1. Pengertian Ekosistem
Ekosistem adalah sebuah sistem ekologi yang dibentuk dari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Dalam sebuah ekosistem terdapat tatanan kesatuan utuh dan menyeluruh yang terjadi antara unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi.
Menurut Undang-undang
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan.
Menurut Para Ahli
Woodbury (1954) Ekosistem menurut Woodbury adalah tatanan kesatuan secara kompleks di sebuah wilayah yang memiliki habitat, tumbuhan dan binatang. Kondisi tersebut kemudian dipertimbangkan sebagai unit kesatuan secara utuh sehingga semuanya dapat menjadi bagian mata rantai siklus materi serta aliran energi.
Soemarwoto (1983) Soemarwoto menjelaskan pengertian ekosistem adalah konsep sentral dalam ekologi karena ekosistem (sistem ekologi) itu terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
2. Komponen-komponen Ekosistem
Komponen-komponen dalam suatu ekosistem terdiri dari dua jenis yaitu komponen biotik dan abiotik.
a. Komponen Biotik
Komponen biotik adalah komponen lingkungan yang terdiri atas makhluk hidup atau organisme yang ada di permukaan bumi. Komponen lingkungan biotik terdiri dari manusia, hewan, dan tumbuh tumbuhan. Bentuk-bentuk komponen biotik dapat digolongkan berdasarkan ukurannya, yaitu makroorganisme dan mikroorganisme. Selain itu berdasarkan perannya, komponen biotik dapat dibedakan menjadi produsen, konsumen, dan dekomposer. Komponen Biotik Berdasarkan Perannya Jenis-jenis makhluk hidup dalam komponen biotik berdasarkan perannya terbagi menjadi yaitu:
Produsen (Penghasil)
Produsen adalah makhluk hidup yang memiliki kemampuan untuk menciptakan karbohidrat sederhana seperti glukosa dari gas karbon dioksida melalui proses fotosintesis. Peran produsen dalam menyerap emisi karbon dioksida juga membantu dalam menjaga suhu optimal dan curah hujan tahunan. Produk sampingan berupa oksigen yang dilepaskan dikonsumsi oleh semua organisme untuk melepaskan energi kimia yang tersimpan dalam karbohidrat. Mereka membentuk bagian bawah dari semua piramida energi dan merupakan tingkat trofik pertama di setiap ekosistem. Contoh produsen dalam suatu ekosistem adalah alga, lumut, dan tumbuhan- tumbuhan hijau seperti beringin, mahoni dan berbagai tanaman lain.
Konsumen (Pemakai)
Konsumen adalah organisme heterotrof yang tidak dapat membuat makanannya sendiri, sehingga bergantung pada organisme lain. Berdasarkan jenis makanannya konsumen dibagi menjadi tiga kelompok yaitu karnivora (pemakan daging), herbivora (pemakan tumbuhan) dan omnivora atau pemakan segala (daging dan tumbuhan)
Dekomposer (Pengurai)
Dekomposer atau pengurai adalah organisme yang memiliki kemampuan untuk menghancurkan sampah atau sisa makhluk hidup (heterotrof atau autotrof) yang telah mati.
Pengurai juga berperan untuk menghubungkan konsumen dengan produsen. Zat-zat yang telah diambil konsumen dari produsen akan dikembalikan lagi ke produsen dengan bantuan pengurai melalui proses pembusukan. Dari proses tersebut akan dihasilkan zat anorganik sederhana, yang diperlukan untuk membuat makanan. Contoh dari dekomposer adalah ganggang, cacing, jamur dan bakteri dan mikroorganisme serupa yang dapat ditemui di darat, air, bahkan udara.
b. Komponen Abiotik
Komponen abiotik atau tidak hidup adalah komponen yang terdiri dari benda-benda yang bukan makhluk hidup dan ada di sekitar lingkungan. Komponen ini sangat mempengaruhi kelangsungan hidup. Jenis komponen abiotik diantaranya adalah faktor kimiawi yaitu senyawa anorganik (H2O, N2 , O2 , CO2 , mineral, dsb) dan senyawa organik (KH, protein, dsb) kemudian faktor fisik yang terdiri dari suhu, sinar matahari, angin, air, udara, kelembaban, cahaya, suhu, pH, salinitas, topografi dan lain sebagainya. Contoh-contoh komponen abiotik diantaranya yaitu:
Suhu
Suatu proses biologis yang dipengaruhi oleh perubahan pada suhu, contohnya mamalia &
burung sebagai makhluk hidup yang dapat mengatur sendiri suhu tubuhnya.
