• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of HUBUNGAN ANTARA KECENDERUNGAN ANOREXIA NERVOSA DENGAN KECENDERUNGAN BODY DYSMORPHIC DISORDER PADA MAHASISWI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA MEDAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "View of HUBUNGAN ANTARA KECENDERUNGAN ANOREXIA NERVOSA DENGAN KECENDERUNGAN BODY DYSMORPHIC DISORDER PADA MAHASISWI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA MEDAN"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

697

JURNAL DARMA AGUNG, Vol. 30, No. 3, (2022) Desember : 697 - 709

HUBUNGAN ANTARA KECENDERUNGAN ANOREXIA NERVOSA DENGAN KECENDERUNGAN BODY DYSMORPHIC DISORDER PADA MAHASISWI

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA MEDAN

Oleh :

Chinthia Gowenska 1) Jesmond Jingga 2) Vivien Wihardi 3) Clara Beatrice Chandra 4) Achmad Irvan Dwi Putra 5)

Universitas Prima Indonesia,Medan 1,2,3,4,5)

E-mail :

chinthiagowenska@gmail.com 1) jesmondjingga.jj@gmail.com 2)

vivienwihardi@gmail.com 3) clarabeatrice9@gmail.com 4) achmadirvandwiputra@unprimdn.ac.id 5)

ABSTRACT

The purpose of this study is to examine the connection between propensity for anorexia nervosa with body dysmorphic disorder in adolescent. 302 students from the Faculty of Economics, Department of Management, Universitas Prima Indonesia Medan served as the research participants for this study, which used the quota sampling methodology. The hypothesis in this study is there is a link between the propensity of anorexia nervosa and the propensity of body dysmorphic disorder in adolescents. The study data were collected using 26 items for scale propensity anorexia nervosa and 34 items for scale propensity body dysmorphic disorder. Normality tests and linearity tests were used for assumption tests. Data were analyzed using Pearson Product Moment correlation with using assistance of SPSS version 17.0 for Windows. The analysis's findings revealed a link between the propensity of anorexia nervosa and body dysmorphic disorder with a Pearson Product Moment correlation coefficient of r = 0.236 and a Sig of 0.000 (p 0.05). The findings of this study indicated that the variable anorexia nervosa effectively contributed 5.6% to body dysmorphic disorder, with the remaining 94.4% being impacted by other factors that were not examined. The findings of this study support the research hypothesis that there is a causal link between anorexia nervosa and body dysmorphic disorder.

Keywords : Anorexia Nervosa, Body Dysmorphic Disorder

ABSTRAK

Penelitian ini memiliki tujuan yaitu untuk mengevaluasi hubungan antara anorexia nervosa dengan body dysmorphic disorder pada remaja. Sebanyak 302 orang mahasiswi Fakultas Ekonomi Jurusan Managemen Universitas Prima Indonesia Medan menjadi subjek penelitian dengan menggunakan metodologi quota sampling. Penelitian ini menguji hipotesis bahwa ada hubungan antara kejadian anorexia nervosa dengan body dysmorphic disorder pada remaja. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan 26 item untuk skala kecenderungan anorexia nervosa dan 34 item untuk skala kecenderungan body dysmorphic disorder. Uji normalitas dan uji linearitas digunakan untuk uji asumsi. Memakai SPSS 17.0 for Windows dan korelasi Pearson Product Moment, data dianalisis. Hasil analisa menunjukkan adanya hubungan positif antara kecenderungan anorexia nervosa dengan

(2)

kecenderungan body dysmorphic disorder dengan koefisien korelasi Pearson Product Moment sebesar r = 0,236 dengan Sig sebesar 0,000 (p < 0,05). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel anorexia nervosa secara efektif berkontribusi 5,6% terhadap variabel body dysmorphic disorder dan selebihnya 94,4% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti. Hasil penelitian ini mengkonfirmasi premis penelitian bahwa anorexia nervosa dan body dysmorphic disorder memiliki hubungan menguntungkan yang bisa diterima.

Kata Kunci : Anorexia Nervosa, Body Dysmorphic Disorder

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Saat ini, sebagian besar individu sangat memperhatikan penampilan luarnya agar sesuai dengan citra diri yang diinginkan (body image). Citra diri (Body Image) mengacu pada sikap sadar dan tidak sadar individu terhadap tubuhnya.

