• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUKUM SURAT SURAT BERHARGA

N/A
N/A
Malik Joni

Academic year: 2023

Membagikan "HUKUM SURAT SURAT BERHARGA"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

HUKUM SURAT SURAT BERHARGA

(2)

A.Pengertian Surat Berharga dan Surat yang Berharga

Istilah surat berharga yang merupakan terjemahan dari istilah aslinya dalam bahasa Belanda “Waarde Papier”

. Surat berharga adalah surat pengakuan hutang, wesel, saham, obligasi, sekuritas kredit atau setiap derivatif dan surat berharga atau kepentingan lain atau suatu kewajiban dari penerbit,

dalam bentuk yang lazim diperdagangkan dalam pasar modal maupun pasar uang. (UU No.

7/1992 tentang Perbankan).

Dalam Peraturan Bank Indonesia No. 7/16/PBI/2005, disebutkan pengertian surat yang berharga adalah dokumen yang mempunyai nilai bagi penyimpan yang tidak dapat

diperdagangkan di pasar uang dan atau pasar modal. Dengan kata lain surat yang mempunyai harga atau nilai ini hanya sekedar alat bukti diri bagi pemegang bahwa dia sebagai orang yang

berhak atas apa yang disebutkan untuk menikmati hak yang di sebutkan dalam surat itu.

Contoh surat yang berharga adalah sertifikat tanah, ijazah, sertifikat piagam, dokumen perjanjian, dan lain sebagainya.

Surat ini

diterbitkan bukan untuk sebagai pemenuhan prestasi berupa pembayaran sejumlah uang, melainkan sebagai bukti diri bagi pemegangnya sebagai orang yang berhak atas apa yang

tersebut di dalamnya. Surat ini juga tidak dapat diperjualbelikan,

bukan untuk pembayaran.”

(3)

B.Dasar Hukum Surat Berharga

a.Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) Di dalam KUHD Buku I titel 6 dan titel 7 mengatur surat-surat berharga yang meliputi:

- Wesel diatur dalam Buku I titel keenam dari bagian pertama sampai bagian kedua belas (100 173 KUHD)

- Surat sanggup diatur di dalam Buku I title keenam bagian ketiga belas (174- 177 KUHD)

- Cek diatur di dalam Buku I title ketujuh dalam bagian pertama sampai dengan bagian kesepuluh (178-229d KUHD)

- Kwitansi-kwitansi dan Promes atas tunjuk diatur di dalam Buku I title ketujuh dalam bagian kesebelas (229e – 229k KUHD)

C.Persyaratan Umum Surat Berharga

Berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam KUHD khususnya yang mengatur mengenai bentuk-bentuk surat berharga, maka dapat disimpulkan

persyaratan umum yang wajib dipenuhi suatu surat berharga yang negotiable,

sebagai berikut :

(4)

Syarat Formal

- menyebutkan nama atau jenis surat berharga secara jelas;

 ̵

-memuat atau mengandung persyaratan suatu kesanggupan, janji, perintah, atau kewajiban

 ̵

yang tidak bersyarat yang isinya dapat berupa surat-surat perintah membayar, surat hak tagih keuangan atau kebendaan, alat kredit dan sebagainya;

mencantumkan nama pihak yang wajib/harus membayar;

 ̵

penetapan nama tempat pembayaran;

 ̵

penyebutan tanggal dan tempat surat berharga tersebut diterbitkan atau ditarik;

 ̵

harus ditandatangani dengan atau tanpa stempel dari penerbit atau penarik yang sah. Hal ini

 ̵

tergantung kepada subjek atau siapa yang menerbitkannya, bisa individu, badan hukum atau yayasan.

Syarat Materiil

adanya perikatan dasar atau sebab-sebab yang sah;

 ̵

- merupakan hak tagih untuk mendapatkan pembayaran uang atau penyerahan kebendaan dapat dialihkan dengan cara endosemen, cessie atau pengalihan dari tangan ke tangan;

 ̵

tidak dapat dibatalkan oleh penerbit atau penarik;

 ̵

tersedianya dana dan bendanya jika pada saat penguangan atau penyerahan.

 ̵

(5)

1.Wesel (Wissel, Bill of Exchange, Draft) Definisi

Wesel dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia tidak ditemukan definisinya. Dalam Black’s Law Dictionary, draft didefinisikan sebagai: perintah tertulis dari satu pihak (penarik) yang menginstruksikan kepada pihak kedua (tertarik/bank), untuk membayar sejumlah uang saat diminta atau pada waktu yang ditentukan kepada pihak ketiga (penerima pembayaran) atau penggantinya atau siapapun yang membawa

wesel.

