• Tidak ada hasil yang ditemukan

.I.IJJ1 - Unigal Repository - Universitas Galuh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan ".I.IJJ1 - Unigal Repository - Universitas Galuh"

Copied!
280
0
0

Teks penuh

Prosiding ini merupakan publikasi pemaparan dan gagasan para keynote speaker, narasumber undangan serta hasil penelitian para pemateri pada Seminar Nasional Hasil Penelitian Agribisnis III &. Era Industri 4.0 merupakan peluang sekaligus tantangan bagi sektor pertanian dan hal inilah yang mendasari para peneliti membahasnya pada seminar nasional “Perdagangan Pertanian di Era Industri 4.0: Peluang dan Tantangan”. Karya-karya seminar nasional ini memuat pernyataan-pernyataan Dr. Kepala Bidang Penelitian dan Pengembangan Perdagangan Kementerian Perdagangan), Prof. Ketua Umum Pengurus Pusat PERHEPI), dan Ir. Direktur utama PT.

Prosedur ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam pengembangan penelitian terkait sektor pertanian di era Industri 4.0. Redaksi mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan prosedur ini. Perdagangan komoditas pertanian di era industri 4.0: Peluang dan ancaman Dr. Kepala departemen penelitian dan pengembangan komersial. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Perdagangan-Kementerian Perdagangan RI Seminar Nasional Hasil Penelitian Usaha Pertanian III.

Dalam struktur ekspor Indonesia, nilai ekspor sektor pertanian cenderung menunjukkan peningkatan, meskipun kontribusinya menurun. Komoditas ekspor pertanian unggulan Indonesia yang selama ini mendominasi pasar dunia antara lain Pinang, CPO dan CPKO, Crumb Rubber, Oleo Chemical, Kelapa dan Kayu Manis.

TANTANGAN PERDAGANGAN KOMODITAS PERTANIAN INDONESIA

DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH DI ERA INDUSTRI 4.0

Rumput Laut/ Carrageenan(CGN) from National List of Permitted and Prohibited Substances (National List) by US National Organic.

PELUANG PERDAGANGAN KOMODITAS PERTANIAN INDONESIA

DI ERA INDUSTRI 4.0

Dalam perdagangan luar negeri, Indonesia berpeluang meningkatkan ekspor produk perkebunan seperti kelapa sawit, karet, kelapa, kakao, dan kopi. Tak hanya itu, Indonesia juga berpeluang meningkatkan ekspor buah tropis di luar sektor prioritas.

SEKTOR PERTANIAN DI ERA INDUSTRI 4.0

PELUANG DAN TANTANGAN

OUTLINE

PERAN SEKTOR PERTANIAN INDONESIA

  • Peran Sektor Pertanian dalam Penyerapan Tenaga Kerja di Indonesia
  • Peran Sektor Pertanian dlm Perdagangan Internasional
  • Peran Sektor Pertanian Menanggulangi Kemiskinan
  • apa yang terjadi?

Selama periode ini, jumlah penduduk miskin di perkotaan telah berkurang sekitar 50%, sedangkan di pedesaan hanya turun sekitar 40%. Tingginya tingkat kemiskinan di perdesaan tidak lepas dari relatif rendahnya dan stagnannya produktivitas tenaga kerja di sektor pertanian, yang mencerminkan relatif rendahnya pemanfaatan teknologi di tingkat petani. Bahkan dapat dijabarkan lebih jauh dengan melihat seberapa besar kontribusi ekspor “industri berbasis agro” terhadap total ekspor.

Teknologi pertanian meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya, termasuk input pertanian komersial, tanah dan air, sehingga mendorong keberlanjutan sumber daya. Terkait dengan Industri 4.0, teknologi pertanian merupakan platform penting bagi Industri 4.0 untuk mempengaruhi kinerja pertanian dan perekonomian.Gelombang Revolusi Industri tidak pernah bisa dipisahkan dari pembangunan pertanian.

