808
Hubungan Peran Petugas Kesehatan dan Dukungan Keluarga dengan Pengetahuan Ibu Hamil tentang Baby Blues di Banda Aceh
Darusman1, Munira Sari2
1,2Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Serambi Mekkah,
email Koresponden [email protected], 085361684492
ABSTRAK
Dari hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan di wilayah kerja Puskesmas Jaya Baru Banda Aceh pada 5 ibu hamil yang telah di wawancarai, 3 ibu hamil diantaranya tidak mengetahui gejala dan penyebab baby blues dan 2 ibu hamil lainnya sudah mengetahui apa itu baby blues dan gejalanya tetapi tidak mendapatkan dukungan keluarga selama kehamilan. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat Hubungan peran petugas kesehatan dan dukungan keluarga dengan pengetahuan ibu hamil tentang baby blues di wilayah kerja Puskesmas Jaya Baru Banda Aceh Tahun 2019. Penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross sectional. Sampel adalah seluruh ibu hamil yang berada di wilayah kerja Puskesmas Jaya Baru Kota Banda Aceh berjumlah 60 orang menggunakan tehnik proporsional random sampling. Penelitian dilakukan pada tanggal 17-22 Mei 2019. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat hubungan peran petugas kesehatan dengan pengetahuan ibu hamil tentang baby blues (p= 0,057), tetapi terdapat hubungan dukungan keluarga dengan pengetahuan ibu hamil tentang baby blues (p= 0,014) di wilayah kerja Puskesmas Jaya Baru Banda Aceh Tahun 2019. Disarankan kepada pihak puskesmas, agar dapat meningkatkan pendidikan kesehatan melalui promosi kesehatan dengan melakukan penyuluhan secara kontinue kepada masyarakat tentang baby blues dan tenaga kesehatan untuk dapat lebih meningkatkan konseling atau penyuluhan kepada ibu hamil tentang baby blues.
Kata Kunci : Peran Petugas Kesehatan, Dukungan Keluarga, Baby Blues
ABSTRACT
From the results of the preliminary study conducted by the researcher in the work area of Jaya Baru Health Center Banda Aceh on 5 pregnant women interviewed, 3 pregnant women did not know the symptoms and causes of the baby blues and 2 other pregnant women already knew about the baby blues and its symptoms but they did not get family support during their pregnancy. The purpose of this study is to observe the relationship between the role of health workers and family support to the knowledge of pregnant women about the baby blues in the working area of the Jaya Baru Health Center Banda Aceh in 2019. This research is analytical with cross sectional design. The sample were all pregnant women in the working area of the Jaya Baru Health Center in Banda Aceh, amounting to 60 people, using random sampling techniques. The study was conducted in May from 17 to 22, 2019. The
Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora November 2019 eISSN 2657- 0998
809 results showed that there was a not relationship between the role of health workers to the knowledge of pregnant women about the baby blues (p = 0.057), but there was a relationship between family support to the knowledge of pregnant women about the baby blues (p = 0.014) in the work area of Jaya Baru Health Center Banda Aceh in 2019. It is suggested to the Health Center to improve health education through health promotion by conducting continuous counseling to the public about the baby blues and health workers to be able to further improve counseling to pregnant women about the Baby blues.
Keywords: Role of Health Workers, Family Support, Baby Blues
PENDAHULUAN
Post partum blues merupakan suatu sindrom gangguan efek ringan pada minggu pertama setelah persalinan. Puncak dari post partum blues ini 3-5 hari setelah melahirkan dan berlangsung dari beberapa hari sampai 2 minggu. Tanda dan gejalanya antara lain cemas tanpa sebab, menangis tanpa sebab, tidak sabar, tidak percaya diri, sensitif atau mudah tersinggung, serta merasa kurang menyayangi bayinya (Dahro, 2012).
