Sesuai dengan judulnya, buku ini berupaya menyederhanakan isi pembahasan dan memfokuskan pada kajian pokok hukum pertanahan sebagai bagian dari hukum agraria pada umumnya. Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada penerbit yang telah menyetujui penerbitan buku ini.
Pengertian Agraria
Pengertian agraria dalam UU No. 5 Tahun 1960 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Agraria (UUPA) digunakan dalam arti yang sangat luas, meliputi: tanah, air, sumber daya alam, ruang angkasa. UU No. 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas UU No. 41.
Pengertian Hukum Agraria
UU Pertambangan mengatur hak penguasaan atas bahan galian sebagaimana dimaksud dalam UU Pokok Pertambangan. Undang-undang tentang penguasaan energi dan unsur-unsur ruang angkasa mengatur tentang hak penguasaan energi dan unsur-unsur ruang angkasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 UUPA.11.
Ruang Lingkup Pembahasan Hukum Agraria
Hak ekonomi merupakan suatu hubungan hukum konkrit yang terikat pada hak tertentu sebagai obyek dan orang (badan hukum tertentu) sebagai subyek yang menjadi pemegang hak tersebut. Aspek hukum perdata (civil law); adalah seperangkat ketentuan hukum yang timbul dari hak-hak orang perseorangan dan badan hukum yang memperbolehkan, mengharuskan atau melarang perbuatan hukum yang berkaitan dengan tanah (benda).
Sumber Hukum Agraria
Sumber hukum pertanian nasional dalam Undang-Undang Dasar adalah BAB yang diatur oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Aturan Pelaksanaan UUPA dan Peraturan Lama Sumber hukum pertanian nasional selanjutnya adalah Aturan Pelaksanaan UUPA yang lebih bersifat teknis dalam pelaksanaan UUD di Indonesia.
Sejarah Singkat Lahirnya UUPA
Kajian terhadap bahan-bahan yang berkaitan dengan Undang-undang Agraria Mengenai Pokok yang telah wujud dan pengumpulan bahan-bahan baru. Penyampaian laporan pelaksanaan tugas serta usulan-usulan yang dinilai perlu mengenai Rancangan Undang-Undang Agraria Pohon kepada Panitia Perundingan DPR.
Tujuan Dasar UUPA
Berlakunya UUPA secara langsung menghapuskan dualisme hukum yang dianut oleh hukum agraria kolonial yaitu agrarische wet (Stb Koninklijk Besluit (Stb dan Buku II KUHPerdata, sepanjang menyangkut tanah (pengaturan UUPA)), dan hukum adat menjadi landasan lahirnya hukum agraria nasional sebagai bentuk penyeragaman undang-undang dan penjabarannya yang menyederhanakan hukum agraria sedemikian rupa sehingga hukum agraria nasional lebih mudah dipahami oleh masyarakat (Pasal 5 UUPA) 25. Dengan ditetapkannya UUPA sebagai hukum agraria nasional, tujuannya adalah : menyiapkan peraturan pelaksanaan UUPA bagi pelaksanaan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan harapan terselenggaranya penatausahaan pertanahan guna menjamin keamanan hukum. hak atas tanah, serta sebagai alat bukti bagi pihak-pihak yang berkepentingan untuk dengan mudah membuktikan haknya atas tanah yang dimilikinya.
Prinsip-Prinsip Dasar Dalam UUPA
Asas Fungsi Sosial Hak Atas Tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 UUPA; “Semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial.” Mengingat ketentuan Pasal 2 ayat (2) dan (3), Pasal 9 ayat (2) dan Pasal 10 ayat (1) dan (2), pemerintah dalam rangka sosialisme Indonesia membuat rencana umum mengenai perbekalan.
Pengertian Hak Atas Tanah
Aspek Sipil; yaitu peralihan hak hukum atas penguasaan hak atas tanah karena adanya perjanjian atau perjanjian agunan/jaminan utang (hak tanggungan) antara pemegang hak dan penanggung utang (Bank/Kreditor). Sumardjono merupakan inti ketentuan yang terdapat dalam Pasal 4 UUPA dengan unsur-unsur hak atas tanah yang terkandung di dalamnya.
