1. Iman kepada Allah (al-Karim, al-Mu’min, al-Wakil, al-Matin, al-Jami, al-‘Adl, dan al-Akhir) contoh perilaku
Iman kepada Allah adalah percaya bahwa Allah adalah Tuhan yang harus kita sembah, tiada tuhan selain Allah Swt.
Al-Karim (maha pemurah) : dermawan
Al-Mu’min (pemberi keamanan) : berperilaku santun
Al-Wakil (maha memelihara) : memelihara hewan dan alam sekitar, tawakal Al-Matin (maha kokoh) : tidak mudah terpecah belah, kokoh dalam pendirian Al-Jami (maha mengumpulkan) : sering bersilaturahmi
Al-Adl (maha adil) : berperilaku adil kepada siapa saja dan tidak memihak Al-Akhir (maha akhir) : meneladani hari akhir
2. Iman kepada malaikat
Iman kepada malaikat adalah percaya bahwa malaikat adalah makhluk hidup ciptaan Allah yang terbuat dari cahaya.
- Jibril : penampai wahyu - Mikail : pembawa rezeki - Izrafil : pencabut nyawa - Israfil :peniup sang kakala
- Munkar : yang bertanya dalam kubur - Nakir : yang menyiksa dalam kubur - Raqib : pencatat amal baik
- Atid : pencatat amal buruk - Malik : penjaga pintu neraka - Ridwan : penjaga pintu surga 3. Iman kepada kitab Allah
Taurat : Nabi Musa as.
Isi : 1) Mengakui keesaan Allah SWT
2) Larangan menyembah patung dan berhala 3) Larangan menyebut nama Allah dengan sia-sia 4) Memuliakan hari sabtu
5) Menghormati ayah dan ibu
6) Larangan membunuh sesama manusia 7) Larangan berzina
8) Larangan mencuri
9) Larangan menjadi saksi berdusta
10) Larangan memiliki keinginan untuk menguasai hak orang lain
Zabur : Nabi Daud as.
- Nyanyian untuk memuji tuhan (liturgi) - Nyanyian perseorangan sebagai rasa syukur - Ratapan-ratapan jamaah
- Ratapan dan doa individu - Nyanyian untuk raja
Injil : Nabi Isa as.
- Perintah kembali pada tauhid murni - Ajaran yang menyempurnakan taurat
- Ajaran hidup sederhana dan menjauhi sifat tamak - Pembenaran kitab selanjutnya
Al-Qur’an : Nabi Muhammad saw.
- Aqidah (keimanan) - Ibadah
- Akhlaq - Muamalah - Qissah
Nama lain : Al-Furqan (pembeda benar salah), Adz-Dzikr (pemberi peringatan), Al-Mau’idhah (pemberi nasihat), Al-Huda (petunjuk), al-bayan (penerang) 4. Iman kepada rasul Allah
Iman kepada nabi dan rasul adalah percaya bahwa nabi dan rasul adalah utusan Allah SWT . Ada 25 nabi.
Ulul Azmi:
- Nabi Nuh as. : Membuat perahu yang sangat besar yang dapat memuat kaumnya yang beriman dan semua jenis hewan. Hanya sedikit yang mengikuti dakwahnya.
- Nabi Ibrahim as. : Tidak terbakar oleh api ketika di bakar oleh Raja Namrud.
Membangun Ka’bah sebagai rumah ibadah
- Nabi Musa as. : Tongktanya berubah menjadi ular raksasa, tangannya
mengeluarkan cahaya, dapat membelah laut merah dan membebaskan Bani Israil dari perbudakan fir’aun
- Nabi Isa as. : Mengobati berbagai penyakit, membuat burung dari tanah, Dapat menghidupkan orang yang sudah meninggal walaupun hanya sebentar,
menyerukan agama kepada kaum Bani Israil
- Nabi Muhammad saw. : Terbelahnya bulan menjadi 2 walau hanya tampaknya.
Diturunkannya al-Qur’an. Mengubah kepercayaan kaum Quraisy 5. Iman kepada hari akhir
Iman kepada hari akhir adalah percaya dan yakin bahwa seluruh alam semesta dan isinya akan hancur suatu saat nanti.
a) Nama Akhir
Yaumul Barzakh (Alam kubur), Yaumul Ba’ats (Hari dibangkitkannya manusia dari alam kubur), Yaumul Hasyr (Mahsyar) (Hari dimana manusia dikumpulkan di padang mahsyar), Yaumul Mizan (Hari ditimbangnya amal baik dan buruk manusia) atau Yaumul Hisab (Diperhitungkannya amal perbuatan manusia), Yaumul Din (hari pembalasan), Yaumul Tanad (hari saling memanggil), Yaumul Fashl (hari pemisahan), Yaumul Jama’ (hari berkumpul), Yaumul wa’id (hari yang dijanjikan)
b) Ayat-ayat Al-Qur’an yang sesuai dengan peristiwa terjadinya hari akhir
“Dan sungguh, (hari) Kiamat itu pasti datang, tidak ada
keraguan padanya; dan sungguh, Allah akan membangkitkan siapapun yang di dalam kubur.” (Q. S. Al-Hajj/22:7)
“Pada hari itu manusia seperti laron yang berterbangan. Dan gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-hamburkan.” (Q.S.
al-Qairah/101:4-5)
“Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan yang dahsyat, dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang
dikandung) nya.” (Q.S. az-Zalzalah/99:1-2)
“Dan sangkakala pun ditiup, maka matilahsemua (makhluk) yang di langit dan di bumi kecuali mereka yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sekali lagi (sangkakala itu), maka seketika itu mereka bangun (dari kuburnya) menunggu (keputusan
Allah)...” (Q.S. az-Zumar/39:68)
“Langit terbelah pada hari itu, janji Allah pasti terlaksana.” (Q.S.
al-Muzammil/73:18) c) Contoh peristiwa jenis kiamat
No .
Jenis Kiamat Peristiwa yang terjadi
1. Qubra Turunnya Imam Mahdi dan Nabi Isa
Munculnya Dajjal
Munculnya abdu’ khon
Matahari terbit dari barat
Hancurnya ka’bah
2. Sugra Masa dulu
Wafatnya Nabi Muhammad
Munculnya api dihjaz
Penyakit to’un Masa kini
Banyak orang yang kikir
Waktu terasa singkat
Minuman keras ada dimana-mana Akan datang
Hilangnya ilmu agama
Bumi arab akan berumput dan sungai
Kebodohan semakin merajalela
6. Iman kepada qadha dan qadar a) Jenis takdir
Takdir Muallaq : Sesuatu yang digantungkan. Takdir allah Swt. yang mengikut sertakan manusia melalui ikhtiarnya. Contoh : Kepandaian, Kesehatan,
Kemakmuran
Takdir Mubram : Sesuatu yang tidak dapat dielakkan. Ketentuan Allah Swt.
yang pasti berlaku dan manusia tidak diberi peran untuk mewujudkannya.
Contoh : Jenis Kelamin, Usia, Kejadian kiamat b) Sikap yang sesuai dengan Qada dan Qadar Allah Swt.
Berdoa agar keinginannya dikabulkan
Banyak beribadah karena kita tidak tahu takdir masing-masing
Sabar dalam menghadapi cobaan c) Dalil naqli tentang Qada dan Qadar
Q. S. Ar-Radu/13 ayat 8 : Wakullu syai in ‘in dahu bimaqdaarin (Dan segala sesuatu ada ukuran di sisi-Nya)
Q. S. Ar-Radu/13 ayat 11 : ...Innaallaha laa yugayyiru maa biqaumin hattaa yugayyiru maa bi an fusihim... (Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka
mengubah keadaan diri mereka sendiri)
Q. S. Al-A’raf/7 ayat 34 : Walikulli ummatin ajal, faizha jaaa a
ajalahum laa yasta khiruuna saa atawwalaa yastaqdimuun (Dan setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun)
7. Jujur, hormat dan patuh kepada orangtua dan guru a) Pengertian Jujur
Jujur merupakan sikap seseorang ketika berhadapan dengan sesuatu atau pun fenomena tertentu dan menceritakan kejadian tersebut tanpa ada
perubahan/modifikasi sedikit pun atau benar-benar sesuai dengan realita yang terjadi. Sikap jujur merupakan apa yang keluar dari dalam hati nurani setiap manusia dan bukan merupakan apa yang keluar dari hasil pemikiran yang melibatkan otak dan hawa nafsu.
b) Macam-Macam Jujur
Jujur dalam niatnya atau kehendaknya, artinya seseorang terdorong untuk berbuat sesuatu atau bertindak dengan dorongan dari Allah.