Sedangkan wesel tagih atau billofexchange didefinisikan sebagai: Perintah tertulis tanpa syarat dari pihak yang satu kepada pihak lainnya untuk membayar sejumlah uang saat diminta atau pada waktu yang

ditetapkan.

Berdasarkan fungsinya, wesel dibedakan ke dalam: (i) wesel untuk keperluan kiriman uang (bank draft), dan (ii) wesel dagang atau wesel tagih (billofexchange, merchantsdraft), yang lazim digunakan dalam transaksi

tradefinance. Wesel yang tergolong surat berharga dalam bab ini adalah wesel dagang atau lazim juga disebut wesel tagih.

Dasar Hukum :

Pasal 100 sampai dengan Pasal 173 KUHD;

Konvensi Genewa, 1930 dan 1931.

Dalam Pasal 100 KUHD hanya diatur mengenai syarat formil suatu surat wesel, yaitu : Nama surat wesel;

Perintah tak bersyarat untuk membayar sejumlah uang tertentu;

Nama orang yang harus membayar;

Penetapan hari bayar;

Penetapan tempat pembayaran;

Nama orang yang menerima pembayaran;

Tempat dan tanggal wesel ditarik;

Tanda tangan penarik.

(6)

Pihak-pihak yang terlibat dalam wesel adalah:

Penerbit (trekker, drawer) adalah kreditur atau pemilik tagihan;

Tersangkut (betrokkene, drawee) adalah pembeli (debtor) atau penjaminnya;

Akseptan (acceptant, acceptor) adalah importir atau pembeli atau pihak yang mengakui setiap tagihan yang ternyata dalam wesel dan berjanji untuk melakukan pembayaran pada waktu yang ditentukan;

Pemegang pertama (nemer, holder) adalah Penerbit;

Pengganti (geendosseerde, indorsee) adalah Pemegang yang menerima pengalihan hak atas wesel dari pemegang sebelumnya;

Endosan (endosant, indorser) adalah Penerbit atau Pemegang berikutnya yang mengalihkan hak tagih atas wesel kepada Pemegang lainnya;

Avalist adalah penjamin, baik sebagian atau seluruhnya, dari Tersangkut.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam wesel:

Jika terdapat perbedaan penulisan, dalam angka dan dalam huruf, yang berlaku penulisan dalam huruf.

Apabila terdapat penulisan jumlah yang diulang-diulang, maka berlaku yang terkecil (Pasal 105 KUHD)

Pemegang surat wesel biasa melaksanakan hak regresnya kepada pada endosan, akseptan, avalist, penerbit dan debitur wesel lainnya (Pasal 142 KUHD);

Apabila avalist membayar kewajiban debitur, maka ia berhak seperti halnya pemegang wesel (subrogasi) (Pasal 131 ayat 3 KUHD).

(7)

Beberapa istilah yang berkaitan dengan wesel:

Endosemen adalah pengalihan hak tagih atas wesel kepada pengganti;

Advis (advice) merupakan surat dari penerbit wesel kepada pihak yang ditunjuk untuk membayar, bahwa penerbit telah menerbitkan surat wesel;

Protes (protest) adalah suatu pernyataan penolakan akseptasi atau penolakan pembayaran wesel;

Hak regres adalah hak untuk menuntut pembayaran wesel oleh pemegang yang ditolak akseptasi atau pembayaran weselnya. Untuk melaksanakan hak regres ini mutlak diperlukan adanya Protes, sebagai bukti adanya penolakan.

Penyelaan (interventie), ada 2 jenis:

(i) Dalam keadaan darurat, dalam hal tertarik/akseptan jatuh pailit atau meninggal, maka penerbit/endosan atau Avalist dapat menunjuk alamat darurat, dengan tugas untuk

mengakseptasi/membayar wesel yang bersangkutan;

(ii) Untuk kepentingan seorang yang wajib regres, maka seseorang, atas kemauannya sendiri, diperkenankan untuk mengakseptasi atau membayar wesel.

Istilah lain dari hari bayar, adalah hari gugur, hari jatuh waktu, jatuh tempo, atau hari tuntut bayar.

(8)

Cek

Definisi

Cek adalah surat perintah dari nasabah, dalam hal ini pemilik dana pada rekening giro (currentaccount), kepada tertarik, dalam hal ini bank, untuk membayar tanpa syarat sejumlah dana kepada pemegang pada saat diunjukkan, yang berfungsi sebagai alat pembayaran tunai.

