PADA PEMBIAYAAN KPR GRIYA
(Studi Kasus di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Bintaro)”
Oleh:
Julia, NIM. 15110790
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH/MUAMALAH FAKULTAS SYARIAH/EKONOMI ISLAM
INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA
1440/2019 M
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul “Implementasi Akad Musyârakah Mutanâqishah pada Pembiayaan KPR Griya (Studi Kasus di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Bintaro)” yang ditulis oleh Julia, Nomor Induk 15110790 setelah diperiksa dan disetujui untuk diajukan ke sidang munaqasyah.
Jakarta, 14 Agustus 2019 M 14 Dzulhijjah 1440 H
Pembimbing
Sultan Antus Nasrudi Mohammad, MA
ii
Skripsi dengan judul “Implementasi Akad Musyârakah Mutanâqishah pada Pembiayaan KPR Griya (Studi Kasus di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Bintaro)”oleh Juliadengan NIM 15110790 telah diujikan pada sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam Institut Ilmu Al-Qurʻan (IIQ) Jakarta pada tanggal 16 Agustus 2019. Skripsi telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H) dalam bidang Hukum Ekonomi Syariah.
Jakarta, 16 Agustus 2019 Dekan Fakultas Syariah
Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta
Dra. Hj. Muzayyanah, MA
Sidang Munaqasyah
Ketua Sidang Sekretaris Sidang
Dra. Hj. Muzayyanah, MA Dra. Hj. Nur Izza Anshor, MA
Penguji I Penguji II
Rahmatul Fadhil, MA Dra. Hj. Muzayyanah, MA Pembimbing
Sultan Antus Nasruddin M, MA
iii
PERNYATAAN PENULIS Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Julia
Nim : 15110790
Tempat/Tgl Lahir : Piabung, 20 Juli 1997
Menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Implementasi Akad Musyârakah Mutanâqishah pada Pembiayaan KPR Griya (Studi Kasus di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Bintaro)” adalah yang tertulis didalam skripsi ini benar-benar murni hasil karya saya sendiri, kecuali pendapat atau temuan lain orang yang dikutip dalam skripsi ini dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Atas kesalahan dan kekurangan dalam karya ini sepenuhnya tanggung jawab saya.
Jakarta, 28 Juli 2019 M 28 Dzulhijjah 1440 H
Julia NIM.15110790
iv MOTTO
“Orang gagal akan berusaha memberitahu orang lain tentang kesuksesan dalam hidupnya begitupun orang sukses akan berusaha memberitahu orang lain tentang kegagalan dalam hidupnya, para pecundang akan selalu mencari tepuk tangan, para pemenang akan selalu mengerti cara menghargai”
v
ِمْيِحَّرلا ِنَمْحَّرلا ِللها ِمــــــــــــــــــْسِب
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang Alhamdulillah segala segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah- Nya, sehingga pada kesempatan ini penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Implementasi Akad Musyârakah Mutanâqishah pada Pembiayaan KPR Griya (Studi Kasus di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Bintaro”. Selawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan kita kepada baginda Muhammad Saw, serta sahabat-sahabat beliau dan para pengikutnya hingga akhir zaman.
Penyusunan skripsi ini peneliti banyak mendapatkan bimbingan dan saran-saran dari berbagai pihak, sehingga penyusunan skripsi ini dapat terealisasikan. Oleh karena itu, dengan kesempatan ini penulis akan menyampaikan rasa terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:
1. Rektor Institut Ilmu Al-Quran (IIQ) Jakarta Ibu Prof. Hj. Huzaemah Tahido Yanggo, MA
2. Dekan Fakultas Syariah Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta Ibu Dra.
Hj. Muzayyanah, MA
3. Ketua Prodi Fakutas Syariah Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta Dra. Hj. Nur Izzah Ansori, MA
4. Dosen Pembimbing penulis Bapak Sultan Antus Nasruddin Mohammad, MA yang telah meluangkan waktu serta memberikan ilmu serta arahan kepada penulis dengan begitu sabar dan tabah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.
vi
Ilmu yang bermanfaat dengan ikhlas sehingga penulis bias sampai pada semester akhir
6. Seluruh instruktur Tahfidz IIQ Jakarta terima kasih telah membantu penulis untuk menghafalkan kalam-kalamnya Allah. Semoga penulis bias selalu untuk tetap menjaga hingga akhir hayat.
7. Consumer Banking Retail Manager di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Bintaro Ibu Novi Leidi yang telah menyempatkan waktu, dan telah memberikan data wawancara yang diperlukan dalam penelitian ini.
8. Teruntuk kedua orang tua penulis Jakfar dan Samiah terima kasih untuk setiap perjalanan skripsi ini selalu memberikan semangat, nasehat dan doa sehingga Alhamdulillah penulis merasa dipermudahan dalam penyelesaian skripsi ini.
9. Seluruh keluarga besar penulis yang selalu memberikan dukungan doa untuk selalu mempermudahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi.
10. Guru-guru penulis di SMA Palmatak, SMP3 Palmatak, SDN Piabung yang selalu mendoakan dan mendidik penulis.
11. Sahabat-sahabat penulis (Hidayaturrahmi, Sari Rahmadhani, Rayhan Nur Izzah,) dan semua teman-teman ESRD angkatan 2015 yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih telah sudah banyak membantu dalam memberikan semangat kepada penulis.