Jujur dalam ucapan, yaitu seseorang yang berkata sesuai dengan apa yang dia ketahui atau terima. Ia tidak berkata apapun, kecuali perkataan tersebut merupakan kejujuran.
Jujur dalam perbuatan, yaitu seseorang yang beramal dengan sungguh- sungguh sesuai dengan apa yang ada dalam batinnya.
Jujur dalam janji, artinya dia selalu menepati janji yang telah diucapkan kepada manusia. dia hanya mengucapkan janji yang dia tahu bisa dia tepati.
Jujur sesuai kenyataan, yang berarti dia menerapkan kejujuran pada segala hal yang dia alami di hidupnya.
8. Kerja keras dan tanggung jawab
a) Pengertian Kerja Keras
Kerja adalah kegiatan melakukan sesuatu untuk mencari nafkah. Kerja yang dilakukan oleh manusia bertujuan untuk memperoleh pakaian, jaminan, dan kebahagiaan hidupnya. Kerja keras adalah bekerja dengan sungguh-sungguh, tidak kenal lelah, dan pantang menyerah meskipun menghadapi banyak tantangan dan kesulitan
b) Ciri Orang yang Memiliki Semangat Kerja
Kerja keras dan teliti
Menghargai waktu
Orientasi ke masa depan
Bertanggung jawab
Hemat dan sederhana
Adanya bersaing secara jujur c) Hikmah Bekerja Keras
Mengembangkan bakat, minat, kemampuan diri atau hal lain.
Meningkatkan taraf hidup
Membentuk diri yang disiplin dan bertanggung jawab
Mengangkat derajat dan martabat
Mendapatkan pahala dari Allah SWT.
d) Pengertian Bertanggung Jawab
Tanggung Jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sesuatu sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya.
e) Jenis-Jenis Tanggung Jawab
1) Tanggung Jawab kepada Allah SWT.
Tanggung jawab kepada Allah menuntut kesadaran manusia untuk memenuhi kewajiban dan pengabdiannya kepada Allah SWT. Sebagai makhluk ciptaan Allah SWT. manusia harus bersyukur atas karunia-Nya yang telah menciptakan, memberi rezeki dan selalu memberikan yang terbaik untuk makhluk-Nya. Hal ini terdapat dalam firman Allah SWT :
“Allah tidak memberati seseorang melainkan apa yang terdaya olehnya. Ia mendapat pahala kebaikan yang diusahakannya, dan ia juga menanggung dosa kejahatan yang diusahakannya. (Mereka berdoa dengan berkata):
"Wahai Tuhan kami! Janganlah Engkau mengirakan kami salah jika kami lupa atau kami tersalah. Wahai Tuhan kami ! Janganlah Engkau bebankan kepada kami bebanan yang berat sebagaimana yang telah Engkau bebankan kepada orang-orang yang terdahulu daripada kami. Wahai Tuhan kami! Janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang kami tidak terdaya memikulnya. Dan maafkanlah kesalahan kami, serta ampunkanlah dosa kami, dan berilah rahmat kepada kami. Engkaulah Penolong kami; oleh itu, tolonglah kami untuk mencapai kemenangan terhadap kaum-kaum yang kafir".
2) Tanggung Jawab kepada Keluarga 3)
Tiap anggota keluarga wajib bertanggung jawab terhadap keluarganya.
Tanggung jawab ini menyangkut nama baik keluarga. Contoh : ayah bertanggung jawab untuk menafkahi keluarganya, ibu bertanggung jawab mengurus suami dan anak-anaknya, dan anak-anak bertanggung jawab membahagiakan orangtuanya.
4) Tanggung Jawab kepada Masyarakat
Manusia meeupakan makhluk sosial yang mana setiap manusia tidak dapat hidup dengan diri sendiri tapi harus ada bantuan orang lain. Maka dari itu, setiap manusia hendaknya menolong sesamanya ketika yang lain membutuhkan pertolongan. Selain itu, kita juga harus menjaga persatuan dan kedamaian di dalam masyarakat itu sendiri.
5) Tanggung Jawab kepada Bangsa Negara
Suatu kenyataan bahwa manusia tinggal di suatu negara, sehingga setiap manusia terikat peraturan dan norma yang berlaku di dalam negaranya.
Tanggung jawab kita dengan negara adalah harus menjaga persatuan, kedamaian, fasilitas umum, dan harus jujur ketika memimpin suatu wilayah.
9. Syaja’ah (berani membela kebenaran) a) Macam-macam syaja’ah
- syaja’ah harbiyyah : keberanian yang kelihatan atau tampak, misalnya keberanian dalam medan tempur di waktu perang.
- syaja’ah nafsiyyah : keberanian menghadapi bahaya atau penderitaan dan menegakkan kebenaran
10.Berpakaian sesuai islam 11.Pengurusan jenazah
1. Ketentuan memandikan jenazah - Di tempat tertutup
- Mayat diletakkan di atas dipan - Dipakaikan kain basahan
- Mayat didudukkan pada sesuatu, perutnya ditekan agar semua kotoran keluar.
Yang memandikan boleh memakai sarung tangan dan boleh memakai wewangian.
- Setelah itu, ganti sarung tangan untuk membersihkan mulut dan gigi mayat - Membersihkan semua kotoran dan najis
- Mewudukan, setelah itu membasuh seluruh badan - Disunahkan membasuh tiga sampai lima kali
- Menyiram air ke seluruh tubuh (dari bagian kanan ke kiri) - Membersihkan jenazah dari najis dan kotoran
- Menggosok badan dengan sepotong kain - Memandikannya dengan bilangan ganjil - Mengeringkannya dengan handuk 2. Syarat memandikan jenazah - Jenazah itu orang islam
- Didapati tubuhnya walaupun sedikit Syarat orang yang memandikannya - Muslim, balig, cukup umur, berakal - Wajib niat
Jujur, shalih, dapat dipercaya 3. Rukun sholat jenazah
- Jenazah diletakkan di depan jamaah
- Imam berdiri paling depan diikuti oleh makmum
- Semua jamaah berdiri dengan berniat melakukan solat jenazah dengan 4 takbir - Takbiratul ihram pertama. Setelah itu membaca surah al-Fatihah
- Takbir kedua, membaca shalawat nabi - Takbir ketiga, membaca doa untuk jenazah - Takbir keempat, membaca doa
- Membaca salam sambil menoleh ke kanan dan kiri 4. Persiapan penguburan sebelum jenazah dikuburkan - Dimandikan
- Dikafani - Disholati - Di gali kubur
- Rasulullah saw. menganjurkan agar jenazah segera dikuburkan - Sebaiknya menguburkan jenazah pada siang hari
- Anjuran meluaskan lubang kubur
- Boleh menguburkan dua tiga jenazah dalam satu liang kubur - Bacaan meletakkan mayat dalam kubur
- Ahli waris melunaskan semua hutang piutangnya 12.Pernikahan dalam islam
a) Pengertian Pernikahan
Secara bahasa, arti “nikah” berarti “mengumpulkan, menggabungkan, atau menjodohkan”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ”nikah” diartikan sebagai
“perjanjian antara laki-laki dan perempuan untuk bersuami istri (dengan resmi) atau “pernikahan”. Sedang menurut syari’ah, “nikah” berarti akad yang
menghalalkan pergaulan antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahramnya yang menimbulkan hak dan kewajiban masing-masing. Dalam Undang-undang Pernikahan RI (UUPRI) Nomor 1 Tahun 1974, definisi atau pengertian
perkawinan atau pernikahan ialah “ikatan lahir batin antaraseorang pria dan wanita sebagai suami istri, dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang berbahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.
b) Tujuan Pernikahan
Seseorang yang akan menikah harus memiliki tujuan positif dan mulia untuk membina keluarga sakinah dalam rumah tangga, di antaranya sebagai berikut.
- Untuk memenuhi tuntutan naluri manusia yang asasi - Untuk mendapatkan ketenangan hidup
- Untuk membentengi akhlak
- Untuk meningkatkan ibadah kepada Allah Swt.
- Untuk mendapatkan keturunan yang saleh - Untuk menegakkan rumah tangga yang Islami c) Hukum Pernikahan
Wajib, yaitu bagi orang yang telah mampu baik fisik, mental, ekonomi maupun akhlak untuk melakukan pernikahan, mempunyai keinginan untuk menikah, dan jika tidak menikah, maka dikhawatirkan akan jatuh pada perbuatan maksiat, maka wajib baginya untuk menikah. Karena menjauhi zina baginya adalah wajib dan cara menjauhi zina adalah dengan menikah.
