• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Kelekatan dengan Teman Sebaya dan Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Tinggal di Panti Asuhan

N/A
N/A
Roseanne G

Academic year: 2025

Membagikan "Hubungan Kelekatan dengan Teman Sebaya dan Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Tinggal di Panti Asuhan"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

No.

Author, year of publication,

title

Study Location

Population or Sample

Description Instrument Study Design Study Purpose Hasil Urgensi Future Research

1. Syahrani Paramitha Kurnia Illahi,Sari Zakiah Akmal (2017) Hubungan Kelekatan dengan Teman Sebaya dan Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Tinggal di Panti Asuhan

DKI

Jakarta 104 remaja yang tinggal di panti asuhan wilayah DKI Jakarta dengan rentang usia 12-18 tahun diperoleh dengan menggunak an teknik incidental sampling.

Penelitian kuantitatif dengan kuesioner:

teknik non- probability sampling yaitu teknik incidental sampling.

Inventory of Parent and Peer

Attachment Revisited (IPPA-R) dari Armsden dan Greenberg yang direvisi oleh Gullone &

Robinson

(2005) yang hanya menggunakan skala kelekatan dengan teman sebaya.

alat ukur yang dibuat oleh Singh (2004) berdasarkan oleh teori Goleman (2015).

uji korelasi

Spearman Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kelekatan dengan teman sebaya dan kecerdasan emosi pada remaja yang tinggal di panti asuhan.

Terdapat hubungan positif yang signifikan antara kelekatan dengan teman sebaya dengan kecerdasan emosi pada remaja yang tinggal di panti asuhan:

Remaja yang tinggal di panti asuhan mengalami suatu keadaan haus emosi, yaitu remaja membutuhkan ekspresi kasih sayang dan perhatian.

penelitian berikutnya agar menentukan karakteristik penelitian yang spesifik seperti pengalaman masa lalu sebagai salah satu faktor dari kelekatan dengan teman sebaya. Selain itu, peneliti hendaknya memperhatikan dan menyesuaikan

pemilihan bahasa yang tepat pada kuesioner berdasarkan kemampuan verbal yang dimiliki oleh subjek penelitian. Tidak menetapkan karakteristik subjek yang spesifik seperti pengalaman masa lalu yang dimiliki subjek yang berlandaskan teori (yang dikemukakan oleh Ainsworth (dalam Feeney & Noller, 1966).

Pengalaman masa lalu yang dimaksud seperti alasan mengapa subjek tinggal di panti asuhan, pernah atau tidaknya mendapatkan pengasuhan orangtua, dan sudah berapa lama subjek tinggal di panti asuhan. Peneliti telah melengkapi kuesioner penelitian dengan

mencantumkan informasi mengenai hubungan subjek dengan pengasuh atau pengurus panti maupun penghuni panti lainnya, serta kebiasaan kebiasaan subjek jika menghadapi permasalahan terkait emosi. Akan tetapi, informasi tersebut kurang dapat menjelaskan kondisi secara konkrit sehingga penelitian ini tidak dapat mengetahui dinamika atau keterkaitan data yang diperoleh dengan variabel kecerdasan emosi ataupun kelekatan dengan teman sebaya. Kelemahan berikutnya adalah pada penelitian ini terdapat hubungan antara kedua variabel namun kekuatan hubungan korelasi yang didapatkan lemah (r=0,221). Hal tersebut berarti

(2)

title Description

bahwa terdapat faktor lainnya yang berhubungan dengan kecerdasan emosi selain kelekatan dengan teman sebaya seperti fisiologis, keluarga, lingkungan sekolah, dan pengalaman-pengalaman yang terjadi dalam kehidupan remaja panti asuhan (Goleman, 2015). Adapun kelemahan selanjutnya, peneliti kurang memperhatikan kemampuan verbal pada subjek remaja awal yang mendapat kesulitan saat membaca dan memahami maksud dari aitem-aitem dalam kuesioner yang diberikan.Hal tersebut memungkinkan subjek penelitian mengisi kuesioner tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya yang dimiliki.

