• Tidak ada hasil yang ditemukan

identifikasi kekerasan terhadap anak selama pandemi covid 19

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "identifikasi kekerasan terhadap anak selama pandemi covid 19"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

Kekerasan dalam keluarga sering terjadi, dan biasanya anak-anak diberikan luapan emosi oleh orang tuanya sehingga banyak anak yang akhirnya tidak dapat mengembangkan kemampuannya. Bentuk kekerasan fisik yang dilakukan orang tua terhadap anaknya selama pandemi COVID-19 antara lain memukul, mencubit, mencubit, mendorong. Dan yang paling tinggi adalah pengabaian orang tua dalam hal perhatian dan kasih sayang kepada anak.

Di masa pandemi, kegiatan belajar dari rumah membutuhkan perhatian khusus dari orang tua dan anak. Jika orang tua lalai bahkan melakukan kekerasan fisik dan psikis, kenangan buruk akan tertanam dalam benak mereka saat belajar aktivitas dari rumah.

PENDAHULUAN

  • Latar Belakang Masalah
  • Rumusan Masalah
  • Tujuan Penelitian
  • Urgensi Penelitian

Oleh karena itu, peneliti dan tim tertarik untuk mengetahui secara lebih spesifik tingkat dan bentuk kekerasan terhadap anak pada masa pandemi Covid 19 di wilayah Jabodetabek. Dengan adanya pandemi Covid 19, dimana pembelajaran dilakukan di rumah dan ekonomi melambat, akan banyak pertemuan dan anak-anak. Jika orang tua tidak dapat membimbing anaknya dengan baik dalam belajar, kekerasan dalam rumah tangga dapat muncul.

Kasus kekerasan khususnya terhadap anak tidak pernah lepas dari pemberitaan di media massa baik cetak maupun elektronik. PSGPA UHAMKA muncul sebagai lembaga yang sangat tanggap terhadap permasalahan perlindungan anak ini, maka perlu dilakukan penelitian dengan harapan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dukungan dan pendampingan kegiatan bagi korban kekerasan terhadap anak. anak di Jabodetabek dan dapat meminimalisir tindak kekerasan terhadap anak.

TINJAUAN PUSTAKA

  • State of The Art
  • Nilai Kebaruan Yang Akan Dihasilkan Dari Penelitian Kajian Teori
  • Kajian teoritis
  • Roadmap Penelitian

Kekerasan terhadap anak adalah tindakan berulang kali menyakiti anak tanggungan secara fisik dan emosional, melalui paksaan, hukuman fisik yang tidak terkendali, penghinaan dan ejekan permanen (Huraerah, 2012). Munculnya perilaku kekerasan pada anak yang berujung pada tindakan kriminal telah menimbulkan keresahan di masyarakat, terutama di masa Covid 19 ini. Hasil penelitian aalif muarifah (2020) menunjukkan bahwa bentuk kekerasan yang paling banyak dilakukan orang tua terhadap anaknya adalah mencubit dan melotot.

Dikarenakan berbagai temuan di lapangan yang menunjukkan bentuk-bentuk kekerasan terhadap anak yang dilakukan oleh orang tua, maka penelitian ini perlu dilakukan atau menjadi suatu hal yang mendesak untuk dikaji secara lebih detail dan mendalam. Secara teoretis, kekerasan terhadap anak dapat didefinisikan sebagai kejadian yang merugikan secara fisik, mental, atau seksual, umumnya dilakukan oleh orang-orang yang bertanggung jawab atas kesejahteraan anak, yang kesemuanya itu diwujudkan dalam kerugian dan ancaman terhadap kesehatan dan kesejahteraan anak. (Suyanto, 2010). Sementara itu, Henry Kempe menyebut kasus penelantaran dan penganiayaan yang dialami anak sebagai sindrom anak yang diderita, yaitu: "suatu kondisi yang diakibatkan oleh kurangnya pengasuhan dan perlindungan anak oleh orang tua atau wali lainnya." Di sini itu didefinisikan sebagai tindakan kekerasan.

Nilai, norma dan kebiasaan yang berkembang di masyarakat tanpa disadari selalu menempatkan anak hanya sebagai obyek orang dewasa, bahkan seolah-olah orang tua berhak melakukan apapun terhadap anaknya, dengan alasan bahwa merekalah yang melahirkan, membesarkan dan membiayai. untuk anak-anak mereka. Inilah realita yang terjadi di masyarakat saat ini dan ini juga merupakan gambaran nyata kondisi Covid 19 yang menyebabkan kekerasan terhadap anak terjadi kapan saja dan dimana saja selama pandemi masih berlanjut. Penelitian terdahulu yang dapat dijadikan acuan dalam melakukan penelitian ini adalah: Tindak kekerasan yang dialami anak jalanan di Kecamatan Regol Kota Bandung oleh Yuningsih Tahun 2019, yang menemukan bagaimana fenomena kekerasan terhadap anak yang terjadi di ruang terbuka, mempengaruhi banyak anak usia sekolah.