Sunnah, yaitu bagi orang yang telah mempunyai keinginan untuk menikah namun tidak dikhawatirkan dirinya akan jatuh kepada maksiat, sekiranya tidak menikah. Dalam kondisi seperti ini seseorang boleh melakukan dan boleh tidak melakukan pernikahan.
Mubah, bagi yang mampu dan aman dari fitnah, tetapi tidak membutuhkannya atau tidak memiliki syahwat sama sekali seperti orang yang impoten atau lanjut usia, atau yang tidak mampu menafkahi,sedangkan wanitanya rela dengan syarat wanita tersebut harus rasyidah (berakal). Juga mubah bagi yang mampu menikah dengan tujuan hanya sekedar untuk memenuhi hajatnya atau bersenang-senang, tanpa ada niat ingin keturunan atau melindungi diri dari yang haram.
Haram, yaitu bagi orang yang yakin bahwa dirinya tidak akan mampu
melaksanakan kewajiban-kewajiban pernikahan, baik kewajiban yang berkaitan dengan hubungan seksual maupun berkaitan dengan kewajiban-kewajiban
lainnya. Pernikahan seperti ini mengandung bahaya bagi wanita yang akan dijadikan istri. Sesuatu yang menimbulkan bahaya dilarang dalam Islam.
Makruh, yaitu bagi seseorang yang mampu menikah tetapi dia khawatir akan menyakiti wanita yang akan dinikahinya, atau menzalimi hak-hak istri dan buruknya pergaulan yang dia miliki dalam memenuhi hak-hak manusia, atau tidak minat terhadap wanita dan tidak mengharapkan keturunan.
d) Mahram (Orang yang Tidak Boleh Dinikahi)
Dilihat dari kondisinya, mahram terbagi kepada dua; pertama mahram muabbad (wanita diharamkan untuk dinikahi selama-lamanya) seperti: keturunan, satu susuan, mertua perempuan, anak tiri jika ibunya sudah dicampuri, bekas menantu perempuan, dan bekas ibu tiri. Kedua mahram gair muabbad adalah mahram sebab menghimpun dua perempuan yang statusnya bersaudara, misalnya saudara sepersusuan kakak dan adiknya. Hal ini boleh dinikahi tetapi setelah yang satu statusnya sudah bercerai atau meninggal dunia. Yang lain dengan sebab istri orang dan sebab iddah
e) Rukun dan Syarat Pernikahan
Calon suami, syarat-syaratnya sebagai berikut.
- Bukan mahram si wanita, calon suami bukan termasuk yang haram dinikahi karena adanya hubungan nasab atau sepersusuan.
- Orang yang dikehendaki
- Mu’ayyan (beridentitas jelas), harus ada kepastian siapa identitas mempelai laki- laki dengan menyebut nama atau sifatnya yang khusus.
Calon istri, syaratnya adalah.
- Bukan mahram si laki-laki.
- Terbebas dari halangan nikah, misalnya, masih dalam masa iddah atau berstatus sebagai istri orang.
Wali, yaitu bapak kandung mempelai wanita, penerima wasiat ataukerabat terdekat, dan seterusnya sesuai dengan urutan ashabah wanita tersebut, atau orang bijak dari keluarga wanita, atau pemimpin setempat
Syarat wali adalah.
- orang yang dikehendaki, bukan orang yang dibenci, - laki-laki, bukan perempuan atau banci,
- mahram si wanita, - baligh, bukan anak-anak, - berakal, tidak gila, - adil, tidak fasiq,
- tidak terhalang wali lain, - tidak buta,
- tidak berbeda agama, - merdeka, bukan budak.
Dua orang saksi.
Syarat saksi adalah sebagai berikut.
- Berjumlah dua orang, bukan budak, bukan wanita, dan bukan orang fasik.
- Tidak boleh merangkap sebagai saksi walaupun memenuhi kualifikasi sebagai saksi.
- Sunnah dalam keadaan rela dan tidak terpaksa
Sigah (Ijab Kabul), yaitu perkataan dari mempelai laki-laki atau wakilnya ketika akad nikah. Syarat shighat adalah sebagai berikut.
- Tidak tergantung dengan syarat lain.
- Tidak terikat dengan waktu tertentu.
- Boleh dengan bahasa asing.
- Dengan menggunakan kata “tazwij” atau “nikah”, tidak boleh dalam bentuk kinayah (sindiran), karena kinayah membutuhkan niat sedang niat itu sesuatu yang abstrak.
- Qabul harus dengan ucapan “Qabiltu nikahaha/tazwijaha” dan boleh didahulukan dari ijab.
f) Pernikahan yang Tidak Sah
Pernikahan Mut`ah, yaitu pernikahan yang dibatasi untuk jangka waktu tertentu, baik sebentar ataupun lama.
Pernikahan syighar, yaitu pernikahan dengan persyaratan barter tanpa pemberian mahar. Dasarnya adalah hadis berikut.
Pernikahan muhallil, yaitu pernikahan seorang wanita yang telah ditalak tiga oleh suaminya yang karenanya diharamkan untuk rujuk kepadanya, kemudian wanita itu dinikahi laki-laki lain dengan tujuan untuk menghalalkan dinikahi lagi oleh mantan suaminya.
Pernikahan orang yang ihram, yaitu pernikahan orang yang sedang melaksanakan ihram haji atau ‘umrah serta belum memasuki waktu tahallul.
Pernikahan dalam masa iddah, yaitu pernikahan di mana seorang lakilaki
menikah dengan seorang perempuan yang sedang dalam masa iddah, baik karena perceraian ataupun karena meninggal dunia.
Pernikahan tanpa wali, yaitu pernikahan yang dilakukan seorang laki-laki dengan seorang wanita tanpa seizin walinya.
Pernikahan dengan wanita kafir selain wanita-wanita ahli kitab
Menikahi mahram, baik mahram untuk selamanya, mahram karena pernikahan atau karena sepersusuan.
13.Ketentuan waris
(Selebihnya ada di buku)
a) Ketentuan Mawaris dalam Islam
Ahli Waris : Jumlah ahli waris yang berhak menerima harta warisan dari seseorang yang meninggal dunia ada 25 orang, yaitu 15 orang dari ahli waris pihak laki-laki yang biasa disebut ahli waris ashabah dan 10 orang dari ahli waris pihak perempuan
Syarat-Syarat Mendapatkan Warisan
- Tidak adanya salah satu penghalang dari penghalang-penghalang untuk mendapatkan warisan.
- Kematian orang yang diwarisi, walaupun kematian tersebut berdasarkan vonis pengadilan. Misalnya hakim memutuskan bahwa orang yang hilang itu dianggap telah meninggal dunia.
- Ahli waris hidup pada saat orang yang memberi warisan meninggal dunia. Jadi, jika seorang wanita mengandung bayi, kemudian salah seorang anaknya meninggal dunia, maka bayi tersebut berhak menerima warisan dari saudaranya yang meninggal itu, karena kehidupan janin telah terwujud pada saat kematian saudaranya terjadi.
Sebab-Sebab Menerima Harta Warisan
- Nasab (keturunan), yakni kerabat yaitu ahli waris yang terdiri dari bapak dari orang yang diwarisi atau anak-anaknya beserta jalur kesampingnya saudara-saudara beserta anak-anak mereka serta paman-paman dari jalur bapak beserta anak-anak mereka.
- Pernikahan, yaitu akad yang sah untuk menghalalkan berhubungan suami isteri, walaupun suaminya belum menggaulinya serta belum berduaan dengannya.
- Wala’, yaitu seseorang yang memerdekakan budak laki-laki atau budak wanita. Jika budak yang dimerdekakan meninggal dunia sedang ia tidak meninggalkan ahli waris, maka hartanya diwarisi oleh yang
memerdekakannya itu.
Sebab-Sebab Tidak Mendapatkan Harta Warisan - Kekafiran.
- Pembunuhan - Perbudakan - Perzinaan.
- Li’an. Anak suami isteri yang melakukan li’an tidak dapat mewarisi dan diwarisi bapak yang tidak mengakuinya sebagai anaknya. Hal ini
diqiyaskan dengan anak dari hasil perzinaan.
Ketentuan Pembagian Harta Harisan
- Ahli waris Zawil Furμd : Ahli waris yang memperoleh kadar pembagian harta warisan telah diatur oleh Allah Swt.
