• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengantar Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara

N/A
N/A
BIG BRO

Academic year: 2024

Membagikan "Pengantar Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara

Materi Pertemuan 1 Pengertian :

ð Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara (HAPTUN) adalah peraturan hukum yg mengatur proses penyelesaian perkara TUN melalui Pengadilan, sejak pengajuan gugatan sampai keluarnya putusan pengadilan;

ð HAPTUN merupakan hukum formil yg berfungsi menjalankan berlakunya HTUN (HAN) sbg hukum materiil.

ð Dengan kata lain, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara adalah keseluruhan peraturan atau norma hukum yang mengatur tata cara orang atau badan pribadi atau publik bertindak untuk melaksanakan dan mempertahankan hak-haknya di Peradilan Tata Usaha Negara.

ð Secara singkat, HAPTUN merupakan hukum yang mengatur tentang tatacara bersengketa di PTUN.

ð Adapun Hukum Tata Usaha Negara materiIl adalah keseluruhan peraturan atau norma hukum yang mengatur hubungan hukum antara warga masyarakat dengan pejabat atau badan tata usaha negara dalam kewenangannya menjalankan tugas pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat.

ð Peradilan Tata Usaha Negara adalah peradilan yang bertugas memeriksa atau mengadili atau memutus sengketa tata usaha negara antara orang perorangan atau badan perdata dengan pejabat atau badan tata usaha negara.

Sumber HAPTUN

 Undang-Undang Dasar Negara R.I. Tahun 1945;

 Undang-Undang No. 51 tahun 2009 tentang Peradilan Tata Usaha Negara (perubahan dari Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, kemudian diubah menjadi Undang- Undang No. 9 Tahun 2004);

 Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman (perubahan dari Undang-Undang No. 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman, dan Undang-Undang No 35 Tahun 1999, serta Undang-Undang No. 14 Tahun 1970 Tentang Kekuasaan Kehakiman);

 Undang-Undang No. 3 Tahun 2009 Tentang Mahkamah Agung (perubahan dari Undang-Undang No 14 Tahun 1985, dan Undang- Undang No. 5 Tahun 2004 Tentang Mahkamah Agung);

 Yurisprudensi;

 Praktek Administrasi Negara sebagai hukum kebiasaan;

 Doktrin atau pendapat para ahli hukum.

2 Cara Pengaturan Hukum Formil:

 Diatur bersama dg hukum materiilnya, ketentuan mengenai prosedur berperkara diatur bersama dg hukum materiilnya, yakni dg susunan dan kompetensi badan peradilan dlm bentuk UU/Peraturan

(2)

lain, contoh : HAPTUN sbg pelaksana Pasal 12 UU 14/1970 diatur bersama hukum materiilnya;

 Prosedur berperkara diatur tersendiri dalam bentuk UU/Peraturan lainnya, contoh : UU 5/1986 ttg PTUN, UU 9/2004 ttg PTUN.

Karakteristik PTUN

 Salah satu unsur PTUN adalah pihak2, dimana salah satu pihak itu adalah badan atau pejabat TUN dlm kedudukannya dan bertindak berdasarkan wewenang yg diberikan oleh HTUN (HAN) dlm menjalankan tugas pelayanan umum;

 Di depan PTUN para pihak yg berperkara mempunyai kedudukan yg sama, hakim harus memperlakukan kedua belah pihak dg sama dan adil.

 Badan atau pejabat TUN dlm menjalankan fungsinya mempunyai kewenangan berdasarkan ketentuan perUUan baik secara langsung (atribusi) maupun secara pelimpahan (delegasi) serta mandat dan kebebasan bertindak yg dalam ilmu hukum dikenal dg istilah Freis Ermessen

 Dalam menjalankan tugasnya, tidak jarang terjadi bahwa tindakan badan atau pejabat TUN melanggar batas, sehingga menimbulkan kerugian bagi yg terkena, hal ini disebut perbuatan melanggar hukum oleh penguasa (onrechtmatige overheidsdaad).

 Dalam menjalankan tugasnya, tidak jarang terjadi bahwa tindakan badan atau pejabat TUN melanggar batas, sehingga menimbulkan kerugian bagi yg terkena, hal ini disebut perbuatan melanggar hukum oleh penguasa (onrechtmatige overheidsdaad).

