National Conference on Social Science and Religion (NCSSR 2022)
473IMPLEMENTASI KEWAJIBAN PEMERINTAH DALAM PEMUNGUTAN SAMPAH WARGA DIKOTA PEKANBARU
Doni Saputra
1)
Pascasarjana Magister Ilmu Hukum, Universitas Lancang Kuning, Indonesia Email: [email protected]
Abstract: The purpose of this study was to analyze the implementation, obstacles and efforts in the Government's Obligations to Collect Waste for Residents in Pekanbaru City. The method used is a sociological legal research. Based on the results of the study, it is known that the Implementation of Government Obligations in Collecting Waste for Residents in Pekanbaru City has not been going well because there is still a lot of garbage in Pekanbaru City that is disposed of carelessly, this is due to the absence of organic and non-organic containers for waste disposal in the Pekanbaru City area. This also has an impact on the fact that there is still a lot of garbage piled up in Pekanbaru City, even places that are not dumped are used as garbage dumps by the community. Efforts to overcome obstacles include the need for a budget to provide a place for organic and non-organic waste disposal, the need for waste disposal facilities and infrastructure, and the need for legal counseling to people who dispose of waste carelessly or inappropriately.
Keywords: Implementation, Obligations, Garbage Collection
Abstrak: Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menganalisis implementasi, hambatan dan upaya dalam Kewajiban Pemerintah Dalam Pemungutan Sampah Warga Dikota Pekanbaru. Metode yang dipergunakan adalah penelitian hukum sosiologis. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Implementasi Kewajiban Pemerintah Dalam Pemungutan Sampah Warga Dikota Pekanbaru bahwa belum berjalan dengan baik karena masih banyak sampah di Kota Pekanbaru yang dibuang sembarangan, hal ini disebabkan belum adanya wadah organik dan non organik untuk pembuangan sampah di daerah Kota Pekanbaru Khususnya, hal ini juga berdampak pada masih banyak ditemukan sampah yang menumpuk di Kota Pekanbaru, bahkan ditempat yang bukan pembuangan pun dijadikan tempat pembuangan sampah oleh masyarakat. Upaya mengatasi hambatan bahwa perlunya anggaran dalam menyediakan tempat pembuangan sampah organik dan non organik, perlunya sarana dan prasarana pembuangan sampah, dan perlunya penyuluhan hukum kepada masyarakat yang membuang sampah sembarangan atau tidak pada tempatnya.
Kata Kunci: Implementasi, Kewajiban, Pemungutan Sampah
National Conference on Social Science and Religion (NCSSR 2022)
474 PendahuluanBatasan lingkungan hidup adalah semua benda, daya, dan kehidupan, termasuk di dalamnya manusia dan tingkah lakunya yang terdapat dalam suatu ruang, yang mempengaruhi kelangsungan dan kesejahteraan manusia. Sampah merupakan masalah kompleks yang sering dihadapi, baik oleh negara maju maupun negara berkembang.
Sampah merupakan masalah yang harus dihadapi oleh masyarakat, karena sampah merupakan salah satu wujud pencemaran lingkungan, dimana karena aktivitas manusia (faktor eksternal) menyebabkan lingkungan hidup menjadi tercemar dan kotor. Setiap aktivitas manusia pasti menghasilkan sampah dengan tingkat konsumsi manusia terhadap barang/material yang digunakan sehari-hari. Demikian juga dengan jenis sampah, sangat tergantung dari jenis material yang dikonsumsi. Tanggung jawab pemerintah dan kesadaran masyarakat untuk melestarikan lingkungan serta diperlukannya upaya pengelolaan sampah yang ramah lingkungan dan berkelanjutan sehingga memberikan manfaat positif bagi lingkungan.
