• Tidak ada hasil yang ditemukan

hubungan persepsi kerentanan dan persepsi keseriusan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "hubungan persepsi kerentanan dan persepsi keseriusan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PERSEPSI KERENTANAN DAN PERSEPSI KESERIUSAN PENYAKIT DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PADA PENYAKIT

JANTUNG KORONER DI PUSKESMAS BANJARBARU UTARA TAHUN 2021

Asih Sulistiawati 1, Ahmad Zacky Anwari 2, Asrinawaty 3

1Prodi Kesehatan Masyarakat, 13201, Fakultas Kesehatan Masyarakat, UNISKA MAB Banjarmasin, 17070228

2Prodi Kesehatan Masyarakat, 13201, Fakultas Kesehatan Masyarakat, UNISKA MAB Banjarmasin, 1127028401

3Prodi Kesehatan Masyarakat, 13201, Fakultas Kesehatan Masyarakat, UNISKA MAB Banjarmasin, 1107008303

Email : [email protected]

ABSTRACT

Coronary Heart Disease (CHD) has increased rapidly in Indonesia. Preventive behavior is one of the actions that are expected to reduce the incidence of CHDcases. The perception of vulnerability and seriousness of an individual's disease will affect their behavior in maintaining their health. The purpose of this study is to explain the relationship of perception of susceptibility and perception of seriousness of disease with the preventive behavior of CHD in North Banjarbaru Health Center. The method used quantitative descriptive with cross sectionalapproach, the subject studied by the community of BPJS participants who visited the health center aged 17 sampaiwith 65 years of age amounting to 6,565 people,the study sample was determined by the slovin formula obtained by 99 people with accidental sampling sample technique. . Data collection techniques use questionnaires and interviews. The results showed most respondents were already well behaved in the prevention of CHD (66.7%), almost all respondents had a positive perception of susceptibility to coronary heart disease (81.8%) and a positive perception of seriousness as much as (99%). The results showed p-Value = 0.167

> (a =0.1) there was no significant relationship between perception of vulnerability and preventive behavior and no significant association between perception of seriousness with prevention behavior of CHD in North Banjarbaru Health Center p-Value = 0.333 > (a = 0.1). Based on the results of the study, it is recommended to make priority programs such as education and germas campaigns by involving cross-program and cross-sector in promoting the importance of health promotion of CHD so that it is expected to reduce the number of chD cases in North Banjarbaru Health Center.

Keywords: Behavior, perception of vulnerability, perception of seriousness

ABSTRAK

Penyakit Jantung Koroner (PJK) mengalami peningkatan pesat di Indonesia. Perilaku pencegahan yakni salah satu tindakan yang diharapkan mampu menekan penurunan kejadian kasus PJK. Persepsi kerentanan dan keseriusan penyakit individu akan mempengaruhi perilaku mereka dalam menjaga kesehatannya. Tujuan penelitian ini buat menjelaskan hubungan persepsi kerentanan dan persepsi keseriusan penyakit dengan perilaku pencegahan PJK di Puskesmas Banjarbaru Utara. Metode yang dipakai Deskriptif Kuantitatif dengan pendekatan Cross Sectional, subjek yang diteliti masyarakat peserta BPJS yang berkunjung ke puskesmas usia 17 sampai dengan 65 tahun yang berjumlah 6.565 orang, sampel penelitian ditentukan dengan rumus slovin yang ditemukankan 99 orang dengan teknik sampel Accidental sampling. Teknik pengumpulan data memakai kuesioner dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden sudah berperilaku baik dalam pencegahan PJK (66.7%), hampir semua responden memiliki persepsi kerentanan positif terhadap penyakit jantung koronerPJK (81,8%) dan persepsi keseriusan yang positif sebanyak (99%). Hasil menunjukkan p-Value = 0,167 > (a=0,1) tidak ada hubungan yang signifikan antara persepsi kerentanan dengan perilaku pencegahan dan tidak ada hubungan yang signifikan antara persepsi keseriusan dengan perilaku pencegahan PJK di Puskesmas Banjarbaru Utara p-Value = 0,333 > (a=0,1). Berdasarkan hasil penelitian disarankan membuat program prioritas seperti edukasi dan kampanye germas dengan melibatkan lintas program dan lintas sektor dalam menggalakkan pentingnya promosi kesehatan PJK sehingga diharapkan mampu menurunkan angka kasus PJK di Puskesmas Banjarbaru Utara.