2. Retno Yuli Hastuti, Erlina Nur Baiti (2019) HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN TINGKAT STRESS PADA REMAJA

Kab.

Klaten, Yogyakart a

85 siswa SMK N 1 Jogonalan teknik purposive sampling.

(bulan Februari sampai dengan Juli 2018.)

Instrumen berupa lembar data demografi responden, kuesioner kecerdasan emosional dan kuesioner DASS yang mewakili variabel indikator stress. Pada penelitian ini untuk analisa bivariat menggunakan uji statistik Kendall Tau.

kuantitatif non eksperimental, dengan desain penelitian cross sectional.

kendall tau.

Ingin mengetahui hubungan kecerdasan emosional dengan tingkat stress pada remaja di SMK N 1 Jogonalan.

Ada hubungan kecerdasan emosional dengan tingkat stress pada remaja di SMK N 1 Jogonalan. Hasil analisis dengan uji kendall tau

didapatkan p value = 0,000 berarti p value<

0,05. Nilai koefisien korelasi atau nilai r = 0,867 menunjukkan korelasi negatif yang sangat kuat.

Kesimpulan: Ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara kecerdasan emosional dengan tingkat stress pada remaja di SMK N 1 Jogonalan.

Kejadian stress pada remaja di Provinsi Jawa Tengah yaitu sebesar 4,7%. Stress pada remaja SMK disebabkan oleh beberapa hal yaitu masalah di sekolah, perbedaan argumen antara orangtua dan anak serta hubungan dengan teman sebaya.

-

3. Hasanuddin (2018) Perbedaan Kecerdasan Emosi Guru Ditinjau dari Jenis Kelamin

SMA Nusantara Setia Janji.

Sumatera

teknik total sampling, sampel penelitian sebanyak 50

alat ukur penelitian berbentuk skala psikologi yang dikembangkan oleh peneliti dengan cara

Teknik analisis data yang digunakan analisis anova 1 jalur.

Mengetahui secara empirik perbedaan kecerdasan emosi guru ditinjau dari jenis kelamin.

Ada perbedaan yang signifikan antara kecerdasan emosi guru

pria dengan

- -

(3)

title Description

Utara orang. mempedomani

aspek-aspek dan indikator variabel penelitian.

Instrumen skala kecerdasan emosi yang dikembangkan oleh Goleman dalam Noriah, dkk (2004) dengan indeks reliabilitas Cronbach’s Alpha sebesar 0.914.

kuantitatif dengan pendekatan komparatif.

pengujian normalitas sebaran data menggunakan analisis Kolmogorov Smirnov pada Program SPSS

kecerdasan emosi guru perempuan.

Dengan kesimpulan kecerdasan emosi guru pria lebih tinggi daripada kecerdasan emosi guru perempuan.

4. Fitri Apriani & Ratih Arruum Listiyandini (2019) Kecerdasan emosi sebagai prediktor resiliensi psikologis pada remaja di panti asuhan

wilayah sekitar Jakarta

145 orang remaja berusia 11 – 18 tahun yang tinggal di panti asuhan

Adaptasi skala resiliensi dari Connor dan Davidson dan skala kecerdasan emosional berdasarkan teori Salovey dan Mayer untuk mengukur kecerdasan emosional

digunakan di dalam penelitian ini

pendekatan kuantitatif dengan desain korelasional.

Menggunakan teknik sampling purposive, uji regresi sederhana

untuk menganalisis sejauh mana kecerdasan emosional dapat menjadi prediktor dari resiliensi psikologis pada remaja yang tinggal di panti asuhan

Pengaruh yang dihasilkan bersifat positif, yang artinya tingginya kecerdasan emosi yang dimiliki remaja panti asuhan, akan diikuti pula dengan tingginya resiliensi psikologis yang mereka miliki.

Hal ini

mengindikasikan bahwa remaja panti asuhan yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi, maka akan lebih mampu untuk bangkit dari permasalahan yang dihadapi.