Terkait Dengan Industri 4.0…

Memasuki Industri 4.0 sambil menjalankan berbagai program untuk mewujudkan SDGs pada dasarnya merupakan peluang bagi pertanian Indonesia. Upaya untuk memenuhi SDGs mencerminkan permintaan tambahan yang signifikan terhadap produk pertanian dan agroindustri. Setelah itu, USD akan diinvestasikan kembali di negara-negara yang menawarkan peluang bisnis, termasuk di sektor agroindustri Indonesia.

2 ELECTRONIC Singapore, United States, Japan, Hong Kong, China, HIGH 3 RUBBER United States, Japan, China, Korea, Singapore, LOW 4 PALM OIL India, China, Malaysia, Bangladesh, Netherlands, LOW 5 FOREST. PRODUCTS Japan, China, United States, Korea, Australia, LOW 6 FOOTWEAR United States, Belgium, Germany, Great Britain,. 7 AUTOMOTIVE Thailand, Japan, Saudi Arabia, Philippines, Malaysia, HIGH 8 SHRIMP United States, Japan, China, United Kingdom, Belgium, LOW 9 COCOA Malaysia, United States, Singapore, China, Spain, LOW 10 COFFEE United States, Japan, Germany, Italy, Malaysia, LOW.

TANTANGAN, PELUANG, DAN KEBIJAKAN YANG DIBUTUHKAN  PERTANIAN 4.0

EPILOG

Didik Prasetyo

OUR CHALLENGE

TANTANGAN INTERNAL …

TANTANGAN EKSTERNAL…

Program Pengembangan

Program Penguatan

  • Karakteristik supply chain management cabai
  • Kinerja Supply chain management cabai di kabupaten Brebes
  • Ketahanan Terhadap Penyakit Karat Daun (Hemileia vastatrix)
  • Ketahanan Terhadap Penggerek Buah Kopi (PBKo)
  • Uji Normalitas Biji
  • Tinggi Tanaman (cm)
  • Jumlah Daun (helai)
  • Diameter Batang (cm)
  • Bobot Basah Tanaman (g)

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian. Melimpahnya tenaga kerja di sektor pertanian (Isbah dan Iyan, 2016) menyebabkan terjadinya peralihan dari tenaga kerja pedesaan ke sektor informal perkotaan (Saptana dan Purwantini, 2015). Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Ciamis.

Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Ciamis dapat dilihat pada Tabel 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian Parameter Koefisien Standar Deviasi t-Hitung Konstanta. Bertambahnya luas lahan pertanian tidak dibarengi dengan bertambahnya lapangan kerja di sektor pertanian, hal ini diyakini disebabkan oleh meningkatnya pendidikan penduduk yang berdampak pada peningkatan tersebut.

Meningkatnya kepadatan penduduk pertanian berdampak pada peningkatan pemenuhan kebutuhan pangan dari lahan pertanian yang ada, sehingga berdampak pada menurunnya lapangan kerja di sektor pertanian. Meningkatnya jumlah agroindustri akan meningkatkan kebutuhan tenaga kerja yang berdampak pada penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian. Sejalan dengan hal tersebut, penelitian Dewi, dkk (2016), Romdhoni (2013) serta Antari dan Widanta (2016) menunjukkan bahwa investasi berpengaruh terhadap penyerapan angkatan kerja.

Penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian dan sektor jasa Pasca kebijakan upah minimum di Provinsi Banten (Periode 2001-2011). Analisis pengaruh upah, tingkat pendidikan, jumlah penduduk dan PPB terhadap penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Berau Kalimantan Timur. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil Di Kabupaten Bondowoso.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Kecil Di Kabupaten Muaro Jambi. Seharusnya masih terjadi pengurangan lapangan kerja di sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan akibat peralihan ke industri manufaktur. Hal ini dapat menjadi faktor pendorong berpindahnya pekerja berketerampilan rendah dari sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan ke sektor ini.

Di sisi lain, jumlah pekerja di sektor pertanian lebih banyak dibandingkan sektor industri dan sektor lainnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan produktivitas tenaga kerja sebelum dan sesudah penggunaan mesin tanam. Produktivitas pekerja yang menanam benih padi sebelum dan sesudah menggunakan mesin tanam disajikan pada Tabel 3.