Kata kunci : Perilaku, persepsi kerentanan, persepsi keseriusan

(2)

PENDAHULUAN

Penyakit Jantung Koroner (PJK) terjadi karena penyempitan pembuluh darah yang membawa oksigen ke pikiran.

Penyempitan terjadi karena adanya luar di semua jalur suplai. Sepotong penutup ini bisa digabungkan dengan variabel keturunan dan cara hidup (Irianto, 2014).

World Health Organization (WHO) ) menyebutkan maka salah satu kasus kesejahteraan dalam kerangka kardiovaskular yang jumlahnya meningkat pesat dengan laju kematian 6,7 juta kasus yaitu Penyakit Koroner (PJK) (WHO, 2017). Berdasarkan prakiraan World Heakt Association (WHO), pada tahun 2030 jumlah penduduk yang lewat karena PJK akan mencapai 23,3 juta kasus (Daniati dan Erawati, 2018).

Hasil Asesmen Penghindaran dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM) Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru Januari-Desember 2020 ditemukan 70 kasus baru Penyakit Koroner dengan 48 jenis kelamin laki-laki dan 22 jenis perempuan.

Adapun jumlah kasus lama sebanyak 150 kasus dengan jenis kelamin laki-laki 94 orang dan perempuan 56 orang. Dengan jumlah kasus terbanyak di Puskesmas Banjarbaru Utara. (Dinas Kesehatan Banjarbaru, 2020).

Berdasarkan informasi rujukan kesimpulan penyakit jantung koroner di Puskesmas Banjarbaru Utara Januari- Desember 2020, ditemukan 114 kasus pemeriksaan penyakit jantung dengan rincian 68 laki-laki dan 46 perempuan. Dari Januari hingga April 2021, ada 45 kasus dengan 24 jenis kelamin laki-laki dan 21 kasus perempuan. Berdasarkan informasi kesimpulan pasien di Puskesmas Banjarbaru Utara tahun 2020 ditemukan 25 kasus baru penyakit jantung koroner (PJK) dengan

orientasi seksual 21 laki-laki dan 4 perempuan, sedangkan kasus lama sebanyak 44 kasus dengan 30 jenis kelamin laki-laki.

kasus perempuan. (Pusat Kesejahteraan BBU, 2021).

Salah satu upaya yang bisa dilakukan buat mengurangi kejadian penyakit jantung koroner yaitu melalui pencegahan esensial dan tambahan dengan meningkatkan kesadaran pasien buat mengenali faktor risiko dan menyelesaikan pemberian pencegahan. Oleh karena itu, pasien harus mengetahui tentang penyakit jantung koroner dan cara pencegahannya.

Penelitian sebelumnya yang dipimpin oleh Lina Indrawati (2014) menunjukkan maka self-discernment yang positif juga mendukung pencapaian kemampuan pasien buat melakukan antisipasi tambahan terhadap faktor bahaya PJK.

Pemahaman/keyakinan individu tentang penyakit mereka akan mempengaruhi perilaku mereka dalam menjaga kesehatan mereka. Keyakinan maka perubahan sosial yang dilakukan dalam mencegah penyakit jantung akan mempengaruhi kesejahteraan dikenal sebagai model keyakinan kesejahteraan.