Remaja di panti asuhan rentan mengalami berbagai masalah kesehatan mental. Oleh karena itu, mereka membutuhkan resiliensi psikologis, yaitu kemampuan untuk bisa bangkit dari masalah yang dihadapi.

variabel psikologis lain yang bersumber dari internal seperti religiusitas ataupun penerimaan diri, ataupun eksternal seperti dukungan teman sebaya dan sekolah, bisa diteliti kaitannya dengan resiliensi psikologis pada remaja panti asuhan. Penambahkan metode kualitatif, seperti observasi dan wawancara, juga diharapkan akan lebih mampu untuk menjelaskan dinamika antar variabel yang muncul.

5. Pujining Wanodya Nyiagani, Wahyuni Kristinawati (2021) Kecerdasan Emosi dengan Resiliensi Berdasarkan Jenis Kelamin pada Remaja di Panti Asuhan

Kabupate n Karangan yar, Jawa Tengah

55 remaja yang tinggal di panti asuhan yang dipilih dengan teknik purposive sampling, remaja

skala resiliensi dari Connor dan Davidson (2003) dan skala kecerdasan emosi dari Schutte, Malouff, Hall, Hagegerty, Cooper, Golden, dan Domheim (1998).

uji korelasi product moment pearson dan t- test.

untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosi dengan resiliensi ditinjau dari jenis kelamin pada remaja yang tinggal di panti asuhan.

adanya hubungan positif antara kecerdasan emosi dengan resiliensi remaja laki-laki dan perempuan yang tinggal di panti asuhan. Arah hubungan yang terjadi berarti semakin tinggi

Berdasarkan latar belakang ini peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian apakah terdapat hubungan antara kecerdasan emosi dengan resiliensi ditinjau dari jenis kelamin pada remaja

untuk memperhatikan persebaran demografi seperti jenis kelamin, responden laki-laki dan perempuan agar memiliki jumlah yang sama, sehingga mudah untuk mengetahui perbedaan resiliensi dan kecerdasan emosi remaja laki-laki dan perempuan panti asuhan.

Selain itu perlu memperhatikan faktor lain yang mungkin dapat melihat perbedaan kecerdasan emosi dan

(4)

title Description berusia 12- 21 tahun dan tinggal di panti asuhan selama lebih dari 1 tahun.

kecerdasan emosi maka semakin tinggi resiliensi remaja yang tinggal di panti asuhan dan begitu pula sebaliknya.

Resiliensi dan kecerdasan emosi yang dimiliki remaja laki-laki dan perempuan panti asuhan pada penelitian ini berada pada kategori sedang.

Tidak terdapat perbedaan kecerdasan emosi dan resiliensi antara remaja laki-laki dan perempuan panti asuhan, hanya sedikit perbedaan rata-rata.

Jenis kelamin bukan menjadi salah satu faktor yang memberikan perbedaan tinggi rendahnya kecerdasan emosi dan resiliensi yang dimiliki individu.

yang tinggal di Panti Asuhan dengan mengajukan hipotesis adanya hubungan positif antara kecerdasan emosi dengan resiliensi ditinjau dari jenis kelamin pada remaja yang tinggal di panti asuhan.

resiliensi remaja laki-laki dan perempuan panti asuhan, seperti faktor orang terdekat remaja. Remaja yang memiliki kemampuan resiliensi rendah dan sedang memiliki potensi untuk ditingkatkan secara optimal.

6. Dwi Yuniar, Irma Darmawati (2017) DUKUNGAN KELUARGA BERHUBUNGAN DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL REMAJA

SMA Kota Bandung SMA YPI, SMA PGRI I, SMA PGRI III, SMA Taman Siswa dan SMA YWKA

170 sampel siswa kelas 2 SMA yang masih memiliki orang tua dan tinggal bersama kedua orang tua.

Alat ukur yang dugunakan yaitu kuesioner yang telah diujicobakan terlebih dahulu dan telah dinyatakan valid dan reliabel

Desain deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional dengan metode cluster sampling Data dianalisis menggunakan non-parametrik Uji Spearman.

Ingin mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara dukungan keluaga dengan kecerdasan emosional remaja sma di kota Bandung.