Dinamika pembangunan Kota Pekanbaru yang cukup pesat serta diiringi oleh pertumbuhan penduduk yang demikian cepat telah membawa konsekuensi pada peningkatan volume sampah oleh masyarakat. Pertumbuhan penduduk, industri, investasi dan perdagangan yang pesat di Kota Pekanbaru menghasilkan sampah domestik lebih kurang 1.100 ton per hari. Dengan jumlah timbulan sampah sedemikian, maka kondisi lingkungan Kota Pekanbaru masuk dalam kategori permasalahan kebersihan yang kompleks. Artinya perlu penanganan yang cepat, tepat, cermat, maju dan terarah dari Pemerintah Daerah melalui kebijakan terkait. Dalam rangka menyelenggarakan pengelolaan sampah secara terpadu dan komprehensif, pemenuhan hak dan kewajiban masyarakat, serta pelaksanaan tugas dan wewenang Pemerintah Daerah untuk melaksanakan pelayanan publik, diperlukan payung hukum dalam bentuk Peraturan Daerah. Pasal 47 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga dan Pasal 44 Ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pengelolaan Sampah menyebutkan bahwa Pemerintah Daerah perlu segera menetapkan Peraturan Daerah yang mengatur tentang Pengelolaan Sampah.
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 8 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Sampah Pasal 66 Ayat (1) Huruf a Setiap orang dilarang membuang sampah sembarangan di jalan, taman atau tempat umum. Sehingga untuk memberikan efek jera terhadap masyarakat yang membuang sampah pada tempat umum, maka di pertegas dengan memberikan sanksi berupa sanksi pidana berupa denda sebesar Rp. 2.500.000,00 (dua juta lima ratus ribu rupiah). Akan tetapi, pelaksanaannya di sekitaran masyarakat seringkali membuang sampah secara sembarangan pada tempat umum pun dijadikan tempat pembuangan sampah oleh masyarakat serta ada juga lahan kosong milik orang lain yang dijadikan pembuangan sampah.
Dengan demikian dari latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah yang diambil yaitu Bagaimana Implementasi Kewajiban Pemerintah Dalam Pemungutan Sampah Warga Dikota Pekanbaru?. Bagaimana Hambatan Dalam Implementasi Kewajiban Pemerintah Dalam Pemungutan Sampah Warga Dikota Pekanbaru?. Bagaimana Upaya Mengatasi Hambatan Dalam Implementasi Kewajiban Pemerintah Dalam Pemungutan Sampah Warga Dikota Pekanbaru?
Metode Penelitian
Penelitian hukum sosiologis adalah penelitian yang dilakukan dengan cara mengadakan identifikasi hukum bagaimana efektivitas hukum itu berlaku dalam
National Conference on Social Science and Religion (NCSSR 2022)
475 masyarakat yang membahasas tentang Implementasi Kewajiban Pemerintah Dalam Pemungutan Sampah Warga Dikota Pekanbaru. Dilihat dari jenisnya maka penelitian ini dapat digolongkan kepada penelitian hukum sosiologis. Penelitian hukum sosiologis bertujuan untuk mengetahui bekerjanya hukum di dalam masyarakat. Dengan demikian, diharapkan peneliti mampu mengungkap efektifitas berlakunya hukum dalam masyarakat dan dapat mengindentifikasi hukum yang tidak tertulis yang berlaku di dalam masyarakat.Untuk memperoleh data yang akurat dan dapat dipertanggung-jawabkan, sehingga dapat memberikan gambaran permasalahan secara menyeluruh, maka dalam hal ini penulis menggunaan beberapa teknik pengumpulan data yaitu Observasi, Wawancara yang dilakukan penulis adalah wawancara terstruktur dan non struktur, dan Kajian Kepustakaan. Dalam penelitian hukum sosiologis data dapat dianalisis secara kuantitatif ataupun kualitatif. Data yang telah dikumpulkan dari Data Primer, Sekunder, dan Tersier selanjutnya dianalisis secara kualitatif. Penarikan kesimpulan dalam penelitian hukum empiris (sosiologis) dilakukan secara induktif.