Air
Ketersediaan air dapat mempengaruhi distribusinya suatu organisme. Contohnya organisme dapat beradaptasi dan bertahan hidup dengan memanfaatkan ketersediaan air yang berada di padang pasir.
Garam
Konsentrat pada garam akan mempengaruhi keseimbangan air dalam organisme melalui osmosis. Contohnya pada beberapa organisme terestrial yang dapat beradaptasi pada lingkungan dan kandungan garamnya yang cukup tinggi.
Sinar Matahari
Intensitas dan kualitas pada sebuah cahaya matahari akan mempengaruhi proses fotosintesis, karena air mampu menyerap cahaya sehingga proses fotosintesis dapat terjadi di sekitar permukaan matahari.
Tingkat pH
Kondisi pH lingkungan dapat mempengaruhi kerja enzim, pH optimum merupakan kondisi pH yang mendukung bekerjanya enzim secara optimal dan setiap enzim memiliki pH optimum yang berbeda-beda.
Salinitas
Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam yang terlarut dalam air. Selain kandungan dalam air, terkadang salinitas juga digunakan sebagai istilah kandungan garam dalam tanah.
3. Jenis-jenis Ekosistem
Jenis ekosistem secara umum dibagi menjadi 2 macam yaitu ekosistem alami dan buatan.
a. Ekosistem Alami
Ekosistem alami adalah ekosistem yang sudah terbentuk dengan proses alami di alam.
Ekosistem alami terbagi menjadi dua, yaitu akuatik (air) dan terestrial (darat).
1) Akuatik (Air)
Ekosistem akuatik adalah ekosistem yang komponen abiotiknya sebagian besar terdiri atas air. Makhluk hidup yang berada di dalam ekosistem akuatik ini antara lain yaitu:
Ekosistem Air Tawar
Ekosistem air tawar memiliki ciri ciri antara lain variasi suhu tidak mencolok, penetrasi cahaya kurang, dan terpengaruh oleh iklim dan cuaca. Macam tumbuhan yang terbanyak adalah jenis ganggang, sedangkan lainnya tumbuhan biji, hampir semua filum hewan terdapat dalam air tawar. Organisme yang hidup di air tawar pada umumnya telah beradaptasi.
Ekosistem Air Laut
Habitat laut (oseanik) ditandai salinitas (kadar garam) yang tinggi dengan ion CI- mencapai 55% terutama di daerah laut tropik, karena suhunya tinggi dan penguapan besar. Di daerah tropik, suhu laut sekitar 25 °C. Perbedaan suhu bagian atas dan bawah tinggi, sehingga terdapat batas antara lapisan air yang panas di bagian atas dengan air yang dingin di bagian bawah yang disebut daerah termoklin.
Ekosistem Lamun
Lamun atau seagrass adalah satu-satunya kelompok tumbuh-tumbuhan berbunga yang hidup di lingkungan laut. Tumbuh-tumbuhan ini hidup di habitat perairan pantai yang dangkal. Seperti halnya rumput di darat, mereka mempunyai tunas berdaun yang tegak dan tangkai-tangkai yang merayap yang efektif untuk berbiak. Berbeda dengan tumbuh-tumbuhan laut lainnya (alga dan rumput laut), lamun berbunga, berbuah dan menghasilkan biji. Lamun juga mempunyai akar dan sistem internal untuk mengangkut gas dan zat-zat hara. Sebagai sumber daya hayati, lamun banyak dimanfaatkan untuk berbagai keperluan.
Ekosistem Muara
Estuary (muara) merupakan tempat bersatunya sungai dengan laut. Estuari sering dipagari oleh lempengan lumpur intertidal yang luas atau rawa garam. Ekosistem estuari memiliki
produktivitas yang tinggi dan kaya akan nutrisi. Komunitas tumbuhan yang hidup di estuari antara lain rumput rawa garam, ganggang, dan fitoplankton. Komunitas hewannya antara lain berbagai cacing, kerang, kepiting, dan ikan
Ekosistem Pantai
Tumbuhan yang paling banyak tumbuh di gundukan pasir adalah tumbuhan mangrove dan pohon bakau yang tahan terhadap hempasan gelombang dan angin. Tanaman yang hidup di ekosistem ini menjalar dan berdaun tebal.