Penelitian Jaja Suteja (2018) tentang dampak kekerasan orang tua terhadap keadaan psikologis anak dalam keluarga menunjukkan bahwa kekerasan orang tua terhadap anak yang paling banyak terjadi di masyarakat adalah kekerasan psikis, kekerasan dengan membentak, mengumpat, mengancam, mempermalukan, menyuruh, melecehkan, menguntit, dan memata-matai, atau tindakan ketakutan lainnya. Kemudian penelitian tentang dampak dan penanganan kekerasan seksual pada anak dalam keluarga oleh Utami Zahirah (2019) hasil penelitian ini bahwa dampak kekerasan seksual pada anak meliputi kondisi fisik, emosional dan juga psikis yang dapat mempengaruhi perkembangan anak yang korban. Kekerasan terhadap anak merupakan masalah yang sangat kompleks dan membutuhkan perhatian lebih dari semua pemangku kepentingan karena masa depan bangsa kita dititipkan di tangan generasi penerus anak yang sehat dan bebas masalah.

Gambar 1 Roadmap Penelitian
Gambar 1 Roadmap Penelitian

METODE PENELITIAN

  • Alur / Langkah Penelitian
  • Lokasi Penelitian
  • Konsep Metode Penelitian yang Digunakan
  • Desain Penelitian yang Digunakan
  • Populasi Dan Sampel Atau Subjek Penelitian/ Informan Penelitian
  • Cara Pengumpulan Data
  • Instrumen Yg Digunakan
  • Indikator Capain Hasil Penelitian
  • Fishbond Penelitian

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penelitian deskriptif kualitatif dalam penelitian ini terdiri dari melihat, menilai dan mendeskripsikan dengan angka-angka objek yang diteliti sebagaimana adanya dan menarik kesimpulan berdasarkan fenomena yang terjadi pada saat penelitian dilakukan. Rancangan penelitian dalam penelitian ini merupakan bentuk penelitian kuantitatif dengan rancangan non eksperimen dan juga tidak terdapat variabel bebas yang dapat dimanipulasi (atau dapat dikatakan hanya ada variabel terikat saja. Sampel merupakan bagian atau perwakilan dari populasi Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik convenience sampling.

Dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah orang tua yang melakukan tindak kekerasan terhadap anak, diperoleh data sebanyak 165 sampel se-Jabodetabek. Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan membagikan kuesioner secara acak dengan sampel sekunder yaitu orang ketiga yang pernah menyaksikan kekerasan di lingkungan. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah one set berupa wawancara yang diberikan kepada beberapa orang tua dan pihak ketiga untuk membantu sosialisasi data kepada orang tua di Jabodetabek.

Bentuk kekerasan fisik yang dialami (memukul, menendang, menjambak, mendorong, menampar, meremas, melempar barang, menyiram air, hukuman dengan mengangkat satu kaki, memutar,). Selama pandemi ini, anak-anak mengalami kekerasan psikis (mengumpat dengan kata-kata kasar atau binatang, memarahi di depan orang banyak, mengancam, mendiamkan, membentak, membentak). Bentuk kekerasan psikis yang dialami (dimaki dengan kata-kata kasar atau binatang, dimarahi di depan orang banyak, diancam, dibungkam, dimarahi, dibentak).

Apakah anak mengalami penelantaran, kurang perawatan, kurang perawatan, gagal memenuhi gizi anak, kurang menjaga kesehatan anak, melalaikan tugas anak oleh orang tua 12. Bentuk-bentuk penelantaran yang dialami (kecerobohan, kurang menjaga dia, gagal memenuhi gizi anak, gagal menjaga kesehatan anak, melalaikan kewajiban anak). Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam memberikan jawaban atau perlakuan sebagai tindak lanjut dari temuan yang diperoleh di lapangan.

Tabel 1. Kisi-Kisi Intrumen  Variabel  Sub
Tabel 1. Kisi-Kisi Intrumen Variabel Sub

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskrispi Wilayah Penelitian

Hasil penelitian

Berdasarkan tabel persentase dapat disimpulkan bahwa kekerasan terhadap anak yang sering terjadi pada masa pandemi dengan nilai yang cukup tinggi adalah kekerasan fisik yang diterima anak pada saat pembelajaran Sari Rumah. Penelantaran masih terjadi ketika anak sudah beraktivitas hanya dari rumah dan juga orang tua yang lebih banyak menghabiskan waktu di rumah dibandingkan sebelum Covid 19. Jika asumsi awal kita adalah dengan banyaknya kegiatan bersama orang tua dan anak maka akan terjadi penurunan kadar. retensi anak, namun tidak dapat dipungkiri bahwa penelantaran akan tetap terjadi.