Salah satu kemungkinan penyebab baby blues adalah kadar hormon esterogen dan progesteron dalam tubuh perempuan yang turun dengan cepat setelah melahirkan. Inilah yang memicu perubahan kimia di otak sehingga suasana hati sang ibu berubah. Apalagi setelah melahirkan, waktu istirahat sang ibu menjadi berkurang, padahal mereka belum sepenuhnya pulih. Sangat mungkin faktor ini membuat perempuan pasca melahirkan lelah dan mendorong gejala depresi (Primastika, 2019). Penyebab yang lain diantaranya adalah stres, ASI tidak keluar, frustasi dikarenakan bayi nangis dan tidak mau tidur, kelelahan pada masa nifas ataupun sakit akibat operasi, suami ataupun keluarga tidak peduli dan mengurus bayi sendirian, adanya masalah dengan orang tua, perasaan takut kehilangan bayi (Astutik, 2015).
Baby blues bila tidak ditangani dapat berlanjut menjadi Depresi Pasca Melahirkan (Astuti, S. dkk., 2015). DPM merupakan salah satu masalah kesehatan mental khususnya bagi para ibu yang baru saja melahirkan. Kondisi ini dapat menimbulkan masalah dalam hubungan ibu dan bayi, gangguan psikopatologis pada bayi dan keterlambatan perkembangan bayi (Clark, R. dkk., 2003).
Ragam gangguan terjadi karena perempuan yang mengalami DPM cenderung diliputi perasaan sedih sehingga kurang peka untuk memberikan afek positif pada bayinya. Akibatnya, bayi juga tidak belajar mengembangkan afek positif dan menimbulkan rasa kurang aman pada diri bayi dalam proses perkembangan mereka kelak⁽⁵⁾. Bayi-bayi dari ibu yang mengalami DPM cenderung mengalami gangguan orientasi, afek depresi, gangguan tidur (irregular sleep) dan beberapa jenis gangguan fisik lain di samping hambatan perkembangan verbal, gangguan perilaku dan keterlambatan perkembangan skolastik (Clark, R. dkk., 2003). .
Malonda dalam Yustisia (2013) sebuah penelitian yang dilakukan tentang baby blues menyimpulkan bahwa Ibu hamil yang mengalami depresi ketika kehamilannya, maka ia akan mengalami baby blues juga ketika pasca persalinan nantinya bahkan hingga
810
dapat juga mengalami psikosis. Menurut Ibrahim dalam Qiftiyah (2018), jika kondisi post partum blues tidak disikapi dengan benar, bisa berdampak pada hubungan ibu dengan bayinya, bahkan anggota keluarga yang lain juga bisa merasakan dampak dari post partum blues tersebut.
Menurut Beardeslee dalam Yustisia (2013) menyebutkan kemampuan provider kesehatan dalam mengenal gejala dan tanda baby blues sejak dini, sehingga dapat menghindari keadaan psikosis pada ibu sangat diharapkan. Jika seorang provider kesehatan dapat menangani keadaan baby blues dengan baik dan benar sejak dini melalui konseling, penyuluhan makanan bergizi, pelatihan-pelatihan fisik ringan pasca persalinan yang dapat menghindari stres dan menggunakan support group serta keluarga untuk mendukung serta memahami keadaan ibu, akan membuat masa-masa baby blues menjadi lebih mudah dilalui oleh seorang ibu.
Penelitian Halbreich & Karkun (dalam Iskandar, 2014) menunjukkan angka kejadian baby blues syndrome di dunia berkisar antara 0,5%-60%. Angka kejadian post partum blues di Asia cukup tinggi dan sangat bervariasi antara 26-85% . Penelitian di negara yang pernah dilakukan seperti di Swedia, Australia, Italia dan Indonesia dengan menggunakan EPDS (Edinburg Postnatal Depression Scale) (Suherni., 2012).
Di Indonesia masih belum banyak diketahui angka kejadian baby blues, mengingat belum adanya lembaga terkait yang melakukan penelitian terhadap kasus tersebut.