Sikap ini terdiri dari persepsi dan emosi tentang ukuran, bentuk, fungsi, penampilan, dan potensi tubuh sekarang dan sebelumnya, yang terus diperbarui oleh pengalaman baru setiap orang (Stuart & Sundeen dalam Keliat, 1992).

Terbentuknya penilaian di kalangan wanita bahwa standar tubuh kontemporer yang terfokus pada kecantikan fisik dan bentuk tubuh yang ramping telah mengurangi kepercayaan diri wanita saat ini. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa wanita mengalami lebih banyak kekhawatiran terkait berat badan dan dipengaruhi oleh evaluasi estetika yang dibuat dalam lingkungan sosial. Selain itu, wanita muda sangat dipengaruhi oleh kata-kata dan bentuk tubuh wanita lain (Vega et al., 2014).

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa remaja mendefinisikan bentuk tubuhnya berdasarkan standar hidup kontemporer, sehingga meningkatkan kecemasan mereka dan mengekspos mereka pada berbagai risiko penyakit seperti Eating Disorder (Kurniawan, 2015). Gangguan makan (Eating Disorder) adalah gangguan makan ekstrim yang merupakan suatu upaya untuk kurus dan obsesi yang ekstrim terhadap makanan yang dapat menimbulkan distress (Jones et al., 2001).

Anorexia nervosa ialah salah satu gangguan makan yang paling umum di kalangan wanita remaja.

Kondisi kecenderungan anorexia nervosa ditandai dengan ketakutan yang berlebihan terhadap kenaikan berat badan.

Hal ini menyebabkan individu untuk menolak berat badan yang tergolong normal pada usia serta tinggi badan mereka (American Psychiatric Association, 2000).

Seseorang dengan kecenderungan anorexsia nervosa khawatir tentang kenaikan berat badan sehingga mereka

(3)

700

JURNAL DARMA AGUNG, Vol. 30, No. 3, (2022) Desember : 697 - 709

kurang mengonsumsi makanan tinggi kalori. Cara ini dapat membantu mempertahankan berat badan mereka.

(Davidson Gearl et al., 2006). Orang lain mungkin menganggap seseorang dengan anorexia nervosa memiliki berat badan yang normal dan sehat, namun hal ini disalah artikan oleh mereka yang menderita gangguan ini (Nevid et al., 2005).

Fenomena tersebut dijumpai oleh peneliti pada mahasiswi Jurusan Managemen Universitas Prima Indonesia.

Melalui wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap mahasiswi Jurusan Managemen Universitas Prima Indonesia yang berusia 20 tahun. Ia menyebutkan agar tubuhnya tetap langsing, ia rutin melakukan olahraga, menjaga porsi makan dan mengonsumsi obat diet. Adapun mahasiswi lain yang mengatakan bahwa meskipun ia tidak memiliki tubuh yang gemuk, dia menghindari mengenakan pakaian ketat dan terbuka karena khawatir dia akan tampak gendut.

Mereka yang rentan terhadap anorexia nervosa mengalami kepanikan yang hebat ketika berat badan mereka bertambah. Dia mengkonsumsi lebih sedikit makanan dan menejadi kurus. Mereka memiliki kecenderungan Body Dysmorphic Disorder (BDD) karena kekhawatiran secara berlebih tentang bentuk tubuh

mereka yang tidak proporsional (Timotthy, 2012).

Kecenderungan body disorder dysmorphic adalah suatu kondisi yang muncul ketika seseorang percaya bahwa bentuk tubuhnya berubah. Seseorang dengan kecenderungan body dysmorphic disorder memandang dirinya memiliki kekurangan. Ketidakpuasan terus-menerus dengan bentuk fisik seseorang dan keyakinan bahwa fisiknya masih kurang dari sempurna mencirikan kondisi ini (Phillips, K et al., 2008).

Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV) edisi keempat, Body Dysmorphic Disorder ditandai dengan perilaku obsesif terhadap kekurangan fisik yang dirasakan tetapi tidak dapat diamati. Hal ini menyebabkan individu terlibat dalam kebiasaan seperti terus-menerus melirik ke cermin, dandanan yang berlebihan, dan terus-menerus menutupi apa yang dilihatnya sebagai cacat saat berinteraksi dengan orang lain. (APA, 2000).

Gangguan BDD bisa diartikan sebagai obsesi terhadap kekurangan yang ada pada tubuhnya, sehingga ketika ada sedikit keanehan fisik, ia akan selalu terpikirkan penampilannya, ataupun ketika orang lain memperhatikan penampilannya secara berlebihan (Phillips, 2001). Individu yang cenderung terobsesi dengan gangguan fisik mereka menderita ketidaknyamanan dalam

(4)

kehidupan sosial mereka, di tempat kerja, dan di bawah pengaturan tertentu.