Hasil dan Pembahasan
1. Implementasi Kewajiban Pemerintah Dalam Pemungutan Sampah Warga Dikota Pekanbaru
Dalam rangka menyelenggarakan pengelolaan sampah secara terpadu dan komprehensif, pemenuhan hak dan kewajiban masyarakat, serta tugas dan wewenang Pemerintah dan pemerintahan daerah untuk melaksanakan pelayanan publik, diperlukan payung hukum dalam bentuk undang-undang. Pengaturan hukum pengelolaan sampah dalam Undang-Undang ini berdasarkan asas tanggung jawab, asas berkelanjutan, asas manfaat, asas keadilan, asas kesadaran, asas kebersamaan, asas keselamatan, asas keamanan, dan asas nilai ekonomi. Pemenuhan lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi dan hak konstitusional bagi setiap warga negara Indonesia.
Berkaitan dengan pengelolaan sampah bagi pemerintah dan pemerintah daerah tidak dapat lepas dari asas-asas yang terdapat dalam Pasal 2 Undang-Undang PPLH yang diatur mengenai asas tanggung jawab negara, asas partisipatif, asas tata kelola pemerintahan yang baik; dan asas otonomi daerah. Oleh karena itu pengelolaan sampah merupakan wujud tanggungjawab negara melalui pemerintah dan pemerintah daerah.
Substansi undang-undang ini yang terkait dengan langsung mengenai pengelolan sampah yaitu Pasal 19 mengatur mengenai pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga. Pasal tersebut menyebutkan bahwa pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga terdiri atas pengurangan sampah dan penanganan sampah. Dalam hal pengurangan sampah, lebih lanjut disebutkan dalam Pasal 20 sebagai berikut : Pengurangan sampah yang dimaksud dalam meliputi kegiatan: (1) pembatasan timbulan sampah; (2) pendauran ulang sampah; dan/atau (3) pemanfaatan kembali sampah. Dalam Pasal 20 ayat (2) diatur mengenai pemerintah dan pemerintah daerah wajib melakukan kegiatan sebagai berikut: (1) menetapkan target pengurangan sampah secara bertahap dalam jangka waktu tertentu; (2) memfasilitasi penerapan teknologi yang ramah lingkungan; (3) memfasilitasi penerapan label produk yang ramah lingkungan; (4) memfasilitasi kegiatan mengguna ulang dan mendaur ulang;
(5) memfasilitasi pemasaran produk-produk daur ulang. Pasal 20 ayat (3) mengatur mengenai pelaku usaha dalam melaksanakan kegiatan yaitu menggunakan bahan produksi yang menimbulkan sampah sesedikit mungkin, dapat diguna ulang, dapat didaur ulang, dan/atau mudah diurai oleh proses alam. Pasal 20 ayat (4) mengatur mengenai masyarakat dalam melakukan kegiatan pengurangan sampah yaitu menggunakan bahan yang dapat diguna ulang, didaur ulang, dan/atau mudah diurai oleh proses alam.
National Conference on Social Science and Religion (NCSSR 2022)
476 Ketentuan yang diatur dalam penyelenggaraan pengelolaan sampah dalam Undang- Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah seharusnya mampu menangani permasalahan mengenai sampah di Indonesia. Sudah menjadi umum bahwa selama ini manajemen sampah masih menerapkan konsep Kumpul-Angkut-Buang (end of pipe). Dengan adanya undang-undang ini, maka manajemen sampah telah mengadopsi konsep 3R: Reduction (Kurangi)-Reuse (gunakan kembali)-Recycling (daur ulang).Demikian halnya dengan paradigma manajemen sampah, bila selama ini menggunakan konsep konvensional yakni sampah dianggap limbah sehingga dibuang yang memerlukan ongkos pembuangan dan pada akhirnya menjadi ancaman kesehatan bagi masyarakat.