Ekosistem Sungai
Sungai adalah suatu badan air yang mengalir ke satu arah. Air sungai dingin dan jernih serta mengandung sedikit sedimen dan makanan. Aliran air dan gelombang secara konstan memberikan oksigen pada air. Suhu air bervariasi sesuai dengan ketinggian dan garis lintang.
Ekosistem sungai dihuni oleh hewan seperti ikan kucing, gurame, kura-kura, ular, dan buaya.
Ekosistem Terumbu Karang
Terdiri dari coral yang berada dekat pantai. Efisiensi ekosistem ini sangat tinggi. Hewan- hewan yang hidup di karang memakan organisme mikroskopis dan sisa organik lain. Berbagai invertebrata, mikroorganisme, dan ikan, hidup di antara karang dan ganggang. Herbivora
seperti siput, landak laut, ikan, menjadi mangsa bagi gurita, bintang laut, dan ikan karnivora.
Kehadiran terumbu karang di dekat pantai membuat pantai memiliki pasir putih.
Ekosistem Laut
Dalam Kedalamannya lebih dari 6.000 meter di bawah permukaan laut. Biasanya terdapat lele laut dan ikan laut yang dapat mengeluarkan cahaya. Sebagai produsen terdapat bakteri yang bersimbiosis dengan karang tertentu.
2) Terrestrial (Darat)
Ekosistem terestrial ditentukan dalam zona yang ditentukan oleh temperatur dan curah hujan yang berbeda pada suatu tempat tertentu. Pola ekosistem ini dapat berubah akibat aktivitas manusia, kebakaran, atau petir. Berikut beberapa bentuk ekosistem darat diantaranya yaitu:
Gurun
Gurun terdapat di daerah tropik yang berbatasan dengan padang rumput. Ciri-ciri ekosistem gurun adalah gersang dan curah hujan rendah (25 cm/tahun). Perbedaan suhu antara siang dan malam sangat besar. Tumbuhan semusim yang terdapat di gurun berukuran kecil. Selain itu, di gurun dijumpai pada tumbuhan menahun berdaun seperti duri contohnya kaktus, atau tak berdaun dan memiliki akar panjang serta mempunyai jaringan untuk menyimpan air. Hewan
yang hidup di gurun antara lain rodentia, semut, ular, kadal, katak, kalajengking, dan beberapa hewan nokturnal lainnya.
Hutan
Gugur Hutan gugur terdapat di daerah beriklim sedang yang memiliki empat musim, ciri- cirinya adalah curah hujan merata sepanjang tahun. Jenis pohon sedikit sekitar 10 sampai 20 jenis saja dan tidak terlalu rapat. Hewan yang terdapat di hutan gugur antara lain rusa, beruang, rubah, bajing, burung pelatuk, dan rakun (sebangsa luwak).
Taiga
Taiga terdapat di belahan bumi sebelah utara dan pegunungan daerah tropik, ciri-cirinya adalah suhu yang rendah di musim dingin. Biasanya taiga merupakan hutan yang tersusun atas satu spesies seperti konifer, pohon pinus, dan sejenisnya. Semak dan tumbuhan basah sedikit sekali, sedangkan hewannya antara lain moose, beruang hitam, ajag, dan burung-burung yang bermigrasi ke selatan pada musim gugur.
Hutan
Sabana Hutan sabana terdapat di wilayah dengan curah hujan 40 – 60 inci per tahun, tetapi temperatur dan kelembaban masih tergantung musim. Sabana yang terluas di dunia terdapat di Afrika, hewan yang hidup di sabana antara lain serangga dan mamalia seperti zebra, singa, dan hyena.
Padang
Rumput Padang rumput terdapat di daerah yang terbentang dari daerah tropik ke subtropik.
Ciri-ciri padang rumput adalah curah hujan kurang lebih 25-30 cm per tahun, hujan turun tidak teratur, porositas (peresapan air) tinggi, dan drainase (aliran air) cepat. Tumbuhan yang ada terdiri atas tanaman gulma dan rumput yang keduanya bergantung pada kelembapan.
Hewannya antara lain: bison, zebra, singa, anjing liar, serigala, gajah, jerapah, kangguru, serangga, tikus, dan ular.