Studi awal dilakukan oleh para spesialis pada 15 Juni 2021, kepada 2 pejabat yang menangani program P2PTM dan membawahi Peningkatan Kesejahteraan dan Penguatan Wilayah Lokal. Direktur Program P2PTM mengatakan hal itu diidentifikasi dengan informasi kasus Penyakit Jantung Koroner (PJK) yang masih tinggi karena pada tahun 2020 saat pandemi virus corona meluas, pemerintah memberikan Bundaran Ramah Batasan sehingga Usaha Kesejahteraan Berbasis Daerah (UKBM)

Posbindu dan Posyandu Lama dihentikan sementara mulai Februari dan Desember 2020. Sementara itu, Kepala

(3)

Bidang Peningkatan Kesejahteraan dan Penguatan Wilayah Setempat menambahkan, selama pandemi ada peningkatan program out-of-building program latihan, yaitu sebagian besar dilakukan di seluruh dunia tentang merawat Coronavirus, dan mengajarkan tentang masalah PHBS keluarga. Direktur Pembinaan Kesejahteraan dan Penguatan Wilayah Setempat juga mengatakan maka pelatihan kesehatan tentang penyakit Koroner telah selesai di Posbindu dan Posyandu buat Lansia namun karena berakhirnya Posbindu Usaha Kesejahteraan Berbasis Daerah (UKBM) dan Posyandu buat Lansia selama pandemi dan lebih berpusat pada sekolah kesejahteraan tentang antisipasi dan pengobatan Coronavirus sehingga tidak ada data selama pandemi.

Pendidikan tentang penyakit jantung (PJK) sebagian besar disampaikan dalam struktur ketika pasien berkunjung dengan titik puncak pada jumlah kunjungan pasien yang mencari pengobatan. Sebagian orang yang berkunjung ke Puskesmas pasti mengetahui apa itu penyakit jantung, efek samping, dan faktor bahaya penyakit jantung, namun melakukan tindakan tegas buat keadaan ini masih jauh dari apa yang diinginkan.

Keadaan saat ini bisa dilihat dari informasi kejadian penyakit jantung koroner (PJK) yang lebih banyak terjadi pada laki-laki karena mereka mengetahui apa itu penyakit jantung, efek samping, dan faktor bahaya penyakit jantung namun dalam pelaksanaan pencegahannya masih belum hilang dan meremehkan penyakit koroner. (CHD), seperti cara hidup yang tidak menguntungkan, merokok dan tidak adanya pekerjaan yang sebenarnya.

Berdasarkan uraian tersebut maka

peneliti tertarik meneliti mengenai

“Hubungan Persepsi Kerentanan dan Persepsi Keseriusan Penyakit dengan Perilaku Pencegahan pada Penyakit Jantung Koroner di Puskesmas Banjarbaru Utara” . METODE

Metode yang di gunakan yaitu Deskriptif Kuantitatif dengan pendekatan Cross Sectional Sectional, subyek yang di teliti yakni masyarakat peserta BPJS yang berkunjung ke puskesmas usia 17 sampai dengan 65 tahun yang berjumlah 6.565 orang, sample di dalam penelitian ini di tentukan dengan rumus slovin yang di bisakan 99 orang dengan tekhnik sample Accidental sampling. Tekhnik pengumpulan data memakai kuisioner dan wawancara.

Analisa data memakai Chi Square dengan tingkat kepercayaan a= 0,0

HASIL

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur

NO Umur Responden Persen (%)

1 17 – 26 15 15.2

2 27 – 36 21 21.2

3 37 – 46 28 28.3

4 47 – 56 27 27.3

5 57 - 66 8 8.1

Jumlah 99 100

Setelah dilihat dari hasil penelitian frekuensi distribusi berdasarkan umur responden di Wilayah Kerja Puskesmas Banjarbaru Utara menunjukkan maka golongan umur responden yang terbanyak yaitu umur 37 – 46 tahun sebanyak 28 responden (28.3%) dan yang paling sedikit yaitu umur 57 – 66 tahun sebanyak 8 responden (8.1%).

(4)

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan

NO Pendidikan Responden Persen (%)

1 Tidak lulus SD 3 3.0

2 SD 13 13.1

3 SLTP/Sederajat 18 18.2

4 SLTA/Sederajat 39 39.4

5 Perguruan Tinggi

26 26.3

Jumlah 99 100

Setelah dilihat dari hasil penelitian frekuensi distribusi berdasarkan pendidikan responden menunjukkan maka golongan pendidikan responden yang terbanyak yaitu SLTA/Sederajat sebanyak 39 responden (39.4%) dan yang paling sedikit yaitu Tidak lulus SD sebanyak 3 responden (3.0%).