12. Terima kasih juga kepada semua pihak yang telah membantu dalam pneyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Mengingat banyaknya kendala dalam penelitian skripsi ini, penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Karena itu, penulis akan terbuka terhadap saran dan masukan dari semua pihak agar
vii
membangun dalam memperbaiki skripsi ini, dan semoga skripsi ini memberikan sumbangsih untuk menambah pengetahuan pembaca dan bermanfaat bagi kita semua. Amin
Jakarta, 13 Agustus 2019 M 13 Dzulhijjah 1440 H
Julia
viii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
PERNYATAAN PENULIS ... iii
MOTTO ... iv
KATA PENGANTAR... v
DAFTAR ISI ... viii
PEDOMAN TRANSLITERASI ... xi
ABSTRAK... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 7
A. Latar Belakang Masalah ... 7
B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 9
D. Tinjauan Pustaka ... 10
E. Metodelogi Penelitian ... 13
F. Subjek dan Objek Penelitian ... 13
G. Teknik Pengumpulan Data ... 14
H. Sistematika Penulisan ... 16
BAB II LANDASAN TEORI ... 18
A. Akad ... 18
1. Pengertian Akad... 18
2. Dasar Hukum Akad... 20
3. Rukun Akad ... 20
4. Syarat Akad ... 21
ix
5. Jenis-jenis Akad ... 23
6. Berakhirnya Akad ... 24
B. Musyârakah ... 25
1. Pengertian Musyârakah ... 25
2. Rukun dan Syarat Musyârakah... 27
3. Jenis-jenis Musyârakah ... 30
4. Manfaat Musyârakah ... 38
C. Musyârakah Mutanâqishah ... 39
1. Pengertian Musyârakah Mutanâqishah ... 40
2. Dasar Hukum Musyârakah Mutanâqishah ... 42
3. Rukun dan Syarat Musyârakah Mutanâqishah ... 45
4. Skema akad Musyârakah Mutanâqishah ... 47
D. Fatwa DSN-MUI No.73/DSN-MUI/XI/2008 Tentang Musyârakah Mutanâqishah ... 48
E. Fatwa DSN-MUI No.07/DSN-MUI/VI/2000 Tentang Pembiayaan Ijârah ... 50
BAB III GAMBARAN UMUM BANK SYARIAH MANDIRI KANTOR CABANG BINTARO ... 52
A. Profil Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Bintaro ... ... 52
B. Visi dan Misi Bank Syariah MandiriKantor Cabang Bintaro .. ... 54
C. Budaya Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Bintaro ... 55
D. Produk-produk Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Bintaro ... 56
E. Struktur Organisasi Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Bintaro ... 63
x
BAB IV ANALISIS FATWA DSN-MUI TENTANG AKAD
MUSYÂRAKAH MUTANÂQISHAH PADA PEMBIAYAAN KPR GRIYA DI BANK SYARIAH MANDIRI KANTOR CABANG
BINTARO ... 65
A. Prosedur Penerapan Akad Musyârakah Mutanâqishah pada Pembiayaan KPR Griya di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Bintaro ... 65
B. Kesesuain Fatwa DSN-MUI terhadap Implementasi Akad Musyârakah Mutanâqishah pada Pembiayaan KPR Griya di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Bintaro ... 74
BAB V PENUTUP ... 88
A. Kesimpulan ... 88
B. Saran ... 89
DAFTAR PUSTAKA ... 91
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 92
xv ABSTRAK
Julia, NIM: 15110790. Implementasi AkadMusyârakah Mutanâqishah(StudiKasus di Bank SyariahMandiri Kantor CabangBintaro), Fakultas Hukum Ekonomi Syariah, InstitutIlmu Al- Qur’an Jakarta, 1440 H/2019 M.
Akad musyârakah mutanâqishah merupakan akad musyârakah atau syirkah yang kepemilikan (barang) atau modal salah satu dari pihak (syarik) berkurang disebabkan pembelian secara bertahap oleh pihak lainnya. Dalam akad ini terdapat tiga jenis akad yaitu musyârakah, ba’i dan Ijârah.
Penelitian ini menggunakan metode analisis dengan pendekatan kualitatif dengan subjek penelitian Implementasi akad musyârakah mutanâqishah pada pembiayaan KPR Griya di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Bintaro.
Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah hasil wawancara, observasi, kepustakaan dan media online.
Dari hasil penelitian ini menggambarkan bahwa penerapan akad musyârakah mutanâqishah secara umum sudah sesuai dengan fatwa DSN-MUI NO.73/DSN-MUI/XI/2008 tentang akad musyârakah mutanâqishah, fatwaDSN-MUI No. fatwa DSN-MUI No.08/DSN-MUI/IV/2000 tentang pembiayaan musyârakah, fatwa DSN-MUI No. 09/DSN-MUI/X/2013 tentang pembiayaan Ijârah, fatwa DSN-MUI No. 01/DSN-MUI/X/2013 tentang pedoman implementasi musyârakah mutanâqishahdalam produk pembiayaan. Namun dalam penerapannya ada beberapa yang belum sesuai dengan fatwa DSN-MUI NO.73/DSN-MUI/XI/2008.
Kata Kunci: Musyârakah Mutanâqishah, Bank Syariah, Fatwa DSN-MUI Dosen Pembimbing: Sultan Antus Nasruddin Mohammad, MA
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era globalisasi saat ini, persaingan antar perusahaan bank menjadi semakin ketat, maka perlunya peningkatan terhadap pelayanan dan pengembangan produk berkualitas yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. 1Hal tersebut secara radikal disebabkan oleh keinginan masyarakat itu sendiri sekaligus sebagai pelaku ekonomi dan perbankan sebagai suatu kontribusi untuk menyesuaikan seluruh aktivitas kegiatan sehari-hari masyarakat yang didasarkan atas prinsip syariah yang diyakini.2
Selain itu, didalam menawarkan produk-produk terhadap masyarakat, diperlukan adanya kesesuaian dengan prinsip syariah maka, hal tersebut merupakan pokok utama yang membedakan antara bank syariah dengan bank konvensional.3
Perkembangan didalam perbankan dengan semakin banyaknya permintaan dari berbagai kegiatan baik itu dalam perkembangan bidang ekonomi maupun usaha dalam suatu perusahaan maka, diperlukan adanya sumber-sumber untuk penyediaan dana guna dalam membiayai kegiatan usaha. Salah satu bentuk sumber dana yang dapat dimanfaatkan oleh suatu perusahan adalah pembiayaan.4
Dalam pembiayaan tersebut bank syariah atau unit usaha syariah (UUS) harus mempunyai keyakinan atas kemauan dan kemampuan calon nasabah
1 Nuhbatul Basyariah, Analisis Implementasi Pembiayaan Musyârakah Mutanâqishah pada perbankan syariah di Indonesia, Jurnal Muqtasid ,2018, h.121
2 Mulya E. Standar Produk Perbankan Syariah Musyarakah dan Musyarakah Mutanaqishah, h. 2
3 Putri Dona Balgis, Akad Musyârakah Mutanâqishah Inovasi Baru Produk Pembiayaan Perbankan Syariah, Jurnal Ekonomi Syariah, 2017, Vol VII, h.14
4 Nurul Dwi Arifiani, Mekanisme Akad Musyârakah Mutanâqishah Studi Kasus Pada Nasabah Pembiayaan Sindikasi Syariah Di Bank Jateng Syariah, Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, 2016, h.1
2
penerima fasilitas untuk melunasi seluruh kewajiban pada waktunya, sebelum bank syariah atau UUS menyalurkan dana kepada nasabah penerima fasiliatas pembiayaan5.
Kemudian, pembiayaan dalam kepemilikan rumah merupakan pembiayaan dengan jumlah market pangsa pasar yang paling banyak diminati mengingat bahwa kebutuhan rumah merupakan kebutuhan pokok bagi setiap individu. Faktor penyebab tingginya tingkat pertumbuhan, yaitu meningkatnya jumlah penduduk yang tidak disertai dengan peningkatan ketersediaan rumah yang menyebabkan melonjaknya kebutuhan rumah serta harga rumah yang semakin waktu ke waktu mengalami peningkatan.6
Salah satu solusi dalam meningkatkan pangsa pasar (market share) di perbankan syariah harus melakukan beberapa pengembangan inovasi-inovasi yang mendukung dengan produk yang lebih beragam dan mampu bersaing dengan bank konvensional.
Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia ditandai dengan munculnya produk-produk kreatif yang ditawarkan kepada masyarakat.
Penawaran produk-produk baru baru tersebut sebagai salah satu strategi pemasaran untuk meningkatkan nasabah di tengah persaingan perbankan yang semakin terbuka.