Ada hubungan yang sangat rendah antara dukungan keluarga dengan kecerdasan emosional remaja di SMA kota Bandung

Kondisi remaja saat ini cukup

mengkhawatirkan.

Prevalensi

ketidakstabilan emosi remaja pada tahun 2015 di kota Bandung mencapai 40%.

Hasil dari penelitian ini di harapkan agar menjadi inspirasi bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian mengenai kecerdasan emosional remaja yang dapat dilihat dari faktor lain yang tidak di bahas oleh peneliti seperti intelektual, jenis kelamin, usia, dukungan sosial, lingkungan sekolah dan lingkungan keluarga.

7. Ulya Illahi, Neviyarni S., Azrul Said,

siswa kelas X,

300 orang dan sampel

Skala Kecerdasan Emosi dan Skala

metode kuantitatif

(1) mendeskripsikan kecerdasan emosi

semakin tinggi kecerdasan emosi

Salah satu penelitian yang dilakukan oleh

-

(5)

title Description Zadrian Ardi (2018)

Hubungan antara kecerdasan emosi dengan perilaku agresif remaja dan implikasinya dalam bimbingan dan konseling

XI, dan XII MAN 1 Tanah Datar, Sumatera Barat

sebanyak 178 siswa yang dipilih dengan Stratified Random Sampling

Perilaku Agresif

Remaja. dengan

pendekatan deskriptif dan korelasional.

statistik desktiptif dan teknik Pearson Product Moment dengan bantuan program SPSS for windows 20

remaja, (2) mendeskripsikan perilaku agresif remaja dan (3) menguji hubungan kecerdasan emosi dengan perilaku agresif remaja.

maka semakin rendah tingkat perilaku agresif remaja, begitu sebaliknya semakin rendah kecerdasan emosi maka semakin tinggi tingkat perilaku agresif remaja.

Melisa Yumarlis (2010) mengatakan 10% agresivitas siswa berada pada kategori sangat tinggi, 40%

agresivitas siswa pada kategori sedang, 30%

agresivitas siswa pada kategori rendah. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum agresivitas siswa SMP Negeri 15 Padang berada pada kategori sedang. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Triyuni Trisna Watiningsih (2010) mengatakan sebanyak 56,90% siswa SMA Yayasan Pendidikan Kotamadya Blitar memiliki self esteem sedang, sebanyak 56,90% siswa SMA Yayasan Pendidikan Kotamadya Blitar memiliki perilaku agresif sedang.

8. HM Adibussholeh (2022) Pengaruh Kecerdasan Emosional dengan Kenakalan Siswa

kelas XI di SMKN 1 Nganjuk, Jawa Timur.

40 siswa Skala ini terdiri dari dua variabel pernyataan, yaitu pernyataan variabel kecerdasan emosional dan pernyataan variabel kenakalan remaja.

kuanititif dengan pendekatan korelasi linier Studi korelasi

Ingin mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara kecerdasan emosional dengan kenakalan remaja di SMK Negeri 1 Nganjuk.

semakin tinggi kecerdasan emosional maka semakin rendah kenakalan remaja

zaman sekarang ini kenakalan remaja sangat marak.

Menurut Santrock, kenakalan remaja (juvenil delinquency) mengacu pada suatu rentang yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal.4 Melihat

-

(6)

title Description

kondisi tersebut, apabila didukung oleh lingkungan yang kurang kondusif dan sifat kepribadian yang kurang baik akan menjadi pemicu timbulnya berbagai penyimpangan perilaku dan perbuatan-perbuatan negatif yang melanggar aturan dan norma yang ada di masyarakat yang biasanya disebut dengan kenakalan remaja

9. Stephani Raihana Hamdan (2017) KECERDASAN EMOSIONAL DALAM AL- QUR’AN

Fakultas Dirosah Islamiyya h Universita s Islam Bandung, Kota Bandung

10 subjek modifikasi dari alat

ukur EQ-I Bar-On pendekatan Likert yakni Summated Rating Scale.

teknik deskriptif dengan menggunakan metode statistik persentase kuantitatif dan data statistik berbentuk non parametrik.

peneliti tertarik meneliti lebih jauh bagaimana kecerdasan emosional para mahasiswa penghafal Al- Qur’an (Hafidz Qur’an) di Unisba.