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

NO Jenis Kelamin Responden Persen (%)

1 Laki-laki 36 36.4

2 Perempuan 63 63

Jumlah 99 100

Setelah dilihat dari hasil penelitian frekuensi distribusi berdasarkan jenis kelamin responden menunjukkan maka sebagian besar responden di Wilayah Kerja Puskesmas Banjarbaru Utara yaitu berjenis kelamin perempuan sebanyak 63 orang (63%)

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan

NO Pekerjaan Responden Persen (%)

1 Wiraswasta 40 40.4

2 Petani 4 4.0

3 Pegawai Negeri 14 14.1

4 Tidak bekerja 41 41.4

Jumlah 99 100

Setelah dilihat dari hasil penelitian frekuensi distribusi berdasarkan pekerjaan responden di Wilayah Kerja Puskesmas

Banjarbaru Utara menunjukkan maka golongan pekerjaan responden yang terbanyak yaitu Tidak bekerja sebanyak 41 responden (41.4%) dan yang paling sedikit yaitu Petani sebanyak 4 responden (4.0%).

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Riwayat Penyakit Jantung

NO Riwayat Penyakit Jantung

Responden Persen (%)

1 Ya 3 3.0

2 Tidak 96 97.0

Jumlah 99 100

Setelah dilihat dari hasil penelitian frekuensi distribusi berdasarkan riwayat penyakit jantung pada responden menunjukkan maka responden di Puskesmas Banjarbaru Utara tidak memiliki riwayat jantung (97.0%).

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Riwayat Penyakit Jantung pada Keluarga

NO Riwayat Penyakit Jantung pada

Keluarga

Responden Persen (%)

1 Ya 21 21.2

2 Tidak 78 78.8

Jumlah 99 100

Setelah dilihat dari hasil penelitian frekuensi distribusi responden berdasarkan riwayat penyakit jantung pada keluarga menunjukkan maka responden di Puskesmas Banjarbaru Utara tidak memiliki riwayat jantung pada keluarga (78.8%).

ANALISIS UNIVARIAT

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Responden terhadap perilaku pencegahan PJK

NO Perilaku pencegahan PJK

Responden Persen (%)

1 Perilaku baik 66 66.7

2 Perilaku kurang Baik

33 33.3

Jumlah 99 100

(5)

Setelah dilihat dari hasil penelitian frekuensi distribusi responden terhadap perilaku pencegahan PJK menunjukkan maka perilaku yang baik sebanyak 66 responden (66.7%), sedangkan yang perilaku kurang baik sebanyak 33 responden (33.3%).

Tabel 8. Distribusi Frekuensi Responden terhadap persepsi kerentanan

NO Persepsi Kerentanan

Responden Persen (%)

1 Positif 81 81,8

2 Negatif 18 18,2

Jumlah 99 100

Setelah dilihat dari hasil penelitian frekuensi distribusi responden terhadap

persepsi kerentanan menunjukkan maka persepsi kerentanan terhadap penyakit jantung koroner (PJK) yang memiliki persepsi positif sebanyak 81,8%

Tabel 9. Distribusi Frekuensi Responden terhadap persepsi keseriusan

NO Persepsi Keseriusan

Responden Persen (%)

1 Positif 98 99

2 Negatif 1 1

Jumlah 99 100

Setelah dilihat dari hasil penelitian frekuensi distribusi responden terhadap persepsi keseriusan menunjukkan maka hampir semua responden memiliki persepsi keseriusan yang positif sebanyak 99%.