Angka kejadian post partum blues antara 50-70% dari wanita pasca persalinan. Secara tidak kita sadari ternyata gangguan ini mulai menunjukkan presentase yang cukup besar, penelitian yang dilakukan pun masih jarang, sehingga perlu dilakukan penelitian-penelitian yang berkaitan dengan post partum blues (Saraswati, 2018).
Hasil penelitian Qiftiyah (2018) di di Polindes Doa Ibu Gesikharjo dan Polindes Teratai Kradenan Palang sebanyak 24 orang, didapatkan bahwa hampir setengahnya responden (45,83%) mendapatkan dukungan keluarga kurang. Hampir setengahnya responden memiliki pengetahuan kurang (41,66%) dan setengahnya responden (50%) mengalami post partum blues ringan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Desi (2015) di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin diketahui bahwa dari 155 responden terdapat 99 responden (63,8%) berpengetahuan kurang tentang baby blues (Desi., 2015). Hasil penelitian Yustisia (2013) di BPS Yuniar Aceh Besar menunjukkan bahwa dari 15 responden yang ada mendapatkan peran petugas kesehatan 11 (73,3%) Ibu berpengetahuan baik, dari 27 responden yang tidak mendapatkan peran petugas kesehatan 20 (74,1%) ibu berpengetahuan kurang.
Dari hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan di wilayah kerja Puskesmas Jaya Baru Banda Aceh pada 5 ibu hamil yang telah di wawancarai, 3 ibu hamil diantaranya tidak mengetahui gejala dan penyebab baby blues dan 2 ibu hamil lainnya sudah mengetahui apa itu baby blues dan gejalanya tetapi tidak mendapatkan dukungan keluarga selama kehamilan, terutama pada saat melakukan kunjungan pemeriksaan ke pelayanan kesehatan. Peneliti juga menemukan masalah bahwa banyak ibu hamil yang tidak mendapat informasi dan memiliki pengetahuan yang kurang baik tentang baby blues.
Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora November 2019 eISSN 2657- 0998
811 Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti “hubungan peran petugas kesehatan dan dukungan keluarga dengan pengetahuan ibu hamil tentang baby blues di wilayah kerja Puskesmas Jaya Baru Banda Aceh Tahun 2019”.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian survey yang bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan crosssectional study. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang berada diwilayah kerja Puskesmas Jaya Baru Kota Banda Aceh periode Januari sampai Maret tahun 2019 yang berjumlah 148 orang (Anonimous, 2018).
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara random sampling berjumlah 60 orang.
Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisa univariat dan analisa data bivariat. Data analisa univariat digunakan untuk mendeskripsikan setiap variabel yang diteliti dalam penelitian ini yaitu hubungan peran petugas kesehatan dan dukungan keluarga dengan pengetahuan ibu hamil tentang baby blues di wilayah kerja Puskesmas Jaya Baru Banda Aceh Tahun 2019. Analisa bivariat dilakukan untuk melihat hubungan variabel independen dengan variabel dependen, yaitu hubungan peran petugas kesehatan, dukungan keluarga dengan pengetahuan ibu hamil tentang baby blues.
HASIL
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja puskesmas Jaya Baru Kota Banda Aceh, pada tanggal 17 s/d 22 Mei 2019 dengan jumlah responden sebanyak 60 orang, adapun hasil penelitian yang diperoleh selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
1. Analisis Univariat a. Pengetahuan Ibu Hamil
Dari tabel 5.1 diperoleh hasil bahwa dari 60 responden yang diteliti, sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang sedang yaitu sebesar 41,7% (25 orang).
b. Peran Petugas Kesehatan
Dari tabel 5.2 diperoleh hasil bahwa dari 60 responden yang diteliti, sebagian besar responden menyatakan ada peran dari petugas kesehatan yaitu sebesar 70% (42 orang).
c. Dukungan Keluarga
Dari tabel 5.3 diperoleh hasil bahwa dari 60 responden yang diteliti, sebagian besar responden menyatakan bahwa mendapat dukungan dari keluarga yaitu sebesar 75% (45 orang).
