• Tidak ada hasil yang ditemukan

hubungan lama dan frekuensi merokok terhadap

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "hubungan lama dan frekuensi merokok terhadap"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang Permasalahan

Bagaimana hubungan lama merokok dan frekuensi merokok terhadap kadar protein urine di Desa Karang Anyar Pangkalan Bun Kalimantan Tengah?”. Kalimantan .Penghitungan kadar protein urin dalam hubungannya dengan lama dan frekuensi merokok di Desa Karang Anyar, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah.

Rumusan Permasalahan

Tujuan Penelitian

Menganalisis hubungan lama merokok dengan frekuensi merokok di Desa Karang Anyar, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah.

Manfaat Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA

  • Rokok
    • Definisi Rokok
    • Efek Rokok
    • Kandungan Rokok
  • Ginjal
    • Definisi Ginjal
    • Peran Fungsi Ginjal
    • Penyakit Pada Ginjal
  • Urine
    • Definisi Urine
    • Pembentukan Urine
    • Pemeriksaan Urine
  • Faktor Lain yang Mempengaruhi Kadar Protein Urine

Sel-sel tubulus ginjal secara selektif menyerap kembali zat-zat yang ada dalam urin primer, reabsorpsi terjadi sesuai kebutuhan. Setelah terbentuknya urine sekunder, urine sekunder tidak mengandung zat-zat yang dibutuhkan tubuh. Urine sekunder akan mengalir melalui kapiler darah untuk mengeluarkan zat-zat yang tidak lagi berguna bagi tubuh.

Gambar 2.2 Anatomi Ginjal dan Nefron (Netter, 2016).
Gambar 2.2 Anatomi Ginjal dan Nefron (Netter, 2016).

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

Kerangka Konseptual

  • Penjelasan Kerangka Konseptual

Sifat adiktif tersebut berasal dari beberapa senyawa rokok berupa nikotin, tar, karbon monoksida, timbal dan kadmium.

Hipotesis

Penelitian kadar protein urine pria dilakukan di Laboratorium Medis STIKes Borneo Cendekia Medika Pangkalan Bun. Berdasarkan pemeriksaan kadar protein urine terhadap lama merokok yang ditunjukkan pada tabel di atas, hasilnya ditunjukkan pada diagram berikut. Gambar 5.2 menunjukkan bahwa lama merokok direpresentasikan dengan diagram berwarna biru sedangkan diagram berwarna merah menunjukkan kadar protein urin.

Berdasarkan pemeriksaan kadar protein urin berdasarkan frekuensi merokok yang ditunjukkan pada tabel di atas, hasilnya tergambar pada diagram berikut. Responden dengan frekuensi merokok 8 batang per hari memiliki kadar protein negatif, sedangkan responden dengan lama merokok ≥ 12 batang per hari memiliki kadar protein urin positif. Responden dengan kadar protein urin 2 rata-rata mengkonsumsi 16-22 batang rokok per hari dengan lama merokok 13-38 tahun.

Nilai koefisien korelasi yang diperoleh adalah 0,80 yang berarti ada hubungan antara lama merokok dan frekuensi merokok dengan kadar protein urin. Hal ini terlihat dari hasil pemeriksaan kadar protein urin yaitu terdapat kekeruhan granular. Hal ini terlihat dari hasil pemeriksaan kadar protein urin yaitu urin keruh dan pecah-pecah.

Pada uji korelasi didapatkan korelasi yang kuat dimana peningkatan frekuensi merokok dalam sehari menyebabkan kadar protein urin meningkat.

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

  • Waktu Penelitian
  • Tempat Penelitian

Penelitian akan dilakukan di Desa Karang Anyar, Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat untuk mengambil sampel urin dan sampel urin tersebut akan diperiksa di Laboratorium Stikes Borneo Cendekia Medika Pangkalan Bun.

Desain Penelitian

Keterlambatan antara berkemih dan analisis urin dapat mempengaruhi kestabilan sampel dan validitas hasil pemeriksaan yaitu peningkatan kadar protein urin (Nugroho, 2019). Gambar 5.3 menunjukkan bahwa frekuensi merokok ditandai dengan diagram berwarna biru, sedangkan diagram berwarna merah menunjukkan kadar protein urin. Hasil penelitian ini dengan jumlah 4 (empat) orang yang mengkonsumsi rokok dengan frekuensi 8 batang per hari dengan lama merokok 5-12 tahun, memiliki kadar protein dalam urine yang normal.