Tundra
Tundra terdapat di belahan bumi sebelah utara di dalam lingkaran kutub utara dan terdapat di puncak-puncak gunung tinggi. Pertumbuhan tanaman di daerah ini hanya 60 hari Contoh tumbuhan yang dominan adalah sphagnum, liken, tumbuhan biji semusim, tumbuhan perdu, dan rumput alang-alang. Pada umumnya, tumbuhannya mampu beradaptasi dengan keadaan yang dingin.
Karst (Batu Gamping)
Berawal dari nama kawasan batu gamping di wilayah Yugoslavia. Kawasan karst di Indonesia rata-rata mempunyai ciri-ciri yang hampir sama yaitu, tanahnya kurang subur untuk pertanian, sensitif terhadap erosi, mudah longsor, bersifat rentan dengan pori-pori aerasi yang rendah, gaya permeabilitas yang lamban dan didominasi oleh pori-pori mikro. Ekosistem karst mempunyai keunikan tersendiri dengan keragaman aspek biotis yang tidak dijumpai di ekosistem lain.
Hutan Hujan Tropis
Hutan hujan tropis terdapat di daerah tropik dan subtropik. Ciri-cirinya adalah curah hujan 200-225 cm per tahun. Spesies pepohonan relatif banyak, jenisnya berbeda antara satu dengan yang lainnya tergantung letak geografisnya. Tinggi pohon utama antara 20-40 m, cabang- cabang pohon tinggi dan berdaun lebat hingga membentuk tudung (kanopi). Dalam hutan basah terjadi perubahan iklim mikro, yaitu iklim yang langsung terdapat di sekitar organisme. Daerah tudung cukup mendapat sinar matahari, variasi suhu dan kelembapan tinggi, suhu sepanjang hari sekitar 25 °C. Di hutan hujan tropis sering terdapat tumbuhan khas, yaitu liana (rotan) dan anggrek sebagai epifit. Hewannya antara lain, kera, burung, badak, babi hutan, harimau, burung hantu, dan banyak lagi.
b. Ekosistem Buatan
Ekosistem buatan merupakan ekosistem yang diciptakan oleh manusia, fungsinya untuk memenuhi kebutuhan manusia. Segala isinya baik itu tanaman atau hewan peliharaan didominasi oleh pengaruh dari manusia, keanekaragamannya pun cenderung rendah. Berikut contoh ekosistem buatan diantaranya yaitu: Hutan tanaman produksi seperti jati dan pinus, Bendungan, Agroekosistem berupa sawah tadah hujan, Sawah irigasi, Perkebunan sawit, dan Ekosistem pemukiman (kota atau desa).
Ekosistem Taman Hutan Raya
Taman hutan raya adalah kawasan pelestarian dengan tujuan koleksi tumbuhan dan/atau satwa yang asli atau bukan asli. Taman hutan raya bermanfaat sebagai kawasan penelitian, ilmu pengetahuan, konservasi, dan pariwisata. Contoh taman hutan raya adalah Taman Hutan Raya Ngurah Rai di Bali yang merupakan kawasan pelestarian hutan bakau. Hewan yang hidup di ekosistem Taman Hutan Raya Ngurah Rai adalah kepiting, moluska, ikan, dll.
Ekosistem Sawah
Sawah adalah tanah yang digarap manusia untuk menanam padi. Persawahan digarap sedemikian rupa agar digenangi air untuk mendukung pertumbuhan padi. Sawah menjadi ciri khas pertanian di kawasan Asia, terutama Asia Timur dan Asia Tenggara. Ekosistem sawah umumnya terdiri dari padi, gulma, tikus, ular, dan burung.
Ekosistem Bendungan
Bendungan adalah konstruksi yang dibangun manusia untuk menahan laju air sehingga menjadi genangan berupa waduk. Bendungan dimanfaatkan manusia untuk menyimpan cadangan air dan sebagai pembangkit listrik tenaga air. Ekosistem bendungan umumnya terdiri dari ikan, klambang, dan eceng gondok.
Ekosistem Kolam Ikan
Kolam ikan adalah genangan air buatan manusia yang dijadikan habitat buatan ikan.
Umumnya berisi mesin pompa air untuk memutar air. Ekosistem kolam ikan umumnya terdiri dari ikan hias seperti koi dan tanaman air hias.
