PENDAHULUAN
Identifikasi Masalah
Batasan Masalah
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
KAJIAN PUSTAKA
Dukungan Sosial Keluarga
Berdasarkan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan dukungan sosial orang tua adalah pemberian bantuan atau dukungan yang diberikan orang tua kepada anaknya dalam bentuk verbal dan non verbal yang bermanfaat bagi penerimanya, sehingga penerimanya merasa dihargai dan dicintai oleh lingkungan sekitarnya. .
Sumber-sumber Dukungan Sosial
Orang tua yang kurang atau tidak memperhatikan pendidikan anaknya dapat menyebabkan anak kurang berhasil dalam belajar. Suasana rumah yang dimaksud adalah situasi atau peristiwa yang sering terjadi dalam keluarga tempat anak tinggal dan belajar. Sumber dukungan sosial yang diperoleh secara informal dapat diperoleh melalui dukungan dari guru atau orang dewasa.
Orang tua merupakan sumber dukungan sosial yang paling penting bagi orang tua karena orang tualah yang pertama kali dikenal. Dari penjelasan ahli di atas dapat disimpulkan bahwa sumber dukungan sosial berasal dari banyak sumber, termasuk orang terdekat yaitu keluarga, guru, dan teman sebaya.
Bentuk Dukungan Sosial Orang Tua
Dukungan harga; berupa evaluasi positif terhadap individu, dorongan atau persetujuan terhadap gagasan atau perasaan individu, dan perbandingan positif individu dengan orang lain. Dukungan instrumental; berupa bantuan langsung seperti uang, waktu dan tenaga melalui tindakan yang dapat membantu individu. Menurut Arin (Cohen & Syme), ada empat bentuk dukungan sosial, yaitu (1) dukungan emosional berupa penghargaan, cinta, kepercayaan, perhatian dan kemauan mendengarkan; (2) dukungan evaluasi atau dukungan evaluasi berupa persetujuan, umpan balik, perbandingan positif; (3) dukungan informasional atau informational support berupa nasehat, saran, petunjuk, informasi; (4) dukungan instrumental atau dukungan instrumental berupa berbagai jenis bantuan langsung/nyata, uang, tenaga/tindakan, waktu Tina Afiatin & Budi Andayani menyatakan ada lima dimensi fungsi dasar dukungan sosial, yaitu: (1 ) masing-masing 27 dukungan materi.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial dapat dibedakan menjadi beberapa bentuk, yaitu dukungan emosional, dukungan apresiasi, dukungan instrumental, dan dukungan informasional. Dukungan imbalan mencakup imbalan positif (berupa pujian atau hadiah) dan persetujuan terhadap gagasan atau perasaan seseorang.
Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Sosial Keluarga
Penyedia Dukungan Sosial Dukungan dari teman dan orang yang memahami permasalahan individu penerima akan lebih efektif dibandingkan dukungan dari orang asing. Jenis dukungan sosial Jenis dukungan sosial yang diberikan berguna jika sesuai dengan situasi yang dihadapi dan kebutuhan individu. Penerima Dukungan Sosial Karakteristik penerima dukungan sosial seperti kepribadian, peran sosial dan budaya akan menentukan efektivitas dukungan yang diberikan.
Masalah yang dihadapi: Jenis dukungan sosial yang diberikan sesuai dengan masalah yang dihadapi individu. Disimpulkan bahwa dukungan sosial yang diterima seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pemberi dukungan sosial, jenis dukungan sosial, penerima dukungan sosial, permasalahan yang dihadapi individu dan waktu pemberian dukungan sosial.
Manfaat Dukungan Sosial Keluarga
Pengertian Perilaku Disruptif
Menurut Cohen dalam Saparinah Sadli, perilaku menyimpang adalah perilaku yang melanggar, atau bertentangan atau menyimpang dari aturan normatif, dari pemahaman normatif dan harapan lingkungan sosial yang bersangkutan. Berdasarkan pernyataan para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa perilaku disruptif merupakan salah satu bentuk perilaku negatif seperti mengamuk, meminta perhatian, membangkang, berkelahi, agresif yang dapat merugikan diri sendiri atau orang lain, dan perilaku mengganggu lainnya.
Bentuk-bentuk Perilaku Disruptif
Ada pula yang menangis, menangis atau bahkan menarik tangan orang tuanya untuk mendapatkan perhatian. Anak juga bisa saja mengamuk karena memperebutkan sesuatu karena orang tua yang tidak adil terhadap anaknya. Anak yang mengamuk di depan umum bisa jadi disebabkan sebagai bentuk protes terhadap orang tuanya yang tidak membelikan mainan atau sesuatu yang sebenarnya diinginkannya.
Anak bisa saja bersikap malas karena ingin mendapat perhatian orang tuanya atau sama sekali tidak tertarik dengan aktivitas tersebut.Terkadang anak malas karena mengikuti kebiasaan orang tua yang bertipe pemalas. Jika orang tua bertindak jorok dan berantakan, anak cenderung meniru apa yang dilakukan orang tuanya.