Ketidakpuasan seseorang terhadap fisiknya memotivasi mereka untuk mengunjungi klinik kecantikan untuk memanipulasi atau mengubah penampilan mereka.

Berlandaskan hasil wawancara serta observasi yang dilaksanakan peneliti dengan sejumlah mahasiswa Jurusan Manajemen Universitas Prima Indonesia, diketahui mereka menggunakan skincare untuk merawat wajah dan makeup ketika berpergian agar terlihat cantik oleh orang- orang. Tak jarang mereka sering berkonsultasi mengenai kondisi wajahnya dan rela membeli skincare yang mahal agar wajah mereka menjadi cantik.

Biasanya, perilaku mahasiswi awal hingga dewasa ditandai dengan upaya untuk memperbaiki penampilan mereka, seperti diet dan mengubah gaya rambut.

Individu mendapatkan kebahagiaan dan kebanggaan atas penampilan fisiknya dengan berusaha merawat tubuhnya dengan pakaian, kosmetik, tata rambut, dan lain-lain (Bell & Rushforth, 2008).

Fiksasi memiliki bentuk tubuh yang proporsional dan penampilan fisik yang sangat menarik dapat menjadi indikator bahwa seorang remaja memiliki gejala BDD (Nourmalita, 2016).

Anorexia nervosa dengan

kecenderungan body dysmorphic disorder ialah masalah yang terjadi terhadap penampilan fisik. Pada anorexia nervosa, pasien takut bahwa mereka gemuk, percaya bahwa mereka kelebihan berat badan. Individu dengan body dysmorphic disorder merasa khawatir, tidak puas dengan bagian tubuh tertentu, dan memiliki sikap negatif terhadap tubuhnya (Murliana, 2019).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Murliana (2019) terhadap 33 orang siswa SMAN 02 Sidoarjo yang mengikuti ekstrakurikuler dance. Temuan analisis product moment Pearson menunjukkan adanya hubungan antara kecenderungan gangguan anorexia nervosa dan body dysmorphic disorder, dengan tingkat signifikansi 0,005 dan nilai signifikan 0,479.

Berdasarkan penelitian diatas, maka peneliti tertarik untuk mengamati perilaku kecenderungan anorexia nervosa dengan kecenderungan body dysmorphic disorder.

Hipotesis yang diajukan dari penelitian ini yaitu adanya hubungan positif antara kecenderungan anorexia nervosa dengan kecenderungan body dysmorphic disorder dengan asumsi apabila seseorang memiliki kecenderungan anorexia nervosa, maka dapat diketahui orang tersebut mengalami body dysmorphic disorder.

1.2. Perumusan Masalah Apakah terdapat hubungan antara

(5)

702

JURNAL DARMA AGUNG, Vol. 30, No. 3, (2022) Desember : 697 - 709

kecenderungan anorexia nervosa dengan kecenderungan body dysmorphic disorder pada remaja.

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui hubungan kejadian anorexia nervosa dengan body dysmorphic disorder pada remaja.

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Remaja

Menurut Hurlock (1992), masa remaja berasal dari kata latin adolence yang berarti mencapai kedewasaan. Ungkapan masa remaja meliputi ketidakaktifan intelektual, emosional, sosial, dan fisik.

2.2. Kecenderungan Anorexia Nervosa Seseorang dengan kecenderungan anorexia nervosa mengalami ketakutan yang ekstrim saat bertambahnya berat badan. Hal tersebut menyebabkan seseorang menolak berat badan normal berdasarkan usia dan tinggi badan mereka (American Psychiatric Association, 2000).

2.3. Kecenderungan Body Dysmorphic Diroder

Body dysmorphic disorder memiliki kecenderungan yang mempengaruhi bentuk tubuh, yang dianggap dapat mengubah penampilan. Seseorang yang rentan terhadap body dysmorphic disorder menganggap dirinya memiliki kekurangan.

Seseorang akan terus-menerus merasa tidak puas dengan citra tubuh mereka dan berpikir bahwa tubuh mereka kurang ideal.

(Phillips, K et al., 2008).

3. METODE PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian

Penelitian ini memakai kecenderungan anorexia nervosa sebagai variabel bebas dan kecenderungan body dysmorphic disorder sebagai variabel terikat.