Perkembangan perbankan syariah saat ini, menuntut para praktisi, regulator, dan bahkan akademi bidang keuangan syariah untuk senantiasa aktif dan kreatif dalam rangka memberikan respon terhadap perkembangan tersebut. Para praktisi dituntut untuk melakukan penciptaan berbagai produk, regulator yang mengatur dan mengawasi produk yang ditawarkan dan dilaksanakan oleh praktisi, dan akademisi pun dituntut untuk memberikan
5 Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, (Bandung : PT Citra Aditiya Bakti, 2012),h.333
6 Ikhsan Dwitama, Studi penerapan akad musyârakah mutanâqishah pada kpr muamalat iB kongsi bank muamalat, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, 2014, h.1
pencerahan dan tuntutan agar produk maupun regulasi benar-benar tidak menyimpang dari prinsip-prinsip syariah.7
Dalam rangka untuk melakukan pengembangan inovasi produk, bank syariah diperlukan dasar yang kokoh dengan berpedoman terhadap prinsip- prinsip yang tertera didalam syariah, serta perlu mempertimbangkan sesuai ketentuan hukum positif. Hal tersebut sangat berpengaruh terhadap perkembangan produk perbankan syariah, karena untuk menjaga keselarasan sehingga produk tersebut bisa diterapkan maupun diaplikasikan tanpa menimbukan resiko hukum atau resiko financial bagi bank ketika dihadapkan dikemudian hari.8
Munculnya produk-produk baru di Perbankan Syariah menimbulkan kesulitan dalam penerapan syariah terutama dalam aspek kesesuaiannya dengan akad. Ijtihad para ulama sangat diperlukan dalam menjawab persoalan tersebut. Dewan Syariah Nasional telah berupaya memberikan jawaban terhadap kebutuhan produk ttersebut yang tersebar dalam fatwa DSN-MUI.9 Namun disisi lain, adanya beberapa permasalahan yang sering terjadi, yaitu munculnya produk-produk baru baru di lembaga keuangan syariah menimbulkan kesulitan dalam penerapan prinsip syariah tertutama pada aspek kesesuaiannya dengan kontrak (akad). Semakin berkembangnya akad kontemporer dunia bisnis dengan mengkombinasi akad-akad baru akan memicu persoalan keabsahan keuangan tersebut. Karena prinsip yang paling dominan pada produk keuangan syariah terletak pada kesesuainnya dengan hukum Islam.10 Selain dari itu, dalil-dalil yang membahas dan mengatur
7Yosi Aryanti, Multi Akad (Al-Uqud Al-Murakkabah) di Perbankan Syariah Perspektif Fiqh Muamalah.
8 Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syariah, (Jakarta: PT Gramedia, 2012), h.36
9 Yosi Aryanti, Multi Akad (Al-Uqud Al-Murakkabah) di Perbankan Syariah Perspektif Fiqh Muamalah, Junal Ilmiah Syariah, 2016, h.177
10 Yusuf Al-Qardhawi, Ijtihad Kontemporer, diterjemahkan oleh Abu Barzani, (Surabaya: Risalah Gusti, 1995), h7-8.
4
mengenai kegiatan ekonomi tersebut berdasarkan hukum Islam masih terbatas.11
Keterbatasan para ulama dalam membahas akad kontemporer disebabkan dua hal, pertama tujuan para ulama adalah untuk mengembangkan cabang (fur ), terutama dalam analogi terhadap akad yang sudah ada agar dapat diterapkan dalam kegiatan muamalah, dan kedua karena kebutuhan akad kontrak baru tidak mendesak, mengingat kontrak yang sudah ada telah mencukupi untuk memenuhi kegiatan muamalah dimasanya.12
Salah satu produk akad yang dikembangkan oleh lembaga keuangan syariah saat ini serta memiliki peluang dapat diterapkan secara keseluruhan dengan berdasarkan bagi hasil adalah akad musyârakah mutanâqishah.
Sebagai akad alternatif dalam menyelesaikan pembiayaan untuk produk kepemilikan rumah. Sesuai dengan penjelasan Putri Kamilatur bahwa penerapan produk kepemilikan rumah paling banyak diminati Bank Muamalat iB dengan akad musyârakah mutanâqishah sangat diminati oleh masyarakat Lumajang dengan persentase 56% dari seluruh produk pembiayaan.13
Akad musyârakah mutanâqishah adalah produk pembiayaan berdasarkan musyârakah yaitu syirkatul ‘inân yang porsi (hisbah) modal salah satu syarik (Bank Syariah/LKS) berkurang disebabkan pengalihan secara bertahap (naqlul bil ‘iwadh mutanâqishah) kepada syarik yang lain (nasabah).
Seiring perkembangan zaman, akad musyârakah juga diterapkan diperbankan juga senantiasa berkembang. Dalam lembaga keuangan syariah kini dikenal dengan sistem musyârakah mutanâqishah. Sistem ini
11 Hasanudin, “Konsep dan Sandar Multi Akad dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia “ Disertasi, Uin Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.
12 Muhammad maksum, Model-Model Kontrak dalam Produk Keunagan Syariah, Jurnal, Vol, XII, 2014, h.54
13 Putri Kamilatur Rohmi, Implementasi Akad Musyarakah Mutanaqishah pada pembiayaan Kepemilikan Rumah di Lumajang , Jurnal Iqtishoduna Vol. 5 No. 1, 2015, h.15
menggunakan akad syirkah dan dalam hal penyertaan modal dari masing- masing pihak yang berserikat, kemudian diakhiri dengan kepemilikan salah satu pihak yang berserikat.
Pada dasarnya akad tersebut menggunakan dua akad atau lebih (multi akad) yang mendasari bahwa sebagai transaksi yang semakin berkembang dan menjadi variatif. Namun masih menimbulkan beberapa permasalahan, terutama mengenai status hukumnya dan kaitannya ketika berhadapan dengan ketentuan-ketentuan hukum fiqh maupun hukum positif.14 Terkait dalam hal ini, ada beberapa pendapat ulama yang membolehkan dan melarang akad tersebut.15
Adapun pendapat ulama yang membolehkan akad musyârakah mutanâqishah yaitu Wahbah Zuhaily menyebutkan bahwa akad musyârakah mutanâqishah ini dibenarkan dalam syariah, karena sebagaimana dengan akad Ijârah muntahiyah bi al-tamlik, yaitu bersandarkan atas janji dari bank kepada mitra (syarik) bahwa bank akan menjual kepada mitra porsi kepemilikannya dalam syirkah, kemudian apabila pihak syarik tersebut membayar kepada bank harga porsi bank tersebut. Saat berlangsung, musyârakah mutanâqishah tersebut dipandang sebagai syirkah ‘inan (perserikatan antara dua pihak dengan modal dan keuntungan dibagi sama) karena kedua belah pihak menyerahkan kontribusi (ra’sul mal) dan bank mendelegasikan kepada nasabah-mitranya untuk mengelola kegiatan usaha.