Maka sekarang digunakan paradigma baru yang memandang sampah sebagai sumber daya yang seharusnya diolah kembali sehingga menghasilkan pendapatan yang bermuara pada kesempatan terbukanya lapangan kerja baru dan kesempatan mendapatkan penghasilan baru.
Dinamika pembangunan Kota Pekanbaru yang cukup pesat serta diiringi oleh pertumbuhan penduduk yang demikian cepat telah membawa konsekuensi pada peningkatan volume sampah oleh masyarakat. Pertumbuhan penduduk, industri, investasi dan perdagangan yang pesat di Kota Pekanbaru menghasilkan sampah domestik lebih kurang 1.100 ton per hari. Dengan jumlah timbulan sampah sedemikian, maka kondisi lingkungan Kota Pekanbaru, khususnya pemukiman masyarakat, masuk dalam kategori permasalahan kebersihan yang kompleks. Artinya perlu penanganan yang cepat, tepat, cermat, maju dan terarah dari Pemerintah Daerah melalui kebijakan terkait, sehingga hak- hak masyarakat untuk mendapatkan lingkungan yang baik dan sehat dapat diwujudkan.
Sampah merupakan konskuensi dari adanya aktivitas manusia. Seiring peningkatan populasi penduduk dan pertumbuhan ekonomi, saat ini pengelolaan sampah sebagian besar kota masih menimbulkan permasalahan yang sulit dikendalikan. Sampah adalah sesuatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai lagi oleh manusia, atau benda padat yang sudah tidak digunakan lagi dalam kegiatan manusia dan dibuang. Bahwa tidak semua sampah mampu diolah/di daur ulang kembali untuk mendapatkan keuntungan seperti yang diharapkan sebelumnya. Seperti halnya sisa dari benda-benda yang keluar dari bumi akibat gunung meletus, hal ini tidak dapat digunakan sebagai sampah yang mampu dikelola sebagai kerajinan tangan atau yang memiliki nilai ekonomi. Akan tetapi mampu digunakan sebagai kompos atau tanah subur, karena memiliki unsur hara didalamnya.
Sampah anorganik sendiri telah menjadi permasalahan selama ini, dimana sampah anorganik merupakan sampah yang tidak dapat diurai, apabila dapat diurai maka memerlukan proses yang begitu lama. Ada beberapa sumber sampah yang dapat didaur ulang, seperti sampah kertas yang dihasilkan oleh sampah industri, sampah konsumsi seperti plastik, kresek dan sebagainya. Sumber sampah tidak hanya dari masyarakat yang memiliki perilaku konsumtif terhadap suatu barang yang tidak berguna yang berada di dalam rumah, akan tetapi sumber sampah terletak disetiap tempat yang terdapat manusia disekitarnya, bahkan sampah tidak hanya berupa plastik, kertas atau kaleng, sampah bisa juga berasal dari debu atau daun-daunan yang gugur akibat tua. Sampah yang dihasilkan dari berbagai tempat yang menjadi sumber sampah dapat dijadikan proses pembelajaran, dimana dari sumber-sumber diatas dapat menjadikan masyarakat memiliki rasa tanggung jawab terhadap sampah yang telah di hasilkan oleh mereka dan dijadikan sebagai teman untuk memiliki rasa kepedulian terhadap sesamam apabila sampah yang dihasilkan telah mengganggu kenyaman orang lain dari akibatnya.
