta prolanis.

13) Melakukan distribusi data peserta prolanis sesuai faskes pengelola

14) Bersama dengan Faskes melakukan rekapitulasi data terhadap pemeriksaan status kesehatan, diantaranya Pemeriksaan GDP, GDPP, Tekanan Darah, IMT, HbA1C. Bagi peserta yang belum pernah melakukan pemeriksaan, harus segera dilakukan pemeriksaan.

15) Membuat rakapitulasi data hasil pencatatan status kesehatan awal peserta per fasilitas kesehatan pengelola.

16) Melakukan pemantauan aktivitas prolanis terhadap fasilitas pengelola masing masing :

a) Menerima validasi laporan aktivitas prolanis dari fasilitas kesehatan pengelola.

b) Mengkaji data

17) Membuat feedback terhadap kinerja fasilitas kesehatan prolanis.

18) Membuat laporan ke kantor divisi regional atau kantor pusat.

19) Bentuk kegiatan prolanis

Dalam mencapai tujuan prolanis, terdapat enam kegiatan pokok yang harus dilakukan oleh yang bersangkutan diantaranya (Jannah, 2019).

a) Konsultasi medis peserta prolanis

(35)

Konsultasi medis ini dilakukan saat peserta ingin konsultasi mengenai keluhan yang dirasakan dengan dokter. Sesuai jadwal yang disepakati dengan fasilitas kesehatan pengelola.

b) Edukasi kelompok peserta prolanis

1) Edukasi merupakan upaya kegiatan dalam peningkatan pengetahuan tentang kesehatan supaya dapat menyembuhkan penyakit serta mencegah terjadinya penyakit dan meningkatkan status kesehatan terhadap peserta prolanis.

2) Sasaran, didalam kelompok prolanis ini minimal ada fasilitas kesehatan pengelola sebanyak 1 dan pengelola 1 klub. Pengelola diwajibkan mengerti kondisi kesehatan peserta dan kebutuhan edukasi.

3) Pengelompokan, pengelompokan ini dikhususkan berdasarkan kondisi kesehatan peserta serta kebutuhan edukasi.

4) Langkah langkah

(a) Membantu fasilitas kesehatan dalam mengelola identifikasi peserta yang terdaftar sesuai tingkat severitas penyakit hipertensi.

(b) Memudahkan koordinasi dengan fasilitas kesehatan pengelola dengan organisasi profesi atau dokter spesialis sesuai wilayah.

(1) Memudahkan membuat kepengurusan dalam klub.

(2) Memudahkan membuat kriteria wakil prolanis yang berasal dari peserta. Wakil prolanis bekerja sebagai motivator dalam kelompok prolanis atau membantu fasilitas kesehatan dalam memberikan edukasi.

(c) Memudahkan membuat jadwal serta rencana aktivitas klub minimal 3 bulan pertama.

(d) Mengadakan pemantauan aktivitas edukasi terhadap fasilitas kesehatan pengelola masing masing :

i. Memperoleh laporan aktivitas edukasi dari fasilitas kesehatan pengelola.

ii. Mengkaji data.

(e) Membuat feedback kinerja terhadap fasilitas kesehatan prolanis.

(f) Membuat laporan ke kantor divisi regional atau kantor pusat.

17) Hal yang perlu mendapatkan perhatian

(36)

a) Mengisi formulir ketersediaan mengikuti kegiatan prolanis oleh calon peserta prolanis. Peserta prolanis diharapkan sudah mengerti dan dapat menjelaskan tentang program tersebut sesudah menyatakan ikut bergabung.

b) Memvalidasi sesuai diagnosa medis bagi calon peserta prolanis yang telah terdiagnosa Diabetes Mellitus Tipe 2 serta Hipertensi oleh Dokter Spesialis di fasilitas kesehatan tingkat lanjut.

c) Peserta yang sudah terdaftar dalam prolanis selanjutnya akan dilakukan proses entri data serta pemberian flag peserta ke dalam aplikasi kepesertaan.

d) Mencatat dan melaporkan penggunaan aplikasi pelayanan primer.

3. Keaktifan Kegiatan Prolanis

a. Definisi keaktifan kegiatan prolanis.

Keaktifan dalam kamus besar Bahasa Indonesia diartikan kesibukan atau kegiatan. Keaktifan sebuah kegiatan yang bersifat fisik maupun mental yakni berbuat dan berfikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan (Ayu lestari, 2019)

BPJS kesehatan menerangkan kegiatan prolanis dapat dilaksanakan setiap 1 bulan sekali, dimana minggu pertama dapat dilakukan 2 kali pertemuan. Untuk menilai tingkat keaktifan penderita hipertensi di dalam kegiatan prolanis dapat dihitung dengan kehadiran 3 bulan terkahir. Tingkat keaktifan peserta terbagi menjadi 2 kategori (Atto’illah et al., 2021) yaitu :

1) Aktif, dikatakan apabila kehadiran > 4 kali dari total 6 kali kegiatan dalam tiga bulan terakhir.