Setelah selesai, syirkah bank menjual seluruh atau sebagian kepada mitra dengan ketentuan akad penjualan ini dilakukan secara terpisah yang tidak berkaitan dengan akad syirkah.16
14 www.pta-bandung.go.id diakses pada tanggal 11 September 2019
15 Tinjauan Hukum Akad Syariah Terhadap Multi Akad (Al-„Uqud Al-Murakkabah) Dalam Lingkup Akad Musyarakah Mutanaqishah, Jurnal Aqliya Vol. 10, 2016, h.117
16 Wahbah Zuhaily, al-muamalah Al-Maliyah Al-Mu’asirah (Beirut Dar al-Fikr al- Mu‟ashir, 2006), h436-437
6
Demikian pula, ada juga pendapat ulama yang melarang atau tidak membolehkan praktik akad musyârakah mutanâqishah ini, dengan memberikan argumentasi serta alasan-alasannya. Dalam kaidah al-masyghal la yusghal (suatu objek yang tidak boleh dibebani dalam beberapa akad).
Sebagai contoh, rumah merupakan objek suatu usaha modal dalam akad tersebut, rumah tersebut termasuk barang sewa (mahal al-man a ah) atas akad ijârah, dan menjadi al-mabi’ yang dibeli secara bertahap. Oleh sebab itu, kemungkinan yang terjadi yaitu adanya dua akad yaitu antara jual beli yang dilakukan antara mitra-mitra dengan pihak ketiga dan jual beli yang dilakukan antara mitra yang satu dengan yang lain. Dalam hal ini tentu praktik akad tersebut dilarang oleh para ulama.17
Dalam aktivitas pembiayaan menggunakan produk musyârakah maupun musyârakah mutanâqishah, perbankan syariah haruslah memastikan bahwa pelaksanaan pembiayaan sesuai dengan kepatuhan syariah sebagaimana telah ditetapkan dalam berbagai ketentuan hukum Islam termasuk fatwa DSN- MUI yang terkait dengan akad musyarâkah.
Akad musyârakah mutanâqishah saat ini sudah ada beberapa bank syariah yang menerapkannya dalam produk pembiayaan, namun belum secara keseluruhan. Salah satu yang sudah menerapkan akad musyarâkah mutanâqishah dengan pembiayaan KPR Griya adalah Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Bintaro. Produk ini membantu dalam memberikan fasilitas yang disediakan oleh bank untuk pembiayaan pemilikan rumah tinggal baik untuk rumah baru, bekas, apartemen dan renovasi serta dalam proses pembiayaan bank memberikan biaya yang lebih ringan.
Dari penjelasan Wahbah Zuhaily di dalam buku al-mu âmalah Al- Maliyah Al-Mu’asirah tersebut, sudah jelas bahwa hukum akad musyârakah
17 Jaih Mubarok dan Hasanudin, Fikih Mu âmalah Maliyyah Akad Syirkah dan Mudharabah, ( Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2018) Cet Ke-1,h.122
mutanâqishah adalah sesuatu yang diperbolehkan dalam agama Islam dengan alasan, dimana jika kedua belah pihak telah bersandarkan atas janji serta saling memberikan kontribusi modal dan keuntungan dibagi sesuai dengan porsi masing-masing.
Sesuai Fatwa Dewan Syariah Nasional No.73/DSN-MUI/IX/2008 tentang musyârakah mutanâqishah tersebut sudah mengatur tentang ketentuan akad musyârakah mutanâqishah. Kemudian, dalam memenuhi kebutuhan konsumen bank syariah telah memberikan fasilitas pembiayaan berdasarkan akad musyârakah mutanâqishah yaitu pembiayaan pemilikan rumah, namun pada praktiknya masih belum diterapkan oleh seluruh perbankan syariah. Keunggulan dari akad musyârakah mutanâqishah adalah memberikan kemudahaan kepada nasabah dalam pembiayaan KPR, karena dalam jangka waktu pembiayaan yang diberikan oleh bank lebih lama dan angsuran dengan harga relatif murah.18
Salah satu perbankan syariah di Indonesia yang sudah menerapkan akad musyarâkah mutanâqishah adalah Bank Syariah Mandiri Bintaro dengan produk pembiayaan yang bersifat konsumtif atau pembiayaan KPR Griya.
Jika ditinjau dari beberapa kebutuhan masyarakat tersebut Bank Syariah Mandiri Bintaro terdapat produk yang bernama Kepemilikan Pembiayaan Rumah (KPR) Griya. Pembiyaan KPR Griya ini adalah menyediakan fasilitas yang disediakan oleh Bank Pembiayaan ini dapat digunakan untuk pembelian rumah baru/second, bangun kavling, pengalihan (take over) dan renovasi.
Pembiayaan KPR dengan akad musyârakah mutanâqishah ini telah diatur dalam fatwa DSN-MUI No.73/DSN/-MUI/XI/2008 tentang musyârakah mutanâqishah dan fatwa-fatwa yang berkaitan dengan pembiayaan musyârakah lainnya. Hanya saja dalam praktiknya belum
18 Rahmawaty, Implikasi Akad Musyârakah Mutanâqishah Perbankan Syariah, Jurnal Economic and Business Of Islam, 2018, h.226
8
diketahui secara signifikan apakah sudah sesuai dengan yang tertuang di dalam aturan-aturan fatwa DSN-MUI tersebut telah diaplikasikan secara baik dengan melalui mekanisme pembiayaan KPR Griya ini.19
Berdasarkan masalah diatas, penulis tertarik untuk meneliti lebih spesifik mengenai bagaimana “Implementasi Akad Musyârakah Mutanâqishah pada Pembiayaan KPR Griya di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Bintaro”.
B. Identifikasi, Permasalahan dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang permasalahan diatas, maka penulis mengidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:
a. Ketentuan tentang akad musyârakah mutanâqishah menurut Fatwa DSN-MUI No.73/DSN-MUI/IX/2008.
b. Prosedur pelaksanaan akad musyârakah mutanâqishah pada Pembiayaan KPR Griya Bank Syariah Mandiri Bintaro Kantor Cabang Bintaro.
c. Penerapan akad musyârakah mutanâqishah pada pembiayaan Griya di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Bintaro.
d. Kesesuaian Fatwa DSN-MUI mengenai akad musyârakah mutanâqishah pada produk pembiayaan Griya di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Bintaro.
2. Pembatasan Masalah
Dari beberapa identifikasi masalah diatas, maka penulis membatasi permasalahan yang diatas, agar penelitian dalam memebahas mengenai
19 Fatwa DSN MUI No. 73/IX/DSN-MUI/IV/2008 tentang Akad Musyârakah Mutanâqishah
permaslahan tidak secara meluas, maka penulis hanya menginmdentifikasikan dan membatasi pembahasan mengenai:
a. Prosedur pelaksanaan akad musyârakah mutanâqishah pada Pembiayaan KPR Griya Bank Syariah Mandiri Bintaro Kantor Cabang Bintaro.
b. Kesesuaian fatwa DSN-MUI akad musyârakah mutanâqishah pada pembiayaan KPR Griya di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Bintaro.