ANALISIS BIVARIAT

Tabel 10. Hubungan Persepsi Kerentanan dengan Perilaku Pencegahan Penyakit Jantung Koroner (PJK)

Setelah dilihat dari hasil penelitian menunjukkan maka responden dengan persepsi kerentanan positif yang melakukan perilaku pencegahan baik sebanyak 57 responden (70,4%) dibandingkan dengan persepsi kerentanan positif yang berperilaku pencegahan kurang baik sebanyak 24 responden (29,6%). Sedangkan pada responden dengan persepsi kerentanan negatif yang berperilaku pencegahan baik dan kurang baik sama-sama 9 responden (50%).

Tabel 11. Hubungan Persepsi Kerentanan dengan Perilaku Pencegahan Penyakit Jantung Koroner (PJK)

Setelah dilihat dari hasil penelitian menunjukkan maka responden dengan persepsi keseriusan positif yang melakukan perilaku pencegahan yang baik sebanyak 66 responden (67,3%) dibandingkan dengan yang berperilaku kurang baik sebanyak 32 responden (32,7%).

Sedangkan pada responden dengan persepsi keseriusan negatif semua berperilaku pencegahan kurang baik (100%).

Persepsi Kerentanan Perilaku Pencegahan PJK Total P- Value

Baik Kurang Baik N % 0,167

N % N %

Positif 57 70,4% 24 29,6% 81 100%

Negatif 9 50% 9 50% 18 100%

Jumlah 66 66,7% 33 33,3% 99 100%

Persepsi kerentanan

Perilaku Pencegahan PJK Total P- Value

Baik Kurang Baik N % 0,167

N % N %

Positif 66 67,3% 32 32,7% 81 100%

Negatif 0 0% 1 100% 18 100%

Jumlah 66 66,7% 33 33,3% 99 100%

(6)

PEMBAHASAN

Perilaku pencegahan PJK

Berdasarkan hasil penelitan bisa dilihat maka perilaku yang baik sebanyak 66 responden (66.7%), sedangkan yang perilaku tidak baik sebanyak 33 responden (33.3%). Hal ini menunjukkan maka sebagian besar perilaku pencegahan penyakit jantung koroner sudah baik walaupun masih ada beberapa perilaku pencegahan penyakit jantung koroner yang tidak baik.

Menurut asumsi peneliti, berdasarkan penelitian yang dilakukan memakai kuesioner dan wawancara diketahui maka perilaku pencegahan pada penyakit jantung koroner sudah baik yang terlihat dari hasil penelitian seperti banyak masyarakat yang tidak merokok, tidak minum alkohol, melakukan kegiatan GERMAS (Gerakan Masyarakat) secara rutin dan hampir semua masyarakat melakukan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat). Tetapi masih ada beberapa masyarakat yang belum menerapkan dalam tindakan nyata perilaku pencegahan penyakit jantung koroner dikarenakan masih adanya masyarakat yang tidak menjaga pola makan secara teratur, tidak menjaga berat badan, tidak memanfaatkan program pengelolaan penyakit kronis (Prolanis) dan beberapa masyarakat tidak melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin di Posbindu. Selain itu ada faktor pendorong yang memperkuat terjadinya perilaku, terkadang seorang tahu dan mampu berperilaku sehat tetapi mereka tidak melakukannya. Sehingga buat berperilaku sehat memerlukan contoh dari para tokoh masyarakat dan tokoh agama.

Hasil penelitian ini ini sesuai dengan penelitian yang diarahkan oleh Lina Indrawati, tentang Keterkaitan antara

Informasi, Perspektif, Wawasan, Inspirasi, Dukungan Keluarga dan Hotspot Data buat Pasien Penyakit Koroner dengan Tindakan Penangkal Tambahan buat Variabel Bahaya. (Analisis Kontekstual di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta) Hasil penelitian menunjukkan maka hasil menunjukkan maka ada faktor yang diidentifikasi dengan informasi dan kapasitas pasien PJK buat melakukan bantu penghindaran faktor bahaya meliputi informasi, perspektif, wawasan diri, inspirasi dan dukungan keluarga dan keberadaan sumber data.

Persepsi Kerentanan

Berdasarkan hasil penelitian bisa dilihat maka persepsi kerentanan terhadap penyakit jantung koroner (PJK) yang memiliki persepsi positif sebanyak 81,8%.