Subjek Hukum Pemegang Hak Atas Tanah
Subjek hukum suatu badan hukum (Lechtperson); merupakan kumpulan orang-orang sebagai subjek hukum, terdiri atas; 39. Terdapat dua kategori subjek hukum sebagai subjek hak dalam isi Pasal 4 ayat (1) UUPA tersebut di atas yang dapat diberikan hak atas tanah, antara lain; orang (atau satu orang atau lebih secara bersama-sama) dan badan hukum.
Konsep Dasar Penguasaan Hak Atas Tanah
Hak orang perseorangan dan badan hukum atas tanah (diatur dalam Pasal 16 ayat (1) dan Pasal 53 UUPA), dapat berupa; Hak asal atas tanah, yaitu hak atas tanah yang diperoleh pertama kali oleh seseorang atau badan hukum.
Hak Atas Tanah Sebelum Berlakunya UUPA
Hak pemasangan; adalah hak untuk memiliki rumah, bangunan, atau perkebunan di atas tanah orang lain. Hak milik (hak pakai) atas tanah adalah hak atas tanah yang dimiliki oleh perorangan atas sebidang tanah tertentu yang berada dalam wilayah tanah adat masyarakat hukum adat yang bersangkutan.
Hak Atas Tanah Berdasarkan UUPA
Lebih lanjut, Pasal 53 ayat (1) UUPA menjelaskan berbagai jenis hak sementara atas tanah. Tanggungan dapat dilepaskan oleh pemegang hak dan dapat ditempatkan pada hak milik dan tanah pemerintah.
Ketentuan Konversi Hak Atas Tanah
Ketentuan berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian dan Agraria Nomor 2 Tahun 1962 Tentang Penegasan dan Pendaftaran Hak-Hak Indonesia Sebelumnya atas Tanah. Ketentuan berdasarkan Pasal 1 Peraturan Menteri Pertanian Nomor 9 Tahun 1965 tentang Pelaksanaan Konversi Hak Milik atas Tanah Negara dan Kebijakan-kebijakan Selanjutnya, menguraikan bahwa;
Asas Pemisahan Horizontal (Horizontale Scheiding) 90
Pengertian dan Dasar Hukum Pendaftaran Tanah 91
Dasar hukum pendaftaran tanah di Indonesia diatur dalam beberapa peraturan perundang-undangan, antara lain:. Berangkat dari salah satu tujuan pendaftaran tanah sebagaimana disebutkan di atas adalah untuk menjamin kepastian hukum hak atas tanah.
Sistem Pendaftaran Tanah Indonesia
Dalam sistem negatif, sertifikat hak atas tanah yang diterbitkan merupakan bukti kuat adanya hak. Salah satu amanat UUPA adalah melaksanakan kegiatan pendaftaran tanah yang akan menghasilkan bukti hak atas tanah yang disebut dengan sertifikat.
Objek dan Organ Pelaksana Pendaftaran Tanah
Kepala kantor pertanahan; Sesuai dengan ketentuan Pasal 6 PP 24/1997, dalam hal ini bertindak sebagai pelaksana Pendaftaran Tanah, kecuali untuk kegiatan tertentu yang dipercayakan kepada pejabat lain, yaitu kegiatan yang penggunaannya bersifat nasional atau melebihi batas yang ditentukan. wilayah kerja kepala kantor pertanahan sebagaimana diatur dalam PMNA/Ka BPN Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pendelegasian Wewenang Pemberian dan Pembatalan Keputusan Pemberian Hak Atas Tanah Negara sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Ka. Komisi Penghakiman; Tugas Panitia Ajudikasi adalah melaksanakan pendaftaran tanah secara sistematis untuk membantu tugas kepala kantor pertanahan, sebagaimana diatur dalam Pasal 8 PP No.