Hal ini karena orang tua meskipun di rumah juga disibukkan dengan pekerjaan kantornya, sedangkan anak-anaknya tidak terkontrol dengan baik. Bentuk perlakuan kekerasan orang tua terhadap anak, baik yang bersifat fisik, psikis maupun penelantaran meliputi aspek-aspek sebagai berikut, yaitu. Dari data di atas terlihat bahwa bentuk kekerasan fisik yang dilakukan orang tua terhadap anaknya selama pandemi Covid 19 antara lain memukul, mencubit, mencubit, mendorong.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tindak kekerasan terhadap anak pada masa pandemi Covid 19 umumnya memiliki intensitas yang sering dilakukan. Orang tua bukanlah pelindung dari bahaya dan luka pada anak, tetapi penyebab dari luka itu sendiri. Berikut profil ayah atau ibu yang melakukan kekerasan terhadap anak di masa pandemi ini.

Dari gambar di atas terlihat perbedaan pekerjaan orang tua dalam kasus kekerasan terhadap anak yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Dengan demikian, secara keseluruhan, kekerasan terhadap anak usia sekolah dilakukan oleh orang tua yang kemungkinan disebabkan oleh ketidakmampuan orang tua dalam mengenali tumbuh kembang anak, tidak dapat memberikan pendampingan pendidikan kepada anak di masa pandemi Covid 19. Biasanya ayah bekerja dan jarang berinteraksi dengan anak-anak. , jadi di masa pandemi ini orang tua banyak beraktivitas di rumah, terutama di awal PSBB yang ditetapkan di Jakarta.

Table 4 Bentuk Perilaku Kekerasan
Table 4 Bentuk Perilaku Kekerasan

Pembahasan Hasil Penelitian Secara Komprehensif Sesuai Dengan Judul

Selain itu, orang tua yang bekerja di luar atau di rumah, yang menyerahkan semua kegiatan belajar kepada guru, kini orang tua juga tidak sepenuhnya berkontribusi dalam belajar, hal ini mengakibatkan banyak orang tua yang mudah khawatir ditambah pekerjaan yang semakin menurun dan perekonomian juga bisa menurun. terganggu karena COVID 19 Ini adalah hal-hal yang dapat menyebabkan kekerasan. Dari jenis kekerasan yang paling sering terjadi untuk kekerasan fisik adalah memukul, masih banyak orang tua yang mudah dalam melakukan kekerasan terhadap anak. Memukul ini awalnya merupakan gerakan refleks dari orang tua kepada anak, namun bisa menjadi kebiasaan buruk yang selalu dilakukan orang tua kepada anaknya.

Mengumpat ini dilakukan oleh orang tua yang memiliki emosi tinggi yang dengan mudahnya memaki anaknya, ditambah lagi dalam mengumpat biasanya mereka membandingkannya dengan anak tetangga atau anak teman yang merasa bahwa orang tua anaknya memiliki sikap dan sifat yang diharapkan orang tua. Dan ketiga, penelantaran atau kekerasan kebaktian adalah kurangnya perhatian terhadap anak sehingga anak merasa kurang kasih sayang dari orang tuanya. Biasanya kasus seperti ini dialami oleh anak yang memiliki orang tua bekerja sehingga sibuk di luar rumah dan ketika orang tua di rumah hanya memiliki tenaga yang tersisa sehingga tidak memiliki waktu yang berkualitas dengan anaknya.

Ketika Anda memiliki waktu bersama anak, orang tua biasanya masih fokus pada pekerjaannya dengan gadgetnya. Hal ini terjadi karena emosi yang tidak dapat dibendung dengan banyaknya masalah lain yang menyebabkannya menyebabkan luapan emosi hingga berujung pada anak. Miris melihat anak menjadi pelampiasan orang tua dengan alasan anak bandel namun ketika terdeteksi orang tua memiliki pemicu lain dan malah melampiaskannya pada anak hal inilah yang tidak bisa kita abaikan.

Mungkin yang biasanya dimarahi orang tua kepada anaknya adalah saat mengerjakan PR, tapi saat homeschooling, orang tua bisa marah kapan saja. Dan di sinilah justru peran ibu dengan kelembutannya yang berusaha meredam amarah sang ayah yang dilampiaskan kepada sang anak. Efek negatif atau trauma yang diterima anak dari kekerasan orang tua terhadap anak antara lain: anak menjadi pendiam atau tertutup, tidak mudah bergaul, fungsi otak menurun, tidak mudah percaya dengan orang lain, bahkan pengaruhnya lebih mengkhawatirkan. anak menjadi pelaku kekerasan terhadap orang lain.

LUARAN YANG DICAPAI

RENCANA TINDAK LANJUT DAN PROYEKSI HILIRISASI

Keefektifan model blended learning terhadap motivasi dan tingkat pemahaman siswa pada mata pelajaran Algoritma dan Pemrograman.

Gambar

Gambar 1 Roadmap Penelitian
Gambar 2. Diagram Alur Penelitian
Tabel 1. Kisi-Kisi Intrumen  Variabel  Sub
Tabel 2. Pedoman Wawancara
+7

Referensi

Dokumen terkait

Our findings showed that testicular weight, testicular diameter, seminiferous tubule diameter, and spermatogenic cell count could be predicted based on the

Merebaknya fenomena tindak pidana yang dilakukan oleh anak dan kekerasan dalam rumah tangga sebagai akibat dari pandemi Covid-19 menjadikan inisiatif bagi kami