ASSALAMU ALAIKUM Wr. Wb
SALAM SEJAHTERA BAGI KITA SEMUA
SELAMAT MENGIKUTI PELATIHAN
PENDIDIKAN KHUSUS PROFESI ADVOKAT Dilaksanakan
Dewan Pengacara Nasional Indonesia (DPN Indonesia)
JAKARTA, 2023
DR. Drs. H. Sirajuddin Sailellah, S.H., M.H
(Ketua Pengadilan Agama Jakarta Pusat)
BIODATA PENGAJAR
Nama : DR Drs.H.Sirajuddin Sailellah,SH.MH Tempat/Tgl lahir : Sungguminasa(Sul-sel) 13 Januari 1968
Pekerjaan : Hakim /Ketua Pengadilan Agama Jakarta Pusat Kls IA Email/ Hp : [email protected] / 082211188555
Pengalaman jabatan :
Hakim Pengadilan Agama Watansoppeng. 1997 s/d 2000 Hakim Pengadilan Agama Masamba. 2001 s/d 2004 Hakim Pengadilan Agama Jakarta Barat. 2004 s/d 2006 Panitera Pengganti Mahkamah Agung RI. 2006 s/d 2013 Wakil Ketua Pengadilan Agama Bekasi 2013 s/d 2015 Ketua Pengadilan Agama Bogor 2015 s/d 2019
Ketua Pengadilan Agama Jakarta Pusat 2019 s/d sekarang
Pengalaman Mengajar:
Tenaga pengajar
1. Pendidikan Profesi Khusus Advokat Penyelenggara Yan Apul
2. Pendidikan Profesi Khusus Advokat Penyelenggara FHP Menara Karya Lt.20 3. Pendidikan Profesi Khusus Advokat dengan Mabes Polri
4. Pendidikan Profesi Khusus Advokat dengan Kemenkes RI 5. Pendidikan Profesi Khusus Advokat dengan Kemenkumham RI 6. Dosen Pascasarjana Universitas Jayabaya Jakarta
7. Dosen Program Doktor Universitas Islam Asy Syafiiyah Jakarta 8. Dosen Fakultas Hukum Universitas Al Azhar Indonesia Jakarta
Pendidikan
Pesantren Modern IMMIM Tamalanrea Makassar
Sarjana syariah Universitas Islam Negeri Makassar 1992
Sarjana Hukum Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Sengkang 2000
Magister Hukum Universitas Islam Negeri Makassar 2002
Doktor UGM Yogyakarta 2012
KEDUDUKAN PERADILAN AGAMA Dalam Struktur Kekuasaanm Kehakiman
UU No.48 TAHUN 2009 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN
Kekuasaan Kehakiman dilakukan oleh Pengadilan dalam lingkungan;
• a. Peradilan Umum;
• b. Peradilan Agama;
• c. Peradilan Militer;
• d. Peradilan Tata Usaha Negara.
KEWENANGAN PERADILAN AGAMA PASCA REVISI UU.NO.7 THN 1989
MENJADI UU.NO.3 THN 2006 REVISI KEDUA DENGAN UU No.50 TAHUN 2009 TENTANG PERADILAN AGAMA
PRA REVISI UU PA Pasal 2
Peradilan Agama merupakan salah satu pelaksana kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan yang beragama Islam mengenai perkara perdata
tertentu yang diatur dalam undang-undang ini.
PASCA REVISI UU PA
Pasal 2
Peradilan Agama adalah salah satu pelaku kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan yang beragama Islam mengenai perkara tertentu sebagaimana dimaksud
dalam undang-undang ini.