2) Tidak aktif, dikatakan apabila kehadiran ≤ 4 kali dari total 6 kali kegiatan dalam tiga bulan terakhir.

b. Faktor yang mempengaruhi keaktifan kegiatan prolanis

Faktor faktor yang dapat mempengaruhi dalam kegiatan prolanis, yakni (Ayu lestari, 2019) :

1) Motivasi

Keaktifan dapat dipengaruhi dengan adanya motivasi terhadap klien untuk kesembuhan penyakit. Motivasi ialah sesuatu yang dapat membuat

(37)

seseorang bertindak. Motivasi dapat dibagi menjadi 2 jenis yakni motivasi intrinsic yaitu sebuah keinginan yang berasal dari dalam diri manusia untuk mengikiti sebuah kegiatan. Motivasi ekstrinsik yaitu sebuah pengaruh dari orang lain atau lingkungan missal dari dukungan keluarga, teman dekat, serta petugas kesehatan baik. Keluarga dapat menjadi motivator terkuat bagi peserta agar dapat menyempatkan diri untuk sekedar mendampingi. Hal positif yang akan timbul dari dukungan keluarga dapat menurunkan moralitas, mempercepat penyembuhan penyakit, meningkatkan kesehatan kognitif, fisik dan emosi.

2) Pengetahuan

Pengetahuan masyarakat memiliki peran yang cukup besar dalam kecenderungan masyarakat dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas. Semakin baik pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat maka semakin tahu akan pentingnya pelayanan kesehatan. Menurut ahli pengetahuan masyarakat tentang pencarian pengobatan kemungkinan dapat dipengaruhi banyak faktor, misalnya melalui pengalaman dan sarana informasi. Ketidaktahuan masyarakat tentang pelayanan kesehatan menyebabkan masyarakat tidak ingin memanfaatkan pelayanan kesehatan (Ilham et al., 2023).

3) Letak Geografis (Jarak Tempuh)

Menurut ahli bahwa faktor lingkungan fisik atau letak geografis mempengaruhi seseorang atau masyarakat terhadap kesehatan. Anggota yang tidak datang mengikuti kegiatan prolanis disebabkan karena rumah anggota tersebut jauh dengan puskesmas, kemudahan transportasi umum dalam menjangkau puskesmas juga berpengaruh terhadap keaktifan atau ketidakaktifan (Hartini, 2019).

4. Hubungan Keaktifan Mengikuti Kegiatan Prolanis Dengan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi

(Daryanti et al., 2019) menyatakan bahwa keaktifan mengikuti kegiatan prolanis dengan tekanan darah pada penderita hipertensi memiliki hubungan erat, hal ini di tunjukkan dengan adanya keberhasilan program prolanis yang diadakan dimana kasus hipertensi mencapai 12 orang peserta (42,86%),

(38)

kemudian setelah mengikuti kegiatan prolanis di fasilitas kesehatan pasien hipertensi turun menjadi 4 orang peserta (14, 29 %). Adapun kegiatan prolanis diantaranya senam prolanis dan pemeriksaan kesehatan yang meliputi pemerikasaan tekanan darah, pemeriksaan berat badan, dan pemeriksaan gula darah (Daryanti et al., 2019). Penelitian mengenai hubungan antara keaktifan mengikuti kegiatan Prolanis (Program Lansia) dengan tekanan darah pada penderita hipertensi secara umum, prolanis dapat memiliki efek positif pada kesehatan dan kualitas hidup penderita hipertensi. Prolanis adalah program yang dirancang untuk mengoptimalkan kesehatan lansia, termasuk yang menderita hipertensi. Program ini sering kali mencakup berbagai aspek, termasuk edukasi tentang gaya hidup sehat, manajemen penyakit, kontrol tekanan darah, olahraga teratur, serta dukungan psikososial. Aktivitas fisik teratur dan partisipasi dalam program semacam ini dapat membantu mengurangi tekanan darah tinggi pada penderita hipertensi. Olahraga dan aktivitas fisik yang terkendali dapat membantu menurunkan tekanan darah, meningkatkan sirkulasi, dan meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan.

Selain itu, edukasi tentang manajemen stres, nutrisi seimbang, dan penggunaan obat-obatan yang benar juga merupakan komponen penting dalam mengelola hipertensi (Erlina Putri et al., 2019)

(39)

B. Kerangka Teori

Gambar 2. 1 Kerangka Teori

Sumber: (Lumawa, 2020), (Yasril & Rahmadhani, 2020), (Sultan, 2022), (BPJS Kesehatan, 2014), (Ayu lestari, 2019.)