Hal ini dilakukan dalam rangka pembuktian asumsi bahwa mahasiswa hafidz Qur’an memiliki kecerdasan emosi tinggi yang merupakan hasil dari nilai Al-Qur’an yang mereka hafalkan dan amalkan.

para hafidz

mahasiswa hafidz Al- Qur’an memiliki kemampuan yang tinggi dalam mengenali emosi, mengelola emosi, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain (empati) dan membina hubungan dengan orang lain. Hal ini tidak lain cerminan dari nilai-nilai Al- Qur’an yang senantiasa mereka hafalkan dan usahakan untuk diamalkan.

- -

10. Endang Mei Yunalia, Arif Nurma Etika (2020) ANALISA KECERDASAN

mahasisw a Fakultas Ilmu Kesehatan

191 responden

kuesioner kecerdasan emosional yang diadaptasi dari Teori

Simple random sampling, uji korelasi koefisien

untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosional dengan

tidak terdapat hubungan antara tingkat kecerdasan emosional dengan

Kejadian perilaku agresif pada remaja, memerlukan telaah lebih lanjut tentang

banyak factor yang berpengaruh terhadap kecerdasan emosional. Selain jenis kelamin dan usia yang merupakan faktor internal yang mempengaruhi

(7)

title Description EMOSIONAL

REMAJA TAHAP AKHIR

BERDASARKAN JENIS KELAMIN

Universita s

Kadiri, Jawa Tengah

Goleman kontingens jenis kelamin pada

remaja tahap akhir. jenis kelamin pada

remaja tahap akhir. faktor yang

berkontribusi terhadap munculnya perilaku agresif. Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku atau tindakan remaja adalah kecerdasan

emosional. Penelitian terdahulu

menyebutkan bahwa antara remaja laki-laki dan remaja

perempuan pada golongan umur yang sama memiliki kecerdasan emosional yang berbeda. Remaja perempuan umumnya lebih memiliki ekspresi emosional daripada laki –laki, dimana ekspresi emosi ini menggambarkan kecerdasan emosional dan kemampuan melakukan hubungan interpersonal yang baik dengan orang lain

kecerdasan emosional, faktor eksternal yang berpengaruh antara lain

lingkungan keluarga. Keluarga merupakan lingkungan pertama bagi anak untuk belajar mengenal emosi, Dimana kemampuan anak mempelajari emosi ini akan terbawa sampai dewasa.

Remaja yang memiliki hubungan baik dan dekat dengan orangtua memiliki situasi emosi yag baik (Moensaku, 2015). Teori ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan pada remaja di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kadiri dimana sebagian besar

responden sebanyak 135 responden (70,7%) memiliki orang terdekat yaitu orang tua.

11. Irma Darmawati &

Dwi Yuniar (2018) Emotional Quotient Remaja Kota Bandung

cluster wilayah utara, barat, timur dan selatan Kota Bandung

170 siswa SMA

Penggembangan instrumen kuesioner emotional quotient dari berbagai teori oleh peneliti.

Desain deskriptif kuantitatif, teknik multistage sampling

Peneliti berusaha mengetahui dan menjelaskan gambaran kecerdasan emosional pada remaja

- -

12. Igor Esnaola, Lorena Revuelta, Iker Ros, Marta Sarasa (2017) El desarrollo de la

Spanyol, di sekolah publik dan semi-

484 remaja (226 laki- laki, 258 perempuan)

Emotional Quotient Inventory: Young Version Short (Bar- On & Parker, 2000).

Studi ex post facto

longitudinal dan lintas-seksional.

Menganalisis perkembangan dimensi-dimensi kecerdasan

- - Penelitian di masa depan

direkomendasikan untuk

memperpanjang periode analisis dan menggunakan pengukuran yang lebih

(8)

title Description inteligencia

emocional durante la adolescencia (The development of emotional intelligence in adolescence)

swasta berusia 12- 18 tahun dari berbagai tingkatan sekolah (Year 1 of Secondary hingga Year 2 of Baccalaurea te).

emosional selama satu tahun ajaran serta secara lintas- seksional di enam tingkatan sekolah.

sering untuk mendapatkan data yang lebih konklusif terkait perkembangan kecerdasan emosional.