Perbedaan Acara

No Pembeda HAPTUN Hukum Acara Perdata

1 Subjek

Hukum Badan / Pejabat TUN melawan warga Masyarakat

Warga Masyarakat melawan Warga Masyarakat 2 Pangkal

Sengketa Ketetapan Tertulis

Pejabat Kepentingan Perdata

warga Masyarakat 3 Tindakan Perbuatan melawan

Hukum Penguasa Perbuatan Melawan Hukum masyarakat, Wanprestasi

4 Peran

Hakim Aktif Pasif

5 Rekonvens

i Tidak dikenal Dikenal , diatur

Materi Pertemuan 2

Asas hukum

 Asas-asas hukum adalah nilai-nilai moral yang mendasari atau memberi landasan norma hukum positif, atau pikiran-pikiran dasar yang bersifat abstrak dari norma hukum positif. Asas-asas hukum merupakan nilai-nilai moral atau pikiran-pikiran dasar yang bersifat

(3)

abstrak sebagai petunjuk arah bagi pembentukan dan berlakunya hukum positif.

 Menurut Bellefroid, asas hukum (rechtsbeginsellen) merupakan norma dasar yang dijabarkan dari hukum positif, dan yang oleh ilmu hukum tidak dianggap berasal dari aturan-aturan yang lebih umum.

Asas hukum umum merupakan pengendapan hukum positif dalam suatu masyarakat.

 Asas hukum adalah meta kaidah yang berkenaan dengan kaidah hukum dalam bentuk kaidah perilaku (Bruggink;

 Asas hukum adalah suatu alam pikiran yang dirumuskan secara luas yang mendasari suatu norma hukum (G.W. Paton).

Asas-Asas Haptun

o Asas-asas Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, antara lain:

o Asas independensi hakim (bertindak adil dan tidak memihak);

o Asas equality before the law (asas persamaan hak di muka hukum);

o Asas sidang terbuka untuk umum;

o Asas diperiksa hakim majelis;

o Asas sederhana, cepat, dan biaya ringan;

o Asas hakim bersifat menunggu, inisiatif gugatan dari penggugat;

o Asas beracara secara tertulis;

o Asas berperkara membayar biaya perkara;

o Asas beracara dapat diwakilkan;

o Asas hakim aktif dalam proses pemeriksaan di persidangan;

o Asas gugatan ke PTUN tidak menunda pelaksanaan putusan TUN;

o Asas tidak dikenal adanya gugatan balik (reconvensi);

o Asas putusan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum;

o Asas putusan harus disertai alasan-alasan hukum.

Kompetensi TUN

 Kompetensi Absolut :

kewenangan memeriksa/mengadili perkara berdasarkan pembagian wewenang atau tugas (atribusi kekuasaan);

 Kompetennsi Relatif :

kewenangan memeriksa/mengadili perkara berdasarkan pembagian daerah hukum (distribusi kekuasaan).

Pengecualian

Pengadilan tidak berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan Sengketa TUN tertentu dalam hal keputusan yg disengketakan itu dikeluarkan dalam waktu perang, keadaan bahaya, keadaan bencana alam, atau keadaan luar biasa yg membahayakan, berdasarkan peraturan peUUan yg berlaku.

Materi Pertemuan 3

o Secara Umum Asas adalah dasar atau prinsip yg bersifat umum yg mjd titik tolak pengertian atau pengaturan;

o Asas Hukum Obyektif;

(4)

Landasan atau alasan pembentukan suatu aturan hukum yg memuat nilai, jiwa atau cita2 sosial yg ingin diwujudkan;

o Asas Hukum Subyektif;

Norma umum yg dihasilkan dari pengendapan hukum positif

(5)

Dalam UU 48/2009 ttg Kekuasaan Kehakiman

Asas2 Umum Peradilan yg baik (Bab II) mengatur ttg Asas Penyelenggaraan Kekuasaan Kehakiman (berlaku umum, artinya utk semua lingkungan peradilan dan pelaku kekuasaan kehakiman)

1).Asas Ketuhanan;

2).Asas Keadilan Hukum;

3).Asas Legalitas;

4).Asas Contante Justitie;

5).Asas Independensi Peradilan;

6).Asas Imparsialitas;

7).Asas Kapabilitas dan Akseptibilitas;

8).Asas Akuntabilitas.