Aldosteron

Program pengelolaan penyakit kronis (PROLANIS). Kegiatan dalam prolanis meliputi:

1. Konsultasi medis.

2. Edukasi kelompok peserta prolanis 3. Pemantaun kesehatan 4. Pengobatan oleh

dokter.

Faktor Yang Mempengaruhi Prolanis:

1. Motivasi 2. Pengetahuan 3. Letak Geografis /

jarak tempuh ADH

Hipertensi Sekunder : 1. Pembulu darah ginjal 2. Gangguan kelenjar tiroid 3. Kelenjar adrenal

Hipertensi Esensial:

1. Faktor genetik 2. Stress

3. Mengonsumsi alkhohol 4. Merokok

5. Keadaan 6. Lingkungan 7. Demografi 8. Gaya hidup

Penyebab Hipertensi

Faktor terkontrol penyebab hipertensi Osmolalitas

Urine Hipertensi

NaCl

Faktor tidak terkontrol penyebab hipertensi

Tekanan darah terkontrol

Tekanan darah tidak terkontrol

(40)

C. Hipotesis

Hipotesis dalam sebuah penelitian hanya jawaban sementara dalam penelitian atau dalil sementara yang nantinya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut. Hasil dari pengujian hipotesis hanya ada dua kemungkina, yakni menerima atau menolak suatu hipotesis. Pernyataan hipotesis yakni hipotesis awal (H0) dan hipotesis alternative (Ha).

H0: Tidak ada hubungan Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) Terhadap keaktifan mengikuti kegiatan prolanis dengan tekanan darah pada penderita hipertensi di puskesmas

Ha: Ada hubungan Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) Terhadap keaktifan mengikuti kegiatan prolanis dengan tekanan darah pada penderita hipertensi di puskesmas.

(41)

25 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Keaktifan mengikiuti kegiatan prolanis merupakan variable bebas (Independen), sedangkan hipertensi merupakan variabel terikat (Dependen) dalam penelitian ini. Hal ini dapat dilihat pada gambar kerangka konsep berikut:

Variabel Bebas (Independen) Variabel Terikat (Dependen)

Variabel Pengganggu

Gambar 3. 1 Kerangka Konsep Keterangan :

: Di teliti

: Garis penghubung antara variable independent dengan variable dependen.

Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi Keaktifan Mengikuti

Prolanis

a. Jenis kelamin b. Usia

c. Obesitas

d. Aktivitas Olahraga e. Asupan Alkhohol f. Merokok

g. Motivasi h. Pengetahuan

(42)

B. Desain Penelitian

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yakni pendekatan kuantitatif yang menekankan pada analisa data numerik (bilangan angka), mulai dari proses pengumpulan data, analisis data, hingga munculnya data penelitian (Hardani, 2020). Peneliti menggunakan desain cross-sectional untuk mengetahui apakah ada hubungan antara variabel dependen dan independen yang diukur dengan lembar observasi. Jenis penelitian ini bertujuan untuk mempelajari korelasi atau asosiasi dan hubungan antar variabel, mengidentifikasi hubungan, menjelaskan, berhipotesis dan menguji berdasaran teori yang ada (Nursalam, 2017)

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan subyek penelitian (Notoadmojo, 2018) Dalam penelitian ini yang digunakan sebagai subjek penelitian yakni seluruh pasien dengan hipertensi di Puskesmas Trucuk 1 Klaten. Populasi responden yang mengikuti kegiatan prolanis berjumlah 53 orang, dengan penderita hipertensi sebanyak 36 orang.

2. Sampel

Sampel terdiri dari sebagian populasi yang dapat dijangkau untuk dijadikan subyek penelitian (Ul’fah Hernaeny, 2021). Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh pasien hipertensi di Puskesmas Trucuk 1 Klaten. Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 36 orang dari peserta prolanis dengan hipertensi di Puskesmas Trucuk 1 Klaten

3. Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan total sampling, yakni dengan cara mengambil seluruh peserta populasi untuk dijadikan responden.

a. Kriteria sampel 1) Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi ialah kriteria subjek penelitian yang tidak dapat mewakilkan sampel disebabkan tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian, yakni : Responden yang tidak hadir saat penelitian.

(43)

D. Variable Penelitian

1. Variabel Bebas (Variabel Independen)

Variabel independent bisa dikatakan variabel yang mempengaruhi dan sering disebut variabel bebas. Variabel bebas ini bisa mengubah kondisi atau nilai.

Menurut ahli, variabel independen dapat mempengaruhi sehingga dapat memunculkan variabel dependen (terikat). Dapat disimpulkan bahwa variabel bebas (independen variabel) secara teoritis merupakan variabel yang dapat mempengaruhi variabel lain. Dalam ilmu keperawatan, variabel independen yang diberikan kepada klien berupa stimulus atau intervensi keperawatan yang bertujuan untuk mempengaruhi klien. Pada penelitian ini variabel independen yang digunakan adalah keaktifan mengikuti prolanis.