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis merumuskan masalah yang akan diteliti diantaranya:
a. Bagaimana prosedur pelaksanaan akad musyârakah mutanâqishah pada Pembiayaan KPR Griya Bank Syariah Mandiri Bintaro Kantor Cabang Bintaro?
b. Bagaimana kesesuaian Fatwa DSN-MUI akad musyârakah mutanâqishah pada pembiayaan KPR Griya di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Bintaro?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan adanya penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui ketentuan prosedur akad musyârakah mutanâqishah pada pembiayaan KPR Griya di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Bintaro
b. Untuk mengetahui kesesuaian Fatwa DSN-MUI akad musyârakah mutanâqishah pada pembiayaan KPR Griya di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Bintaro
10
2. Manfaat dari adanya penelitian ini adalah:
Berdasarkan tujuan penelitian diatas, diharapkan bahwa penelitian ini akan memberikan kontribusi serta manfaat yang baik secara teoritis maupun praktis dalam rangka pengaplikasiannya. Adapun manfaat penelitian ini antara lain adalah:
a. Secara Teoritis
1. Untuk memperoleh data sebagai bahan kajian utama dalam proses penyusunan skripsi guna untuk memenuhi persyaratan dalam mendapatkan gelar sarjana di bidang Muamalah Institut Ilmu Al- Qur‟an Jakarta.
2. Untuk dijadikan sebagai salah satu reformasi atau bahan kajian dalam menambah wawasan pengetahuan bagi penelitian selanjutnya terkait akad musyârakah mutanâqishahpada pembiayaan KPR Griya.
3. Untuk menambah ilmu pengetahuan yang lebih luas mengenai mekanisme-mekanisme serta pelaksanaan akad musyârakah mutanâqishah pada pembiayaan KPR Griya.
b. Secara Praktis
1. Untuk menambah khazanah ilmiah khususnya pada bank dan lembaga keuangan lainnya mengenai akad musyârakah mutanâqishah pada pembiayaan KPR Griya.
2. Menambah wawasan dan informasi terbaru dalam mengembangkan perekonomian Islam.
3. Memberikan gambaran umum terhadap masyarakat dalam mengetahui tentang produk akad di Lembaga Keuangan Syariah khususnya di Bank Syariah Mandiri KC Bintaro.
D. Tinjauan Pustaka
Dalam melakukan penelitian terhadap ketentuan Fatwa DSN-MUI terhadap akad musyârakah mutanâqishah pada pembiayaan Kepemilikan Rumah Griya, maka perlu kiranya dilakukan telaah terhadap penelitian- penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Hal ini dimaksudkan untuk melihat relevansi dan sumber-sumber yang akan dijadikan bahan rujukan dalam penelitian ini, sekaligus sebagai upaya dalam menghindari dari duplikasi terhadap penelitian ini. Seperti beberapa skripsi yang pernah penulis kaji sebelum pembuatan skripsi, diantaranya:
1. Jurnal yang ditulis oleh Putri Kamilatur Rohmi, Mahasiswa Institut Agama Islam Syarifuddin Wonorejo Lumajang, Jurnal Ekonomi Islam tahun 2015 yang berjudul: “Impelementasi akad Musyârakah Mutanâqishah pada Pembiayaan Kepemilikan Rumah di Bank Muamalat Lumajang”. Pada jurnal tersebut persamaan dengan penelitian yang akan diteliti oleh penulis disini adalah persamaan pada akad yang diterapkan yaitu pada akad musyârakah mutanâqishah. Sedangkan perbedaan dengan jurnal tersebut meneliti dalam pembiayaan Kepemilikan Rumah sedangkan penulis disini hanya memfokuskan pada pembiayaan KPR Griya saja.
2. Skripsi ini disusun oleh Nurul Arifiani Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam yang berjudul “Mekanisme akad musyârakah mutanâqishah (MMQ) (studi pada nasabah Pembiayaan Sindikasi Syariah di Bank Jateng Syariah”, tahun 2016. Skripsi ini telah diajukan dan telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya dalam Ilmu Perbankan Syariah. Pada skripsi tersebut persamaannya dengan penulis teliti adalah terletak pada akadnya yaitu pada akad musyârakah mutanâqishah . Perbedaan yang terdapat pada skripsi tersebut membahas
12
tentang pembiayaan sindikasi sedangkan penulis disini membahas tentang pembiayaan perumahan Griya.
3. Skripsi ini disusun oleh Muchammad Fatchurahman Fathur Rozaq Fakultas Syariah dan Hukum Universutas Islam Negeri Walisongo Semarang dengan judul “ Tinjauan Hukum Islam Terhadap Kepemilikan Aset dengan Akad Musyârakah Mutanâqishah (Studi Kasus: Produk Pembiayaan Kepemilikan Rumah (PKR) di Bank CIMB Niaga Syariah Cabang Pandanaran) tahun 2017. Perbedaan pada skripsi ini adalah membahas tentang Tinjauan Hukum Islam Terhadap Kepemilikan Aset, sedangkan persamaan dengan penulis adalah terletak apada akad yang diterapkan yaitu akad musyârakah mutanâqishah.
4. Skripsi ini disusun oleh Tri Mamik Rahayu Fakultas Syari‟ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang dengan judul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Implementasi Akad Musyârakah Mutanâqishah (MMQ) pada Produk Pembiayaan KPR Muamalat IB Kongsi di Bank Muamalat Indonesia Cabang Semarang tahun 2018. Skripsi ini telah diajukan dan telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana program strata 1 dalam Ilmu Hukum Ekonomi Syar‟iah.
Perbedaan pada skripsi ini adalah membahas tentang pembiayaan KPR Muamalat IB Kongsi di Bank Muamalat Indonesia Cabang Semarang.
Sedangkan untuk persamaannya adalah pada akad yang digunakan yaitu akad musyârakah mutanâqishah.
5. Skripsi yang ditulis oleh Muhammad Risvan Arisvian Fakultas Hukum Bisnis Syariah dan Perbankan Syariah (Muamalah), tahun 2014 dengan judul “Pelaksanaan akad musyârakah mutanâqishah Pada Pemilikan Property Untuk Perusahaan Perseroan Terbatas di Bank Muamalat Indonesia Kantor Cabang Dago Bandung. Pada skripsi tersebut persamaannya dengan penulis teliti adalah penerapan akadnya yaitu akad
musyarakah mutanaqishah. sedangkan perbedaannya terletak pada jenis objek rumah dimana studi terdahulu dalam objek merupakan rumah inden (rumah yang belum dibangun) dan untuk penulis meneliti tentang rumah yaitu dengan jenis objek rumah sudah ada atau sudah dibangun yaitu pembiayaan KPR Griya.
E. Metodelogi Penelitian
Adapun metedologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan sumber data-data dan informasi adalah sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian untuk menjawab permasalahan yang memerlukan secara mendalam dalam konteks waktu dan situasi yang bersangkutan, dilakukan secara wajar dan alami sesuai dengan kondisi objektif di lapangan tanpa adanya manipulasi, serta jenis data yang dikumpulkan terutama data kualitatif.20
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan secara empris, yaitu berusaha untuk mendekati masalah yang akan diteliti sesuai dengan hukum yang nyata, maka peneliti mengambil ata dengan objek observasi langsung ke Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Bintaro serta melakukan teknik wawancara dengan pihak yang terkait.