Pasal 3A
Dilingkungan Peradilan Agama dapat diadakan pengkhususan pengadilan yang diatur dengan
undang-undang
E-Filing
E-Filing E-PaymentE-Payment
E-Summons E-Summons
Perma 3 Tahun 2018
Administrasi Perkara di Pengadilan secara elektronik
Perma 1 Tahun 2019
Administrasi Perkara dan persidangan di Pengadilan
secara elektronik
E-FilingE-Filing E-PaymentE-PaymentE-Summons E-Summons E-Litigasi E-Litigasi
Administrasi Perkara secara elektronik
• Pengguna Terdaftar
• Perkara yang diterima hanya Gugatan
Administrasi Perkara dan Persidangan secara elektronik
• Pengguna Terdaftar
• Pengguna Lainnya (Perorangan, KL/BUMN, Kejaksaan )
• Perkara yang diterima : Gugatan Online, Gugatan Sederhana, Permohonan
Payment e-
e-
Summons
e-Litigasi e-Filing
P e r m a 3
Ta h u n 2 0 1 8 P e r m a 1
Ta h u n 2 0 1 9
Tahapan Pendaftaran e- Litigasi
•Dilakukan oleh PenggunaTerdaftar, Pengguna Lainnya ( Perorangan, Jaksa Pengacara Negara,
Biro Hukum
Pemerintah/TNI/Kejaksaa n RI, Direksi/Pengurus atau Karyawan yang ditunjuk nadan hukum, Kuasa Insidentil yang ditentukan Undang- Undang)
•Jenis Perkara yang diterima : Gugatan Online, Gugatan
Sederhana dan
Permohonan Online
•Gugatan Online merupakan perkara contensius yang terdiri dari : Perkara Gugat Cerai, Permohonan Cerai Talak, Kewarisan, dll
•Permohonan Online merupakan perkara Voluntair antara lain Penetapan Ahli Waris, Istbat Nikah, dll
•Untuk Verifikasi Dokumen Pendaftaran dan mengunduhnya dilakukan oleh Panitera Muda sesuai dengan jenis perkaranya
e-Filing
•dalam mendukung program e-Court Mahkamah Agung RI bekerja sama dengan Bank Pemerintah dalam hal manajemen Pembayaran Biaya Panjar Perkara . Dalam Hal ini Bank yang telah ditunjuk menyediakan Virtual Account (Nomor Pembayaran) sebagai sarana pembayaran kepada Pengadilan tempat mendaftar perkara
•Dibayarkan sesuai dengan panjar biaya yang telah tercetak di e-SKUM melalui 7 bank yang telah bekerja sama dengan Mahkamah Agung RI
e-Payment
•Setelah ditentukan Hari Sidang, maka
Jurusita/Jurusita Pengganti melakukan pemanggilan secara elektronik ke alamat domisili elektronik yang sudah terdaftar
e-Summons
•Jadwal Persidangan yang sudah terintegrasi dengan Jadwal Sidang yang aa di SIPP
•Setelah Hari Sidang yang ditentukan, maka Majelis Hakim menyidangkan perkara tersebut kaitannya dengan persidangan online yang perlu diperhatikan pada saat sidang pertama adalah : Asli Surat Gugatan/Permohonan, Asli Surat Kuasa, Asli Surat Persetujuan Prinsipal dalam menggunakan e-court
•Pembuatan Court Calender dan melakukan penetapan sesuai dengan kesepakatan
•Penyampaian Dokumen oleh para pihak (jawaban, replik, dupik, kesimpulan , bukti surat) --- (dokumen dikirim setelah terdapat Tundaan Sidang dan ditutup sesuai jadwal sidang)
•Mekanisme kontrol (menerima, memeriksa, meneruskan) oleh Majelis Hakim/Hakim terhadap dokumen yang di upload para pihak
•Kedua belah pihak dapat mengirimkan Dokumen dan selama belum diverifikasi oleh Majelis/Hakim kedua belah pihak tidak dapat melihat atau mendownload dokumen yang dikirim oleh pihak lawan
e-Litigation
Syarat formal gugatan:
Penggugat harus memiliki hubungan dan kepentingan hukum dengan pokok gugatan;
Gugatan memuat identitas penggugat dan tergugat minimal meliputi nama, umur,tempat kediaman;
Gugatan harus diajukan kepada pengadilan agama yang berwenang memeriksa,mengadili dan memutus perkara yang bersangkutan;
Gugatan harus memuat fakta kejadian;
Gugatan harus mempunyai dasar hukum;
Gugatan harus memuat tuntutan yang diminta secara rinci;
Fakta kejadian dan dasar hukum dalam posita harus sejalan dengan tuntutan yangdiminta, atau sebaliknya tuntutan yang diminta harus sejalan dengan fakta kejadiandan dasar hukum dalam posita;