Sampah sebagai sumber daya yang mempunyai nilai ekonomi dan dapat dimanfaatkan. Pengelolaan sampah dengan paradigma baru tersebut dilakukan dengan kegiatan pengurangan dan penanganan sampah. Pengurangan sampah meliputi kegiatan
National Conference on Social Science and Religion (NCSSR 2022)
477 pembatasan, penggunaan kembali, dan pendauran ulang, sedangkan kegiatan penanganan sampah meliputi pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan akhir. Pemerintah merupakan pihak yang berwenang dan bertanggung jawab di bidang pengelolaan sampah meskipun secara operasional pengelolaannya dapat bermitra dengan badan usaha. Selain itu organisasi persampahan, dan kelompok masyarakat yang bergerak di bidang persampahan dapat juga diikut sertakan dalam kegiatan pengelolaan sampah.Implementasi Kewajiban Pemerintah Dalam Pemungutan Sampah Warga Dikota Pekanbaru bahwa belum berjalan dengan baik karena masih banyak sampah di Kota Pekanbaru yang dibuang sembarangan, hal ini disebabkan belum adanya wadah organik dan non organik untuk pembuangan sampah di daerah Kota Pekanbaru Khususnya, hal ini juga berdampak pada masih banyak ditemukan sampah yang menumpuk di Kota Pekanbaru, bahkan ditempat yang bukan pembuangan pun dijadikan tempat pembuangan sampah oleh masyarakat.
2. Hambatan Dalam Implementasi Kewajiban Pemerintah Dalam Pemungutan Sampah Warga Dikota Pekanbaru
Lingkungan hidup juga mempunyai posisi penting dalam kehidupan manusia.
Dalam kaitannya dengan konsep lingkungan ini, maka penjelasan tentang mutu lingkungan adalah relevan dan sangat penting karena mutu ligkungan merupakan pedoman untuk maencapai tujuan pengelolaan lingkungan. Pengertian mengenai pencemaran lingkungan hidup terdapat dalam Ketentuan Pasal 1 angka 14 Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup memberikan definisi Pencemaran Lingkungan Hidup sebagai masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan. Sesuai dengan pengertian dalam Pasal 1 angka 14 Undang-Undang 32 Tahun 2009 tersebut, maka unsur-unsur atau syarat mutlak untuk disebut sebagai suatu lingkungan telah tercemar haruslah memenuhi unsur-unsur sebagai berikut masuk atau dimasukkannya komponen-komponen (makhluk hidup, zat, energi, dan lain-lain), ke dalam lingkungan hidup, kegiatan manusia, dan timbul perubahan, atau melampaui baku mutu lingkungan hidup yang ditetapkan.
Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 8 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Sampah harus dipatuhi oleh semua pihak, baik dinas terkait dan masyarakat. Setiap aturan yang mengatur pelaksanaan atau tata cara bertindak yang boleh atau tidak boleh dilakukan oleh setiap pihak harus adanya pemahaman tentang aturan tersebut.
Pembuangan sampah yang tidak dilakukan dengan baik misalnya di lahan kosong atau TPA yang dioperasikan secara sembarangan pada tempat umum akan menyebabkan lahan setempat mengalami pencemaran akibat tertumpuknya sampah organik dan mungkin juga mengandung Bahan Buangan Berbahaya (B3). Bila hal ini terjadi maka akan diperlukan waktu yang sangat lama sampai sampah terdegradasi atau larut dari lokasi tersebut.
Selama waktu itu lahan setempat berpotensi menimbulkan pengaruh buruk terhadap manusia dan lingkungan sekitarnya.
Prasarana dan sarana umum berperan sebagai fasilitas yang dibutuhkan masyarakat luas yang penyediaannya dilakukan secara serentak atau massal (tidak individu). Tingkat pemenuhan kebutuhan fasilitas tersebut menjadi ukuran tingkat kesejahteraan masyarakat.
Penyediaan prasarana dan sarana umum merupakan tanggung jawab pemerintah karena menyangkut hajat hidup orang banyak. Akan tetapi, tidak berarti bahwa pemerintah harus menyediakannya secara keseluruhan karena sebagian tanggung jawab dapat diserahkan kepada pihak lain. Prasarana lingkungan merupakan kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan lingkungan dapat berfungsi sebagaimana mestinya, Untuk itu baik secara tempat pembuangan sampah belum tercapai di seluruh tempat dan juga
National Conference on Social Science and Religion (NCSSR 2022)
478 keterbatasan personil yang dimiliki dinas terkait belum maksimal.Pada hakekatnya pengelolaan sampah adalah merupakan kewajiban seluruh komponen masyarakat dan Pemerintah Daerah. Penanganan sampah tidak hanya menyangkut masalah teknis dan sistem pengelolaannya saja, akan tetapi juga menyangkut perilaku kehidupan masyarakat, sehingga dengan demikian masalah persampahan tidak akan tuntas tanpa adanya peran serta/partisipasi masyarakat dalam pengelolaannya.