3.2. Populasi Dan Sampel Penelitian Populasi pada penelitian ini merupakan mahasiswi Fakultas Ekonomi Jurusan Managemen Universitas Prima Indonesia Medan yang berjumlah 2.593 orang. Ukuran sampel penelitian ini didasarkan pada tabel yang dibuat oleh Isaac dan Michael yang mewakili 5% dari populasi. Dengan demikian, 302 sampel dikumpulkan dari peserta (Sugiyono, 2010).

3.3. Teknik Pengambilan Sampel

Penentuan sampel penelitian memakai teknik quota sampling dengan karakteristik yakni mahasiswi Fakultas Ekonomi Jurusan Managemen Universitas Prima Indonesia dari semester 2 sampai dengan semester 6 dengan usia 18 sampai dengan 23 tahun.

3.4. Metode Pengumpulan Data Teknik pembagian skala dipakai untuk

(6)

menilai kecenderungan anorexia nervosa dan body dysmorphic disorder dalam penyelidikan ini.

3.5. Teknik Analisis Data

Skala diuji terlebih dahulu dengan menghitung validitas dan reliabilitas skala.

Analisa data untuk uji validitas penelitian ini memakai metode Corrected Item Total Correlation dan uji reliabilitas penelitian ini memakai teknik Alpha Cronbach.

Penelitian ini memakai Pearson Product Moment Correlation, suatu metode untuk menentukan hubungan antara dua variabel atau lebih dengan memakai bantuan program SPSS Statistics 19.00 for Windows.

3.6. Validitas dan Reliabilitas Variabel 3.6.1. Validitas dan Reliabilitas

Kecenderungan Anorexia Nervosa

Metode corrected item total correlation digunakan untuk melakukan uji Validitas. Aitem diyatakan sahih jika nilai r > 0,30 (Azwar, 2015). Variabel anorexia nervosa nilai r bergerak 0,31- 0,65. Dalam menilai reliabilitas, digunakan pendekatan Alpha Cronbach. Pada skala anorexia nervosa, koefisien reliabilitas Alpha Cronbach ditemukan sebesar 0,903%.

3.6.2. Validitas dan Reliabilitas Kecenderungan Body Dysmorphic Disorder

Metode corrected item total correlation dipakai untuk melakukan uji validitas. Aitem diyatakan sahih jika nilai r

> 0,30 (Azwar, 2015). Variabel body dysmorphic disorder nilai r bergerak 0,34- 0,58. Dalam menilai reliabilitas, digunakan pendekatan Alpha Cronbach. Pada skala body dysmorphic disorder, koefisien reliabilitas Alpha Cronbach ditemukan sebesar 0,896%.

3.7. Deskripsi Data Penelitian 3.7.1. Hipotetik dan Empirik Skala

Anorexia Nervosa

Skala anorexia nervosa terdiri dari 26 item, dengan skor mulai dari 1 hingga 4 untuk masing-masing item. Rentang maksimum dan minimum ialah 26x1 hingga 26x4, atau 26 hingga 104, dan rata- ratanya ialah 2 (26+104) = 65. Standar deviasi hipotetis penelitian ini ialah (104- 26): 6 = 13. Rerata empirik skala anorexia nervosa yang diselesaikan oleh peserta ialah 64,88 dengan standar deviasi 6,014.

Mengingat bahwa rata-rata empirik skala anorexia nervosa lebih dari rata-rata hipotetis, yaitu 65,79 lebih besar dari 65, dapat dikatakan bahwa prevalensi anorexia nervosa di antara peserta penelitian lebih besar daripada populasi umum. Dari 302 responden penelitian terdapat

(7)

704

JURNAL DARMA AGUNG, Vol. 30, No. 3, (2022) Desember : 697 - 709

302 orang atau 100% memiliki kecenderungan anorexia nervosa sedang.

Dengan demikian, responden memiliki kecenderungan anorexia nervosa yang sedang sebesar 100%.

3.7.2. Hipotetik dan Empirik Skala Body Dysmorphic Disorder

Skala body dysmorphic disorder tersusun atas 34 item, dengan skor mulai dari 1-4 untuk masing-masing item.

Rentang maksimum dan minimumnya ialah 34x1 sampai 34x4, yaitu 34 sampai 136 dengan mean hipotetiknya (34+136) : 2 = 85. (1336 - 34) x 6 = 17 untuk standar deviasi hipotetis dalam penyelidikan ini.