Biaya besar lainnya bagi petani yang menggunakan sistem tanam Jajar Legowo 2:1 adalah biaya tenaga kerja.

Tabel  2. Sebaran lokasi Desa Mandiri Benih di Kabupaten Subang 2015-2017
Tabel 2. Sebaran lokasi Desa Mandiri Benih di Kabupaten Subang 2015-2017

Karakteristik Pellet dari Beras Afkir dan Pellet dari Dedak

Pengaruh Pakan Terhadap Bobot Badan Kelinci

Suhu pengeringan dan kelembaban lingkungan merupakan faktor yang sangat krusial untuk mengatasi cemaran aflatoksin pada biji pala. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan metode pengolahan terbaik untuk mengatasi cemaran aflatoksin pada buah pala, khususnya buah pala utuh dan buah pala kupas (kernel). Hasil pengujian menunjukkan kadar air dan kadar aflatoksin biji pala yang dikeringkan dengan alat pengering lebih rendah dibandingkan dengan yang beredar di pasaran.

Dengan menyimpan biji pala kering pada ruangan bersuhu 25-30°C dan kelembaban udara 70-74% diperoleh biji pala dengan kandungan aflatoksin paling rendah, sedangkan kandungan minyak atsiri dan resin minyaknya tidak berubah. Menurut laporan Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian, sejak tahun 2010, ekspor pala Indonesia ke negara-negara Uni Eropa kerap ditolak, hal ini disebabkan adanya cemaran aflatoksin pada biji pala. jadi nilai jualnya lebih rendah. Sementara itu, Standar Nasional Indonesia (SNI) belum menentukan besaran kebutuhan aflatoksin khususnya pada buah pala.

Berdasarkan analisis yang dilakukan Uni Eropa, kadar aflatoksin pada pala asal Indonesia berkisar antara 6,4 ug/kg untuk aflatoksin B1 dan 10,1-140 ug/kg untuk aflatoksin total. Namun penelitian mengenai aflatoksin pada pala masih sangat kurang sehingga perlu dilakukan penelitian terhadap pala dan rempah-rempah lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode perlakuan terbaik untuk mengatasi cemaran aflatoksin pada biji pala, khususnya biji pala utuh dan biji pala kupas (kernel).

Benih pala kering dari pedagang, eksportir dan kebun percobaan Cicurug (benih pala basah) dengan umur panen 9 bulan digunakan sebagai bahan penelitian. Sedangkan biji pala basah dikeringkan hingga kadar air biji pala mencapai 7-8%, setelah itu dilakukan analisa kadar air dan kandungan aflatoksin. Kemudian biji pala yang telah dikeringkan diberi perlakuan dengan 2 perlakuan yaitu biji dikupas dan biji tidak dikupas.Setiap biji pala dikemas dalam kantong plastik kemudian disimpan selama 4 bulan dan dianalisis setiap bulannya.

Pada tahap pertama, hasil analisis kadar air sampel biji pala yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 1, menunjukkan bahwa kadar air terendah (8,47%) dan kadar aflatoksin B1 (1,38 ppb) dihasilkan dari pala yang dikeringkan dengan udara panas. biji. pengering. Pedagang memperoleh bibit pala dari petani yang pada umumnya mengeringkannya dengan cara dijemur di udara hingga kadar air umumnya 10-12%, kapang Aspergillus flavus menghasilkan aflatoksin yang kadar airnya tinggi (ICAR dengan mengeringkan hingga kadar air 9% dapat menurunkan kadar aflatoksin). kontaminasi aflatoksin Biji pala di tingkat ekspor mengandung aflatoksin yang lebih rendah dibandingkan dengan pala dari pedagang, karena biasanya pala yang diperoleh dari eksportir dipanen kembali dan dibersihkan agar lebih baik dan memiliki kadar aflatoksin yang lebih rendah.