3. Upaya Mengatasi Hambatan Dalam Implementasi Kewajiban Pemerintah Dalam Pemungutan Sampah Warga Dikota Pekanbaru
Regulasi mengenai peran serta masyarakat dalam hukum lingkungan ini diatur di dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Pasal 65 ayat (4) yang berisi bahwa setiap orang berhak untuk berperan dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pasal 65 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menyatakan bahwa setiap orang mempunyai hak atas lingkungan yang baik dan sehat yang merupakan bagian dari hak asasi manusia. Partisipasi atau peran serta masyarakat tersebut tidak lepas dari adanya keterbukaan informasi (transparansi) lingkungan yang dikembangkan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk mendukung pelaksanaan dan pengembangan kebijakan perlindungan dan pengelolaan lingkungan.
Batasan lingkungan hidup adalah semua benda, daya, dan kehidupan, termasuk di dalamnya manusia dan tingkah lakunya yang terdapat dalam suatu ruang, yang mempengaruhi kelangsungan dan kesejahteraan manusia serta jasad-jasad hidup lainnya, tingkah laku manusia pun merupakan bagian dari lingkungan, dalam pengertian ini istilah lingkungan hidup diartikan luas meliputi tidak saja lingkungan fisik yang biologi, melainkan juga lingkungan ekonomi, sosial, dan budaya. Tanggung jawab pemerintah dan kesadaran masyarakat untuk melestarikan lingkungan serta diperlukannya upaya pengelolaan sampah yang ramah lingkungan dan berkelanjutan sehingga memberikan manfaat positif bagi lingkungan. Dengan adanya sarana dan prasarana yang memadai akan memberikan keseimbangan antara jumlah masyarakat dengan tingkat sampah tiap tahunnya akan terkendali, sehingga tidak akan ada masyarakat yang membuang sampah pada tempat umum, ruas jalan, dan lahan milik orang lain.
Simpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis antara lain: Implementasi Kewajiban Pemerintah Dalam Pemungutan Sampah Warga Dikota Pekanbaru bahwa belum berjalan dengan baik karena masih banyak sampah di Kota Pekanbaru yang dibuang sembarangan, hal ini disebabkan belum adanya wadah organik dan non organik untuk pembuangan sampah di daerah Kota Pekanbaru Khususnya, hal ini juga berdampak pada masih banyak ditemukan sampah yang menumpuk di Kota Pekanbaru, bahkan ditempat yang bukan pembuangan pun dijadikan tempat pembuangan sampah oleh masyarakat. Hambatan Dalam Implementasi Kewajiban Pemerintah Dalam Pemungutan Sampah Warga Dikota Pekanbaru bahwa terbatasnya anggaran dalam menyediakan tempat pembuangan sampah organik dan non organik, minimnya sarana dan prasarana pembuangan sampah, dan kurangnya kesadaran hukum terhadap masyarakat yang membuang sampah sembarangan atau tidak pada tempatnya. Upaya Mengatasi Hambatan Dalam Implementasi Kewajiban Pemerintah Dalam Pemungutan Sampah Warga Dikota Pekanbaru bahwa perlunya anggaran dalam menyediakan tempat pembuangan sampah organik dan non organik, perlunya sarana dan prasarana pembuangan sampah, dan perlunya penyuluhan hukum kepada masyarakat yang membuang sampah sembarangan atau tidak pada tempatnya.