Rerata empirik skala body dysmorphic disorder yang diselesaikan oleh individu adalah 85,11 dengan standar deviasi 5,435.

Hasil analsis untuk skala body dysmorphic disorder diperoleh mean empirik > mean hipotetik yaitu 85,22 lebih besar dari 85 maka dapat disimpulkan bahwa body dysmorphic disorder penelitian ini dikategorikan tinggi.

Dari 302 responden penelitian, terdapat 302 orang atau 100% memiliki kecenderungan body dysmorphic disorder sedang. Dengan demikian, responden memiliki kecenderungan body dysmorphic disorder yang sedang sebesar 100%.

3.8. Uji Asumsi 3.8.1. Uji Normalitas

Uji normalitas data dipakai untuk menentukan derajat normalitas data yang dijadikan sampel dari suatu populasi dan apakah berdistribusi normal atau tidak (Noor, 2011). Uji normalitas ini menggunakan metode One Sample Kolmogorov Smirnov (1-tailed). Jika nilai signifikansi dari hasil uji One Sample Kolmogorov Smirnov (1-tailed) > 0,05, maka asumsi normalitas terpenuhi.

Setelah dilakukan uji normalitas dengan menggunakan program IBM SPSS Statistics 17.0 for windows, hasil uji normalitas yang didapatkan pada variabel anorexia nervosa diperoleh koefisien KS- Z (TestStatistic) = 1,115 dengan Sig (2- tailed) sebesar 0,115 dan pada variabel body dysmorphic disorder diperoleh koefisien KS-Z (TestStatistic) = 1,201 dengan Sig (2-tailed) sebesar 0,112.

Karena hipotesis penelitian ini bersifat satu arah, uji Sig (1-tailed) digunakan untuk menentukan bahwa variabel anorexia nervosa adalah 0,057 (p>0,05) dan variabel body dysmorphic disorder ialah 0,056 (p>0,05). Akibatnya, data untuk kedua variabel memiliki distribusi normal.

(8)

Tabel 1. Hasil Uji Normalitas

3.8.2. Uji Linearitas

Uji linieritas menentukan apakah dua variabel memiliki hubungan linier atau tidak. Hubungan linier terjadi antara dua variabel jika signifikansi (linieritas) kurang dari 0,05. Menurut hipotesis lain, ada hubungan linier antara dua variabel jika signifikansi (deviasi untuk linieritas) lebih dari 0,05 (Purnomo, 2016).

Faktor anorexia nervosa dan body dysmorphic disorder dinyatakan berhubungan jika nilai p lebih kecil dari 0,05. Hasil pengujian adalah 0,000 ketika p<0,05, sehingga hal ini menunjukkan bahwa variabel anorexia nervosa dan body dysmorphic disorder berhubungan linier.

Tabel 2. Hasil Uji Linearitas

Variabel P Keterangan

Anorexia Nervosa

Body Dysmorphic

Disorder

0,000 Linear (P<0,05)

3.9. Uji Hipotesis

Penelitian ini menguji hipotesis bahwa ada hubungan antara anorexia nervosa dengan body dysmorphic disorder pada mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Prima Indonesia Medan. Dengan memakai pendekatan korelasi Pearson Product Moment, penelitian ini menghasilkan nilai sebesar 0,236 dengan Sig sebesar 0,000 (p 0,05). Temuan ini menunjukkan bahwa anorexia nervosa dan body dysmorphic disorder memiliki hubungan yang positif.

Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Prima Indonesia Medan memiliki korelasi yang baik antara kecenderungan anorexia nervosa dengan kecenderungan body dysmorphic disorder.

Tabel 3. Hasil Uji Korelasi Product Moment

Analisis Pearson Correlation

Signifikansi (p)

Korelasi 0,236 0,000

Tabel 4. Sumbangan Efektif

Berdasarkan tabel diatas maka dapat disimpulkan sumbangan efektif sebanyak 5,6% anorexia nervosa mempengaruhi body dysmorphic disorder dan selebihnya 94,4% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti.