Penjelasan Asas Umum Kehakiman

1).Asas Ketuhanan, Peradilan dilakukan “DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA” (Pasal 2 Ayat 1), sesuai dg Pasal 29 UUD 1945;

2).Asas Keadilan Hukum, Peradilan negara menerapkan dan menegakkan hukum dan keadilan (Pasal 2 Ayat 2);

3).Asas Legalitas, semua peradilan di seluruh wilayah R.I adalah peradilan negara yg diatur dg UU (Pasal 2 Ayat 3);

4).Asas Contante Justitie, peradilan dilakukan dg sederhana, cepat dan biaya ringan (Pasal 2 Ayat 4), namun tetap tidak boleh mengesampingkan ketelitian dan kecermatan dalam mencari kebenaran dan keadilan;

5).Asas Independensi Peradilan, Hakim wajib menjaga kemandirian peradilan, maksudnya bebas dari campur tangan pihak luar dan bebas dari segala bentuk tekanan baik fisik maupun psikis (Pasal 3 Ayat 1);

6).Asas Imparsialitas, Pengadilan mengadili menurut hukum dengan tidak membeda2kan orang (Pasal 4 Ayat 1).

7).Asas Kapabilitas dan Akseptibilitas, Hakim harus memiliki integritas dan kepribadian yg tidak tercela, jujur, adil, profesional dan berpengalaman di bidang hukum, wajib mentaati kode etik dan Pedoman Perilaku Hakim (Pasal 5);

8).Asas Akuntabilitas, semua sidang pemeriksaan pengadilan adalah terbuka untuk umum, kecuali UU menentukan lain, Putusan Pengadilan hanya sah dan mempunyai kekuatan hukum apabila diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum, jika tidak dipenuhi maka berakibat batal demi humum (Pasal 13 Ayat 1 dan Ayat 2) Asas Hukum Umum vs Asas Hukum Khusus

 Asas Hukum Umum;

Asas Hukum yg berhubungan dg seluruh bidang hukum, mis : Asas Restitution in integrum, lex posteriori derogat legi anteriori/priori, equality before the law, res judicata proveritate habetur, dll;

 Asas Hukum Khusus;

sering merupakan penjabaran dari asas hukum umum, dan hanya berlaku atau berfungsi dalam bidang hukum yg lebih sempit

(6)

(sektoral), mis : dalam hukum perdata asas pacta sunt servanda dan asas konsensualisme, dalam hukum acara pidana ada asas presumption of innocence dan asas non retroaktif, dalam hukum administrasi ada asas-asas umum pemerintahan yang baik (Good Governance Principles), dll.

Materi Pertemuan 4

Kekuasaan PTUN

o Dalam Pasal 47 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 yang kemudian diubah lagi dengan Undang-Undang No. 51 Tahun 2009 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN), ditentukan bahwa peradilan bertugas dan berwenang, memutus, dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara.

o Yang dimaksud dengan “sengketa Tata Usaha Negara” adalah sengketa yang timbul dalam bidang Tata Usaha Negara antara orang atau badan hukum perdata dengan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara, baik di pusat maupun di daerah sebagai akibat dikeluarkannya Keputusan Tata Usaha Negara, termasuk sengketa kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 1 angka 10 UU. No. 51 Tahun 2009 (UUPTUN)).

Dari uraian Pasal 1 angka 10 tersebut, bahwa dalam sengketa Tata Usaha Negara terkandung unsur-unsur sebagai berikut:

o Sengketa yang timbul dalam bidang Tata Usaha Negara, artinya sengketa mengenai perbedaan penerapan dalam bidang Tata Usaha Negara;

o Sengketa antara orang atau badan hukum perdata dengan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara. Dengan demikian sengketa Tata Usaha Negara bukan sengketa antara orang atau badan hukum perdata dengan orang atau badan hukum perdata. Juga bukan sengketa antara Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara dengan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara;

o Sengketa yang dimaksud adalah akibat dikeluarkannya Keputusan Tata Usaha Negara. Antara sengketa Tata Usaha Negara dengan dikeluarkannya Keputusan Tata Usaha Negara ada hubungan sebab akibat, karena itu tidak akan terjadi sengketa Tata Usaha Negara tanpa dikeluarkannya Keputusan Tata Usaha Negara.