Pendaftaran Tanah Pertama Kali
Buku tanah yaitu suatu dokumen berupa daftar yang memuat data hukum dan fisik suatu obyek pendaftaran tanah yang haknya telah ada. Landasan hukum terkini yang berlaku dalam pelaksanaan PTSL diatur dalam Peraturan Menteri Nomor 6 ATR/BPN Tahun 2018 tentang Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap.
Pemeliharaan Data Pendaftaran Tanah
Peralihan hak atas tanah dan hak milik atas satuan rumah tinggal dapat terjadi karena peralihan atau Ada pula pendapat yang mengatakan bahwa peralihan hak atas tanah dapat terjadi karena perbuatan hukum dan peristiwa hukum.
Pengertian dan Dasar Hukum Hak Tanggungan
Adapun undang-undang yang dimaksud dalam Pasal 51 UUPA adalah Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Gadai atas Tanah dan Benda Berkaitan Tanah (UUHT). Staatsblad 1937-191, dan ketentuan mengenai Gadai sebagaimana tercantum dalam Buku II KUH Perdata Indonesia sejauh menyangkut pembebanan hak ketergantungan pada hak atas tanah, serta hal-hal yang berkaitan dengan tanah, tidak lagi dinyatakan berlaku.
Ciri dan Prinsip Pokok Hak Tanggungan
Pemegang hak tanggungan tetap berhak menagih pelunasan debiturnya atau segala sesuatu yang diperolehnya menurut UUHT meskipun debitur tersebut pailit. Kreditor diberikan cara khusus yang diatur dalam pasal 20, yaitu pelaksanaan hak atas obyek hak tanggungan dengan cara pelelangan umum menurut pasal 6 atau dengan cara yang disebut “siap eksekusi”.
Subjek dan Objek Hak Tanggungan
Pasal 9 Undang-Undang Hak Tanggungan menyebutkan bahwa pemegang hak tanggungan adalah orang perseorangan atau badan. Menurut ketentuan Pasal 4 ayat (1), UUHT adalah hak atas tanah yang dapat dibebani dengan hak tanggungan, sebagai berikut;
Tahapan Pembebanan Hak Tanggungan
Akta pengalihan hak tanggungan (APHT) memuat hal-hal yang wajib dicantumkan dan yang tidak boleh dicantumkan (opsional). Janji bahwa pemberi hak gadai akan mengosongkan obyek hak gadai pada saat hak gadai mulai berlaku.
Hapusnya Hak Tanggungan
Pencoretan/Roya Hak Tanggungan
Sesuai dengan penghapusan hak tanggungan di atas, sebelum penghapusan dilakukan para pihak harus mengajukan permohonan kepada Kantor Pertanahan. Permintaan penyusutan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diajukan oleh pihak yang berkepentingan dengan dilampiri surat gadai yang kepada kreditur telah diserahkan suatu catatan yang menyatakan bahwa hak gadai itu telah hapus karena hapusnya tagihan yang dijamin pelunasannya dengan Hak Gadai, atau pernyataan tertulis dari pihak yang berkepentingan. Kreditur yang Hak Gadainya telah dilepaskan, dihapuskan karena tagihan yang dijamin pelunasannya dengan Hak Gadai telah dilunasi, atau karena Kreditur melepaskan Hak Gadai yang bersangkutan.
Eksekusi Hak Tanggungan
DEMI KEADILAN BERDASARKAN TUHAN YANG MAHA ESA” sebagaimana tercantum dalam sertifikat hak tanggungan sehingga dianggap mempunyai kekuatan hukum tetap dan sah sebagai pengganti bruto akta hak tanggungan terhadap hak atas tanah. Dengan demikian, eksekusi hak tanggungan yang telah ditempatkan atas tanah dapat dilakukan tanpa harus melalui proses pengadilan dan/atau putusan pengadilan.