Variabel KS-Z Sig. P Anorexia

Nervosa 1,115 0,057 0,05 Body

Dysmorphic Disorder

1,201 0.056 0,05

(9)

706

JURNAL DARMA AGUNG, Vol. 30, No. 3, (2022) Desember : 697 - 709

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian yang dilakukan terhadap 302 mahasiswa Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Prima Indonesia Medan, mengungkapkan adanya hubungan positif yang signifikan antara anorexia nervosa dengan body dysmorphic disorder, dengan koefisien korelasi r = 0,236 dan tingkat signifikansi 0,000 (p<0,05), dengan sumbangan efektif kecenderungan anorexia nervosa sebesar 5,6%

mempengaruhi kecenderungan body dysmorphic disorder artinya semakin tinggi kecenderungan anorexia nervosa maka semakin tinggi kecenderungan body dysmorphic disorder yang dialami mahasiswi, dan sebaliknya.

Pada penelitian ini, koefisien determinasi R Square (R2) ialah 0,056.

Menurut temuan ini, 5,6% anorexia nervosa menderita body dysmorphic disorder. Sementara 94,4% dipengaruhi oleh variabel lain. Adapun variabel lain yang meningkatkan kemungkinan terjadinya body dysmorphic disorder antara lain lingkungan, penyakit mental lainnya seperti gangguan kecemasan atau depresi, dan memiliki orang tua atau anggota keluarga yang terlalu kritis (Handayani, 2019).

Hasil penelitian ini menunjukkan sebanyak 302 orang atau 100% memiliki kecenderungan anorexia nervosa sedang.

Diketahui dari hasil wawancara terhadap

beberapa mahasiswi mengatakan ketika mereka sedang merasa tertekan/stress mereka cenderung melampiaskannya dengan makan ataupun ngemil. Ketika mereka bertambah berat badan, mereka tidak melakukan diet ekstrim seperti menggunakan obat diet, memuntahkan makanan (vomiting), maupun makan secara perlahan (slow eating). Mereka berpendapat bahwa cara diet ekstrim seperti itu sangat berdampak buruk pada kesehatan sehingga mereka tidak melakukannya. Mereka hanya mengurangi porsi makan ataupun mengurangi konsumsi makanan berkarbohidrat tinggi seperti nasi dan roti. Menurut mereka ketika berat badan bertambah, hal tersebut sangat mempengaruhi penampilan. Oleh karena itu mereka melakukan pembatasan pada porsi makan agar berat badan berkurang.

Peneliti juga meneliti tingkat kecenderungan body dysmorphic disorder terhadap mahasiswi Fakultas Ekonomi Jurusan Management Universitas Prima Indonesia Medan. Dalam penelitian ini ditemukan semua subjek penelitian sebanyak 302 orang atau 100% mahasiswi memiliki tingkat kecenderungan body dysmorphic disorder yang sedang.

Berlandaskan hasil wawancara terhadap sejumlah mahasiswi Fakultas Ekonomi Jurusan Managemen Universitas Prima Indonesia Medan diketahui bahwa

(10)

mereka menjaga dan memperhatikan penampilan fisik mereka. Mereka rutin merawat tubuhnya seperti menggunakan produk perawatan wajah (skincare), lotion, dan sebagainya akan tetapi mereka tidak sampai melakukan treatment pada dokter kecantikan. Sebelum berpergian, mereka menggunakan liptint/lipstick/lipbalm agar wajah tidak terlihat pucat dan terkesan hangat. Beberapa mahasiswi lain mengatakan bahwa mereka cenderung memakai pakaian yang tertutup untuk menutupi bagian tubuh yang ingin mereka sembunyikan, seperti lemak pada perut.

Temuan penelitian ini sejalan dengan temuan Kurniawan (2015) bahwa remaja memilih bentuk tubuh mereka berdasarkan standar hidup kontemporer, sehingga meningkatkan kekhawatiran mereka dan memaparkan mereka pada berbagai gangguan seperti Eating Disorder.

Temuan penelitian ini serupa dengan temuan Murliana (2019), yang menemukan korelasi substansial antara anorexia nervosa dan kecenderungan body dysmorphic disorder. Hal ini dibuktikan melalui nilai besarrnya koefisien korelasi yakni 0,479. Dengan ini dapat diartikan bahwa remaja yang mengalami kecenderungan anorexia nervosa yang semakin meningkat menyebabkan tingkat kecenderungan body dysmorphic disorder semakin tinggi.

Berlandaskan hasil penguraian di atas, maka bisa disimpulkan kecenderungan anorexia nervosa berkorelasi positif terhadap kecenderungan body dysmorphic disorder. Angka kejadian body dysmorphic disorder sebanding dengan prevalensi anorexia nervosa pada mahasiswa Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Prima Indonesia Medan.