Menurut peneliti hampir semua masyarakat memiliki pemahaman dan keyakinan yang positif terhadap kerentanan penyakit jantung koroner (PJK). Berdasarkan hasil penelitian yang terlihat dari kuesioner menunjukkan hampir semua masyarakat mengetahui maka faktor-faktor risiko terjadinya penyakit jantung koroner PJK seperti hipertensi, merokok, memiliki riwayat (DM) diabetes melitus, obesitas dan kurang melakukan aktivitas fisik, sehingga masyarakat percaya dan yakin maka apabila memiliki risiko tinggi mereka akan lebih mungkin buat melakukan perilaku buat mengurangi risiko terserang penyakit penyakit jantung koroner (PJK).

Penelitian ini sesuai dengan eksplorasi yang diarahkan oleh Dessy Rahmawati, Cholik Harun Rosjidi dan Saiful Nurhidayat. Mengenai Hubungan antara Wawasan Keluarga dan Reaksi Cepat terhadap Kegagalan Kardiovaskular, pada tahun 2018 hasilnya menunjukkan

(7)

maka ada perbedaan waktu kritis antara keluarga dengan pemahaman positif dan keluarga dengan wawasan negatif.

Persepsi Keseriusan

Hasil penelitian menunjukkan maka hampir semua responden memiliki persepsi keseriusan yang positif sebanyak 99%. Menurut asumsi peneliti berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil persepsi keseriusan lebih banyak positif karena hampir semua masyarakat sudah mengetahui maka penyakit jantung koroner yakni penyakit jantung yang berbahaya dan bisa menyebabkan kematian secara mendadak, bisa menyebabkan stroke dan sangat diperlukan pertolongan segera sehingga masyarakat melakukan tindakan buat mencari pengobatan dan pencegahan penyakit yang didorong pula oleh keseriusan penyakit tersebut , maka tingkat keparahan terhadap penyakit yang dirasakan inilah yang menyebabkan masyarakat percaya maka konsekuensi dari tingkat keparahan yang dirasakan yakni ancaman bagi hidupnya.

Penelitian ini sesuai dengan eksplorasi yang diarahkan oleh Galuh Djati Nirmolo tentang Unsur-unsur yang Mempengaruhi Terjadinya Penyakit Koroner Pada Orang Berobat di Puskesmas Madiun Peraturan Madiun Tahun 2018. Orang yang berobat di Puskesmas Madiun yaitu orientasi seksual, keturunan keluarga, hipertensi.

Hubungan Persepsi Kerentanan dengan Perilaku Pencegahan Penyakit Jantung Koroner

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan maka responden dengan persepsi kerentanan positif yang melakukan perilaku pencegahan baik

sebanyak 57 responden (70,4%) dibandingkan dengan persepsi kerentanan positif yang berperilaku pencegahan kurang baik sebanyak 24 responden (29,6%). Hasil uji statistik dengan memakai uji Chi Square diperoleh nilai p- Value = 0,167. Nilai P > (a=0,1), maka artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara persepsi kerentanan dengan perilaku pencegahan PJK di Puskesmas Banjarbaru Utara.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti maka persepsi kerentanan masyarakat terhadap penyakit jantung koroner tidak berhubungan dengan perilaku pencegahan karena walaupun masyarakat sudah memiliki pengetahuan dan persepsi kerentanan yang positif tentang penyakit jantung koroner tetapi tidak mempengaruhi perilaku masyarakat dalam melakukan pencegahan penyakit jantung koroner.

Berdasarkan hasil kuesioner dan wawancara yang dilakukan peneliti diperoleh masih banyak masyarakat yang kurang berminat dan termotivasi buat memeriksakan kesehatan secara berkala, hal ini sejalan dengan studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap penyakit jantung koroner yang menyatakan maka sebelum pandemi minat masyarakat terhadap Usaha Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) Posbindu dan Posyandu Lansia masih kurang ditambah dengan adanya peningkatan kasus Covid-19 sehingga semua kegiatan luar gedung yang terpaksa diberhentikan sementara.