1) Mendapat ½
a. Suami, jika istri yang meninggal tidak ada anak laki-laki, cucu perempuan atau laki-laki dari anak laki-laki.
b. Anak perempuan, jika tidak ada saudara laki-laki atau saudara perempuan.
c. Cucu perempun, jika sendirian; tidak ada cucu laki-laki dari anak laki-laki
d. Saudara perempuan sekandung jika sendirian; tidak ada saudara laki-laki, tidak ada bapak, tidak ada anak atau tidak ada cucu dari anak laki-laki.
e. Saudara perempuan sebapak sendirian; tidak ada saudara lakilaki, tidak ada bapak atau cucu laki-laki dari anak laki-laki.
2) Mendapat ¼
a. Suami, jika istri yang meninggal tidak memiliki anak laki-laki atau cucu laki-laki atau perempuan dari anak laki-laki.
b. Istri, jika suami yang meninggal tidak memiliki anak laki-laki atau cucu laki-laki atau perempuan dari anak laki-laki.
3) Mendapat 1/8
Yang berhak mendapatkan bagian 1/8 adalah istri, jika suami memiliki anak atau cucu laki-laki atau perempuan dari anak lakilaki.
Jika suami memiliki istri lebih dari satu, maka 1/8 itu dibagi rata di antara semua istri.
4) Mendapat 2/3
a. Dua anak perempuan atau lebih, jika tidak ada anak laki-laki.
b. Dua cucu perempuan atau lebih dari anak laki-laki, jika tidak ada anak laki-laki atau perempuan sekandung.
c. Dua saudara perempuan sekandung atau lebih, jika tidak ada saudara perempuan sebapak atau tidak ada anak laki-laki atau perempuan sekandung atau sebapak.
d. Dua saudara perempuan sebapak atau lebih, jika tidak ada saudara perempuan sekandung, atau tidak ada anak laki-laki atau perempuan sekandung atau sebapak.
5) Mendapat 1/3
a. Ibu, jika yang meninggal dunia tidak memiliki anak laki-laki, cucu perempuan atau laki-laki dari anak laki-laki, tidak memiliki dua saudara atau lebih baik laki-laki atau perempuan.
b. Dua saudara seibu atau lebih, baik laki-laki atau perempuan, jika yang meninggal tidak memiliki bapak, kakek, anak laki-laki, cucu laki-laki atau perempuan dari anak laki-laki.
c. Kakek, jika bersama dua orang saudara kandung laki-laki, atau empat saudara kandung perempuan, atau seorang saudara kandung laki-laki dan dua orang saudara kandung perempuan.
6) Mendapat 1/6
a. Ibu, jika yang meninggal dunia memiliki anak laki-laki atau cucu laki-laki, saudara laki-laki atau perempuan lebih dari dua yang sekandung atau sebapak atau seibu.
b. Nenek, jika yang meninggal tidak memiliki ibu dan hanya ia yang mewarisinya. Jika neneknya lebih dari satu, maka bagiannya dibagi rata.
c. Bapak secara mutlak mendapat 1/6, baik orang yang meninggal memiliki anak atau tidak.
d. Kakek, jika tidak ada bapak.
e. Saudara seibu, baik laki-laki atau perempuan, jika yang meninggal dunia tidak memiliki bapak, kakek, anak laki-laki, cucu perempuan atau laki-laki dari anak laki-laki.
f. Cucu perempuan dari anak laki-laki, jika bersama dengan anak perempuan tunggal; tidak ada saudara laki-laki, tidak ada anak laki- laki paman dari bapak.
g. Saudara perempuan sebapak, jika ada satu saudara perempuan sekandung, tidak memiliki saudara laki-laki sebapak, tidak ada ibu, tidak ada kakek, tidak ada anak laki-laki.
- Ahli Waris ‘Asabah : Ahli waris asabah adalah perolehan bagian dari harta warisan yang tidak ditetapkan bagiannya dalam furμd yang enam (1/2, 1/4, 1/3, 2/3, 1/6, 1/8), tetapi mengambil sisa warisan setelah ashabul furud mengambil bagiannya. Ahli waris ashabah bisa mendapatkan seluruh harta warisan jika ia sendirian, atau mendapatkan sisa warisan jika ada ahli waris lainnya, atau tidak mendapatkan apa-apa jika harta warisan tidak tersisa,
b) Mempraktikkan Pelaksanaan Pembagian Waris dalam Islam
Seseorang meninggal dunia, meninggalkan harta sebesar Rp.180.000.000,00. Ahli warisnya terdiri atas istri, ibu dan 2 anak laki-laki. Hasilnya adalah: Pembagian bagian Isteri 1/8, Ibu 1/6 dan 2 anak laki-laki ‘a£abah. Asal masalahnya dari 1/8 dan 1/6 (KPK = Kelipatan Persekutuan Terkecil dari bilangan penyebut 8 dan 6) adalah 24.
Maka pembagiannya adalah:
Istri : 1/8 x 24 x Rp. 180.000.000,00 = Rp. 22.500.000,00 Ibu : 1/6 x 24 x Rp. 180.000.000,00 = Rp. 30.000.000,00
Dua anak laki-laki : 24 – (3+4 ) x Rp. 180.000.000,00 = Rp.127.500.000,00 Masing-masing anak laki-laki memperoleh mawaris sebesar = Rp.
127.500.000,00 : 2 = Rp.63.750.000,00 14.Sumber hukum islam
a) Pengertian al-Qur’ān
Dari segi bahasa, al-Qur’ān berasal dari kata qara’a – yaqra’u – qirā’atan–
qur’ānan, yang berarti sesuatu yang dibaca atau bacaan. Dari segi istilah, al- Qur’ān adalah Kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.
b) Kedudukan al-Qur’ān sebagai Sumber Hukum Islam
Sebagai sumber hukum Islam, al-Qur’ān memiliki kedudukan yang sangat tinggi. Ia merupakan sumber utama dan pertama sehingga semua persoalan harus merujuk dan berpedoman kepadanya.
c) Kandungan Hukum dalam al-Qur’ān
Para ulama mengelompokkan hukum yang terdapat dalam al-Qur’ān ke dalam tiga bagian, yaitu seperti berikut.
Akidah atau Keimanan : adalah keyakinan yang tertancap kuat di dalam hati. Akidah terkait dengan keimanan terhadap hal-hal yang gaib yang terangkum dalam rukun iman (arkānu ³mānb.
Syari’ah atau Ibadah : Hukum ini mengatur tentang tata cara ibadah baik yang berhubungan langsung dengan al-Khāliq (Pencipta) yaitu Allah Swt.
Ilmu yang mempelajari tata cara ibadah dinamakan ilmu fikih.
Akhlak atau Budi Pekerti : Selain berisi hukum-hukum tentang akidah dan ibadah, al-Qur’ān juga berisi hukum-hukum tentang akhlak. Al-Qur’ān menuntun bagaimana seharusnya manusia berakhlak atau berperilaku, baik akhlak kepada Allah Swt., kepada sesama manusia, dan akhlak terhadap makhluk Allah Swt. yang lain.
d) Pengertian Hadis atau Sunnah
Menurut istilah, hadis adalah segala perkataan, perbuatan, dan ketetapan (taqrir) yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw. Hadis juga dinamakan sunnah.
Namun demikian, ulama hadis membedakan hadis dengan sunnah. Hadis adalah ucapan atau perkataan Rasulullah saw., sedangkan sunnah adalah segala apa yang dilakukan oleh Rasulullah saw. yang menjadi sumber hukum Islam.
e) Bagian-bagian hadis
Sanad, yaitu sekelompok orang atau seseorang yang menyampaikan hadis
dari Rasulullah saw. sampai kepada kita sekarang.
50 Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Matan, yaitu isi atau materi hadis yang disampaikan Rasulullah saw.
Rawi, adalah orang yang meriwayatkan hadis.
f) Kedudukan Hadis atau Sunnah sebagai Sumber Hukum Islam adalah satu tingkat di bawah al- Qur’ān. Artinya, jika sebuah perkara hukumnya tidak terdapat di dalam al- Qur’ān, yang harus dijadikan sandaran berikutnya adalah hadis tersebut.
g) Fungsi hadis terhadap al-Qur’ān dapat dikelompokkan sebagai berikut.
Menjelaskan ayat-ayat al-Qur’ān yang masih bersifat umum
Memperkuat pernyataan yang ada dalam al-Qur’ān
Menerangkan maksud dan tujuan ayat
Menetapkan hukum baru yang tidak terdapat dalam al-Qur’ān h) Macam-Macam Hadis
Ditinjau dari segi perawinya, hadis terbagi ke dalam tiga bagian, yaitu seperti berikut.
Hadis mutawattir adalah hadis yang diriwayatkan oleh banyak perawi, baik dari kalangan para sahabat maupun generasi sesudahnya dan dipastikan di antara mereka tidak bersepakat dusta.