Sebaliknya, semakin rendah kemungkinan mengembangkan anorexia nervosa, semakin rendah kemungkinan mengembangkan body dysmorphic disorder.

5. SIMPULAN

Berlandaskan hasil penelitian, ada hubungan positif antara anorexia nervosa dengan body dysmorphic disorder, dengan koefisien korelasi product moment = 0,236, p = 0,000, dan R Square (R2) = 0,056. Berdasarkan hasil dan analisa data terhadap variabel anorexia nervosa, terdapat 302 mahasiswi atau 100%

memiliki kecenderungan anorexia nervosa yang sedang. Berdasarkan hasil dan analisa data terhadap variabel body dysmorphic disorder, terdapat 302 mahasiswi atau 100% memiliki kecenderungan body dysmorphic disorder yang sedang. Dan hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel kecenderungan anorexia nervosa memberikan kontribusi sebesar 5,6%

terhadap variabel kecenderungan body

(11)

708

JURNAL DARMA AGUNG, Vol. 30, No. 3, (2022) Desember : 697 - 709

dysmorphic disorder, sisanya 94,4%

dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti, seperti lingkungan, gangguan mental lainnya seperti gangguan kecemasan atau depresi, serta memiliki orang tua atau anggota keluarga yang terlalu kritis terhadap penampilan.

Saran

5.1.1. Bagi mahasiswi Fakultas Ekonomi Jurusan Management Universitas Prima Indonesia Medan

Kami menyarankan agar siswa mengetahui dan memahami diri mereka sendiri. Karena hampir semua orang ingin tampil terbaik, mereka tidak perlu mengubah bentuk atau kondisi tubuh untuk menjadi cantik. Proses berpikir seseorang dapat juga dipengaruhi oleh dukungan orang lain di sekitarnya.

5.1.2. Bagi Universitas Prima Indonesia Fakultas Ekonomi Medan

Dalam upaya mencegah mahasiswi mengalami kecenderungan body dysmorphic disorder, kami menyarankan agar tenaga pendidik dapat membimbing para mahasiswa terutama dalam aspek psikologis dan senantiasa mendukung mereka agar dapat mencintai diri sendiri dengan cara menerima bentuk tubuh dalam kondisi apapun.

5.1.3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hal ini dimaksudkan agar peneliti selanjutnya yang berkeinginan untuk melakukan penelitian dengan topik yang

sama atau yang ingin melanjutkan penelitian ini dapat melakukan penelitian yang lebih beragam dengan memasukkan faktor tambahan seperti harga diri, kepercayaan diri, dll. Serta melaksanakan penelitian dengan metode yang berbeda seperti eksperimen, dll.

6. DAFTAR PUSTAKA

American Psychiatric Association. (2000, Mei 5). Diagnostic and statistical manual of mental disorders : DSM- IVTR. 4th ed.. Washington. DC:

American Psychiatric Association.

https://doi.org/10.1002/978047047921 6.corpsy0271

Azwar, S. (2013). Metode Penelitian.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bell, L., & Rushforth, J. (2008, Juni 7).

Overcoming body image distrubance:

A progran for people with eating disorder. New York: Routledge.

https://doi.org/10.4324/978020393199 8

Davidson, G. C., Neale, J. M., & Kring, A.

M. (2006). Psikologi abnormal, edisi ke 9. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Garner, D. M., Olmsted & Garfinkel, E. P.

(1982 Agustus 30). The eating attitude test: Psychometric features and clinical correlate. Psychological Medicine, 12, 871-878.

https://doi.org/10.1017/S00332917000 49163

(12)

Hayati, Rina. (2021, Juni 3). Pengertian quota sampling, ciri, jenis, dan contohnya.

https://penelitianilmiah.com/quota- sampling/

Handayani, V. V. (2019, Agustus 14). Apa penyebab body dysmorphic disorder?.

https://www.halodoc.com/artikel/apa- penyebab-body-dysmorphic-disorder Jones, J. M., Bennett, S., Olmsted, M. P.,

Lawson, M. L., & Rodin, G. (2001, September 1). Disordered eating attitudes and behaviours in teenaged girl: A school-based study. Canadian Medical Association Journal . CMAJ 2001;165(5):547-52.

https://www.cmaj.ca/content/cmaj/165 /5/547.full.pdf

Keliat, B.A. (1992, Mei 5). Gangguan Konsep Diri. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Kurniawan, M. (2015, Januari 3).