Dasar Hukum Antara lain:

Pasal 178-229d KUHD;

SEBI No.8/7/UPPB tertanggal 16 Mei 1975 tentang Cek/Bilyet Giro Kosong (“SEBI No.8/7/1975”);

SEBI No.9/72/UPPB tertanggal 10 Januari 1977 tentang Penulisan Nilai Nominal Cek/Bilyet Giro dalam Angka dan Huruf (“SEBI No.9/72/1975”);

SEBI No.9/16/UPPB tertanggal 31 Mei 1976 tentang Larangan Menerbitkan Cek/Bilyet Giro dalam Valuta Asing (“SEBI No.9/16/1976”);

SEBI No.5/85/UPPB/PbB tertanggal 11 September 1972 tentang Pembuatan/Penerbitan Cek/Bilyet Giro dan Alat-alat Lalu Lintas Pembayaran Giral Lainnya (“SEBI No.5/85/1972”);

Syarat Formal

Setiap cek, berdasarkan Pasal 178 KUHD, harus berisikan:

Nama dan nomor cek;

Nama bank tertarik;

Perintah bayar tanpa syarat;

Nama penerima dana atau atas pembawa;

Jumlah dana dalam angka dan huruf;

Tempat pembayaran harus dilakukan;

Tempat dan tanggal penarikan cek;

Tanda tangan penarik.

(9)

Tenggang waktu pengunjukan cek

Untuk cek yang diterbitkan dan dibayarkan di Indonesia, harus diunjukkan dalam tenggang waktu 70 hari, sejak tanggal penerbitannya (Pasal 206 KUHD) ditambah 6 bulan tenggang waktu sebelum

kadaluwarsa (Pasal 229 KUHD).

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam cek

Dalam cek tidak berlaku tanggal efektif, sehingga pembayaran wajib dilakukan pada saat diunjukkan;

Apabila tempat pembayaran tidak ditulis dalam cek, maka nama tempat di samping nama bank pembayar dianggap sebagai tempat pembayaran (Pasal 179 KUHD);

Bila ada beberapa tempat yang ditulis, maka nama tempat yang ditulis terdahululah yang dianggap sebagai tempat pembayaran (Pasal 179 KUHD);

Jika petunjuk-petunjuk dalam butir 1, 2 dan 3 di atas tidak ada, maka pembayaran dianggap di kantor pusat bank pembayar (Pasal 179 KUHD);

Jika tempat dimana cek itu diterbitkan tidak tertulis, maka tempat yang tertulis di samping nama penerbit dianggap sebagai tempat diterbitkannya warkat cek (Pasal 179 KUHD);

Tiap-tiap cek harus ditarik di bank yang mengelola dana untuk keperluan penerbit atau giran (Pasal 180 KUHD);

Cek tidak boleh diaksep, karena berfungsi sebagai alat pembayaran tunai, sehingga apabila cek diaksep maka akseptasi tersebut dianggap tidak ada (Pasal 181 KUHD);

Cek dapat diterbitkan untuk keperluan penerbit sendiri.

(10)

2.Bilyet Giro

Definisi

Bilyet Giro adalah surat perintah dari nasabah pemilik dana pada rekening giro, kepada bank atau tertarik untuk memindahkan sejumlah dana kedalam rekening yang tertera dalam bilyet giro, dana

mana tidak dapat dicairkan secara tunai.

Dasar Hukum Antara lain:

SEBI No.8/7/1975;

SEBI No.9/72/1975;

SEBI No.9/16/1976;

SEBI No.5/85/1972;

Syarat Formal

Setiap Bilyet Giro harus berisikan:

Nama dan nomor Bilyet Giro;

Nama bank tertarik;

Perintah bayar tanpa syarat;

Nama dan nomor rekening pemegang /penerima;

Nama dan alamat bank penerima;

Jumlah dana dalam angka dan huruf;

Tempat dan tanggal penarikan;

Tanda tangan dan nama jelas penarik;

(11)

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Bilyet Giro:

1) Apabila terdapat perbedaan penulisan dalam jumlah uang dalam angka dan huruf, maka yang berlaku yang tertulis dalam huruf;

2) Apabila terdapat penulisan jumlah uang yang berulang-ulang, maka yang berlaku adalah jumlah yang terkecil;

3) Setiap perubahan perintah atau coretan, wajib ditandatangani oleh penarik di tempat kosong yang terdekat dengan perubahan tersebut.