Surat gugatan harus dibuat dan ditandatangani sendiri oleh penggugat/atau kuasahukumnya yang sah;
Penggugat yang tidak bisa baca-tulis gugatan diajukan secara lisan dihadapan ketua atau
hakim yang ditujuk oleh ketua pengadilan, yang selanjutnya akan dicatat danditanda tangani
oleh ketua atau hakim yang ditunjuk oleh ketua pengadilan ataudibubuhi cap jempol yang
bersangkutan yang disahkan oleh ketua pengadilan/hakim yang ditunjuk oleh ketua setelah
isinya dibacakan kepada penggugat;
RUANG LINGKUP KEWENANGAN PERADILAN AGAMA PASCA REVISI
PRA REVISI
a. Perkawinan;
b. kewarisan, wasiat, dan hibah yang dilakukan berdasarkan hukum Islam;
c.Wakaf dan shadaqah
PASCA REVISI
a.perkawinan+ Pengangkatan Anak berdasarkan Hk.Islam b.waris;
c.wasiat;
d.hibah;
e.wakaf;
f.Zakat g.Infaq h.Shadaqah
i.Ekonomi syari’ah.
Sengketa Pra Perkawinan
(1) Pencegahan perkawinan ,diajukan ke PA oleh garis keturunan lurus ke atas dan ke bawah, saudara, wali nikah, wali pengampu dari
salahseorang calon mempelai, dan pihak-pihak yang bersangkutan (Tidak sekufu tidak dapat dijadikan alasan untuk mencegah perkawinan, kecuali tidak sekufu karena perbedaan agama atau ikhtilaaf ad-din.
(2) Dispensasi Kawin :(1) Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 (enam belas) tahun.(2) Dalam hal penyimpangan
terhadap ayat (1) pasal ini dapat meminta dispensasi kepada Pengadilan atau Pejabat lain yang ditunjuk oleh kedua orang tua pihak pria maupun pihak wanita.
(3) Wali Adhol: Wali nikah yang berhak menolak menikahkan mempelai wanita dengan pria pilihan tanpa alasan yang sah
(4) Penolakan Perkawinan oleh PPN/Catatan Sipil
Sengketa Pasca Perkawinan
Istbat Nikah
Pembatalan Nikah
Cerai gugat
Cerai Thalak
Izin Poligami
Kuasa Asuh anak
Harta bersama Gono-gini
Nafkah lampau istri
Penentuan status sah tidaknya anak (180 hari setelah lahir)
Nafkah Anak yg akan datang
Pengangkatan anak
Pencabutan kekuasaan wali
RUANG LINGKUP SENGKETA PERKAWINAN
Yang dimaksud dengan "perkawinan" adalah hal-hal yang diatur dalam
atau berdasarkan undang-undang mengenai perkawinan yang berlaku
yang dilakukan menurut syari'ah, antara lain:
1. izin beristri lebih dari seorang;
2. Izin melangsungkan perkawinan bagi orang yang belum berusia 21
(dua puluh satu) tahun, dalam hal orang tua wali, atau keluarga dalam
garis lurus ada perbedaan pendapat;
3. dispensasi kawin;
4. pencegahan perkawinan;
5. penolakan perkawinan oleh Pegawai Pencatat Nikah;
6. pembatalan perkawinan;
7. gugatan kelalaian atas kewajiban suami dan istri;
8. perceraian karena talak;
9. gugatan perceraian;
10. penyelesaian harta bersama;
11. penguasaan anak-anak;
LANJUTAN RUANG LINGKUP SENGKETA PERKAWINAN
12. ibu dapat memikul biaya pemeliharaan dan pendidikan anak bilamana
bapak yang seharusnya bertanggung jawab tidak mematuhinya;
13. penentuan kewajiban memberi biaya penghidupan oleh suami kepada
bekas istri atau penentuan suatu kewajiban bagi bekas istri;
14. putusan tentang sah tidaknya seorang anak;
15. putusan tentang pencabutan kekuasaan orang tua;
16. pencabutan kekuasaan wali;
17. penunjukan orang lain sebagai wall oleh pengadilan dalam hal
kekuasaan seorang wall dicabut;
18. penunjukan seorang wali dalam hal seorang anak yang belum cukup
umur 18 (delapan belas) tahun yang ditinggal kedua orang tuanya;
19. pembebanan kewajiban ganti kerugian atas harta benda anak yang
ada di bawah kekuasaannya;
20. penetapan asal-usul seorang anak dan penetapan pengangkatan anak
berdasarkan hukum Islam;
21. putusan tentang hal penolakan pemberian keterangan untuk
melakukan perkawinan campuran;
22. pernyataan tentang sahnya perkawinan yang terjadi sebelum Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan dijalankan menurut peraturan yang lain.
