Ibadah Dan Doa di Tahun Baru Imlek Bagi Masyarakat Tionghoa Naskah Pendek
Masyarakat Tionghoa tentunya dianjurkan untuk berdoa setiap hari, terutama pagi dan malam, apalagi pada saat tahun baru Imlek. Tahun Baru Imlek adalah salah satu perayaan terpenting bagi masyarakat Tionghoa yang tidak hanya menjadi momen untuk berkumpul dengan keluarga dan bukan sekadar ritual, tetapi juga wujud penghormatan kepada Tian dan leluhur, serta momentum untuk memperbarui diri dalam menjalani kehidupan yang lebih baik. Tahun Baru Imlek, yang telah berlangsung selama sekitar 3.500 tahun, memiliki asal -usul yang belum dapat dipastikan secara tepat. Namun, sebagian orang meyakini bahwa perayaannya bermula pada masa Dinasti Shang (1600-1046 SM), ketika masyarakat menggelar ritual persembahan untuk menghormati dewa dan leluhur pada awal atau akhir tahun.
Pada Tahun Baru Imlek 2025, yang jatuh pada 29 Januari 2025, di Kelenteng Tjen Ling Kiong dan Kelenteng Fuk Ling Miau terliha t beberapa orang Tionghoa yang melaksanakan ibadah dan berdoa, baik secara individu maupun bersama keluarga mereka, serta suasana kedua Klenteng tersebut tidak terlalu ramai dan tampak khidmat karena orang-orang yang beribadah dan berdoa datang bergiliran.
Membakar Hio / Dupa Sebelum melakukan upacara pemujaan/persembahyangan/berdoa, biasanya orang akan menyalakan Dupa (Hio) terlebih dahulu sebanyak jumlah dewa yang ada di klenteng tersebut. Setiap dewa mendapat jumlah dupa 1 atau 3 menggunakan lilin yang berada di altar.
Altar Utama
Pusat peribadatan yang berada di tengah Klenteng dan biasanya diutamakan untuk dewa yang dihormati di Klenteng Fuk Ling Miau, altar ini dihiasi banyak lilin
dan beberapa patung dewa di belakangnya. Tempat pemujaan dewa utama
Berdoa Menggunakan Hio/Dupa Saat akan memulai persembahyangan, seorang pendoa akan memgang hio nya di dada kemudian mengangkat dan menggerakkan hio dari dada ke dahi berulang kali
sebanyak 3 kali.
Peletakan Hio/Dupa
Seorang Pria yang telah melakukan doa meletakan dupa yang telah dibakar di Hio Loo, dupa yang menyala melambangkan penghubung antara dunia manusia dan dunia spiritual.
Berdoa Bersama Keluarga
Seorang ibu dan kedua anaknya yang berdoa di altar Dewi Kwan Im (Dewi Welas Asih) dalam Klenteng Fuk Ling Miau,
Ting Lee (Pai-pai)
Seorang wanita yang telah selesai seluruh proses persembahyangan akan melakukan
Ting Lee/Pai-pai untuk menyampaikan hormat setinggi-tingginya dan berharap semua doa-doanya terwujud.
Membakar Kertas
Setelah selesai melakukan doa dan sebagainya, akan diakhiri dengan membakar kertas yang biasa disebut Gin Cua/Kim Cua yang disediakan dari tempat beribadah
sebagai simbol penghormatan kepada dewa-dewi dan leluhur.