Keputusan Tata Usaha Negara

Sengketa Tata Usaha Negara merupakan akibat dikeluarkannya Keputusan Tata Usaha Negara. Keputusan Tata Usaha Negara adalah

“suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat tata Usaha Negara yang berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, bersifat kongkret, individual dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata” (Pasal 1 angka 9 UU. No. 51 Tahun 2009 ( UUPTUN))

(7)

Dari ketentuan Pasal 1 angka 9 UUPTUN dapat diketahui, bahwa dalam Keputusan Tata Usaha Negara terdapat unsur-unsur:

1).Adanya penetapan tertulis yang menimbulkan hak dan kewajiban;

2).Dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang berdasarkan peraturan perundang-undangan menyelenggarakan tugas pemerintahan baik di pusat maupun di daerah;

3).Berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara yang dapat menimbulkan akibat hukum terhadap hak dan kewajiban pada orang lain/badan hukum perdata;

4).Keputusan bersifat konkret, artinya keputusan Tata Usaha Negara dapat diwujudkan, dapat ditentukan/tertentu, tidak abststrak;

5).Bersifat individual, artinya keputusan Tata Usaha Negara itu tidak ditujukan kepada masyarakat umum tetapi ditujukan kepada orang pribadi atau badan hukum perdata tertentu;

6).Bersifat final, artinya keputusan sudah definitif atau tetap dan menimbulkan akibat hukum, sehingga ketetapan tidak memerlukan persetujuan dari pihak lain atau pejabat atasan.

Dikecualikan terhadap Keputusan Tata Usaha Negara dalam bentuk tertulis, adalah apabila Badan atau pejabat Tata Usaha Negara tidak mengeluarkan putusan yang menjadi kewajibannya, maka hal tersebut disamakan dengan keputusan Tata Usaha Negara (Pasal 3 UU. No. 5 Tahun 1986 sebagaimana diubah menjadi UU No. 51 Tahun 2009 tentang Peradilan Tata Usaha Negara (UUPTUN)).

Materi Pertemuan 6

Asas-asas pemerintahan yang baik (asas-asas tidak tertulis) adalah:

1). Asas kepastian hukum, asas dalam negara hukum y mengutamakan landasan peraturan perUUan, kepatutan, dan keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggra negara;

2). Asas keseimbangan, harus ada keseimbangan antar kelalaian/kealpaan seorang pegawai dg hukuman jabatannya, mislnya seorang yg lalai mengetik laporan atau salah ketik langsung dipecat;

3). Asas kesamaan dalam mengambil keputusan, badan pemerintah mengambil tindakan yg sama atas kasus2 yg faktanya sama;

4). Asas bertindak cermat, pemerintah senantiasa berhati2 agar tidak menimbulkan kerugian bagi warga masyarakat, misalnya kewajiban pemerintah memberi rambu2 tanda peringatan thd jalan yg sedang diperbaiki, jangan sampai menimbulkan korban akibat jalan diperbaiki;

5). Asas motivasi untuk setiap keputusan, setiap ketetapan harus mempunyai motivasi/alasan yg cukup sbg dasar dlm menerbitkan ketetapan. Alasan hrs jelas, terang, benar, obyektif, dan adil;

6). Asas tidak boleh mencampuradukkan kewenangan, seorang pejabat pemerintahan memiliki wewenang yg sdh ditentukan dlm peraturan perUUan baik dari segi materi, wilayah, maupun waktu.