Data-data dianataranya bersumber dari keputusan pihak Marketing di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Bintaro.
20 Zaenal Arifin, Penelitian Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011) Cet Ke-1, h. 29
14
F. Subjek data dan Objek Penelitian
1. Peneliti lebih mengkhususkan dan membatasi subjek penelitian ini yaitu kepada para pegawai dan staf-staf manager di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Bintaro
2. Adapun objek penelitiannya yaitu tentang implementasi Fatwa DSN-MUI akad musyârakah mutanâqishah pada pembiayaan KPR Griya di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang.
G. Sumber Data 1. Data Primer
Data Primer adalah data yang secara lansgung dikumpulkan oleh peneliti (pelaksanaan dari sumber primer dalam hal tersebut adalah dilakukan dengan wawancara langsung dengan para pegawai dan staf-staf manager di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Bintaro).
2. Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber dari buku kepustakaan, jurnal, serta dapat diperoleh dari mater-materi perkualihan yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti kemudian, sampling penlitian terhadap penerapan akad musyârakah mutanâqishah dalah pada pembiayaan KPR Griya pada tahun 2019.
H. Teknik pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data peneltian dilakukan dengan beberapa metode yaitu:
1. Penelitian Kepustakaan (Library Research) adalah penelitian yang dilakukan perpustakaan ini mengambil setting perpustakaan sebagai tempat penelitian objek penelitiannya dengan menngunakan bahan-bahan
perpustakaan.21 Penelitian ini juga dapat diperoleh dari buku-buku perpustakaan dan literatur-literatur lainnya seperti jurnal, majalah, kitab- kitab, surat kabar dan sumber-sumber internet maupun ayat-ayat al- Qur‟an yang lebih relevan sesuai dengan topik yang dikaji.
2. Penelitian Lapangan (Field Research) adalah teknik pengumpulan data dimana peneliti melakukan kegiatan observasi atau objek tempat pennelitian secara lansgsung, kemudian dengan cara meminta data-data serta dokumen yang bersangkutan dengan objek yang diteliti dan meminta pendapat dari salah satu manager banking di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Bintaro. Adapun teknik yang dilakukan oleh peneliti sebagai berikut:
a. Wawancara (interview)
Wawancara adalah salah satu kaedah mengumpulkan data yang paling biasa diterapkan dalam penelitian sosial. Kaedah ini digunakan ketika subjek kajian (responden) dan peneliti berada langsung bertatap muka dalam proses mendapatkan informasi bagi keperluan data primer.22Interview yang diterapkan oleh peneliti disini adalah dengan memperoleh data dari narasumber langsung di Bank Mandiri Syariah Kantor Cabang Bintaro melalui wawancara atau tanya jawab secara langsung.
b. Observasi
Peneliti melakukan pengamatan langsung dilokasi Bank Mandiri Syariah Kantor Cabang Bintaro.
c. Dokumentasi
Pengumpulan data ini berupa dokumen tentang akad musyârakah
21 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualaitatif, (Depok: Kencana, 2005), h.55
22 Mita Rosaliza, Wawancara Sebuah Interaksi Komunikasi dalam Penelitian Kualitatif, Jurnal Ilmu Budaya, Vol 11 No. 2. 2015. h.71
16
mutanâqishah pada pembiayaan perumahan Griya, yang diambil dari dokumen-dokumen yang berupa makalah, buku-buku, jurnal, data- data dan dokumen lapangan (gambar).
I. Teknik dan Sistematika Penulisan
Untuk mencapai hasil yang maksimal, maka teknik penulis dalam menganalisis data untuk mememudahkan pembahasan dalam skripsi ini adalah dengan merujuk kepada “Pedoman Penyusunan Skripsi, Tesis, dan Disertai dengan pedoman yang diberlakukan di Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta tahun 2017. Adapun beberapa bagian sistematika penulisan terbagi dalam lima bab yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini terdapat latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tinjauan pustaka, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, teknik penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Dalam bab ini, terdapat pembahasan tentang pengertian akad, dasar hukum akad, rukun dan syarat akad, jenis-jenis akad, berakhirnya akad, pengertian musyârakah, rukun dan syarat musyârakah, jenis-jenis musyârakah, manfaat musyârakah, pengertian musyârakah mutanâqishah, dasar hukum musyârakah mutanâqishah, rukun dan syarat musyârakah mutanâqishah, Fatwa DSN-MUI No. 73/DSN-MUI/XI/2008 tentang musyârakah mutanâqishah dan Fatwa DSN-MUI No.09//DSN-MUI/VI/2000 tentang pembiayaan ijârah.
BAB III GAMBARAN UMUM BANK SYARIAH MANDIRI KANTOR CABANG BINTARO
Pada bab ini meliputi, profil, visi dan misi, budaya kerja Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Bintaro, produk-produk Bank Syariah Mandiri Kc Bintaro, struktur organisasi Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Bintaro.
BAB IV IMPLEMENTASI FATWA DSN-MUI TENTANG AKAD MUSYARAKAH MUTANAQISHAH
Pada bab ini membahas tentang prosedur penerapan akad musyârakah mutanâqishah pada pembiayaan KPR Griya Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Bintaro dan kesesuaian Fatwa DSN-MUI tentang akad musyârakah mutanâqishah pada pembiayaan KPR Griya di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Bintaro.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini terdapat kesimpulan, saran dan tercantum daftar riwayat hidup, lampiran-lampiran dan daftar pustaka.
18 BAB II LANDASAN TEORI A. Akad
1. Pengertian Akad
Menurut bahasa akad berarti “ikatan” atau pengencangan dan penguatan antara beberapa pihak dalam hal tertentu, baik ikatan itu bersifat konkret maupu abstrak, baik dari satu sisi maupun dari dua sisi.1 Sedangkan perikatan dan perjanjian dalam konteks fiqih muamalah dapat disebut sebagai akad. Dengan kata lain dari bahasa arab al „aqad bentuk jamaknya al-„uqud yang memiliki beberapa pengertian, yaitu diantaranya:
a. Mengikat (ُ طْبَرلَا) , yaitu:
ََوُىَو
َُعَ ََْج
َْ بَحََْفَرَط
َِْي ََل
ََش ََو
ََحأ َ دَ
ََِه َِدَ
بَا
ََخَلا َِا
ََح َِرَ
ََ َََ ت َّت
ََل َِص
ََ َََُي
َْصَِب
ََح
َا
ََاَِق
ََع َْط
ََوٍَة
ََدٍَة َِحا
“Al-rabth yaitu menghimpun atau mengumpulkan dua ujung tali dan mengikatnya ke salah satu pada yang lainnya sehingga keduanya bersambung, kemudian menjadi seperti seutas tali yang satu ”.2
b. Sambungan (ُ ةدقَع), yaitu:
ََاَْل
َ لَاَُلِصْو ََم
َوََُوَاَمُهُكِسُيَُْيِذ
ََمُهُكُث ََا ا
“Sambungan yang memegang kedua ujung itu dan mengikatnya.”
c. Janji (دهعلا) sebagaimana telah dijelaskan dalam Q.S al-Maidah (5):1.3
َ
َ
َ
َ
َ
َ
....