Aspek-aspek yang Mempengaruhi Perilaku
Berdasarkan pendapat dari berbagai tokoh di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat berbagai macam bentuk perilaku menyimpang, seperti berkelahi, mengamuk dan marah-marah, berdebat, menggigit, bermalas-malasan, berbohong, bersikap kasar, mengejek, berkata kasar dan mencuri. Perilaku abnormal anak ini muncul karena anak tidak bisa beradaptasi dengan kondisi lingkungan baru. Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku adalah suatu kegiatan atau tindakan manusia yang dilakukan oleh seorang individu sebagai respon terhadap rangsangan yang diterima oleh individu yang bersangkutan, baik rangsangan internal maupun eksternal.
Faktor Terjadinya Perilaku Disruptif
Menurut Wicaksono, perilaku menyimpang di dalam kelas dapat disebabkan oleh faktor eksternal yaitu kondisi di rumah, masyarakat dan sekolah.Santrok menyatakan bahwa perilaku menyimpang pada anak terjadi karena pengaruh beberapa faktor, antara lain pengaruh orang tua dan kualitas lingkungan sekolah. lingkungan dan kondisi tempat tersebut. hidup. Philip Graham (Astuti menyatakan bahwa faktor penyebab terjadinya perilaku terbagi menjadi dua, antara lain faktor personal yaitu faktor yang terdapat dalam diri seseorang yang bersifat bawaan sejak lahir.
Faktor lingkungan meliputi interaksi dengan teman, kemiskinan, lingkungan keluarga, dan pola asuh keluarga. Berdasarkan pendapat yang dikemukakan berbagai tokoh di atas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor perilaku disruptif dapat dipengaruhi oleh interaksi dengan teman sebaya, peran orang tua dan lingkungan tempat tinggal.
Kajian yang Relevan
Kerangka Pikir
Paradigma Penelitian
Hipotesis Penelitian
METODE PENELITIAN
- Tempat dan waktu Penelitian
- Populasi dan Sampel Penelitian
- Definisi Operasional Variabel
- Perilaku Disruptif
- Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
- Teknik Pengumpulan Data
- Instrumen Penelitian
- Validitas dan Reliabilitas Instrumen
- Uji Validitas Instrumen
- Uji Reliabilitas Instrumen
- Teknik Analisis Data
- Analisis Statistik Deskriptif
- Uji Hipotesis
Data Jumlah Siswa Sekolah Dasar Kelompok Pakualaman Kota Yogyakarta Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan dukungan sosial keluarga dengan perilaku disruptif siswa Sekolah Dasar Kelompok Pakualaman Kota Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan pemberian dukungan sosial keluarga dengan perilaku disruptif pada siswa kelas II SD Gugus Pakualaman Kota Yogyakarta. Berdasarkan data tersebut, menurut Azwar, distribusi frekuensi variabel dukungan sosial keluarga dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
Berdasarkan tabel 17 dan diagram 6 diketahui variabel dukungan sosial keluarga pada kategori peduli sebanyak 13 siswa (12,62%), kategori permisif sebanyak 78 siswa (75,73%) dan kategori acuh/acuh sebanyak 12 siswa ( 11,65%) ). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel dukungan sosial keluarga pada siswa sekolah dasar kelompok Pakualaman kota Yogyakarta termasuk dalam kategori permisif. Berdasarkan Tabel 18, data dukungan sosial lingkungan keluarga dapat disajikan dalam bentuk diagram batang sebagai berikut.
Variabel dukungan sosial keluarga di SD N Puro Pakualaman sebanyak 10 siswa tergolong rendah, 5 siswa, sedang 5 siswa, dan tinggi 0 siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel dukungan sosial keluarga pada masing-masing SD kelompok Pakualaman Kota Yogyakarta termasuk dalam kategori sedang. Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa pengujian data pada variabel dukungan sosial keluarga (X) dan perilaku disruptif (Y) mempunyai nilai sig.
Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial keluarga dan perilaku disruptif mempunyai hubungan yang linier. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ada perbedaan dukungan sosial keluarga dengan perilaku disruptif siswa kelas II. Hasil tersebut menunjukkan bahwa dukungan sosial keluarga cukup baik pada siswa kelas II Sekolah Dasar Kelompok Pakualaman Kota Yogyakarta.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskriptif Data Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 29 April 2019 hingga 2 Mei 2019 di sekolah dasar kelompok Pakualaman Yogyakarta yang terdiri dari lima sekolah negeri yaitu SD N Tukagan, SD Islamiah, SD N Puro Pakualaman dan SD Margoyasan. Penelitian ini merupakan penelitian populasi dengan populasi seluruh siswa IV. kelas sekolah dasar kelompok pakualaman kota yogyakarta. Instrumen dalam penelitian ini telah terlebih dahulu diuji validitas dan reliabilitasnya sehingga sesuai dan dapat digunakan untuk mengumpulkan data dan menghitungnya dengan menggunakan rumus yang telah dijelaskan pada Bab III.
Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif, yaitu uraian data yang akan disajikan peneliti yaitu mean (M), mean (Me), modus (Mo), standar deviasi (SD), serta tabel frekuensi dan diagramnya masing-masing. variabel akan disajikan.