Bilyet Giro hanya dikenal dalam hukum Indonesia. Di negara lain, Bilyet Giro sebagai media

pemindahbukuan dana pada rekening giro, tidak dikenal mengingat baik untuk keperluan pembayaran tunai atau media pemindahbukuan hanya digunakan satu instrument yaitu cek.

Tanggal dan batas waktu yang berlaku dalam Bilyet Giro:

1)

Tanggal penerbitan;

2) Tanggal efektif (bukan merupakan syarat formal Bilyet Giro) adalah tanggal mulai berlakunya tenggang waktu penarikan. Apabila tidak ditulis dalam Bilyet Giro maka tanggal penebitan sama dengan tanggal efektif;

3) Tenggang waktu penarikan selama-lamanya 70 hari sejak tanggal penerbitan;

4) Tenggang waktu penawaran selama-lamanya 6 bulan setelah batas waktu penarikan;

5)Masa kadaluwarsa adalah masa setelah tenggang waktu penawaran.

(12)

SURAT SANGGUP

Istilah surat sanggup berasal dari istilah aslinya dalam bahasa Belanda

orderbrieffe, bahasa Perancisnya billet a orde, bahasa Inggrisnya promissory note.

Dalam undang-undang juga dikenal dengan istilah promesse aan order. Surat Sanggup juga disebut surat aksep. Kata aksep berasal dari bahasa Perancis

accept”, artinya setuju. Kata sanggup atau setuju itu mengandung suatu janji untuk membayar, yaitu kesediaan dari pihak penandatangan untuk membayar sejumlah uang kepada pemegang atau penggantinya pada waktu tertentu. Jadi surat sanggup atau surat aksep adalah surat tanda sanggup atau setuju membayar sejumlah uang kepada pemegang atau penggantinya pada hari tertentu

KETENTUAN SURAT SANGGUP

Agar surat sanggup dapat dikatakan sebagai surat sanggup maka harus berisikan hal-hal sebagai berikut :

a. Penyebutan ”surat sanggup” dimuat dalam teksnya sendiri.

b. Kesanggupan tak bersyarat untuk membayar sejumlah uang tertentu.

c. Penetapan hari bayarnya.

d. Penetapan tempat dimana pembayaran harus dilakukan.

e. Nama orang yang kepadanya pembayaran harus dilakukan.

f. Tanggal dan tempat surat sanggup itu ditandatanganinya.

g. Tanda tangan orang yang mengeluarkan surat sanggup itu.

(13)

Salah satu di atas tidak ada maka surat tersebut tidak dapat dikatakan sebagai surat sanggup, kecuali :

a. Bila tidak menyebutkan hari bayarnya maka dianggap dibayar pada saat ditunjukkan.

b. Bila tidak menyebutkan tempat pembayaran maka tempat pembayaran maka tempat penandatanganan dianggap sebagai tempat pembayaran, dan

c. Bila tidak menyebutkan tempat ditandatangninya maka dianggap

ditandatangani di tempat yang tertera di samping mana penanda tangan.

SYARAT FORMAL SURAT SANGGUP

Mengenai syarat-syarat formal surat sanggup diatur dalam Pasal 174

KUHD. Menurut ketentuan pasal tersebut, setiap surat sanggup harus memuat syarat-syarat sebagai berikut :

1) baik klausula order, penyebutan surat sanggup atau promes atas pengganti, harus dimuat dalam teksnya sendiri dan diistilahkan dalam bahasa surat itu ditulis

2) kesanggupan tanpa syarat untuk membayar sejumlah uang tertentu 3) penetapan hari bayar

4) penetapan tempat di mana pembayaran harus dilakukan

5) nama orang kepada siapa atau penggantinya pembayaran harus dilakukan 6) tanggal dan tempat surat sanggup itu ditandatangani

7) tanda tangan orang yang mengeluarkan surat sanggup.

Syarat-syarat formal tersebut di atas ini mutlak harus dipenuhi oleh sepucuk surat

sanggup. Hal ini ditentukan dalam pasal 175 KUHD yang menyatkan bahwa apabila salah satu dari syarat-syarat tersebut tidak ada, surat itu tidak berlaku sebagai surat sanggup.

(14)

Kwitansi

Kwitansi adalah suatu alat bukti penerimaan sejumlah uang yang ditandatangani oleh penerima, lalu diserahkan kepada yang membayar dan dapat digunakan sebagai bukti transaksi.