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu “.(QS. Al- Maidah [5]:1)
Sedangkan pengertian akad secara istilah, akad berarti pertalian
1 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, Jilid 4, ( Beirut Dar al Fikr, 1999), h.420
2 Ghufron A. Masudi, Fiqih Muamalah Kontekstual, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada), 2002, h. 75
3 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta : Rajawali Pers, 2010), h.44-45
antara ijab (suatu penyataan akad) dan qabul (suatu jawaban/penerima akad) akad yang telah dibenarkan sesuai prinsip syara‟ yang menimbulkan akibat pada suatu objek perikatan.4
Adapun beberapa pendapat dari pakar ekonomi Islam mengenai pengertian akad itu sendiri di antaranya adalah sebagai berikut:
1) Menurut pendapat Mardani, akad adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh seseorang berdasarkan kehendaknya sendiri, seperti wakaf, talak, atau sesuatu yang pembentukanya membutuhkan kehendak atas dua subjek (orang) dalam berakad seperti dalam kegiatan sehari-hari, misalnya jual beli, perwakilan, dan gadai.5
2) Menurut pendapat Ascarya, akad adalah suatu ikatan, keputusan atau penguatan atau perjajian dalam melakukan kesepakatan atau transaksi dapat diartikan sebagai komitmen yang diterapkan sesuai dalam hukum syara‟.6
2. Dasar Hukum Akad a. Al-Qur‟an
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
Artinya: (Bukan demikian), sebenarnya siapa yang menepati janji dan bertakwa, Maka Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertakwa. (Q.S. Ali-Imran [3]:76)7
4 Isnawati Rais dan Hasanudin, Fiqih Muamalah dan Aplikasinya pada LKS,(Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011) Cet Ke- 1, h.45
5 Mardani, Hukum Perikatan Syariah, ( Jakarta: Sinar Grafika, 2013), h.52-53
6 Ascraya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015) Cet Ke-5,h.35
7 Al-Quran dan Tejemahannya Departemen Agama RI, h.59
20
3. Rukun-rukun Akad
Menurut mayoritas ulama, rukun akad terbagi atas tiga unsur, adapun rukun akad sebagai berikut:
a. Shighat (pernyataan ijab dan qabul)
b. „Aqidain (dua belah pihak yang melakukan akad).
c. Ma‟aqud „alaih (Objek akad).
Para ulama berpendapat bahwa dalam unsur shighat ini menjadi pokok sangat penting ketika seseorang dalam menunjukan kehendak maupun ridha dari pelaku akad tersebut. Maka disini dijelaskan lebih rinci mengenai sighat adalah ijab qabul serah terima, baik ungkapan dengan kata ijab dan qabul atau cukum, dengan ijab saja yang menunjukan qabul dari pihak lain.8
Penjelasan mengenai „aqidain (dua orang pihak yang berakad) ini adalah pihak-pihak yang melaksanakan suatu perikatan atau persekutuan yang masing-masing mereka memilik hak dak kewajiban. Bentuk dari al-„Aqidain ini ada sdua yakni manusia dan badan hukum. Kemudian dalam ma‟qud „alaih (objek akad) disebut sebagai suatu benda-benda yang diakadkan, seperti benda-benda yang dijual dalam jual beli, misalnya seperi hibah (pemberian), dalam akad gadai, utang yang dijamin seseorang dalam akad kafâlah.9
Menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Islam rukun akad terbagi menjadi empat bagian:
a. Pihak-pihak yang berakad b. Objek akad
8 Oni Sahroni dan M.Hasanuddin, Fikih Muamalah Dinamika Teori Akad dan Implementasinya dalam Ekonomi Syariah, (Depok: Rajawali Pers,2017), h.27
9 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta : Rajawali Pers, 2010), h.47
c. Tujuan pokok akad d. Kesepakatan.10
Pihak-pihak yang berakad adalah orang, persekutuan, kelompok orang yang sudah memiliki kecakapan hukum kecakapan hukum adalah kemampuan subjek hukum untuk melakukan perbuatan yang dipandang sah sacara hukum sudah berakal, dan tamyiz.11
4. Syarat-syarat Akad
Para ulama fikih memberikan bererapa pendapat syarat yang harus dipenuhi dalam suatu akad, yaitu syarat umum dan syarat khusus akad.
a. Syarat-syarat yang sifatnya umum adalah syarat yang memang konsepnya wajib berupa dalam wujudnya diberbagai akad.
1) Pihak-pihak yang terkait dalam akad ialah dipandang sebagai orang yang sudah mampu bertindak menurut hukum (mukallaf).
Apabila belum mampu, harus dilaksanakan melalui walinya.12 2) Objek akad itu harus didasarkan atas ketentuan syara‟ artinya
benda-benda yang menjadi objek akad tersebut haruslah mempunyai nilai yang ekonomis serta manfaat melainkan mudharat bagi manusia. Syarat dari benda-benda tersbut sifatnya harus suci, artinya tidak mengandung bangkai, minuman keras, babi atau darah yang dianggap tidak memiliki nilai dan tidak memberikan manfaat bagi manusia.13
3) Akad itu tidak dilarang oleh hukum syara‟, seperti jual beli mulâmasah.
10Penjelasan padaPasal 22 Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah.
11Penjelasan pasal 23 Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah.
12Sohari Sahrani dan Ru‟fah Abdullah, Fikih Muamalah, (Bogor: Galia Indonesia, 2011), h.45
13 Gemala Dewi, Wirdaningsih danYeni Salma Balinti, Hukum Perikatan Islam di Indonesia, ( Jakarta: Kencana, 2007) Cet Ke-3, h.60
22 4) Ijab dan qabul harus saling terikat sehingga jika pelaku aka berijab lalu berpisah sebelum adanya qabul, maka ijab tersebut menjadi bathil atau tidak sah.14
b. Syarat-syarat yang bersifat khusus, yaitu syarat yang wujudnya wajib ada sebagian akad. Syarat khusus ini juga disebut sebagai syarat tambahan yang harus ada diantara syarat-syarat umum, seperti adanya syarat saksi dalam pernikahan. Berikut dalah syarat-syarat umum yang harus ada dalam akad, sebagai berikut:
1) Kedua belah pihak yang melaksanakan akad harus cakap bertindak. Tidak sah jika orang yang belum cakap hukum, seperi orang gila, anak kecil atau anak masih dibawah pengampuan walinya karena ditakutkan akan terjadinya pemborosan atau hal lainnya.15
2) Objek akad telah dibenarkan oleh syara‟ artinya barang atau jasa yang diperbolehkan menurut syara‟ untuk jadikan transaksi.16
3) Ijab itu terus berjalan, tidak diputuskan ketika akad sebelum adanya qabul, maka bila pelaku akad tersebut berijab lalu menarik kembali ucapan sebelum qabul, maka ijabnya tidak sah.
17
4) Ijab dan qabul mestinya harus bersambung, sehingga jika seseorang yang berijab sudah berpisah sebelum adanya qabul, maka ijab tersebut menjadi bathil atau tidak sah.