2. Analisis Bivariat
a. Hubungan Peran Petugas Kesehatan dengan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Baby Blues di Wilayah Kerja Puskesmas Jaya Baru Banda Aceh Tahun 2019.
Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat bahwa dari 42 responden yang menyatakan ada peran dari petugas kesehatan, sebanyak 18 orang (42,9%) memiliki pengetahuan yang baik. Sedangkan dari 18 responden yang menyatakan tidak ada peran dari petugas kesehatan, hanya 2 orang (11,1%) yang memiliki pengetahuan yang baik.
812
Dari hasil uji statistik Chi-Square didapatkan nilai P value yaitu sebesar 0,057, lebih besar dari nilai α 0,05 dan ini dapat diartikan bahwa tidak ada hubungan peran petugas kesehatan dengan pengetahuan ibu hamil tentang baby blues di Puskesmas Jaya Baru Banda Aceh tahun 2019.
b. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Baby Blues di Wilayah Kerja Puskesmas Jaya Baru Banda Aceh Tahun 2019
Tabel 5.5 dapat dilihat bahwa dari 45 responden yang menyatakan mendapat dukungan dari keluarga sebanyak 21 orang (46,7%) memiliki pengetahuan yang sedang.
Sedangkan dari 15 responden yang menyatakan tidak mendapat dukungan dari keluarga, hanya 4 orang (26,7%) yang memiliki pengetahuan yang sedang.
Hasil uji statistik Chi-Square didapatkan nilai P value yaitu sebesar 0,014, lebih kecil dari nilai α 0,05 dan ini dapat diartikan bahwa ada hubungan peran petugas kesehatan dengan pengetahuan ibu hamil tentang baby blues di Puskesmas Jaya Baru Banda Aceh tahun 2019.
PEMBAHASAN
1. Hubungan Peran Petugas Kesehatan dengan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Baby Blues di Wilayah Kerja Puskesmas Jaya Baru Banda Aceh Tahun 2019.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 42 responden yang menyatakan ada peran dari petugas kesehatan, sebanyak 18 orang (42,9%) memiliki pengetahuan yang baik. Sedangkan dari 18 responden yang menyatakan tidak ada peran dari petugas kesehatan, hanya 2 orang (11,1%) yang memiliki pengetahuan yang baik. Dan dari hasil uji statistik Chi-Square didapatkan nilai P value yaitu sebesar 0,057, lebih besar dari nilai α 0,05 dan ini dapat diartikan bahwa tidak ada hubungan peran petugas kesehatan dengan pengetahuan ibu hamil tentang baby blues di Puskesmas Jaya Baru Banda Aceh tahun 2019.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan yang dilakukan oleh Cut Ayuna Yustisia (2012) dengan judul penelitian Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi penegtahuan Ibu Hamil Tentang Baby Blues di BPS Yuniar Kecamatan Blang Bintang Kabupaten Aceh Besar menunjukkan bahwa dari 15 responden yang ada mendapatkan peran petugas kesehatan 11 (73,3%) Ibu berpengetahuan baik, dari 27 responden yang tidak ada mendapatkan peran petugas kesehatan 20 (74,1%) Ibu berpengetahuan kurang. Setelah dilakukan uji statistik dengan Chi Square test diperoleh nilai p = 0.004 (p < 0.05), dengan demikian hipotesa yang menyatakan ada hubungan antara pengetahuan dengan peran petugas kesehatan pada ibu hamil terbukti (diterima).
Menurut Beardeslee (2006) Jika seorang provider kesehatan dapat menangani keadaan Baby blues dengan baik dan benar sejak dini melalui konseling, penyuluhan makanan bergizi, pelatihan-pelatihan fisik ringan pasca persalinan yang dapat menghindari stress dan menggunakan support group serta keluarga untuk mendukung serta memahami keadaan Ibu, akan membuat masa-masa baby blues menjadi lebih mudah dilalui oleh seorang ibu.