13. Dewi Wisfar Agustini (2022) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Career Adaptability:

Personality, Emotional Intelligence, dan Work Value (Suatu Kajian Literature Review Manajemen Sumber Daya Manusia)

Studi berbentuk tinjauan pustaka yang memanfaa tkan berbagai penelitian global.

Lulusan baru (fresh graduate) yang beralih dari dunia pendidikan ke dunia kerja.

Kajian literatur akademik dan kerangka teoritis

Penelitian kualitatif dengan metode studi literatur.

Menganalisis bagaimana kepribadian, kecerdasan emosional, dan nilai kerja memengaruhi kemampuan beradaptasi karier, serta membangun hipotesis untuk penelitian lanjutan.

Penelitian

menunjukkan bahwa kepribadian, kecerdasan emosional, dan nilai kerja merupakan faktor utama yang memengaruhi adaptasi karier. Hasil ini memberikan landasan untuk memahami bagaimana individu dapat lebih siap menghadapi tantangan transisi dari

pendidikan ke dunia kerja.

Kebutuhan untuk memahami faktor- faktor yang

memengaruhi career adaptability atau kemampuan beradaptasi karier pada lulusan baru.

Mengkaji faktor lain yang

memengaruhi adaptasi karier, seperti efikasi diri, dukungan sosial, dan pelatihan karier. Diperlukan studi empiris untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan.

14. Dhian Riskana Putri (2016) Peran Dukungan Sosial Dan Kecerdasan Emosi Terhadap Kesejahteraan Subjektif Pada Remaja Awal

SMP Negeri 2 Kota S, Indonesia

Siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Kota S, berusia 12- 15 tahun.

Alat ukur menggunakan tiga skala: skala kesejahteraan subjektif, skala kecerdasan emosi, dan skala dukungan sosial.

Uji hipotesis menggunakan analisis regresi berganda dengan variabel moderator yang disebut juga sebagai Moderated Regression Analysis (MRA).

Bertujuan mengetahui hubungan antara kecerdasan emosi, dukungan sosial, dan kesejahteraan subjektif pada remaja awal.

Tujuan penelitian ini untuk

mengetahui tingkat kesejahteraan subjektif pada remaja awal. Ketika

Hasil penelitian menunjukkan nilai R2 pada model regresi ke-3 lebih tinggi, sebesar 0,667dengan memasukkan interaksi variabel kecerdasan emosi dan variabel dukungan sosial (sebagai variabel moderator), sehingga terbukti variabel dukungan sosial tepat sebagai variabel moderator dan

Penelitian ini mendesak karena bertujuan untuk memahami dan mendukung remaja dalam fase penting perkembangan mereka, sehingga mereka dapat berkembang menjadi individu yang sehat secara emosional, sosial, dan mental.

Subjek penelitian ini, yang merupakan remaja awal, bahwa karakteristik perkembangan yang paling menonjol pada masa remaja awal cenderung lebih

memfokuskan diri pada perkembangan fisik dan belum begitu memperhatikan kesejahteraan subjektif. Hal inilah yang menjadikan salah satu keterbatasan dari penelitian ini.

Penelitian selanjutnya dapat memperluas karakteristik

perkembangan dari subjek penelitian, yaitu pada individu dengan tahap

(9)

title Description

individu dapat mencapai kesejahteraan subjektif yang tinggi pada masa remaja awal, akan menjadi pijakan kuat dan sehat bagi tahap perkembangan selanjutnya. Akan tetapi, subjek

mampu meningkatkan hubungan antara variabel kecerdasan emosi dengan variabel kesejahteraan subjektif.