2. Variabel Terikat (Variabel Dependen)

Variabel dependen bisa dikatakan yang dapat dipengaruhi karena adanya variabel bebas. Karena variabel ini dapat mengubah variabel dependen (terikat) menjadi perubahan didalam variabel independent. Pada penelitian ini variabel dependennya adalah penderita hipertensi.

3. Variabel Pengganggu (Variabel Confonding)

Variabel Confonding adalah variabel yang menganggu hubungan yang terjalin pada variabel bebas dan variabel terikat (Sugiyono, 2020) Variabel pengganggu pada penelitian ini antara lain :

a. Jenis kelamin Tidak dikendalikan b. Usia

Usia tidak dikendalikan c. Obesitas

Tidak dikendalikan d. Aktivitas olahraga

Tidak dikendalikan e. Asupan Alkhohol

Tidak dikendalikan f. Merokok

Tidak dikendalikan

(44)

g. Motivasi

Tidak dikendalikan h. Pengetahuan

Tidak dikendalikan

E. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah susunan yang berbentuk matrik, yang terdiri dari nama variabel, deskripsi variabel, alat ukur, hasil ukur dan skala ukur. Definisi operasional dibuat untuk mempermudah penelitian dalam menjaga konsistensi pengumpulan data dan menghindari perbedaan interpretasi serta membatasi ruang lingkup variabel (Sugiyono, 2020)

Tabel 3. 1 Definisi Operasional No Oprasional Definisi

operasional

Alat ukur Hasil ukur Skala data 1. Keaktifan

mengikuti kegiatan prolanis

Kehadiran responden mengikuti kegiatan yang diadakan oleh puskesmas yang meliputi

Penyuluhan kesehatan, Cek tekanan darah, Senam dalam upaya mengontrol tekanan darah dalam 3 bulan terakhir.

Lembar Observasi, rekam medik, daftar hadir.

1. Aktif > 4 kali kehadiran dalam 3 bulan.

2. Tidak Aktif ≤ 4 kali kehadiran dalam 3 bulan.

Ordinal

2. Tekanan Darah Pada Hipertensi

Rerata tekanan darah dalam 3 bulan terakhir.

Rekam medik

1. Terkontrol Dengan sistolik 120-150 Diastolik 80 - 100

2. Tidak terkontrol Dengan sistolik

≥ 160

Diastolik ≥ 110

Ordinal

(45)

F. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Di Puskesmas Trucuk 1 Klaten.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal 12 Juli 2023.

G. Etika Penelitian

Menurut ahli, penelitian yang dilakukan harus memperhatikan etika penelitian.

Prinsip etik di implementasikan dari penyusunan proposal sampai penelitian ini di publikasikan. Penelitian ini memperoleh persetujuan lolos etik dari komisi etik penelitian Kesehatan (KEPK) Dr. Moewardi General Hospital pada 18 Juli 2023 dengan nomor 1.282/VII/HREC/2023. Berikut etika penelitian yang digunakan dalam penelitian, yakni (Ul’fah Hernaeny, 2021) :

1. Surat Izin penelitian

Gambar

Tabel 2. 1 Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa (ACC/AHA 2017)  Blood Peassure
Tabel 2. 2 Klasifikasi Hipertensi  Klasifikasi  Tekanan sistolik
Gambar 2. 1 Kerangka Teori
Gambar 3. 1 Kerangka Konsep  Keterangan :
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penyusunan skripsi dengan judul “Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh Dengan Tekanan Darah Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Terkontrol di Program Pengelolaan

Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan olahraga terhadap tekanan darah penderita hipertensi rawat jalan di rumah sakit PKU muhammadiyah

Pada tabel 5.4 dapat dilihat tekanan darah penderita hip- ertensi di poliklinik penyakit dalam Rumah Sakit Mu- hammadiyah Palembang tekanan darah sistol sebagian be- sar

menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis dengan judul “Hubungan Kadar Natrium Dalam Darah Dengan Tekanan Darah Terhadap Penderita Hipertensi

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh Senam Prolanis terhadap pengendalian kadar gula darah dan tekanan darah pada penderita Diabetes Mellitus

Pemeriksaan kadar kolesterol akan dilakukan terhadap pasien prolanis hipertensi derajat 1 yang terjaring dalam program prolanis untuk mengetahui hubungan kadar

Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara tingkat religiusitas dengan tingkat tekanan darah penderita hipertensi pada dewasa

LATAR BELAKANG Program pengelolaan penyakit Kronis PROLANIS adalah suatu system pelayanan kesehatan dan pendekatan proaktif yang dilaksanakan secara integrasi yang melibatkan peserta