Menurut Baston dan Hall (2011) bidan memiliki peran penting dalam membantu orang tua dan keluarga selama periode perubahan dan adaptasi ini, yang meliputi mengidentifikasi kapan orang tua dan keluarga tidak mampu melakukan penyesuaian
Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora November 2019 eISSN 2657- 0998
813 dengan baik. Kombinasi berbagai emosi terjadi selama periode ini, yang dapat ditimbulkan oleh sejumlah penyebab.Bagian penting dalam peran bidan dalam periode postnatal adalah membantu wanita beradaptasi menjadi ibu dan “mengatasi” masalah yang berhubungan dengan perannya.
Dalam memberikan pelayanan pada masa nifas, bidan menggunakan asuhan yang berupa memantau keadaan fisik, psikologis, spiritual, kesejahteraan sosial ibu/keluarga, memberikan pendidikan dan penyuluhan secara terus-menerus⁽¹⁵⁾. Hal yang perlu diperhatikan adalah komunikasi yang baik, dukungan dan pemberian/pendidikan kesehatan tentang perawatan diri dan bayinya (Yanti, D dan Sundawati, D., 2014).
Sikap provider kesehatan juga turut menjadi pencetus terjadinya baby blues. Para dokter dan bidan lah yang biasanya menentukan keputusan, tindakan atau harus apa yang dilakukan Ibu hamil atau Ibu bersalin dalam kehidupan sehari-hari. Ibu tidak diberi kesempatan untuk mencurahkan pendapatnya atau mengelurkan beban pikirannya. Hal ini akan menambah beban pikiran Ibu, sehingga jika mental ibu tidak kuat ia akan mengalami neorosis bahkan psikosis.
Menurut asumsi peneliti berdasarkan temuan di lapangan diketahui bahwa semakin sering petugas kesehatan memberikan pengetahuan kesehatan baik melalui konseling maupun penyuluhan tentang masalah kehamilan, dan persalinan sampai persiapan ibu merawat bayi kepada ibu secara langsung maka dapat meningkatkan pengetahuan ibu tentang kesehatan dan semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang, semakin mudah menerima informasi berupa edukasi yang disampaikan. Hasil penelitian peneliti mendapatkan bahwa pengetahuan responden dalam kategori sedang, artinya pengetahuan responden tentang baby blues tidak begitu baik. Dari wawancara peneliti dengan responden, rata-rata mereka mengalami sindrom baby blues pada saat kelahiran anak pertama, hal ini disebabkan karena mereka belum memiliki informasi yang benar tentang bagaimana menangani bayi yang baru lahir. Jikapun ada informasi hanya didapatkan dari pengalaman orangtua terdahulu. Dari hasil penelitian juga dapat dilihat bahwa masih ada yang memiliki pengetahuan kurang baik tetapi mendapat peran dari petugas. Meskipun telah mendapatkan peran dari petugas tetapi jika ibu postpartum mengalami gangguan psikologis akan mengakibatkan minat dan ketertarikan terhadap bayinya berkurang. Ibu yang mengalami gejala depresi juga tidak mampu merawat bayinya secara optimal karena merasa tidak berdaya atau tidak mampu sehingga akan menghindar dari tanggung jawabnya dan ibu yang mengalami hal-hal seperti ini tidak akan mau mencari tahu tentang baby blues.
2. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Baby Blues di Wilayah Kerja Puskesmas Jaya Baru Banda Aceh Tahun 2019
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 45 responden yang menyatakan mendapat dukungan dari keluarga, sebanyak 21 orang (46,7%) memiliki pengetahuan yang sedang. Sedangkan dari 15 responden yang menyatakan tidak mendapat dukungan dari keluarga, hanya 4 orang (26,7%) yang memiliki pengetahuan yang sedang. Hasil uji statistik Chi-Square didapatkan nilai P value yaitu sebesar 0,014, lebih kecil dari nilai α 0,05 dan ini dapat diartikan bahwa ada hubungan peran petugas kesehatan dengan
814
pengetahuan ibu hamil tentang baby blues di Puskesmas Jaya Baru Banda Aceh tahun 2019.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Anggraini (2017), yang mengatakan bahwa ada hubungan dukungan keluarga dengan kejadian baby blues di wilayah kerja Puskesmas Pajang Kota Surakarta dengan p value 0,000.
Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap anggota keluarga yang lainnya. Kecemasan dianggap sebagai salah satu faktor penghambat kinerja fungsi-fungsi kognitif seseorang, seperti berkonsentrasi, mengingat, dan pemecahan masalah. Faktor yang mempengaruhi kecemasan yaitu potensi stressor, malnutrisi, keadaan fisik, selisih usia, jenis kelamin, pengetahuan dan sosial ekonomi.
Dukungan keluarga adalah sebagai sumber emosional, informasional atau pendampingan yang diberikan oleh orang- orang disekitar individu untuk menghadapi setiap permasalahan dan krisis yang terjadi sehari- hari dalam kehidupan. Peran suami adalah sebagai orang yang pertama dan utama dalam memberikan dorongan dan dukungan kepada istrinya, sebelum pihak lain turut memberikannya. Suami juga merupakan orang pertama yang dapat menyadari akan adanya perubahan dalam diri istrinya sehingga dukungan dari suami dapat memberi pengaruh tertentu pada istri dalam menjalani hari- harinya terutama setelah melahirkan. Menurut Evawati, dkk, (2015) semakin optimal antara dukungan suami terhadap ibu pascamelahirkan maka ibu cenderung tidak mengalami baby blues seperti suami dapat meluangkan waktunya untuk menemani istri dalam perawatan bayi, kesediaan suami mengambil alih sebagian tugas-tugas rumah tangga yang selama ini dilakukan istri, kewajiban suami membagi perhatian secara adil kepada bayi dan ibunya.
Agar baby blues syndrome dapat diminimalisir maka yang pertama harus dipersiapkan oleh sebuah keluarga yang akan menginginkan seorang anak adalah kehamilan yang terencana yang didukung oleh kesiapan mental, financial, dan sosial dari ayah dan ibu. Persiapkan pula pengetahuan dasar calon ayah dan calon ibu tentang kehamilan, proses melahirkan, sampai dengan cara merawat si kecil. Sebaiknya diskusikan juga tentang pembagian kerja antara ibu dan ayah pada saat kehamilan hingga si kecil dilahirkan sehingga ibu mempunyai waktu yang cukup untuk beristirahat.
Keluarga dapat mengetahui gejala baby blues dari ibu yaitu salah satunyadengan memperhatikan pola tidur si ibu. Jika ketika ada orang lain menjaga bayi, si ibu bisa tertidur, maka besar kemungkinan si ibu hanya menderita Baby Blues Syndrome (BBS).
Namun jika si ibu sangat sulit tertidur walaupun bayinya dijaga oleh orang lain, maka mungkin tingkat depresinya sudah termasuk ke dalam Postpartum Depression (PPD) (Primastika, W., 2019.).
Dari hasil penelitian di lapangan diketahui bahwa ibu mendapat dukungan penuh dari keluarga dalam memberikan pengetahuan tentang baby blues. Mereka memperoleh dukungan dari keluarga dan suami baik secara emosional, support, penghargaan. Tetapi dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa masih ada yang pengetahuan tentang baby blues kurang baik meskipun mendapat dukungan dari keluarga. Dari wawancara peneliti kepada keluarga dan suami, diketahui bahwa Ibu terkadang masih merasa khawatir akan ketidakmampuannya dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Ibu memiliki perasaan yang sangat sensitif sehingga mudah tersinggung sehingga perlu menjaga dalam
Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora November 2019 eISSN 2657- 0998
815 berkomunikasi dengan ibu dan berhati-hati dalam tindakan. Dari penelitian di lapangan diketahui juga bahwa responden merasa berat ketika harus terbangun ditengah malam pada saat menyusui anaknya atau mengganti popok. Terkadang suami atau anggota keluarga ada yang tidak ikut membantu sehingga responden merasa depresi. Postpartum blues, maternity blues atau baby blues merupakan gangguan mood/afek ringan sementara yang terjadi pada hari pertama sampai hari ke 10 setelah persalinan ditandai dengan tangisan singkat, perasaan kesepian atau ditolak, cemas, bingung, gelisah, letih, pelupa dan tidak dapat tidur.