Persepsi Tubuh dan Gangguan Makan Pada Remaja Perempuan.

Jurnal Psikologi, 9(2), 103-108.

https://jurnal.ugm.ac.id/jgki/article/vie w/19287/12518

Li, W., et al. (2015, February 5) Anorexia Nervosa and Body Dysmorphic Disorder are Associated with Abnormalities in Processing Visual Information. Journal Of Psychology.

45(10): 211-2122.

https://doi.org/10.1017/S00332917150

00045

Murliana. (2019, April 30). Hubungan antara kecenderungan gangguan anorexia nervosa dengan kecenderungan body dysmorphic disorder pada siswa SMAN 02 Sidoarjo yang mengikuti

ekstrakurikuler dance.

http://digilib.uinsby.ac.id/30610/1/Mu rliana_J01215023.pdf

Nevid, J.S., Rathus & Greene, B. (2005).

Psikologi abnomal, edisi 5 jilid 2.

Jakarta: Penerbit Erlangga.

Noor, Juliansyah. (2011, Januari 1).

Metode Penelitian. Jakarta: Kencana.

Nourmalita, M. (2016, September 1).

Pengaruh citra tubuh terhadap gejala body dismorphic disorder yang dimediasi harga diri pada remaja putri.

https://mpsi.umm.ac.id/files/file/546-

%20555%20melina.pdf

Phillips, K. (2001, Mei 5). Somatoform and factitious disorders (review of psychiatry series). The Journal of Clinical Psychiatry, 20 (3).

https://doi.org/10.4088/JCP.v64n0118 a

Phillips, K., Didie, E. R., Feusner, Jamie., & Wilhelm, Sabine. (2008, Mei 5). Body dysmorphic disorder:

Treating an underrecognized disorder.

Journal of the American Psychiatric Association. 165 (9), 1111-1117.

http://dx.doi.org/10.1176/appi.ajp.200

(13)

710

JURNAL DARMA AGUNG, Vol. 30, No. 3, (2022) Desember : 697 - 709

8.08040500

Priyatno, D. (2016). SPSS Handbook.

Yogyakarta : Mediakom

Purnomo, Rochmat Aldy. (2016). Analisis Statistik Ekonomi & Bisnis Dengan SPSS, Cetakan 1. Ponorogo : WADE Group.

Sugiyono. (2010, Mei 10). Metodologi penelitian pendidikan (pendidikan kualitatif, kuantitatif, dan R&B).

Bandung: CV. Alfabeta.

Timothy, J., et al. (2012, Mei 5). The structure of diagnostic and statistical manual of mental disorders (4th edition, text revision) personality disorder smptoms in a large national sample. International Journal Personal Disorders, 3(4):355- 369.[PubMed: 0027766].

Veale, D., Kinderman, Peter., Riley, Susan., & Lambrou, Christina. (2008, Mei 10). Self-discrepancy in body dysmorphic disorder. Journal Of Clinical Psychology, 42 (Pt 2), 157- 169.

https://doi.org/10.1348/014466503321 903571

Vega, H. B., Francisco, J., Chávez, A., Rodríguez-villalobos, J. M., René, J.,

& Ornelas, B. (2014, September 1).

Body image anxiety on university students (differences between men and women). Journal of Medical

Psychology 348–354.

https://file.scirp.org/pdf/OJMP_20141 01615235051.pdf

Referensi

Dokumen terkait

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara konsep diri dengan kecenderungan perilaku konsumtif pada mahasiswa dalam menggunakan

Siswa kelas XI ini mengalami kecenderungan Body Dysmorphic Disoerder paling tinggi pada aspek perilaku obsesif-kompulsif, yakni kecemasan yang ditunjukkan dengan

Konstelasi hubungan antar variabel digunakan untuk memberikan gambaran sesuai dengan hipotesis yang diajukan, terdapat hubungan yang positif antara efektivitas

Hasil analisis regresi sederhana menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan peneliti, yaitu terdapat hubungan positif antara body image dengan penyesuaian diri pada

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara fear of missing out (FoMO) dengan kecenderungan kecanduan internet pada emerging adulthood..

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan negatif dan signifikan antara harga diri (self esteem) dengan kecenderungan impulsive buying

Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan Ada hubungan negatif antara kesepian dengan kecenderungan narsistik pada mahasiswi Universitas Prima Indonesia dengan

The treatments of anorexia nervosa that reflected in To the Bone film Treatment in eating disorder is of course necessary to restore normal body weight, because people