Hadis Masyhur adalah hadis yang diriwayatkan oleh dua orang sahabat atau lebih yang tidak mencapai derajat mutawattir namun setelah itu tersebar dan diriwayatkan oleh sekian banyak tabi’³n sehingga tidak mungkin bersepakat dusta.
Hadis Ahad adalah hadis yang hanya diriwayatkan oleh satu atau dua orang perawi sehingga tidak mencapai derajat mutawattir.
Dilihat dari segi kualitas orang yang meriwayatkannya (perawi), hadis dibagi ke dalam tiga bagian berikut.
Hadis Śahih adalah hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang adil, kuat hafalannya, tajam penelitiannya, sanadnya bersambung kepada Rasulullah saw., tidak tercela, dan tidak bertentangan dengan riwayat orang yang lebih terpercaya. Hadis ini dijadikan sebagai sumber hukum dalam beribadah (hujjah).
Hadis Hasan, adalah hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang adil, tetapi kurang kuat hafalannya, sanadnya bersambung, tidak cacat, dan tidak bertentangan.
Hadis Da’if, yaitu hadis yang tidak memenuhi kualitas hadis sahih dan hadis hasan. Para ulama mengatakan bahwa hadis ini tidak bisa dijadikan sebagai hujjah, tetapi dapat dijadikan sebagai motivasi dalam beribadah.
Hadis Maudu’, yaitu hadis yang bukan bersumber kepada Rasulullah saw.
atau hadis palsu. Dikatakan hadis padahal sama sekali bukan hadis.
i) Pengertian Ijtihād
Kata ijtihād berasal bahasa Arab ijtahada-yajtahidu-ijtihādan yang berarti mengerahkan segala kemampuan, bersungguh-sungguh mencurahkan tenaga, atau bekerja secara optimal. Orang yang melakukan ijtihād dinamakan mujtahid.
j) Syarat-Syarat berijtihād
Memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam.
Memiliki pemahaman mendalam tentang bahasa Arab, ilmu tafsir, usul
fikih, dan tarikh (sejarah).
Memahami cara merumuskan hukum (istinba¯).
Memiliki keluhuran akhlak mulia.
k) Kedudukan Ijtihād
Ijtihād memiliki kedudukan sebagai sumber hukum Islam setelah al-Qur’ān dan hadis. Ijtihād dilakukan jika suatu persoalan tidak ditemukan hukumnya dalam al-Qur’ān dan hadis. Namun demikian, hukum yang dihasilkan dari ijtihād tidak boleh bertentangan dengan al-Qur’ān maupun hadis.
l) Bentuk-bentuk Ijtihād
Ijma’adalah kesepakatan para ulama ahli ijtihād dalam memutuskan suatu perkara atau hukum.
Qiyas adalah mempersamakan/menganalogikan masalah baru yang tidak terdapat dalam al-Qur’ān atau hadis dengan yang sudah terdapat hukumnya dalam al-Qur’ān dan hadis karena kesamaan sifat atau karakternya.
Maślahah Mursalah artinya penetapan hukum yang menitikberatkan pada kemanfaatan suatu perbuatan dan tujuan hakiki-universal terhadap syari’at Islam.
m) Pembagian Hukum Islam
Para ulama membagi hukum Islam ke dalam dua bagian, yaitu hukum taklifi dan hukum wad’i. Hukum taklifi adalah tuntunan Allah Swt. yang berkaitan dengan
perintah dan larangan. Hukum wad’i adalah perintah Allah Swt. Yang merupakan sebab, syarat, atau penghalang bagi adanya sesuatu.
Hukum Taklifi - Wajib (fardu) - Sunnah (mandub) - Haram (tahrim) - Makruh (Karahah) - Mubah (al-Ibahah)
15.Prinsip-prinsip dan praktik ekonomi islam A. Muamalah
Muamalah artinya hal-hal ang termasuk urusan kemasyarakatan (pergaulan, perdata dan sebagainya). Sementara dalam fiqh islam berarti tukar-menukar barang atau sesuatu yang memberi manfayat dengan cara yang ditempuhna, seperti jual-beli, sewa-menyewa, upah-mengupah, pinjam-meminjam, urusan bercocok tanam, berserikat dan lainnya.
Islam melarang beberapa hal diantaranya :
1. Tidak boleh mempergunakan cara-cara yang batil 2. Tidak boleh melakukan kegiatan ria
3. Tidak boleh dengan cara-cara zalim
4. Tidak boleh mempermainkan takaryan, timbangan, kualitas dan kehalalan 5. Tidak boleh dengan cara-cara berjudi
6. Tidak boleh melakukan transaksi jual-beli barang haram B. Macam-Macam Muamalah
1. Jual-beli
Jual-beli adalah kesepakatan tukar-menukar benda untuk memiliki benda tersebut selamanya. Hal ini disebutkan dalam firman Allah Swt. Surah Al- Baqarah ayat 275.
“Wa ahlallaahul baya’ waharramarribaa” (...dan Allah Swt. telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba...)
a. Syarat-Syarat Jual-Beli
1) Penjual dan Pembeli haruslah : - Balig
- Berakal sehat
- Atas kehendak sendiri
2) Uang dan barangnya haruslah : - Halal dan suci
- Bermanfayat
“innalmubazziriina kaanuuu ikhwaanassyayathiin.Wakaanassyaythoonu lirabbihii kafuuraa.”(Sesungguhnay, pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar pada tuhannya) - Keadaan barang dapat diserahterimakan.
- Keadaan barang diketahui penjual dan pembeli
- Milik sendiri 3)Ijab Qobul b. Khiyar
1)Pengertian khiyar
Khiyar adalah bebas memutuskan antara meneruskan jual-beli atau membatalkannya. Penjual berhak mempertahankan harganya dan pembeli berhak menawarnya.
2)Macam-macam Khiyar
- Khiyar majelis : selama penjual dan pembeli masih berada di tempat transaksi.
Keduanya berhak memutuskan, meneruskan, atau membatalkan jual-beli - Khiyar syarat : khiyar yang dijadikan syarat dalam jual-beli
- Khiyar Aibi : pembeli boleh mengembalikan barang yang dibelinya jika terdapat cacat yang dapat mengurangi kualitas, namun hendaknya dilakukan segera mungkin.
c. Riba
1)Pengertian Riba
Riba adalah bunga uang atau nilai lebih atas penukaryan barang.
2)Macam-Macam Riba
- Riba Fadli : pertukaryan barang sejenis yang tidak sama timbangannya.
Contohnya cincin emas 22 karyat 10 gram ditukar dengan cincin emas 22 karyat 11 gram.
- Riba Qordi : pinjam-meminjam dengan syarat harus memberi kelebihan sayat mengembalikannya. Contohnya seseorang meminjam dari si A sejumlah 10.000, tapi si A hana bersedia meminjam apabila seseorang itu
mengembalikan 12.000
- Riba yadi : akad jual-beli barang sejenis dan sama timbangannya, namun penjual dan pembeli berpisah sebelum melakukan serah terima. Contohnya penjualan kacang yang masih di dalam tanah.
2. Utang-piutang
a. Pengertian Utang-Piutang
Utang-piutang adalah menyerahkan harta dan benda kepada seseorang dengan catatan akan dikembalikan pada waktu kemudian
b. Rukun Utang-Piutang
- Yang berpiutang dan yang berutang - Ada harta atau barang
- Lafadz kesepakatan
c. Ayat yang menjelaskan tentang utang-piutang Surah Al-baqarah ayat 280
3. Sewa-Menyewa
a. Pengertian Sewa-Menyewa
Sewa-menyewa dalam islam disebut ijarah, artinya imbalan yang harus diterima oleh seseorang atas jasa yang diberikannya.
b. Syarat dan rukun sewa-menyewa
- Yang menyewakan dan yang menyewa haruslah telah balig dan berakal sehat - Sewa-menyewa dilangsungkan atas kemauan masing-masing
- Barang tersebut menjadi hak sepenuhnya orang ang menyewakan - Ditentukan barangnya serta keadaan dan sifatnya
- Manfayat yang akan diambil dari barang tersebut harus diketahui secara jelas oleh kedua pihak.
- Berapa lama memanfayatkan barang tersebut harus ditentukan dengan jelas - Harga sewa dan cara pembayarannya harus ditentukan dengan jelas
c. Ayat-ayat yang menjelaskan tentang sewa-menyewa - Al-baqarah ayat 233
- At-Talaq ayat enam 5 C. Syirkah
Secara bahasa, syirkah adalah mencampurkan dua bagian atau lebih sehingga tidak dapat lagi dibedakan antara bagian yang satu dengan bagian lainnya.