Analisis Deskriptif
Dengan variabel Perilaku Disruptif dapat disimpulkan bahwa siswa sekolah dasar kelompok Pakualaman kota Yogyakarta berada pada kategori sedang. Variabel perilaku disruptif di SD Islamiyah berjumlah 31 siswa yang tergolong rendah sebanyak 4 siswa, sedang sebanyak 22 siswa, dan tinggi sebanyak 5 siswa. Variabel perilaku disruptif di SD Puro Pakualaman 10 siswa tergolong rendah, 7 siswa, sedang 3 siswa, dan tinggi 0 siswa.
Variabel perilaku disruptif di SD N Margoyasan sebanyak 32 siswa tergolong rendah sebanyak 5 siswa, sedang sebanyak 22 siswa dan tinggi sebanyak 5 siswa. Jadi dapat disimpulkan bahwa variabel perilaku disruptif di seluruh sekolah dasar di gugus Pakualaman Kota Yogyakarta termasuk dalam kategori sedang. Data skala dukungan keluarga diperoleh dari 103 siswa yang terdiri dari 84 siswa laki-laki dan 39 siswa perempuan.
Dari tabel 15 dapat dijelaskan bahwa data penelitian variabel dukungan sosial keluarga mempunyai nilai rata-rata (mean) sebesar 50,17, nilai tengah (median) sebesar 52, nilai yang sering muncul (mode) sebesar 55, standar deviasi (std .deviasi) sebesar 5,29, rentang 27, skor terendah (minimum) 31 dan skor tertinggi (maksimum) 58. Kota Yogyakarta, peneliti memaparkan datanya. Variabel dukungan sosial keluarga tiap SD di Gugus Pakualaman Kota Yogyakarta berdasarkan tabel 21 sebagai berikut. Berdasarkan tabel 18 dan grafik batang 7 diketahui bahwa variabel dukungan sosial keluarga di SD N Tukangan sebanyak 30 siswa tergolong rendah sebanyak 1, sedang sebanyak 28 dan tinggi sebanyak 1 siswa. variabel dukungan sosial keluarga di SD Islamiyah sebanyak 31 siswa yang tergolong rendah sebanyak 3 siswa, sedang sebanyak 11 siswa dan tinggi sebanyak 7 siswa.
Variabel dukungan sosial keluarga di SD N Margoyasan 32 siswa tergolong rendah sebanyak 15 siswa, sedang sebanyak 56 siswa, dan tinggi sebanyak 12 siswa. Setelah data variabel dukungan sosial keluarga diuraikan secara keseluruhan, selanjutnya data tersebut diuraikan indikatornya untuk mengetahui indikator tertinggi dan terendah dalam penelitian ini. Variabel dukungan sosial keluarga terdiri dari 7 indikator yaitu: 1) kepedulian terhadap anak, 2) perlakuan kasar terhadap anak, 3) hubungan orang tua dengan anak, 4) hubungan anak dengan saudara kandung, 5) suasana rumah yang tenteram dan nyaman, 6 ) kebutuhan dasar terpenuhi dan 7) kebutuhan sekolah terpenuhi.
Uji Prasyarat Analisis
Sig < α (0,000 < 0,05) berdasarkan tabel diatas menunjukkan adanya perbedaan keberadaan dua variabel yang berbeda, artinya rata-rata skor perilaku disruptif pada kelompok permisif (= 84,67) berbeda signifikan dengan rata-rata skor perilaku disruptif kelompok permisif (= 84,67) berbeda signifikan dengan rata-rata skor perilaku disruptif kelompok permisif (= 84,67) kelompok acuh tak acuh/cuek (= 96,83).
Pembahasan
Pernyataan positif seperti orang tua memberikan uang saku yang cukup dan orang tua membelikan peralatan sekolah secukupnya termasuk dalam pernyataan yang berada pada kategori indikator paling rendah. Idealnya, orang tua juga menyediakan dan memenuhi kebutuhan sekolah anaknya, yaitu dukungan lingkungan keluarga. Indikator bersikap kasar karena merasa kesal antara lain 1 pernyataan positif setelah “Saya memukul teman saya ketika teman saya membuat saya kesal” dan 1 pernyataan negatif setelah “Saya berusaha menghindarinya ketika teman saya mengganggu saya”.
Hal ini senada dengan apa yang disampaikan Jenny Gichara dan mengatakan bahwa anak pada umumnya belum paham, mereka hanya meniru apa yang dilakukan orang tuanya. Orang tuaku mengajakku jalan-jalan Orang tuaku jarang ada di rumah Orang tuaku jarang berbicara denganku. Saya mengunjungi keluarga saya pada hari libur, orang tua saya jarang sekali mengajak saya mengunjungi rumah keluarga saya.
Orang tua saya mengajak saya jalan-jalan 11 Orang tua saya jarang ada di rumah 12 Orang tua saya jarang berbicara dengan saya.
SIMPULAN DAN SARAN
Implikasi
Saran
Saya berbicara kasar kepada orang tua, memarahi teman saya jika mereka berbicara tidak sopan.