Hasil penelitian sesuai dengan pemeriksaan yang diarahkan oleh Indah Pratiwi Lingga tentang pemahaman wawasan dalam penyelenggaraan Penyakit Koroner Pasca Rawat Inap (PJK).

sebanyak 77,5%, dan pandangan

(8)

penghalang tinggi sebanyak 84,3%. Masih ada pemahaman yang tidak mendukung pelaksanaan pengawasan PJK pada pasien, menunjukkan perlunya perluasan pengajaran dan dukungan bagi pasien dan keluarganya, terutama yang berkaitan dengan faktor risiko kelemahan, hasil penyakit, dan jawaban atas kekalahan.

hambatan dalam mengawasi PJK setelah rawat inap.

Hubungan Persepsi Keseriusan dengan Perilaku Pencegahan Penyakit Jantung Koroner

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan maka responden dengan persepsi keseriusan positif yang melakukan perilaku pencegahan yang baik sebanyak 66 responden (67,3%) dibandingkan dengan yang berperilaku kurang baik sebanyak 32 responden (32,7%). Hasil uji statistik dengan memakai uji Chi Square diperoleh nilai p- Value = 0,333. Nilai P > (a=0,1), maka artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara persepsi keseriusan dengan perilaku pencegahan PJK di Puskesmas Banjararu Utara.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti maka pandangan kesungguhan masyarakat setempat terhadap penyakit jantung tidak ada hubungannya dengan tindakan pencegahan penyakit jantung karena meskipun orang- orang pasti mengetahui risiko penyakit jantung, bahaya faktor penyakit jantung, gejala penyakit jantung, penyebab penyakit jantung, namun belum sepenuhnya dilakukan dalam kegiatan nyata pencegahan penyakit jantung. Selain itu, ditemukan berbagai variabel yang menyebabkan kurangnya hubungan realitas nyata dengan perilaku antisipasi penyakit jantung koroner (PJK), yang

dimulai pada tahun 2020 sejak pandemi virus corona muncul, banyak orang yang menunda pengobatan ke tempat pelayanan medis selain kasus krisis.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Berhimpong Marsela Juliawati Alfa dkk, yang berjudul Analisis Implementasi Aktivitas Fisik Berdasarkan Health Belief Model oleh tenaga kesehatan di Puskesmas hasil penelitian menunjukkan maka bahayanya suatu penyakit dan memahami arti melakukan pencegahan terhadap penyakit melalui aktivitas fisik.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Puskesmas Banjarbaru Utara bisa disimpulkan maka:

1. Sebagian besar responden di Puskesmas Banjarbaru Utara memiliki persepsi kerentanan yang positif terhadap PJK.

2. Hampir semua responden di Puskesmas Banjarbaru Utara memiliki persepsi keseriusan yang positif terhadap PJK.

3. Responden di Puskesmas Banjarbaru Utara memiliki perilaku pencegahan yang baik terhadap PJK.

4. Tidak ada hubungan yang signifikan antara persepsi kerentanan dengan perilaku pencegahan penyakit jantung koroner di Puskesmas Banjarbaru Utara dengan p-Value = 0,167.

5. Tidak ada hubungan yang signifikan antara persepsi keseriusan dengan perilaku pencegahan penyakit jantung koroner di Puskesmas Banjarbaru Utara dengan p-Value = 0,333.

Saran

1. Bagi dinas kesehatan

Melakukan kerjasama dengan Puskesmas dalam rangka bersama-sama mengoptimalkan penurunan kasus PJK di Puskesmas Banjarbaru Utara.

(9)

2. Bagi Puskesmas

a. Membuat program prioritas seperti edukasi PJK dan kampanye gerakan masyarakat (GERMAS) dalam promosi kesehatan dengan melibatkan lintas program dan lintas sektor dalam mengalakkan pentingnya promosi kesehatan PJK sehingga adanya perubahan perilaku pencegahan yang diharapkan mampu menurunkan angka kasus PJK di Puskesmas Banjarbaru Utara.

b. Meningkatkan kualitas kader dengan mengadakan kegiatan refreshing kader yang diharapkan kader mampu memberikan informasi tentang PJK kepada masyarakat sehingga masyarakat termotivasi dan mampu melakukan perilaku pencegahan PJK dan tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

REFERENSI

Report

Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru. 2021.