Aspek2 wewenang ini tidak dapat dijalankan melebihi apa yg sdh ditentukan dalam peraturan yg berlaku;

(8)

7). Asas permainan yang layak (principle of fair play), warga negara diberikan kesempatan yg seluas2nya utk mencari kebenaran dan keadilan, serta diberi kesempatan utk membela diri dg memberikan argumentasi2 sebelum dijatuhkannya putusan administrasi ;

8). Asas keadilan atau kewajaran, setiap tindakan badan atau pejabat administrasi negara selalu memperhatikan aspek keadilan dan kewajaran. Asas ini menuntut tindakan secara proporsional, sesuai, seimbang, dan selaras dg hak setiap orang;

9). Asas menanggapi pengharapan yang wajar (principle of meeting raised epectation), setiap tindakan yg dilakukan oleh administrasi negara harus menimbulkan harapan2 bagi warga negara;

10).Asas meniadakan akibat-akibat dari keputusan yang batal, jika terjadi pembatalan atas suatu keputusan, maka ybs harus diberi ganti rugi atau rehabilitasi;

11).Asas perlindungan atas pandangan hidup, prmrtintah melindungi hak atas kehidupan pribadi,setiap pegawai negeri, dan warga negara, yg menyangkut keyakinan, kesusilaan, dan norma2 yg dijunjung tinggi masyarakat;

12).Asas kebijaksanaan, pemerintah dalam melaksanakan tugasnya sesuai dg UU dan menyelenggarakan kepentingan umum;

13).Asas penyelenggaraan kepentingan umum, mendahulukan kesejahteraan umum dg cara yg aspiratif, akomodatif, dan selektif.

Alat Bukti

Macam-macam alat-alat bukti yang dipergunakan dalam proses beracara di peradilan Tata Usaha Negara menurut Pasal 100 UU PTUN antara lain:

1).Surat atau tulisan;

2).Keterangan ahli;

3).Keterangan saksi;

4).Pengakuan para pihak;

5).Pengetahuan hakim, seuai Putusan MA No. 416K/TUN/2014 yg menerapkan pengetahuan hakim mjd alat bukti utk memutus dan menyelesaikan sengketa TUN.

Keadaan yang telah diketahui oleh umum tidak perlu dibuktikan , Seperti Bencana Alam dan lain sebagainya.

Keputusan Pengadilan

o Keputusan pengadilan harus diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum. Apabila salah satu pihak atau kedua belah pihak tidak hadir pada waktu keputusan diucapkan, salinan putusan harus disampaikan dengan surat tercatat kepada yang bersangkutan.

o Keputusan pengadilan harus ditanda tangani oleh Hakim/Ketua dan anggota Majelis Hakim dan Panitera sidang. Hanya putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dapat dilaksanakan.

o Salinan putusan pengadilan yang memperoleh kekuatan hukum tetap, selambat-lambatnya dalam waktu 14 (empat belas) hari harus

(9)

dikirim kepada para pihak oleh Panitera dengan surat tercatat (Pasal 116 UU PTUN).

o Ketua Pengadilan TUN wajib mengawasi pelaksanaan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap (Pasal 119 PTUN).

Referensi

Dokumen terkait

Judul : Eksistensi Ultra Petita dalam Pelaksanaan Fungsi Peradilan Tata Usaha Negara di Pengadilan Tata.. Usaha

maka penegakan hokum dalam hukum Peradilan Tata Usaha Negara juga akan terwujud. Kelima faktor

• Menurut Prayudi, bahwa Administrasi Negara (AN) dan tata usaha negara (TUN) berbeda, dalam hal ini maka AN memiliki ruang lingkup yang lebih luas.. • Sjachran Basah

Pengadilan Tata Usaha Negara sebagai salah satu badan peradilan khusus yang berada di bawah Mahkamah Agung, berdasarkan Undang-undang Nomor 5 tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha

Kompetensi Absolut (Kekuasaan Absolut) Peradilan Tata Usaha Negara Kekuasaan Absolut dari pengadilan di lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara terdapat dalam Pasal 47 yang

Alasan pengajuan gugatan di Peradilan TUN menurut Pasal 53 ayat (2) UU No. 5 Tahun 1986 terdiri dari: a) Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu bertentangan dengan

Hukum acara PTUN adalah rangkaian perturan-peraturan yang memuat cara  bagaimana orang harus bertindak, satu sama lain untuk melaksanakan berjalannya  peraturan Tata

Yang dimaksud dengan “sengketa Tata Usaha Negara” adalah sengketa yang timbul dalam bidang Tata Usaha Negara antara orang atau badan hukum perdata dengan Badan atau Pejabat Tata