Berdasarkan hasil analisis data, dapat diketahui bahwa kecerdasan emosi, dukungan sosial, dan kesejahteraan subjektif memiliki hubungan positif yang signifikan. Remaja yang memiliki kecerdasan emosi tinggi serta merasakan dukungan sosial tinggi, juga memiliki kesejahteraan subjektif yang tinggi.

Hasil uji hipotesis menjelaskan bahwa variabel dukungan sosial merupakan variabel moderator yang berperan menguatkan hubungan variabel kecerdasan emosi dengan kesejahteraan subjektif.

perkembangan yang lebih tinggi, sehingga kesejahteraan subjektif dapat dipahami secara lebih dominan oleh subjek penelitian dengan tahap perkembangan yang lebih tinggi, dibandingkan dengan subjek penelitian pada remaja awal.

15. Imanuel Sairo Awang, Metah Merpirah, Yohanes Berkhmas Mulyadi, (2019) KECERDASAN EMOSIONAL PESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR

Sekolah Dasar Negeri 03 Nanga Ngeri, Kapuas Hulu, Kalimanta n Barat. 

Peserta didik kelas IV berjumlah 22 orang

angket kecerdasan emosional;

wawancara

penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif sebagai metode perhitungan persentase yang akan

Describe emotional intelligence of Grade IV Students of elementary school; Meneliti tentang kecerdasan emosional untuk mencoba membantu permasalahan yang sering terjadi yakni

Terdapat kecendrungan karakteristik kecerdasan emosional yang baik akan berkontribusi pada prestasi belajar peserta didik. Hal ini ditunjukkan dengan sebanyak 63,64%

Peserta didik mudah marah bila ditegur gurunya, suka berkelahi dengan teman sekelasnya, malas belajar serta kurang dalam keterampilan sosial.

Terdapat peserta didik yang mampu

-

(10)

title Description

menentukan responden yang akan

diwawancarai.

Selanjutnya data hasil wawancara akan dianalisis dengan strategi kualitatif- verifikatif.

kemampuan untuk mengenali emosinya sendiri, mengolah emosinya sendiri, memotivasi diri sendiri, mengenal emosi orang lain (teman) dan membina hubungan dengan teman diwaktu yang tepat.

peserta didik berkarakteristik kecerdasan emosional cukup baik juga ditunjang dengan hasil belajar dengan persentase 54,55%

peserta didik yang hasil belajarnya tuntas. Meskipun demikian karakteristik kecerdasan emosional peserta didik kelas IV Sekolah Dasar berbeda-beda.

memotivasi dirinya sendiri misalnya dengan tidak bermain dikelas dan mau menolong teman sekelasnya, namun ada juga yang melakukan hal sebaliknya. Kemudian terdapat juga peserta didik yang benar- benar memperhatikan gurunya saat menjelaskan materi pelajaran dan ada juga yang tidak.

16. M. Nur Ghufron, (2016) Peran Kecerdasan Emosi Dalam Meningkatkan Toleransi

Beragama

Kudus, Jawa Teng ah, Indone sia

94 mahasiswa Pendidikan Agama Islam, Jurusan Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Kudus

Angket atau kuesioner laporan diri (Selfreport) pengetahuan dalam keyakinan pribadi:

1)skala kecerdasan emosi (oleh penulis sendiri [Ghufron]

berdasarkan Goleman dalam Karim) dan 2)skala toleransi beragama.

convenience sampling, dengan mengisi angket dalam bentuk skala.

untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosi dengan toleransi beragama.

ada pengaruh yang positif kecerdasan emosi terhadap toleransi beragama pada mahasiswa.

Semakin tinggi skor kecerdasan emosi yang diperoleh mahasiswa semakin tinggi

pula toleransi beragama yang dimiliki mahasiswa.

Kecerdasan emosi dewasa ini berada pada tingkat yang memprihatinkan, tak saja di Indonesia tetapi merupakan kecendrungan diseluruh dunia.