PENJELASAN PASAL 49 UU.NO.3 TAHUN 2006
• Penyelesaian sengketa tidak hanya dibatasi di bidang perbankan syari’ah melainkan juga di bidang ekonomi syari’ah lainnya. Yang dimaksud dengan “antara orang-orang yang beragama Islam ” adalah termasuk orang atau badan hukum yang dengan sendirinya Islam menundukkan diri dengan sukarela kepada hukum Islam mengenai hal-hal yang menjadi kewenangan Peradilan Agama sesuai dengan ketentuan pasal ini.
• Huruf a.Yang dimaksud dengan “perkawinan “ adalah hal-hal yang diatur dalam atau berdasarkan undang-undang mengenai perkawinan yang berlaku dan dilakukan menurut syari’ah;
• Huruf b yang dimaksud dengan “waris”adalah penentuan siapa yang menjadi ahli waris , penentuan mengenai harta peninggalan tersebut, serta penetapan pengadilan atas permohonan seseorang tentang penentuan siapa yang menjadi ahli waris, penentuan bagi masing- masing ahli waris.
• Huruf c yang dimaksud dengan”wasiat”adalah perbuatan seseorang memberikan suatu benda atau manfaat kepada orang lain atau lembaga/badan hukum yang berlaku setelah yang memberi tersebut meninggal dunia.
• Huruf d yang dimaksud dengan”hibah” adalah pemberian suatu
benda secara sukarela dan tanpa imbalan dari seseorang atau badan
hukum kepada orang lain atau badan hukum untuk dimiliki.
PENJELASAN PASAL 49 UU.NO.3 TAHUN 2006
Huruf e Yang dimaksud dengan” wakaf” adalah perbuatan seseorang atau sekelompok orang(wakif) untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya unutk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syari’ah.
Huruf f Yang dimaksud dengan “zakat” adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau badan hukum yang dimiliki oleh orang muslim sesuai dengan ketentuan syari’ah untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya
Huruf g yang dimaksud dengan “infaq” adalah perbuatan seseorang memberikan sesuatukepada orang lain guna menutupi kebutuhan,baik berupa makanan, minuman ,mendermakan, memberi rizki (karunia), atau menafkahkan sesuatu kepada orang lain berdasarkan rasa ikhlas , dan karena allah SWT.
huruf h Yang dimaksud dengan “shadaqah” adalah perbuatan
seseorang memberikan sesuatu kepada orang lain atau lembaga
/badan hukum secara spontan dan sukarela tanpa dibatasi oleh waktu
dan jumlah tertentu dengan mengharap ridho Allah SWT.dan pahala
semata.