Kemudian terdapat 11 responden yang memiliki kadar protein urine positif 1 dengan rata-rata konsumsi 12-15 batang rokok per hari dengan lama merokok 14-30 tahun. Responden yang memiliki kadar protein urine positif dari 3 sampai sebanyak 15 orang rata-rata mengkonsumsi 18-23 batang rokok per hari dengan lama merokok 25-40 tahun. Responden yang memiliki kadar protein urin positif sebanyak 4 sampai 4 orang rata-rata mengkonsumsi 26-38 batang rokok per hari dan dengan lama merokok 41-50 tahun.

Berdasarkan data penelitian tabel 5.1 tentang kandungan protein dalam urin, ternyata responden yang tidak memiliki kandungan protein dalam urin dinilai negatif. Pada responden yang memiliki kadar protein urin normal atau negatif dengan frekuensi merokok 8 batang per hari dan dengan lama merokok <10 tahun dan >10 tahun terdapat perbedaan lama merokok diantara responden yaitu < 10 tahun dengan. Hal ini dibuktikan dengan hasil pemeriksaan kandungan protein pada urin yaitu urin terlihat jernih dan tidak ada kekeruhan atau pecahan.

Dengan menjaga pola hidup sehat yang baik, diharapkan dapat meminimalisir risiko peningkatan kadar protein urin.

Populasi, Sampel dan Sampling

  • Populasi
  • Sampel

Variabel Penelitian

Definisi Operasional

Jenis dan Skala Pengukuran Data

Instrumen Penelitian

  • Alat
  • Bahan
  • Prosedur Penelitian

Pengumpulan dan Pengolahan Data

Data dari masing-masing perlakuan dimasukkan ke dalam kolom atau kotak pada lembar koding sesuai dengan variabel penelitian. Setelah semua data dari masing-masing sumber diisi, dibuat tabel data sesuai dengan tujuan penelitian atau yang peneliti inginkan.

Analisa Data

Kegiatan pembersihan data dengan mengecek kembali data yang dimasukkan apakah ada kesalahan atau tidak. Jika data yang diperoleh berdistribusi normal, maka uji korelasi dapat dilakukan dengan menggunakan uji korelasi (pearson). Uji korelasi (Pearson) adalah suatu metode pengujian hipotesis dimana data digunakan untuk mencari variabel bebas dan variabel terikat yang jumlahnya satu (Bertan, 2016).

Jika data yang diperoleh tidak berdistribusi normal atau tidak homogen digunakan uji korelasi Spearman. Uji Spearman merupakan uji yang digunakan untuk mengukur apakah ada hubungan antara dua variabel kekuatan (Putu, 2019).

Kerangka Kerja (Frame Work)

Pemeriksaan kadar protein urin dilakukan untuk mengidentifikasi apakah terdapat kandungan protein urin dalam urin yang merupakan indikator tunggal terbaik dari gangguan ginjal, sehingga uji kualitatif protein merupakan prosedur skrining yang berguna untuk mendeteksi gangguan ginjal. Pada tabel 5.3, data analisis kuesioner responden pada pemeriksaan kadar protein urin menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi kadar protein urin selain merokok adalah konsumsi alkohol, konsumsi makanan berprotein tinggi, aktivitas fisik, riwayat hipertensi dan riwayat penyakit ginjal. Nilai koefisien korelasi yang diperoleh adalah 0,80 yang berarti kekuatan korelasinya kuat karena nilainya mendekati 1 (Siregar, 2013), sedangkan arah hubungannya adalah positif yang berarti semakin sering seseorang merokok maka semakin tinggi protein urin. dangkal.

Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 5.1 dan Tabel 5.2, data penelitian kadar protein urine, frekuensi dan lama merokok dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal Hal ini terlihat dari rata-rata lama merokok responden yang lebih dari 10 tahun terakhir. , yang menemukan protein dalam urin. . Kandungan zat berbahaya pada rokok terutama kadmium dapat mempengaruhi kadar protein urin, jika semakin banyak merokok maka kadar protein urin akan meningkat (Mayaserli, 2018). Sedangkan responden yang memiliki kadar protein dalam urin disebut positif proteinuria baik positif 1, positif 2, positif 3 maupun positif 4.