KESIMPULAN
Tidak ada hubungan peran petugas kesehatan dengan pengetahuan ibu hamil tentang baby blues di Puskesmas Jaya Baru Banda Aceh tahun 2019 dengan p value 0,057.
Ada hubungan dukungan keluarga dengan pengetahuan ibu hamil tentang baby blues di Puskesmas Jaya Baru Banda Aceh tahun 2019 dengan p value 0,014.
SARAN
Kepada Dinas Kesehatan, agar dapat membuat suatu program yang dapat meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang baby blues, yang ditujukan kepada ibu dan keluarga.
Pihak puskesmas, perlu agar dapat meningkatkan pendidikan kesehatan melalui promosi kesehatan dengan melakukan penyuluhan secara kontinue kepada masyarakat tentang baby blues dan tenaga kesehatan untuk dapat lebih meningkatkan konseling atau penyuluhan kepada Ibu hamil tentang baby blues.
DAFTAR PUSTAKA
Astutik, R.Y., 2015. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui, Jakarta:
Trans Info Media.
Astuti, S. dkk., 2015. Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui, Jakarta: Erlangga. Clark, R.
dkk., 2003. Psychotherapy For Postpartum Depression: A Preliminary Report.
American Journal of Orthopsychiatry, 73, 441-454.
Baston, H. dan Hall, J., 2011. Postnatal, Jakarta: EGC.
Clark, R. dkk., 2003. Psychotherapy For Postpartum Depression: A Preliminary Report. American Journal of Orthopsychiatry, 73, 441-454
Dahro, A., 2012. Buku Psikologi Kebidanan Analisis Perilaku Wanita Untuk Kesehatan, Jakarta: Salemba Medika.
Desi., 2015. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Ibu tentang Baby Blues di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin. Karya Tulis Ilmiah Jurusan Kebidanan.
Heryani, R., 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan-Ibu Nifas dan Menyusui, Jakarta:
Trans Info Media.
Iskandar., 2014. Membebaskan Istri dari Baby Blues. available from:
http://www.kompas.com/kesehatan/news/babyblues/. (akses 20 April 2019)
816
Primastika, W., 2019. Depresi Pasca Melahirkan dan Bahaya Bagi Anak, https://tirto.id/depresi-pasca-melahirkan-dan-bahaya-bagi-anak-dkSK. (akses: 20 April 2019).
Qiftiyah, M., 2018. Gambaran Faktor-Faktor (Dukungan Keluarga, Pengetahuan, Status Kehamilan Dan Jenis Persalinan) Yang Melatarbelakangi Kejadian Post Partum Blues Pada Ibu Nifas Hari Ke-7 (Di Polindes Doa Ibu Gesikharjo dan Polindes Teratai Kradenan Palang). Jurnal Kebidanan Vol. 10 (2)
Suherni., 2012. Perawatan Masa Nifas, Yogyakarta: Fitramaya.
Yanti, D dan Sundawati, D., 2014. Asuhan Kebidanan Masa Nifas Belajar Menjadi Bidan Profesional, Bandung: PT. Refika Aditama.
Yustisia, C.A., 2013. Hubungan Peran Petugas Kesehatan dan Media Informasi dengan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Baby Blues di BPS Yuniar Kecamatan Blang Bintang Kabupaten Aceh Besar. Karya Tulis Ilmiah Jurusan Kebidanan.
Yvonie, OH., 2017. Mengenal Baby Blues Syndrome Bagi Calon Ibu Muda, https://www.idntimes.com/life/women/yvonie-hutabarat/mengenal-baby-blues- syndrome-c1c2/full. (akses: 22 April 2019).