Sebuah survey besar- besaran terhadap orangtua dan guru memperlihatkan adanya

kecenderungan yang sama diseluruh dunia, yaitu generasi sekarang lebih banyak mengalami kesulitan emosional dari pada generasi sebelumnya, lebih kesepian dan pemurung, lebih kasar dan kurang

menghargai sopan santun, lebih gugup dan mudah cemas, lebih implusif dan agresif

-

(11)

title Description 17. Pulung Riyanto, Deni

Mudian (2019) PENGARUH AKTIVITAS FISIK TERHADAP PENINGKATAN KECERDASAN EMOSI SISWA

peserta didik Sekolah Dasar Se Kecamatan Subang III, IV dan V:

100 orang yang diambil dengan purposive sampling.

psikologi kecerdasan emosi, dan metode eksperimental:

dokumentasi bibiografi, pengamatan pembelajaran, prosedur investigasi, tes psikologi kecerdasan emosi, dan metode eksperimental dari aktifitas fisik terhadap peningkatan kecerdasan emosi.

Uji Normalitas, Uji

Homogenitas

Untuk mengetahui pengaruh dari aktivitas fisik terhadap kecerdasan emosi siswa

Aktivitas fisik yang dikembangkan di sekolah berpengaruh terhadap kecerdasan emosi anak.

- -

18. Fitri Lestari Issom, Fiany Aprilia (2019) PENGARUH KECERDASAN EMOSI TERHADAP STRES KERJA PADA PENGAJAR MUDA DI GERAKAN INDONESIA MENGAJAR

indonesia pengajar muda di Gerakan Indonesia Mengajar angkatan 14, 15 dan 16, yang terdiri dari 28 laki-laki dan 44 perempuan dengan rentang usia 22-30 tahun.

alat ukur tentang stress kerja dan alat ukur tentang kecerdsan emosi.

penelitian kuantitatif: non- probability sampling dengan teknik purposive sampling, yaitu dengan menggunakan pertimbangan karakteristik spesifik dalam pemilihan sampel.

o analyze the impact of emotional intelligence towards job stress of Pengajar Muda in Gerakan Indonesia Mengajar.

individu yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi akan selalu berperilaku positif dan produktif dalam melakukan pekerjaan.

masalah pemerataan pendidikan di Indonesia masih menjadi hal yang tidak terpecahkan.

Pemerataan pendidikan ini merupakan persoalan penyediaan

kesempatan bagi tiap individu untuk memperoleh pendidikan, masalah ini tergambarkan karena melihat ketimpangan antara pendidikan di kota dan di pelosok daerah.

Minimnya sekolah di pelosok daerah merupakan salah satu gambaran pendidikan Indonesia yang belum merata. (Aprilia, 2014).

-

19. Aniq Ayu Bestari

(12)

title Description Zulfa Indira Wahyuni

(2015) PENGARUH BODY IMAGE DAN KECERDASAN EMOSI TERHADAP DEPRESI PADA REMAJA 20.

21.

22.

23.

24.

25.

26.

27.

28.

29.

30.

31.

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi yang berjudul ooHubungan Antara Dukungan Sosial Teman Sebaya Dengan Identitas Diri Remaja Di Panti Asuhan Sinar Melati Yogyakarta&#34; yang disusun oleh Al

Namun demikian, dari analisis kuantitatif ditemukan bahwa remaja panti asuhan yang merupakan yatim piatu cenderung memiliki tipe kelekatan anxious dan memiliki tingkat kesepian

Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan kecerdasan seksual remaja yang tinggal di panti asuhan dan remaja yang

Bertentangan dengan hipotesis, ternyata tidak ada hubungan antara kecerdasan emosi dengan prestasi belajar remaja yang bertempat tinggal di panti asuhan1. Diduga

et al , (2000) menunjukkan bahwa remaja yang memiliki kualitas kelekatan dengan teman sebaya yang tinggi memiliki penyesuaian diri yang baik (agresi dan depresi yang

Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan pada remaja yang tinggal di panti asuhan di Jakarta disimpulkan bahwa kehangatan hubungan dengan orang tua, pengasuh dan teman

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara penerimaan kelompok teman sebaya dengan konsep diri pada remaja panti asuhan di Kabupaten Badung,

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan emosional melalui bimbingan kelompok dengan metode role playing pada remaja panti asuhan Nurul Haq.. Penelitian ini