Kadar air

  • Biaya

Kadar aflatoksin pada biji pala yang dikupas jauh lebih besar dibandingkan pada biji pala yang tidak dikupas dan meningkat seiring dengan penyimpanan yang lebih lama. Kandungan minyak atsiri pada biji pala yang tidak dikupas dan dikupas dengan penyimpanan sampai 3 bulan disajikan pada Tabel 4. Hasil analisis varian menunjukkan bahwa lama penyimpanan tidak berpengaruh terhadap kandungan minyak atsiri kedua jenis perlakuan pala.

Pengaruh Kandungan Minyak Atsiri Terhadap Penyimpanan Pala Tidak Dikupas dan Dikupas Lama Penyimpanan (bulan) Kandungan minyak atsiri. Kadar oleoresin biji pala yang tidak dikupas dan dikupas dengan penyimpanan 3 bulan dapat disajikan pada Tabel 5. Berdasarkan hasil analisis ragam, kandungan oleoresin biji pala yang tidak dikupas dan dikupas tidak berbeda nyata tergantung lama penyimpanan.

Pengaruh Kandungan Oleoresin Terhadap Penyimpanan Pala Tidak Dikupas dan Dikupas Lama Penyimpanan (bulan) Kandungan Oleoresin. Biji pala kering yang dikemas dan disimpan pada ruangan bersih dengan suhu 25-30°C dan kelembaban 70-75% dapat melindungi biji pala dari kontaminasi aflatoksin. Usahatani Mina Mendong merupakan usaha pertanian yang memadukan budidaya ikan dengan budidaya tanaman mendong dalam satu hamparan sawah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja pertanian Mina Mendong ditinjau dari aspek teknis dan kelayakan pertanian serta kontribusi pendapatan per tahun. bahan baku pendapatan pertanian Mina Mendong. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus pada seorang petani yang menanam mina mendong di Desa Kamulyan Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik budidaya mina mendong yang dilakukan petani dengan sistem diversifikasi merupakan upaya budidaya ikan sekaligus menanam mendong dalam satu hamparan sawah dengan tujuan untuk mengoptimalkan potensi lahan.

Kontribusi produksi ikan dan mendong terhadap total pendapatan Sistem Diversifikasi Usaha Budidaya Mina Mendong masing-masing sebesar 35,71 persen dan 64,29 persen. Mina mendong dapat meningkatkan keseimbangan dan memperbaiki ekologi, karena hama pada tanaman mendong merupakan makanan alami ikan predator, dan kotoran ikan merupakan pupuk alami bagi tanaman mendong. Adanya simbiosis mutualisme antara mendong dan ikan dapat mendukung ketersediaan pangan dan memperbaiki lingkungan sehingga menjadikan tambang mendong sebagai sistem pertanian berkelanjutan.

Tabel 4.  Pengaruh kadar minyak atsiri terhadap penyimpanan biji pala tidak dikupas dan dikupas  Lama penyimpanan (bulan)  Kadar minyak atsiri  (%)
Tabel 4. Pengaruh kadar minyak atsiri terhadap penyimpanan biji pala tidak dikupas dan dikupas Lama penyimpanan (bulan) Kadar minyak atsiri (%)

Gambar

Gambar 1. Perkembangan Harga Gabah (GKP) dan Beras Medium di Kabupaten Sidoarjo, 2017-2018 (Rp/Kg)
Gambar 2.  Rantai Distribusi gabah dan Beras di lokasi kajian Kabupaten Sidoarjo, 2018
Tabel  1.    Kinerja  Harga  dan  Marjin  Pemasaran  Gabah/Beras  dari  Tingkat  Petani,  Pedagang,  penggilingan,  Grosir dan Pengecer, 2018 (Rp/Kg)
Tabel 1.  Program Pengembangan dan Penguatan Desa Mandiri Benih di Provinsi Jawa Barat, 2015- 2015-2017
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adapun parameter yang diamati pada penelitian ini adalah; tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, temperature udara, kelembaban udara, bobot basah dan bobot kering.

[r]