Data Penyakit Jantung Koroner Banjarbaru 2020.

Puskesmas Banjarbaru Utara 2021, Data diangnosis penyakit Jantung 2020- 2021.

Puskesmas Banjarbaru Utara 2021, Data Kunjungan pasien 2020-2021.

Book

Irianto, K. 2014. Memahami Berbagai Macam Penyakit. Bandung:

Alfabeta.

Journal

Berhimpong Marsela Juliawati Alfa, Angelheart Joy Maynard Rattu &

Junita Maja Pertiwi. 2020. Analisis Implementasi Aktivitas Fisik Berdasarkan Health Belief Model

oleh tenaga kesehatn di puskesmas.

Jurnal of Public Health And Community Medicine. Volume 1 Nomor 4.

Daniati, & Erawati. 2018. Hubungan Tekanan Darah Dengan Kadar Kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein) pada Penderita Penyakit Jantung Koroner di RSUP.

Dr. M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Perintis (Perintis's Health Journal). Volume 5 Nomor 2.

Indrawati Lina. 2014. Hubungan pengetahuan, sikap, persepsi, motivasi, dukungan keluarga dan sumber informasi pasien penyakit jantung koroner dengan tindakan peceghan skunder faktor resiko (Studi kasus RSPAD Gatot Soebroto Jakarta). Jurnal Ilmiah Vol.2 No. 3 Nirmolo Galuh Djati. 2018. Faktor –

faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit jantung koroner pada masyarakat yang berobat di puskesmas Madiun Kabupaten Madiun Tahun 2018. Skripsi Sarjana. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Stikes Bhakti Husada

Mulia Madiun.

http://repository.stikes-

bhm.ac.id/333/.[Diakses pada tanggal 28 April 2021].

Rahmawati Desy, Cholik Harun Rosjidi &

Saiful Nurhidayat. 2018. Hubungan antara Persepsi Keluarga dengan Fast Respon Serangan Penyakit Jantung, Tahun 2018. Jurnal Kesehatan Vol. 4 No.2.

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan: Persepsi ibu tentang kerentanan anak, keseriusan penyakit, ancaman penyakit, manfaat imunisasi dan hambatan imunisasi berpengaruh terhadap kelengkapan

HUBUNGAN RASIO LINGKAR PINGGANG PINGGUL DENGAN PROFIL LIPID PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK) DI POLIKLINIK.. JANTUNG

Hubungan Rasio Lingkar Pinggang Panggul dengan Profil Lipid pada Pasie Penyakit Jantung Koroner (PJK) di Poliklinik Jantung RSUD DR.Moewardi Surakarta.. Program

Hubungan Rasio Lingkar Pinggang Pinggul dengan Profil Lipid pada Pasien Penyakit Jantung Koroner (PJK) di Poliklnik Jantung RSUD Dr. Faktor-Faktor Risisko

Untuk mengetahui variabel pengetahuan tentang ARV, persepsi keseriusan penyakit, manfaat dan hambatan serta dukungan keluarga yang mempunyai hubungan dominan

Untuk melihat ada tidaknya peningkatan nilai Rasio Trombosit Limfosit dengan penyempitan pembuluh darah pada penderita Penyakit Jantung Koroner (pasien PJK ≥ 70 % dan PJK <70

Persepsi keseriusan yang dirasakan terhadap Osteoporosis Persepsi ancaman penyakit Osteoporosis Persepsi manfaat pencegahan Osteoporosis yang dirasakan Perilaku

DJAMIL PADANG Oleh: Umika Alda Putri [email protected] Penyakit jantung koroner PJK adalah salah satu gangguan fungsi jantung dimana otot jantung kekurangan suplai darah yang