Ekosistem Waduk
Waduk adalah danau buatan manusia yang berukuran sangat besar. Waduk juga merupakan hasil dari adanya bendungan. Waduk dibuat untuk menyimpan air dan sebagai sarana rekreasi.
Sama seperti bendungan, ekosistem waduk terdiri dari ikan, klambang, dan eceng gondok.
Ekosistem Kebun Binatang
Kebun binatang adalah suatu tempat berupa taman untuk mengumpulkan dan memelihara kesejahteraan satwa liar umum atau langka. Kebun binatang dibuat sebagai sarana rekreasi dan edukasi. Ekosistem kebun binatang tidak hanya terdiri dari binatang, namun juga ada beberapa pohon perindang dan tanaman hias.
4. Dampak Ekosistem Yang Tidak Seimbang
Secara garis besar akibat ekosistem yang tidak seimbang akan menyebabkan dampak buruk terhadap makhluk hidup yang hidup di dalamnya. Dampak tersebut tentu akan sangat merugikan. Berikut beberapa contoh kasus akibat dari ekosistem yang tidak seimbang :
Banjir
Dampak Kerusakan Alam Akibat Banjir dikarenakan ulah tangan manusia yang kurang peduli terhadap lingkungan. Banjir tidak hanya menyebabkan teredamnya suatu tempat saja, tapi banjir juga bisa menyebbakan banyak nyawa yang melayang karen arus yang deras. Banjir biasanya disebabkan oleh sampah mengunung di sungai yang menjadikan aliran sungai tidak lancar. Banyaknya pemukaiman di sekitar sungai yang menjadikan aliran sungai terhambat.
Tanah longsor
Bencana ini sering menimbulkan korban jiwa karena banyak pemukiman yang tertimpa batu- batuan dari lereng ataupun bukit. Bencana ini juga sering terjadi tiba-tiba, terkadang membuat orang yang disekitarnya saja tidak sadar akan terjadi tanah longsor. Adanya bencana tanah longsor ini dikarenakan Dampak Kerusakan Alam Akibat Ulah Manusia. Adanya penebangan pohon liar tanpa adanya reboisasi menjadikan adanya erosi. Bagiamana tidak? Biasanya lereng gunung ataupun pegunungan ataupun daerah sekitarnya jika terjadi hujan lebat, kumpulan
pohon itulah yang akan menyerap air. Tapi jika mereka sudah ditebang tanpa adanya reboisasi, air hujan akan mengenai langsung tanah tersebut dan terjadilah erosi.
Pencemaran
Dampak pencemaran ini bisa memepengaruhi kesehatan manusia yang berada di daerah tersebut, muncul berbagai penyakit yang tidak biasanya terjadi. Banyak pencemaran ini juga termasuk Dampak Kerusakan Alam Oleh Manusia. Apalgi jika sudah ada pabrik di sautu pemukiman, berbagai lingkungan pun akan tercemar. Mulai dari lingkunagn air dan udara.
Adanya pembuangan limbah yang sembarangan ini akan menjadikan pencemaran air yang melebar sampai ke pemukiman. Hal ini akan menjalar sampai ke sumur para warga, bahkan beberapa sungai juga bisa tercemar.
Kabakaran hutan
Masih ingatklah and tentang kebakaran hutan di Riua tahun 2016? Kebakaran yang mengakibatkan asap yang sampai ke negara Singapura. Kejadian yang menjadikn paru-paru dunia in semakin lama semakin menipis. Tidak hanya itu saja, dampak dari kebakaran ini juga berimbas ke Dampak Kerusakan Lingkungan Terhadap Keseimbangan Alam. Habitat hewan liar yang berada di hutan juga semakin terancam. Tempat tinggal mereka yang selama ini di jaga sudah mulai banyak di rusak oleh manusia. Pembuatan pabrik yang membutuhkan lahan sampai membakar hutan sekarang juga masih banyak.
Global warming
Adanya global warming atau pemanasan global sering dikaitkan dengan adanya efek rumah kaca. Hal ini memang benar adanya suhu bumi yang semakin lama semakin naik. Adanya konsentrasi gas-gas tertentu yang menjadikan suhu semakin panas. Berbagai industri juga berperan dalam mensukseskan adanya kenaikan suhu. Selain itu adanya global warming juga dikarenakan meningkatnya karbo diokasida dan menipisnya oksigen. Adanya penggunaan patu
bara, penggundulan hutan dan juga pembakaran hutan ini menjadikan karbo dioksida semakin naik.