Responden dengan kadar protein normal menerapkan pola hidup sehat yaitu dengan mengkonsumsi buah dan sayur. Kebiasaan kurang sehat dan kurang olahraga responden dengan kategori positif 1, serta frekuensi dan lama merokok yang cukup tinggi, dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kadar protein urin, dibuktikan dengan adanya kekeruhan ringan dan tidak ada butiran di pemeriksaan kadar protein dalam urin. 64,64% responden dengan lama merokok >30 tahun sebanyak 64,64% dan dengan usia >35 tahun tidak kurang dari 100% memiliki gaya hidup yang buruk seperti sering mengkonsumsi minuman manis, begadang, jarang berolahraga dan kurang mengkonsumsi air, dengan kandungan protein positif3.

Berdasarkan data hasil analisis kuesioner rata-rata responden 100% dengan kebiasaan mengkonsumsi alkohol dalam kategori sering memiliki kadar protein positif 4. Berdasarkan hasil kajian hubungan lama dengan frekuensi merokok per kadar protein urine pria di Desa Karang Anyar Kecamatan Arut Selatan Kabupaten Kotawaringin Barat Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang kuat antara lama dan frekuensi merokok terhadap kadar protein urine pria, dimana lama merokok akan menyebabkan peningkatan kadar protein urine pria. . Diharapkan peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian ini dengan memperhatikan jenis rokok yaitu rokok filter atau rokok kretek untuk penyakit yang mendasarinya sebagai faktor yang dapat meningkatkan kadar protein dalam urine.

Dapat dijadikan literatur untuk melakukan pengabdian kepada masyarakat melalui penyuluhan tentang perbedaan kandungan rokok filter atau rokok kretek terhadap peningkatan kadar protein urin dalam tubuh dan pentingnya pemeriksaan kesehatan secara rutin.

Gambar 5.1 Lokasi Desa Karang Anyar Pangkalan Bun Kalimantan Tengah      BPS Kotawaringin Barat (2020)
Gambar 5.1 Lokasi Desa Karang Anyar Pangkalan Bun Kalimantan Tengah BPS Kotawaringin Barat (2020)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar Umum Penelitian

  • Lokasi Penelitian
  • Pengambilan Sampel

Hasil Penelitian

  • Hasil Pemeriksaan Kadar Protein Urine

LM: Riwayat merokok RPG: Riwayat penyakit ginjal TA: Tidak ada KDG: Riwayat ginjal keluarga URP: Usia responden RPH: Riwayat hipertensi JR: Jarang KDH: Riwayat keluarga hipertensi. Hasil uji normalitas menggunakan software SPPS versi 21, untuk uji normalitas durasi dan frekuensi merokok menggunakan Shapiro Wilk, dari 45 sampel yang diteliti diperoleh nilai signifikan 0,06 (>0,05) untuk nilai pentingnya merokok durasi. dan 0,32 (>0,05) untuk frekuensi merokok, yang berarti H0 diterima.

Gambar 5.2  Data pemeriksaan kadar protein urine berdasarkan lama  merokok
Gambar 5.2 Data pemeriksaan kadar protein urine berdasarkan lama merokok

Pembahasan

Responden dengan kategori positif 1 sebanyak 11 orang dengan frekuensi merokok <20 batang per hari, responden dengan lama merokok <20 tahun sebanyak 54,54% dan >20 tahun sebanyak 45,45%. Peningkatan kadar protein dalam urin setelah aktivitas fisik dipengaruhi oleh sistem saraf simpatis yang ada pada tubuh manusia yang menyebabkan perubahan permeabilitas glomeruli ginjal sehingga permeabilitas glomerulus meningkat (Kohanpour et al., 2011). Peningkatan kadar protein urin terjadi karena selama aktivitas fisik, aliran darah ke ginjal menurun dan menyebabkan terganggunya fungsi glomerulus akibat peningkatan permeabilitas glomerulus ginjal, sedangkan pada proteinuria tubular terjadi hambatan dalam proses reabsorpsi protein tubular.