Pengertian, Dasar Hukum dan Tujuan Landreform 147
Lahan pertanian pada umumnya adalah seluruh tanah milik masyarakat, sebagian lagi untuk perumahan dan perusahaan. 56 Tahun Prp Tahun 1960 mengatur bahwa masyarakat dan kepala keluarga yang sanak saudaranya menguasai lahan pertanian yang luas keseluruhannya melebihi luas maksimal wajib melaporkan hal tersebut kepada Bupati Kabupaten/Kota yang bersangkutan. peraturan ini (11 Januari 1961).
Larangan Pemilikan Tanah Secara Absentee
Khusus untuk tanah yang diperoleh secara warisan, (ahli waris) dalam jangka waktu 1 (satu) tahun setelah meninggalnya ahli waris wajib mengalihkan hak atas tanah tersebut kepada orang lain yang berdomisili di kecamatan dimana tanah itu berada atau berpindah ke kecamatan dimana tanah itu berada (Pasal 3c PP No. 41 Tahun 1964). Oleh karena itu, wajar jika pengucilan PNS karena tidak adanya kepemilikan lahan pertanian kerap dipertanyakan.
Redistribusi Tanah
Tanah yang melebihi batas maksimum akan dirugikan oleh negara, yang kemudian dibagikan kepada masyarakat yang memerlukan (penjelasan Pasal 7 UUPA). Tanah yang dikuasai langsung oleh negara (Pasal 11 dan Penjelasan Umum No. 2 PP No. 224 Tahun 1961).
Pengembalian dan Penebusan Tanah Pertanian
Terhadap hak gadai yang mulai berlaku sebelum perjanjian ini berlangsung tujuh tahun, maka pemilik tanah mempunyai hak untuk menuntutnya kembali sewaktu-waktu setelah hasil panen yang ada telah dipanen, dengan membawa uang tebusan, yang besarnya dihitung menurut perjanjian itu. rumusan: asalkan hak gadai itu berlaku sewaktu-waktu selama tujuh tahun, maka pemegang hak gadai wajib mengembalikan tanah itu tanpa membayar uang tebusan, dalam waktu satu bulan setelah hasil panen yang ada dipanen.”
Perjanjian Bagi Hasil Tanah Pertanian
Ketentuan terkait perjanjian bagi hasil produksi lahan pertanian diatur dalam undang-undang no. 2 Tahun 1960 tentang perjanjian bagi hasil. Untuk mengatasi hal tersebut maka lahirlah Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1960 tentang Perjanjian Bagi Hasil Lahan Pertanian dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1964 tentang Perjanjian Bagi Hasil Perikanan.
Luas Minimum Pemilikan Tanah
Untuk mencapai batas minimal kepemilikan dan penguasaan atas lahan pertanian seluas 2 (dua) hektar, maka konsekuensinya adalah dilarangnya pembagian lahan pertanian menjadi bagian-bagian yang luasnya kurang dari 2 (dua) hektar. Namun terdapat pengecualian terhadap ketentuan Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang Nomor 56/Prp Tahun 1960, yaitu peralihan hak karena pewarisan atas tanah pertanian.
- Pengertian dan Dasar Hukum Pengadaan Tanah . 180
- Tujuan dan Ruang Lingkup Pengadaan Tanah
- Prinsip Dasar Pengadaan Tanah
- Penyelenggaraan Pengadaan Tanah
- Tahap Penerbitan Sertifikat Hak Atas Tanah
Lebih lanjut, undang-undang tersebut juga menguraikan beberapa definisi operasional terkait kegiatan pengadaan tanah untuk pembangunan untuk kepentingan umum, antara lain: 112 1. Kesejahteraan; Pembebasan lahan dapat memberikan nilai tambah bagi kelangsungan hidup pihak yang berhak dan masyarakat luas.
Pengertian dan Dasar Hukum
Tipologi Permasalahan Pertanahan
Penanganan Permasalahan Pertanahan
Upaya Penanggulangan Permasalahan
Urgensi Pembentukan Peradilan Khusus