Menurut istilah, syirkah adalah suatu akad yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih yang bersepakat untuk melakukan suatu usaha dengan tujuan memperoleh keuntungan.
a. Rukun dan Syarat Syirkah
- Dua pihak yang berakad. Syarat orang yang melakukan akad adalah harus memiliki kecakapan (ahliah) melakukan tasarruf (pengolahan harta) - Objek akad yang disebut ma’qud ‘alaihi mencakup pekerjaan dan modal.
Syaratna adalah halal dan diperbolehkan dalam agama dan pengelolaannya dapat diwakilkan
- Akad atau sigat. Syaratnya adalah aktivitas pengelolaan b. Macam-Macam Syirkah
1) Syirkah ‘Inan
Syirkah ‘Inan adalah syirkah antara dua pihak atau lebih yang masing-masing memberi kontribusi kerja (amal) dan modal (mal). Syirkah ini hukumnya boleh berdasarkan dalil sunah dan ijma’ sahabat.
2) Syirkah ‘Abdan
Syirkah ‘Abdan adalah syirkah antara dua pihak atau lebih yang masing- masing hanya memberikan kontribusi kerja (amal), tanpa kontribusi modal (mal). Kontribusi kerja itu dapat berupa kerja pikiran ataupun kerja fisik.
3) Syirkah Wujuh
Syirkah Wujuh adalah kerja sama karena didasarkan pada kedudukan atau keahlian seseorang di tengah masyarakat. Syirkah wujuh adalah syirkah antara dua pihak yang sama-sama memberikan kontribusi kerja (amal) dengan pihak ketiga yang memberikan kontribusi modal (mal).
4) Syirkah Mufawadah
Syirkah mufawadah adalah syirkah antara kedua pihak atau lebihy ang menggabungkan semua jenis syirkah di atas.
5) Mudarabah
Mudarabah adalah kerja sama antara dua pihak. Pihak pertama menyediakan semua modal (sahibul mal) dan pihak lainnya menjadi pengelola atau
pengusaha (mudarrib). Mudarabah dibagi menjadi dua, yyyaitu mudarabah mutlaqa (pemilik modal dan pengelola yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis) dan mudarabah muqaadah (kebalikan dari mudarabah mutlaqa)
6) Musaqah, Muzura’ah, dan Mukhabarah a) Musaqah
Musaqah adalah kerja sama antara pemilik kebun dan petani b) Muzara’ah dan Mukhabarah
Muzara’ah adalah kerja sama dalam bidang pertanian antara pemilik lahan dan petani penggarap. Dalam kerja sama ini benih tanaman berasal dari petani. Mukhabarah sama seperti Muzara’ah, tetapi benih tanaman berasal dari pemilik lahan.
D. Perbankan
1. Pengertian perbankan
Bank adalah sebuah lembaga keuangan yang bergerak dalam menghimpun dana masyarakat dan disalurkan kembali dengan menggunakan sistem bunga.
Hakikat dan tujuan bank adalah untuk membantu masyarakat yang
memerlukan. Bank dilihat dari segi penerapan bunganya dibagi menjadi dua, yyyaitu
a. Bank Konvensional
Bank konvensional adalah bank yang fungsi utamanya menghimpun dana untuk disalurkan kepada yang memerlukan, baik perorangan maupun badan usaha.
b. Bank Islam atau bank syari’ah
Bank islam adalah bank yang menjalankan operasinya menurut syariat islam.
Bank islam menggunakan beberapa cara yang bersih dari riba, misal 1) Mudarabah : kerja sama antara pemilik modal dan pengusaha dengan
perjanjian bagi hasil dan sama-sama menanggung kerugian dengan persentase sesuai perjanjian.
2) Musarakah : kerja sama antara pihak bank dan pengusaha di mana masing- masing pihak sama-sama memiliki saham
3) Wadi’ah : jasa penitipan uang, barang, deposito, maupun surat berharga.
4) Qardul hasan : pembiayaan lunak yang diberikan kepada nasabah ang baik dalam keadaan darurat
5) Murabahah : jenis penjualan di mana penjual sepakat dengan pembeli untuk menyediakan suatu produk, dengan ditambah jumlah keuntungan tertentu di atas biaya produksi.
E. Asuransi Syari’ah
1. Prinsip-prinsip Asuransi Syari’ah
Dalam bahasa arab asuransi dikenal dengan at-Tamin yang berarti pertanggungan, perlindungan, keamanan, ketenangan atau bebas dari perasaan takut. Si penanggung disebut mu’ammin dan tertanggung disebut musta’min. Ayat al-Qur’an yang mendukung asuransi yyyaitu al-Maidah ayat 2.
2. Perbedaan Asuransi Syari’ah dan Asuransi Konvensional
- Pada Asuransi Konvensional dikenal dengan dana hangus, tetapi di asuransi syari’ah tidak ada
- Pada Asuransi Konvensional dapat terjadi jual-beli atas resiko kerugian yang belum terjadi, tetapi di asuransi syari’ah tidak ada
16.Haji
a) Pengertian
Pengertian haji secara istilah (terminologi) adalah pergi beribadah ke tanah suci (Mekah), melakukan tawaf, sa’i, dan wukuf di Padang Arafah serta melaksanakan semua ketentuan-ketentuan haji di bulan Zulhijah. Hukum melaksanakan haji adalah wajib bagi setiap muslim yang mampu.
b) Syarat Haji
Mampu (kuasa), Islam, berakal, balig, merdeka, ada bekal, dan aman dalam perjalanan.
c) Rukun Haji
Ihram : berniat untuk mulai mengerjakan ibadah haji dengan memakai kain putih yang tidak dijahit. Ibadah ini dimulai setelah sampai di miqat (batas- batas yang telah ditetapkan). Miqat ini dibagi dua yaitu:
- miqat zamani, yakni batas yang telah ditentukan berdasarkan waktu.
Mulai bulan Syawal sampai terbit fajar tanggal 10 Zulhijah. Maksudnya, hanya pada masa itulah ibadah haji bisa dilaksanakan.
- miqat makani yakni, batas yang telah ditetapkan berdasarkan tempat.
Wukuf di Arafah
Wukuf di Arafah adalah berhenti di Padang Arafah sejak tergelintirnya matahari tanggal 9 Zulhijah sampai terbit fajar pada tanggal 10 Zulhijah.
Tawaf Ifadah : adalah mengelilingi Kakbah sebanyak 7 kali dengan syarat sebagai berikut.
- Suci dari hadas dan najis baik badan maupun pakaian.
- Menutup aurat.
- Kakbah berada di sebelah kiri orang yang mengelilinginya.
- Memulai tawaf dari arah hajar aswad (batu hitam) yang terletak di salah satu pojok di luar Kakbah.
Macam-macam tawaf itu sendiri ada lima macam yaitu seperti berikut ini.
- Tawaf qudum adalah tawaf yang dilakukan ketika baru sampai di Mekah - Tawaf ifadah adalah tawaf yang menjadi rukun haji
- Tawaf sunah adalah tawaf yang dilakukan semata-mata mencari rida Allah.
- Tawaf nazar adalah tawaf yang dilakukan untuk memenuhi nazar.
- Tawaf wada adalah tawaf yang dilakukan sebelum meninggalkan kota Mekah
Sa’i : lari-lari kecil atau jalan cepat antara Safa dan Marwa. Syarat-syarat sa’i adalah sebagai berikut.
- Dimulai dari bukit Safa dan berakhir di bukit Marwa.
- Dilakukan sebanyak tujuh kali.
- Melakukan sa’i setelah tawaf qudum.
Tahalul : mencukur atau menggunting rambut sedikitnya tiga helai.
Tertib.
d) Wajib Haji
Ihram mulai dari miqat.
Bermalam di Muzdalifah pada malam hari raya haji.
Melempar Jumratul Aqabah.
Melempar tiga jumrah, yakni jumrah ula, jumrah wusta, dan jumrah aqabah.
Melempar jumrah ini dilakukan setiap hari pada tanggal 11, 12, dan 13 bulan Zulhijah dan waktunya setelah tergelincir matahari. Masing-masing jumrah dilempar sebanyak 7 (tujuh) kali dengan batu kecil.
Bermalam di Mina.
Tawaf wada.
Menjauhkan diri dari larangan atau perbuatan yang diharamkan dalam ihram dan umrah yaitu sebagai berikut.
- Bagi pria dilarang memakai pakaian berjahit.
- Menutup kepala bagi pria dan menutup muka bagi wanita - Memotong kuku.
- Membunuh hewan buruan.
- Memakai wangi-wangian.
