MATERI PERTEMUAN 1
HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA
Dosen Pengampu :
MOCHAMAD NOVEL, S.H., M.H.
PERKENALAN DOSEN PENGAMPU
S-1 : Fakultas Hukum Unair;
S-2 : Pascasarjana Fakultas Hukum U.I.
Koordinator Perdata dan Tata Usaha Negara pada Kejaksaan Tinggi Banten
PENGERTIAN
Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara (HAPTUN) adalah peraturan hukum yg mengatur proses penyelesaian perkara TUN melalui Pengadilan, sejak pengajuan gugatan sampai keluarnya putusan pengadilan;
HAPTUN merupakan hukum formil yg berfungsi menjalankan berlakunya HTUN (HAN) sbg hukum materiil.
Dengan kata lain, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara adalah keseluruhan peraturan atau norma hukum yang mengatur tata cara orang atau badan pribadi atau publik bertindak untuk melaksanakan dan mempertahankan hak-haknya di Peradilan Tata Usaha Negara.
Secara singkat, HAPTUN merupakan hukum yang mengatur tentang tatacara bersengketa di PTUN.
Adapun Hukum Tata Usaha Negara materiIl adalah keseluruhan peraturan atau norma hukum yang mengatur hubungan hukum antara warga masyarakat dengan pejabat atau badan tata usaha negara dalam kewenangannya menjalankan tugas pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat.
Peradilan Tata Usaha Negara adalah peradilan yang bertugas memeriksa atau mengadili atau memutus sengketa tata usaha negara antara orang perorangan atau badan perdata dengan pejabat atau badan tata usaha negara.
SUMBER HAPTUN
Undang-Undang Dasar Negara R.I. Tahun 1945;
Undang-Undang No. 51 tahun 2009 tentang Peradilan Tata Usaha Negara (perubahan dari Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, kemudian diubah menjadi Undang- Undang No. 9 Tahun 2004);
Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman (perubahan dari Undang-Undang No. 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman, dan Undang-Undang No 35 Tahun 1999, serta Undang-Undang No. 14 Tahun 1970 Tentang Kekuasaan Kehakiman);
Undang-Undang No. 3 Tahun 2009 Tentang Mahkamah Agung (perubahan dari Undang-Undang No 14 Tahun 1985, dan Undang- Undang No. 5 Tahun 2004 Tentang Mahkamah Agung);
Yurisprudensi;
Praktek Administrasi Negara sebagai hukum kebiasaan;
Doktrin atau pendapat para ahli hukum.
2 CARA PENGATURAN HUKUM FORMIL
Diatur bersama dg hukum materiilnya, ketentuan mengenai prosedur berperkara diatur bersama dg hukum materiilnya, yakni dg susunan dan kompetensi badan peradilan dlm bentuk UU/Peraturan lain, contoh : HAPTUN sbg pelaksana Pasal 12 UU 14/1970 diatur bersama hukum materiilnya;
Prosedur berperkara diatur tersendiri dalam bentuk UU/Peraturan lainnya, contoh : UU 5/1986 ttg PTUN, UU 9/2004 ttg PTUN.
KARAKTERISTIK PTUN
Salah satu unsur PTUN adalah pihak2, dimana salah satu pihak itu adalah badan atau pejabat TUN dlm kedudukannya dan bertindak berdasarkan wewenang yg diberikan oleh HTUN (HAN) dlm menjalankan tugas pelayanan umum;
Di depan PTUN para pihak yg berperkara mempunyai kedudukan yg sama, hakim harus memperlakukan kedua belah pihak dg sama dan adil.
Badan atau pejabat TUN dlm menjalankan fungsinya mempunyai kewenangan berdasarkan ketentuan perUUan baik secara langsung (atribusi) maupun secara pelimpahan (delegasi) serta mandat dan kebebasan bertindak yg dalam ilmu hukum dikenal dg istilah Freis Ermessen
Dalam menjalankan tugasnya, tidak jarang terjadi bahwa tindakan badan atau pejabat TUN melanggar batas, sehingga menimbulkan kerugian bagi yg terkena, hal ini disebut perbuatan melanggar hukum oleh penguasa (onrechtmatige overheidsdaad).
PERBEDAAN ACARA
No Pembeda HAPTUN Acara Perdata
1. Subyek Hukum Badan/pejabat TUN melawan warga
masyarakat
Warga masyarakat melawan warga masyarakat
2. Pangkal sengketa
Ketetapan Tertulis Pejabat
Kepentingan perdata warga masyarakat 3. Tindakan Perbuatan melawan
hukum penguasa Perbuatan melawan hukum masyarakat, wanprestasi
4. Peran hakim Aktif Pasif
5. Rekonvensi Tidak dikenal Dikenal, diatur