PENJELASAN PASAL 49 UU.NO.3 TAHUN 2006
Huruf i Yang dimaksud “Ekonomi syari,ah” adalah perbuatan atau kegiatan usaha yang dilaksanakan menurut Prinsip syari,ah ,antara lain meliputi:
a. Bank syari’ah;
b. Lembaga keuangan mikro syari’ah
c. Asuransi syar’iah;
d. Reksa dana syari’ah
e. Obligasi syari’ah dan surat berharga berjangka menengah syari’ah;
f. Sekuritas syari’ah
g. Pembiayaan syari’ah
h. Penggadaian syari’ah
i. Dana pensiun lembaga keuangan syari’ah; dan
j. Bisnis syari’ah
Ketentuan Pasal 55 UU No.21 /2008 Tentang Perbankan Syariah Dalam Kaitan Kewenangan Peradilan Agama
Pasal 55
(1) Penyelesaian sengketa Perbankan Syariah dilakukan olehpengadilan dalam lingkungan Peradilan Agama.
(2) Dalam hal para pihak telah memperjanjikan penyelesaian sengketa selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1),penyelesaian sengketa dilakukan sesuai dengan isi Akad.
(3) Penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak boleh bertentangan dengan Prinsip Syariah.
Yang dimaksud dengan “penyelesaian sengketa dilakukan sesuai dengan isi Akad” adalah upaya sebagai berikut:
a. musyawarah;
b. mediasi perbankan;
c. melalui Badan Arbitrase Syariah Nasional (Basyarnas) atau lembaga arbitrase lain; dan/atau
d. melalui pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum.
(3) Penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak boleh bertentangan dengan Prinsip Syariah.
Mencermati ketentuan pasal tersebut, dapat ditafsirkan sebagai berikut :
Menurut Prof.Dr.H.A.Gani Abdullah,SH” Bahwa ayat (1) bermakna telah menjadi prinsip hukum bahwa
penyelesaian sengketa perbankan syariah menjadi kompetensi mutlak dalam proses litigasi pengadilan dalam lingkungan Peradilan Agama.
Ayat (2) bermakna a. Ayat (1) harus berhadapan dengan ayat(2) yang non litigasi( musyawarah, mediasi perbankan, Basyarnas, arbitrase lain dan melalui Peradilan Umum.
Dalam penjelasan Pasal ini kedudukan Peradilan Umum diposisikan dalam struktur non litigasi, karena itu penempatan tersebut merupakan penempatan norma yang salah, sehingga pada ayat(1) dan ayat (2) dalam penjelasannya terjadi Contradictio Interminis. Dengan demikian menurut analisis teoritik ini, maka Frasa
“Pengadilan Dalam Lingkungan Peradilan Umum” yang diposisikan dalam kelompok Non Litigasi dapat dikesampingkan oleh Hakim, karena penyelesaian cara itu berada diluar litigasi atau diluar Pengadilan.
Karena itu dalam kasus dua sumber hukum tidak dapat diterapkan Prinsip Lex Pesteriori derogate legi priori, karena terjadi contradictio interminis yang berakibat harus didahulukan berlakunya aturan yang datang duluan dalam hal ini Pasal 49 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 jo Pasal 55 ayat (1) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 menjadi pedoman penyelesaian sengketa ekonomi syariah. [1]
Tafsir yuridis inilah yang mendorong Mahkamah Agung mengambil jalan yuridis untuk memperlancar dalam penyelenggaraan peradilan bahwa sengketa Perbankan Syariah untuk berlitigasi pada Pengadilan Lingkungan Peradilan Agama.
HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA
SUMBER HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA
HIR/Rbg
Buku IV KUH Perdata
UU.No.4 Thn 2004 revisi kedua UU No.48 Tahun 2009 ttg Kekuasaan Kehakiman
UU.No.5 Thn 2004 ttg Mahkamah Agung
UU.No.7 Thn 1989 jo UU.No.3 Tahun 2006 Revisi kedua UU No.50 Tahun 2009 ttg Peradilan Agama
UU.No.1 Thn 1974 jo PP.No.9 Thn 1975 ttg perkawinan
Kompilasi Hukum Islam
Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah
Yurisprudensi
AZAZ-AZAZ HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA
• Hakim bersifat menunggu
• Hakim Pasif
• Mendengar Kedua belah pihak;
• Tidak ada keharusan mewakilkan
• Mendamaikan kedua belah pihak
• Biaya perkara berlaku ketentuan sbb:
a. Sengketa bidang Perkawinan dibebankan kepada Penggugat/Pemohon(Ps.89 UU.7/1989)
b. Sengketa diluar bidang perkawinan dibebankan kepada yang kalah (181 HIR)
c. Prodeo (berdasarkan putusan sela)
• Persidangan terbuka untuk umum
• Putusan harus disertai alasan-alasan
• Personal keislaman
PRODUK HUKUM PENGADILAN AGAMA DALAM KAITAN KEWENANGAN RELATIF
PUTUSAN( Produk hukum bersifat contentiosa(ada 2 pihak atau lebih yang bersengketa) diantaranya:
1.