Upaya pencegahan terjadinya protein urin akibat kerusakan ginjal adalah dengan mengurangi intensitas aktivitas fisik dari aktivitas fisik berat menjadi aktivitas sedang guna mengurangi kerusakan ginjal akibat permeabilitas ginjal (Silverthorn, 2013). Responden yang positif kategori 3 sebanyak 11 orang, protein urin positif 3 ditandai dengan kekeruhan disertai slide. Responden dengan frekuensi merokok >20 batang per hari sebanyak 100%, dengan lama merokok >30 tahun sebanyak 100% dan responden dengan usia >35 tahun sebanyak 100%.

Pada kategori protein urin positif 4, 100% responden dengan frekuensi > 20 batang per hari banyak merokok setiap hari ditambah lama merokok > 35 tahun dengan 100% mengakibatkan responden tersebut termasuk dalam kategori positif 4 berisiko kronis penyakit ginjal. Hubungan protein urin dengan laju filtrasi glomerulus pada pasien ginjal kronis dewasa di RSUP Dr. Setelah saya mendapatkan penjelasan tentang penelitian yang berjudul: HUBUNGAN LAMA DAN FREKUENSI MEROKOK TERHADAP NOMOR PLATETHLOCYTE PEROKOK AKTIF DI DESA KARANG ANYAR.

Lampu spiritus merupakan alat konvensional yang digunakan untuk menghasilkan nyala api pada proses pengujian protein urin yang membutuhkan pemanasan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Saran

  • Bagi Masarakat
  • Bagi Penelitian Selanjutnya
  • Bagi Institusi

Faktor individu berhubungan dengan tindakan merokok mahasiswa Universitas Hasanuddin. https://journal.unhas.ac.id/index.php/mkmi/article/view/446. 2019). Kadar logam kadmium (Cd) dan timbal (Pb) pada hati, ginjal dan daging ikan kembung di Pantai Lokasari Makassar. Gambaran tingkat pengetahuan penyakit ginjal dan terapi diet ginjal serta kualitas hidup pasien hemodialisis di Rumkital Dr.

Penjepit kayu berfungsi sebagai alat untuk menjepit tabung reaksi sekaligus memanaskan larutan atau bahan di dalam tabung reaksi.

Gambar

Gambar 2.2 Anatomi Ginjal dan Nefron (Netter, 2016).
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual PenelitianRokok
Tabel 1: Deskripsi Kadar Protein Urine (Astuti, 2017)  Kadar
Tabel 2: Tabulasi Data Responden  No  Kode Pasien  Frekuensi/
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui hubungan lama menjalani terapi hemodialisis dengan kualitas hidup pasien penyakit ginjal kronik di instalasi hemodialisis RSUD

Hubungan antara Tuli Sensorineural dengan Penyakit Ginjal Kronik Insiden tuli sensorineural pada penderita penyakit ginjal kronik lebih tinggi daripada populasi umum.(Vilayur

Penyakit ginjal kronik Protein urin dan darah Profil Lipid darah Kerusakan Ginjal Usia Awitan menderita sindrom Lama menderita sindrom nefrotik Jenis kelamin

Tidak ada hubungan yang bermakna antara lama menjalani terapi hemodialisis dengan kepatuhan asupan cairan pada pasien penyakit ginjal kronik di RSI Sultan Agung Semarang (

Disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara lama menjalani hemodialisis dengan kualitas hidup pasien penyakit ginjal kronik dengan diabetes melitus.. Kata kunci:

Jika pasien berada pada risiko tinggi (memiliki bukti kerusakan organ target, diabetes, penyakit ginjal kronik atau kerusakan makrovaskular), diagnosis

Dan semakin bertambahnya usia disertai dengan penyakit kronis seperti DM, ginjal cenderung akan mengalami kerusakan akibat dari kadar gula darah yang tinggi dan fungsi ginjal tidak

Penyakit ginjal kronik PGK merupakan kerusakan ginjal yang menyebabkan ginjal tidak dapat membuang racun dan produk sisa darah, yang ditandai adanya protein dalam urin dan penurunan