Kwitansi yaitu surat bukti yang menyatakan telah terjadinya penyerahan sejumlah uang, dari pemberi kepada penerima dan ditandatangani oleh penerima sejumlah uang yang ditulis pada surat tersebut.

Kwitansi dilengkapi dengan keterangan tempat, tanggal dan alasan penyerahaannya sejumlah uang tersebut. Biasanya untuk memperkuat tanda bukti transaksi pada kwitansi akan ditempelkan Materai sebesar yang sudah ditentukan oleh Undang-Undang perpajakan.

Dapat disimpulkan dari beberapa penjelasan diatas, salah satu fungsi kwitansi yaitu dapat digunakan sebagai tanda bukti transaksi atau penyerahan sejumlah uang.

CIRI- CIRI KWITANSI

Adapun beberapa ciri dari kwitansi, yang diantaranya sebagai berikut ini:

Kwitansi dibagi kedalam 2 (dua) bagian diantaranya yaitu bagaian kiri disebut dengan Sub Kwitansi (bagian ini digunakan sebagai bukti bagi yang menerima uang), dan bagaian sebelah kanan diberikan kepada yang membayar atau menyerahkan sejumlah uang.

Adapun kwitansi yang dibuat rangkap, dimana bagian paling atas atau bagian yang asli diberikan kepada yang membayar dan bagian bawah atau arsipnya bagi yang menerima sejumlah uang.

Informasi yang dimuat dalam kwitansi diantaranya: nama lengkap yang menyerahkan sejumlah uang, jumlah uang yang diserahkan atau dibayarkan, tempat maupun tanggal penyerahan uang, dan nama lengkap maupun tandatangan penerima.

(15)

Obligasi

Obligasi adalah surat pengakuan utang.

Dalam Black’s Law Dictionary obligasi didefinsikan sebagai:

a) suatu sertifikat bukti hutang, yang mana perusahaan penerbit atau badan pemerintah berjanji untuk membayar sejumlah bunga untuk satu jangka waktu panjang tertentu kepada pemegang, dan untuk membayar kembali hutangnya pada saat jatu tempo;

b) instrumen hutang jangka panjang yang berisikan janji untuk membayar kepada kreditur sejumlah bunga secara periodic dan membayar hutang pokok pada saat jatuh tempo.

Beberapa hal mengenai obligasi:

1.Jangka waktu: menengah atau panjang

2.Dapat diperjualbelikan (Obligasi dijual dengan memberikan bunga tetap tertentu, dan obligasi dapat dijual kembali kepada orang lain atau melalui pasar modal, kapan saja pemiliknya membutuhkan uang tunai).

3.Pendapatan bunganya secara periodik (coupon basis);

4. Pembayaran bunga lazimnya diberikan untuk monthly, quarterly, semianuly atau anualy 5. Berdasarkan negara yang menerbitkan dikenal istilah:

(i) domestic, (ii) foreign bonds dan (iii) global bonds;

6. Penerbit:

(i) Pemerintah, (ii) BUMN, dan (iii) Perusahaan swasta;

7.Dalam sistem pembayaran bunga dikenal istilah: (i) coupon bond, dan (ii) zero coupon bond;

8.Dalam jenis tingkat bunga dikenal istilah: (i) tetap, (ii) mengambang, dan (iii) campuran;

9.Jaminan: (i) secured bond (guaranteed bond), dan (ii) unsecured bond;

10.Harga obligasi, tidak selalu sama dengan nominal dan dinyatakan dalam bentuk prosentase.

Dapat at discount (harga obligasi setelah dipotong

(16)

Pihak-pihak dalam penentuan obligasi

a. Emiten

b. PenjaminEmisi

c. Wali Amanat (trustee) d. Penanggung

e. Investor (masyarakat pemodal) f. Lembaga Kliring

g. Akuntan Publik h. Bursa Efek

i. Profesi Penunjang Pasar Modal

Prosedur emisi obligasi

emisi obligasi adalah penerbitan dan penjualan obligasi kepada masyarakat pemodal yang berminat melakukan investasi jangka panjang. Dengan melakukan penjualan obligasi maka emiten bermaksud mendapatkan dana tambahan dan di lain pihak bagi para pemodal, dengan membeli obligasi berate ia melakukan investasi jangka panjang.

Pada dasarnya penerbitan dan menjual obligasi di Bursa Efek mengikuti prosedur sebagai berikut:

a ) apabila emiten adalah sebuah perseroan terbatas, maka harus diadakan Rapat Umum Para Pemegang Saham (RUPS) yang menyetujui penerbitan obligasi tersebut.