- Hubungan suami isteri (bersetubuh)
- Mengadakan aqad nikah (kawin atau mengawinkan).
- Memotong rambut atau bulu badan yang lain.
e) Sunah Haji
Ifrad : melakukan haji lebih dahulu, kemudian barn umrah.
Tamattu : mendahulukan umrah, kemudian haji.
Qiran : ibadah haji dan umrah dilakukan secara bersama-sama.
Membaca talbiyah selama dalam ihram sampai melempar jumrah aqabah pada Hari Raya Haji. (Idul Adha).
Berdoa setelah membaca talbiyah.
Berzikir sewaktu tawaf.
Salat dua rakaat sesudah tawaf.
Masuk ke Kakbah (Baitullah) 17.Zakat
a) Pengertian zakat
Sejumlah harta yang wajib dikeluarkan oleh umat Islam untuk diberikan kepada orang yang berhak menerimanya, misalnya fakir miskin, sesuai dengan ketentuan syariat Islam. Sedangkan dari segi bahasa, pengertian zakat adalah bersih, suci, subur, berkat, dan berkembang.
b) Jenis-jenis zakat
Zakat Fitrah : Zakat fitrah disebut juga dengan zakat Nafs (jiwa), yaitu zakat yang wajib dilakukan oleh setiap muslim ketika menjelang Idul Fitri pada bulan suci Ramadan. Tujuan dari zakat fitrah ini adalah untuk membersihkan diri dengan memberikan beras atau makanan pokok kepada yang berhak atau membutuhkan. Adapun besar zakat yang diberikan adalah minimal 2,5 kilogram atau 3,5 liter makanan pokok di daerah tertentu. Misalnya di Indonesia makanan pokoknya adalah nasi, maka zakat fitrah dapat diberikan pada yang berhak dalam bentuk beras sebanyak 3,5 liter atau 2,5 kg.
Zakat Maal : Zakat maal (harta) adalah pemberian zakat dari pendapatan umat Islam, misalnya dari perdagangan, pertanian, hasil laut, ternak, dan lain
sebagainya. Setiap jenis penghasilan umat Islam tersebut dihitung dengan cara tersendiri.
c) Penerima hak zakat
Fakir, yaitu golongan masyarakat yang nyaris tidak memiliki apapun sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan utama dalam hidupnya.
Miskin, yaitu golongan masyarakat yang hartanya sangat sedikit tapi masih dapat memenuhi kebutuhan pokok hidupnya.
Amil, yaitu orang-orang yang mengumpulkan zakat dan membagikannya kepada yang berhak.
Mu’allaf, yaitu orang-orang yang baru memeluk agama Islam dan membutuhkan bantuan dalam menyesuaikan kondisi hidupnya.
Gharimin, yaitu orang-orang yang memiliki utang untuk mencukupi kebutuhannya dimana kebutuhan tersebut halal tapi tidak sanggup untuk membayar utangnya tersebut.
Fisabilillah, yaitu mereka yang berjuang di jalan Allah. Misalnya pendakwah, orang yang negaranya mengalami peperangan, dan lainnya.
Ibnus Sabil, yaitu orang-orang yang mengalami kehabisan uang dalam perjalanannya.
Hamba sahaya, yaitu budak atau orang-orang yang ingin memerdekakan dirinya
18.Wakaf
a) Pengertian Wakaf
Secara bahasa, wakaf berasal dari bahasa Arab yang artinya menahan (alhabs) dan mencegah (al-man’u). Wakaf menurut istilah syar’i adalah suatu ungkapan yang mengandung penahanan harta miliknya kepada orang lain atau lembaga dengan cara menyerahkan suatu benda yang kekal zatnya untuk diambil manfaatnya oleh masyarakat. Hukum wakaf adalah sunnah.
b) Rukun dan Syarat Wakaf
1. Orang yang berwakaf (al-wakif), dengan syarat-syarat sebagai berikut.
Memiliki secara penuh harta itu, artinya dia merdeka untuk mewakafkan harta itu kepada siapa yang ia kehendaki.
Berakal, tidak sah wakaf orang bodoh, orang gila, atau orang yang sedang mabuk.
Balig.
Mampu bertindak secara hukum (rasyid). Implikasinya orang bodoh, orang yang sedang bangkrut (muflis) dan orang lemah ingatan tidak sah mewakafkan hartanya.
2. Benda yang diwakafkan (al-mauquf), dengan syarat-syarat sebagai berikut.
Barang yang diwakafkan itu harus barang yang berharga.
Harta yang diwakafkan itu harus diketahui kadarnya. Jadi, apabila harta itu tidak diketahui jumlahnya (majhul), pengalihan milik pada ketika itu tidak sah.
Harta yang diwakafkan itu pasti dimiliki oleh orang yang berwakaf (wakif).
Harta itu harus berdiri sendiri, tidak melekat kepada harta lain (mufarrazan) atau disebut juga dengan istilah gaira śai’.
3. Orang yang menerima manfaat wakaf (al-mauquf ‘alaihi) atau sekelompok orang/badan hukum yang disertai tugas mengurus dan memelihara barang
wakaf. Dari segi klasifikasinya orang yang menerima wakaf ini ada dua macam, yaitu seperti berikut.
Tertentu (mu’ayyan), yaitu jelas orang yang menerima wakaf itu, apakah
seorang, dua orang, atau satu kumpulan yang semuanya tertentu dan tidak boleh diubah.
Tidak tertentu (gaira mu’ayyan), yaitu tempat berwakaf itu tidak ditentukan secara terperinci, umpamanya seseorang untuk orang fakir, miskin, tempat ibadah, dan lain-lain. Syarat-syarat yang berkaitan dengan ghaira mu’ayyan, yaitu bahwa yang akan menerima wakaf itu hendaklah dapat menjadikan wakaf itu untuk kebaikan yang dengannya dapat mendekatkan diri kepada Allah Swt. dan hanya ditujukan untuk kepentingan Islam saja.
4. Lafaz atau ikrar wakaf (¡igat), dengan syarat-syarat sebagai berikut.
Ucapan itu harus mengandung kata-kata yang menunjukkan kekalnya (ta’bid). Tidak sah wakaf kalau ucapan dengan batas waktu tertentu.
Ucapan itu dapat direalisasikan segera (tanjiz), tanpa disangkutkan atau digantungkan kepada syarat tertentu.
Ucapan itu bersifat pasti.
Ucapan itu tidak diikuti oleh syarat yang membatalkan.
c) Harta Wakaf dan Pemanfaatannya
Harta benda wakaf terdiri dari benda tidak bergerak dan benda bergerak.
1) Wakaf benda tidak bergerak
Hak atas tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, baik yang sudah maupun yang belum terdaftar.
Bangunan atau bagian bangunan yang berdiri di atas tanah.
Tanaman dan benda lain yang berkaitan dengan tanah.
Hak milik atas satuan rumah susun sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2) Wakaf benda bergerak
Wakaf uang dilakukan oleh Lembaga Keuangan Syari’ah yang ditunjuk oleh Menteri Agama. Dana wakaf berupa uang dapat diinvestasikan pada asetaset finansial dan pada aset ril.
Logam mulia, yaitu logam dan batu mulia yang sifatnya memiliki manfaat jangka panjang.
Surat berharga.
Kendaraan.
Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI). HAKI mencakup hak cipta, hak paten, merek, dan desain produk industri.
Hak sewa seperti wakaf bangunan dalam bentuk rumah.
d) Pengelolaan Wakaf dan Problematikanya 1) Dasar Wakaf
UU RI No.41 Tahun 2004 tentang wakaf tanggal 27 Oktober 2004.
Peraturan Menteri Agama No.1 Tahun 1998 tentang Peraturan Pelaksanaan PP No. 28 Tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik.
Inpres No. 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam.
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 6 Tahun 1977 tentang Tata Cara Pendaftaran Tanah Mengenai Perwakafan Tanah Milik.
UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, khususnya pasal 5, 14 (1), dan 49, PP No. 28 Tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik.
2) Tata cara perwakafan tanah milik
Perorangan atau badan hukum yang mewakafkan tanah hak miliknya diharuskan datang sendiri di hadapan Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW) untuk melaksanakan ikrar wakaf.
Calon wakif sebelum mengikrarkan wakaf, terlebih dahulu harus
menyerahkan surat-surat (sertifikat, surat keterangan, dan lain-lain) kepada PPAIW.
PPAIW meneliti surat dan syarat-syaratnya dalam memenuhi untuk pelepasan hak atas tanah.