Cerai Gugat :Gugatan cerai yang diajukan oleh istri terhadap suami di Pengadilan Agama(Penggugat/Tergugat); diajukan di PA sbb:
yang mewilayahi tempat domisili istri kecuali dlm hal istri meninggalkan kediaman bersama tanpa alasan yang sah
Tempat perkawinan dilangsungkan dlm hal kedua belah berdomisili di Luar negeri;
Tempat domisili suami dlm hal istri berdomisili diluar negeri
1.
Cerai Thalak: Permohonan cerai thalak yang diajukan oleh suami terhadap istri di Pengadilan Agama (Pemohon/Termohon)
yang mewilayahi tempat domisili istri, kecuali dalam hal istri meninggalkan kediaman bersama tanpa alasan yang sah
Tempat perkawinan dilangsungkan dlam hal kedua belah pihak berdomisili di LN
Tempat domisili suami dlm hal istri berdomisili di LN
1.
Waris,hibah,wasiat,gono-gini dsb
PENETAPAN ( Produk hukum yang bersifat voluntair ( pihaknya tunggal yang memohon pengakuan hukum) diantaranya:
1. Pengesahan nikah;
2. Dispensasi kawin
3. Pengangkatan anak menurut hukum Islam dsb.
PROSEDUR PERKARA
PADA PENGADILAN AGAMA
Pengajuan Gugatan/Permohonan( Tunggal/Kumulasi obyektif/subyektif)
Membayar Panjar biaya Perkara (kecuali perkara prodeo hrs dengan pts sela)besarnya sesuai radius tempat tinggal kedua belah pihak;
Pemanggilan Pihak(patut dan sah)
1.
Min 3 hari sblm sidang
2.
Langsung Ybs
3.
Ke Lurah/Desa bagi yang tdk berada di tempat.
4.
Melalui Bupati/Walikota bagi yg gaib dan diumumkan di media massa/ditempel pada papan Pengumuman di kantor PA.
Pemeriksaan Perkara Paling lama 30 hari setelah didaftar kecuali perkara
Ghaib (perkara perceraian) 4 bulan setelah didaftar ( Pgl I 1 bln + Pgl II
3 bln)
TAHAPAN PERSIDANGAN
Pembacaan Gugatan/Permohonan
Jawaban( Eksepsi,Pokok Perkara, Rekonpensi) bila ada
Reflik(Jwbn Eksepsi.tanggapan trhdp jawaban,jwbn rekonpensi) bila ada
Duplik(Tggpn jwbn Eksepsi, tggpn jwbn pokok perkara, tggpn jwbn rekonpensi
Pembuktian(sistem positif/negatif tergantung posita)
Kesimpulan
Putusan
Catatan : upaya perdamaian bagi kedua belah pihak setiap sidang
dpt dilakukan( atau melalui mediasi jika dianggap efektif)
PUTUSAN/PENETAPAN
Kepala Putusan
Identitas Para Pihak(Penggugat/Tergugat/Turut Tergugat, Pemohon/Termohon/Turut Termohon)
Posita Gugatan/permohonan
Petitum
Fakta situasi persidangan ( kedua belah pihak hadir/pihak T tidak hadir;
Uraian jawaban dll (bila ada)
Uraian alat-alat bukti yang diajukan dipersidangan
Kesimpulan (bila ada).
Tentang Hukumnya meliputi: pertimbangan MH tentang alat bukti serta fakta-fakta di persidangan
Konklusi MH terhadap kasus tersebut