B) Setelah mendapatkan dasar peneguhan dalam bentuk hasil RUPS untuk obligasi perusahaan), maka calon emiten mengajukan pernyataan maksud ( letter of intent) kapada Bapepam tentang keinginan untuk

menerbitkan obligasi dan menjual melalui bursa efek.

(17)

c. Apabila Bapepam memeberi persetujuan atas rencana emisi tersebut, emiten segara menunjuk beberapa lembaga dan profesi penunjang pasar modal.

d.Lembaga dan Profesi Penunjang yang telah ditunjuk tersebut mulai bekerja berdasarkan suatu perjanjian dengan rencana penerbitan obligasi.

e.Tahapan berikutnya adalah tugas penjamin emisi (underwriter) untuk menyampaikan pernyataaan pendaftaran emisi obligasi kepada ketua Bapepam, yang dilampiri dengan beberapa dokumen seperti:

· Rencana prospektus,

· Laporan keuangan,

· Akta perjanjian antara underwriter dengan emiten,

· Akta perjanjian perwaliamanatan,

· Akta penanggungan yang ditanda tangani bersama dengan guarantor, serta dokumen-dokumen lain yang dibuat dalam rangka emisi obligasi.

f. Setelah dokumen-dokumen tersebut diteliti dan diperiksa oleh Bapepam dan dinyatakan memenuhi syarat, kemudian Bapepam mengadakan final hearing (dengar pendapat akhir) dengan semua lembaga dan profesi penunjang yang terlibat dalam rencana penerbitan obligasi. Dari hasil final hearing ini, Bapepam atas nama Menteri Keuangan RI, kemudian mengeluarkan Surat Izin Emisi.

g. Tahap selanjutnya adalah penjualan obligasi di pasar perdana, yang kemudian diikuti

dengan penjualan di pasar sekunder

(18)

Mekanisme Penjualan Obligasi

Mekanisme penjualan obligasi dibagi menjadi dua yaitu dipasar perdana dan pasar sekunder .

Ciri-ciri mekanisme penjualan obligasi di pasar perdana yaitu:

a) penawaran obligasi dilakukan oleh underwriter dibantu oleh age penjual.

b) Para pemesan atau calon pembeli menyerahkan formulir pesanan yang telah diisi kepada underwriter atau agen penjual.

c) Emiten bersama-sama dengan underwriter melakukan penjatahan obligasi.

d) Setelah menerima pemberitahuan entang penjatahan obligasi, maka pihak-pihak yang memesan obligasi bersangkutan harus segera

melakukan pembayaran.

Ciri-ciri mekanisme penjualan obligasi pasar sekunder yaitu:

a) system kol (coll system), dan

b) (system terus-menerus (continuous trading system).

(19)

THANK YOU

Referensi

Dokumen terkait

Pasal 1 ayat (10) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, menyatakan bahwa “Klausula Baku adalah setiap aturan atau ketentuan dan syarat-syarat yang

Berdasarkan Pasal 6 UU No.7 Tahun 1992 ditegaskan bahwa usaha bank umum meliputi; (a) menghimpun dana dari masyarakat; (b) menerbitkan kredit; (c) menerbitkan surat pengakuan

Puspita Aji Nugroho. Aspek Hukum Sertifikat Deposito Sebagai Surat Berharga. Skripsi, Jurusan Hukum Perdata Program Studi S1 Ilmu Hukum Fakultas Hukum. Universitas

Pasal 1 angka 10 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menjelaskan bahwa klausula baku adalah setiap aturan atau ketentuan dan

Pencantuman klausula untuk memperoleh data dan informasi yang berkaitan dengan rekening terpisah pada bank penyimpan dalam surat kuasa dimaksud sejalan dengan ketentuan Pasal

Singkat MK Dalam perkuliahan Hukum Surat Berharga dan Pasar Modal ini akan membahas materi pekuliahan sebagai berikut: Aspek Hukum Surat Berharga, Jenis-jenis Surat Berharga,

• Yaitu klausula spesifik yang di maksudkan disini pada dasarnya juga merupakan syarat- syarat atau ketentuan-ketentuan disepakati oleh para pihak dalam

tanpa syarat oleh penarik(penerbit) utk membayar kpd pihak pemegang atau yg ditunjuk oleh pemegang tsb(tertunjuk), yg mana pembayaran dilakukan oleh pihak