5. Dampak Negatif Pembangunan Konstruksi dan Cara Penanggulangannya a) Tahap Pra-Konstruksi
Pra-konstruksi adalah suatu tahapan proyek yang kegiatannya termasuk kegiatan-kegiatan non-teknis seperti kegiatan pembebasan lahan dan pemindahan penduduk.
Dampak yang terjadi adalah berubahnya status penggunaan tanah sebagai akibat langsung pengalihan fungsi lahan dari sawah menjadi lahan proyek/Bangunan. Cara penanggulangannya yaitu sosialisasi mengenai rencana kegiatan dan menyepakati prosedur dan penengah apabila terjadi konflik.
b) Tahap Konstruksi
Konstruksi adalah suatu tahapan proyek dimana kegiatannya berupa pelaksanaan fisik konstruksi hasil rumusan perencanaan teknis.
Pada tahap konstruksi komponen lingkungan yang akan terkena dampak negatif sebagai berikut :
Menurunnya nilai kualitas air (parameter fisika-kimia) dapat membahayakan bagian kehidupan biota air (plankton, benthos dan nekton). Menurunnya kualitas air bersumber dari partikel tanah yang hanyut ke sungai akibat galian tanah untuk pondasi maupun terbukanya lahan di beberapa lokasi.
Cara penanggulangannya melakukan pembukaan lahan hanya pada areal yang diperlukan saja tanpa merusak sungai, melakukan pembukaan lahan secara bertahap sehingga dapat mengurangi penurunan kualitas air.
Transportasi operasional alat berat dan Peralatan mesin yang digunakan pada tahap penataan lahan dan konstruksi sehingga terjadi penurunan kualitas udara debu, dan kebisingan akibat operasional kendaraan pada tahap kontruksi
Cara penanggulangannya menggunakan mesin alat sebagai sarana dan prasarana pembukaan lahan sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk menghindari terjadinya pencemaran udara.
Menurunya kelimpahan flora dan fauna akuatik dapat disebabkan oleh menurunya kualitas air di wilayah proyek terutama yang disebabkan oleh limbah cair yang berasal dari kegiatan proyek. Penurunan kelimpahan biota air dapat menyebabkan menurunya sumber daya perairan dan kurang berfungsinya tata guna perairan bagi kehidupan organisme air dan mahluk hidup lainnya.
Cara penanggulangannya menghindari pembukaan lahan pada daerah sempadan sungai dan daerah yang terdapat flora dan fauna yang dilindungi (mengacu kepada UU 5/1990 tentang KSDA Hayati dan Ekosistemnya serta PP Nomor 7/1999 tentang Jenis Flora dan Fauna yang dilindungi). konstruksi yang berstandar Nasional (SNI), dan setiap tahapan pekerjaan memperhatikan metode pelaksanaan bendung dengan baik.
c) Tahap Pasca Konstruksi
Pasca Konstruksi yaitu kegiatan berupa tahapan operasional dan pemeliharaan sarana dan prasarana yang telah dibangun agar dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin.
Dampak yang terjadi adalah transportasi kendaraan penghuni bangunan sehingga erjadi penurunan kualitas udara debu, dan kebisingan akibat operasional kendaraan penghuni. Cara penanggulangannya yaitu dengan penanaman pohon RTH, tanaman yang dipergunakan berupa tanaman buah/tanaman keras seperti pohon mangga atau pohon sawo.
DAFTAR PUSTAKA https://lindungihutan.com/blog/ekosistem/
https://rimbakita.com/ekosistem/
https://dlh.kendalkab.go.id/media/document/lampiran-perubahan-izin-lingkungan-rencana- usaha-kegiatan-pembangunan-dan-dumping-material-tanah-urug-oleh-pt-cahaya-sandi- pratama.pdf
Bob D.2008.Identifikasi dan Upaya Pengendalian Dampak Negatif Tahap Pelaksanaan Pembangunan Proyek Konsruksi Gedung Bertingkat Terhadap Lingkungan Di Sekitarnya (Studi Kasus : Proyek Blok M Square).Skripsi.Fakulas Teknik.Universitas Indonesia : Jakarta.
https://hedisasrawan.blogspot.com/2019/04/25-contoh-ekosistem-alami-dan-buatan.html