Di hadapan PPAIW dan dua orang saksi, wakif mengikrarkan dengan jelas, tegas, dan dalam bentuk tertulis. Apabila tidak dapat menghadap PPAIW dapat membuat ikrar secara tertulis dengan persetujuan dari Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan.
PPAIW segera membuat akta ikrar wakaf dan mencatat dalam daftar akta ikrar wakaf dan menyimpannya bersama aktanya dengan baik.
3) Sertifikasi Tanah Wakaf 4) Ruilslag Tanah Wakaf
Nazir wajib mengelola harta benda wakaf sesuai peruntukan. Ia dapat mengembangkan potensi wakaf asalkan tidak mengurangi tujuan dan peruntukan wakaf.
5) Sengketa Wakaf
e) Prinsip-Prinsip Pengelolaan Wakaf
Seluruh harta benda wakaf harus diterima sebagai sumbangan dari wakif dengan status wakaf sesuai dengan syariah.
Wakaf dilakukan dengan tanpa batas waktu.
Wakif mempunyai kebebasan memilih tujuan-tujuan sebagaimana yang diperkenankan oleh syariah.
Jumlah harta wakaf tetap utuh dan hanya keuntungannya saja yang akan dibelanjakan untuk tujuan-tujuan yang telah ditentukan oleh wakif.
Wakif dapat meminta keseluruhan keuntungannya untuk tujuan-tujuan yang telah ia tentukan
19.Khutbah, tablig, dan dakwah A. Khutbah
Khutbah adalah memberi nasehat dalam kegiatan beribadah seperti ; salat (salat Jum’at, Idul Fitri, Idul Adha, Istisqo, dan Kusuf), wukuf, dan nikah. Menurut
istilah, khutbah berarti kegiatan ceramah kepada sejumlah orang Islam dengan syarat dan rukun tertentu yang berkaitan langsung dengan sunah ibadah. Khutbah diawali dengan hamdallah, salawat, wasiat taqwa, dan doa.
a. Syarat Khatib - Islam
- Balig
- Berakal sehat
- Mengetahui ilmu agama
- Seorang khatib harus memahami aqidah yang sahihah - Seorang khatib harus memahamai fiqh
- Seorang khatib harus memperhatikan masyarakat - Seorang khatib sepantasnya harus seorang yang salih b. Syarat dua Khutbah
- Khutbah dilaksanakan sesudah masuk waktu zuhur - Khatib duduk diantara dua khutbah
- Khutbah diucapkan dengan suara yang keras dan jelas - Tertib
c. Rukun Khutbah - Basmalah
- Salam - Adzan
- Membaca hamdallah - Membaca sahadatain - Membaca shalawat - Berwasiat taqwa
- Membaca ayat al-Qur’an pada salah satu khutbah - Berdoa pada khutbah kedua
d. Sunah Khutbah
- Khatib berdiri ketika khutbah
- Mengawali khutbah dengan memberi salam
- Khutbah hendaknya jelas, mudah dipahami, dan tidak terlalu panjang - Khatib menghadap jamaah ketika sedang khutbah
- Menertibkan rukun khutbah
- Membaca surat al-Ikhlas ketika duduk di antara dua khutbah B. Tablig
Tablig berasal dari kata balagga yang berarti menyampaikan, memberitahukan dengan lisan. Menurut istilah, tablig adalah kegiatan menyampaikan “pesan” dari Allah Swt. secara lisan kepada satu orang islam atau lebih untuk diketahui dan diamalkan isinya.
a. Syarat Mubalig - Islam
- Balig
- Berakal sehat
- Mendalami ajaran islam
b. Etika dalam menampaikan tablig
- Bersikap lemah lembut, tidak kasar, dan tidak merusak - Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
- Mengutamakan musyawarah dan berdiskusi untuk memperoleh kesepakatan bersama
- Materi dakwah yang disampaikan harus mempunyai dasar hukum yang kuat dan jelas sumbernya
- Menyampaikan dengan ikhlas dan sabar, sesuai dengan kondisi, psikologis, dan sosiologis para pendengarnya atau penerimanya.
- Tidak menghasut orang lain untuk bermusuhan, merusak, berselisih, dan mencari-cari kesalahan orang lain.
C. Dakwah
Dakwah berasal dari kata da’wah yang artinya memanggil, menyeru, mengajak pada sesuatu hal. Menurut istilah, dakwah adalah kegiatan mengajak orang lain, seseorang atau lebih ke jalan Allah Swt. secara lisan atau perbuatan.
a. Syarat da’i - Islam - Balig - Berakal
- Mendalami ajaran islam b. Etika dalam berdakwah
- Dakwah dilaksanakan dengan hikmah
- Dakwah dilakukan dengan mauizatul hasanah atau nasihat yang baik
- Dakwah dilaksanakan dengan memberi contoh yang baik (uswatun hasanah) - Dakwah dilakukan dengan mujadalah
c. Ayat-ayat al-Qur’an ang menjelaskan tentang dakwah - Ali-Imran ayat 104
- An-Nahl ayat 125
20.Substansi dan keberhasilan dakwah Nabi Muhammad saw di Makkah a) Dakwah secara diam-diam (sembunyi-sembunyi) selama 3-4 tahun
Dakwah ini dilakukan setelah beliau menerima wahyu (QS. Al-Mudatstsir/75: 1- 6). Pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi ini, Rasulullah SAW menyeru untuk masuk Islam, orang-orang yang berada di lingkungan rumah tangganya sendiri dan kerabat serta sahabat dekatnya. Mengenai orang-orang yang telah memenuhi seruan dakwah Rasulullah SAW tersebut adalah: Khadijah binti Khuwailid (istri Rasulullah SAW, wafat tahun ke-10 dari kenabian), Ali bin Abu Thalib (saudara sepupu Rasulullah SAW yang tinggal serumah dengannya), Zaid bin Haritsah (anak angkat Rasulullah SAW), Abu Bakar Ash-Shiddiq (sahabat dekat Rasulullah SAW) dan Ummu Aiman (pengasuh Rasulullah SAW pada waktu kecil).
b) Dakwah di kalangan keluarga
c) Dakwah secara terang-terangan
Tahap-tahap dakwah Rasulullah SAW secara terang-terangan ini antara lain sebaga berikut
- Mengundang kaum kerabat keturunan dari Bani Hasyim, untuk menghadiri jamuan makan dan mengajak agar masuk Islam.
- Rasulullah SAW mengumpulkan para penduduk kota Mekah, terutama yang berada dan bertempat tinggal di sekitar Ka’bah untuk berkumpul di Bukit Shafa.
d) Dakwah kepada berbagai suku di sekitar Makkah
e) Dakwah dengan cara rekruitment ( ad-da’wah ‘alal isthifa’ ).
Dari sekian banyak masyarakat quraisy, yang dibidik pertama rasulullah pada masa ini meliputi ; dari kalangan wanita istrinya sendiri Khadijah, dari kalangan remaja Ali bin Abi Thalib, dan dari kalangan pemuka dan tokoh masyarakat adalah Abu Bakar As-shidiq.
f) Dakwah dengan memberdayakan kaum wanita.
g) Dakwah difokuskan pada pembinaan aqidah.
h) Dakwah dengan menggunakan media umum ( dakwah ‘ammah ).
i) Dakwah dengan tulisan ( surat ) 21.Perkembangan islam pada masa kejayaan 22.Perkembangan islam pada masa modern
23.Strategi dakwah dan perkembangan islam di Indonesia 24.Faktor kemajuan peradaban islam di dunia
Terjadinya asimilasi antara bangsa Arab dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu mengalami perkembangan dalam ilmu pengetahuan.
Pluralistik dalam pemerintahan dan politik
Stabilitas Pertumbuhan Ekonomi dan Politik
Gerakan Penterjemahan
Para penterjemah yang terkenal pada masa itu, antara lain :
- Hunain ibn Ishaq, ilmuwan yang mahir berbahasa arab dan yunani.
Menerjemahkan 20 buku Galen ke dalam bahasa Syiria dan 20 buku dalam Bahasa Arab.
- Ishaq ibn Hunain ibn Ishaq
- Tsabit bin Qurra
Berdirinya perpusatakaan-perpustakaan dan menjadi pusat penterjemahan dan kajian ilmu pengetahuan
25.Faktor kemunduran islam di dunia Faktor internal :
- Pemimpin tidak bertanggung jawab - Adanya pengkhianat
- Desentralisasi - Pajak berlebihan
- Perpecahan antara arab dan non arab - Menurunnya keamanan
- Kelaparan - Wabah penyakit - Serangan al-Ghazali Faktor eksternal :
- Pengaruh negatif dari aliran alam pikiran islam sebelumnya - Pengaruh perang bumi hangus