14 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta : Rajawali Pers, 2010), h.50
15 Sohari Sahrani dan Ru‟fah Abdullah, Fikih Muamalah, (Bogor: Galia Indonesia, 2011), h.46-47
17 Isnawati Rais dan Hasanudin, Fiqh Muamalah dan Aplikasinya pada LKS (Ciputat : Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011) Cet Ke-1, h. 53
5) Objek akad dapat menerima hukumnya.18
5. Jenis-jenis Akad
Dalam proses terjadinya akad dapat dikategorikan beberapa jenis yaitu sebagai berikut:
a. Jenis akad berdasarkan sah dan batalnya akad terbagi menjadi dua bagian yaitu:
1) Akad shahihah, yaitu akad yang menjadi sebab yang legal untuk melakukan pengaruhnya dengan cara dilafazdkan yang memiliki wewenang, sah terhadap hukumnya, tidak terdapat cacat dalam rukun dan sifatnya.19
2) Akad fasihah, yaitu akad terdapat didalamnya cacat atau cedera karena salah satu dari syaratnya akad tidak lengkap, baik itu syarat secara umum maupun khusus.
b. Akad berdasarkan berlakunya tidaknya akad yaitu:
1) Akad nafizah, yaitu akad yang terlepas dari suatu pengahalang sahnya akad.
2) Akad mauqufah, yaitu akad-akad yang berpautan denga adanya unsur perizinan, seperti akad fudhuly (akad yan berlaku setelah adanya persetujuan dari pemilik harta), karena berlakunya akad ini adaah adanya persetujuan oleh orang yang terkait dalam akad.20
c. Akad berdasarkan penanamannya:
1. Akad musamma, akad yang telah ditetapkan oleh hukum syara‟
18 Sohari Sahrani dan Ru‟fah Abdullah, Fikih Muamalah, (Bogor: Galia Indonesia, 2011
19 Mardani, Hukum Perikatan Syariah di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), h.58
20 Sohari Sahrani dan Ru‟fah Abdullah, Fikih Muamalah, (Bogor: Galia Indonesia, 2011),h.49
24 dan telah ada hukum-hukumnya, seperti jual beli, hibah, dan ijârah.
2. Akad ghairu musamma, akad yang belum ditetapkan oleh syara‟
dan belum ditentukan hukum-hukumnya.21 6. Berakhirnya Akad
Suatu akad telah mencapai tujuannya, jikalau dipandang telah berakhir. Misalnya, dalam jual beli kad dipandang telah berakhir apabila barang terjadinya perpindahan kepemilikan kepada pembeli dan harganya telah menjadi milik penjual. Dalam akad gadai dan pertanggungan (kafâlah), akad dipandang telha berakhir apabila utang telah diselesaikan.
Selain telah tercapainya tujuan, akad juga dipandang dari segi berakhir apabila terjadinya fasakh (pembatalan) atau telah apabila utang telah diselesaikan. Faktor terjadinya fasakh karena sebab-sebab berikut:22
a. Di-fasakh (dibatalkan) kaena adanya hal-hal yang tidak dibenarkan oleh syara‟. Seperti yang disebutkan dalam akad rusak.misalnya, jual beli barang yang tidak memenuhi syarat kejelasan.
b. Dengan sebab adanya khiyar, baik khiyar rukyat, cacat, syarat, atau majelis.
c. Salah satu pihak dengan persetujuan pihak lain membatalkan karena merasa menyesal atas akad yang baru saja dilakukan. Fasakh dengan cara ini disebut iqalah.
d. Karena kewajiban yang ditimbulkan, oleh adanya akad yang tidak dipenuhi oleh pihak-pihak yang berkaitan. Misalnya, dalam khiyar pembayaran (khiyar naqh) penjual mengatakan, bahwa ia menjual
21Mardani, Hukum Perikatan Syariah di Indonesia, ( Jakarta: Sinar Grafika, 2013) , h.60
22 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah (Jakarta: Rajawali Pers, 2010) Cet Ke-5, h.92-93
barangnya kepada pembeli, dengan ketentuan apabila dalam tempo seminggu harganya tidak dibayar, akad jual beli menjadi batal.
Apabila pembeli dalam kurun waktu yang ditentukan itu membayar, akad berlangsung. Akan tetapi apabila ia tidak membayar, akad menjadi rusak (batal).
e. Tidak izinkan dari orang yang berwenang.
f. Karena kematian. Mengenai kematian ini, terdapat perbedaan pendapat di antara para fuqaha mengenai masalah apakah kematian pihak-pihak yang melakukan akad mengakibatkan berakhirnya akad.
B. Musyârakah
1. Pengertian Musyârakah
Musyârakah secara bahasa sering disebut juga dengan syirkah yang merupakan ikhtilaf (percampuran) yakni bercampurnya salah satu dari dua harta dengan harta yang lainnya tanpa dapat dibedakan diantara keduanya.23Musyârakah dalam bahasa arab disebut juga
َكَرَ تْشِا – َكَرَش
,yang artinya bersama-sama berpartisipasi.24
Sedangkan secara istilah berarti akad diantara dua orang atau lebih untuk berserikat dalam suatu modal dan keuntungan. Istilah lain yang digunakan untuk musyârakah adalah shârikah atau syirkah.25Menurut Sayyid Sabiq, syirkah adalah “akad antara orang yang berserikat terhadap modal dan keuntungan yang sama”.26
Para fuqaha membuat defenisi tentang musyârakah ini sangat
23 Yadi Janwari, Lembaga Keuangan Syariah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015), Cet Ke-1 h.74
24 Atabik Ali, A.Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer Arab Indonesia, ( Yogyakarta: Multi Karya Grafika),h.1129
25 Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Syariah Produk-Produk dan Aspek- aspek hukumnya, (Jakarta:Prenada media Group, 2015), Cet Ke-2, h.329
26 Sayyid Sabiq, Fiqh Al-Sunnah, ( Dar RulFath: Mesir, 1990) h.202
26 beragam, sekalipun sebenarnya secara substantif tidak terdapat perbedaan secara signifikan. Kemudian dalam fatwa dsn-mui, musyârakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.27
Menurut Undang-undang No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, musyârakah yaitu akad kerja sama di antara dua pihak memberikan porsi dana dengan ketentuan yang masing-masing pihak memberikan dana dengan ketentuan bahwa keuntungan akan dibagi sesuai dengan kesepakatan, sedangkan kerugian ditanggung sesuai dengan porsi dana masing-masing.28
Dari beberapa defenisi di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan musyârakah adalah suatu akad kerja sama atau orang yang berserikat, dimana antara dua pihak atau lebih untuk melakukan perkongsian dalam hal modal, dengan membagi keuntungan dan kerugian sesuai dengan proposial yang diperoleh masing-masing pihak terkait, diperjanjiakan sesuai dengan kesepakatan. Oleh karena itu, dalam akad musyarakah terdapat „aqidayn, (dua orang yang berakad) „aqd (ijab dan qobul), ma‟qud„alaih, (tujuan akad), dan ribh (keuntungan).29
2. Rukun dan Syarat Musyârakah a. Rukun Musyârakah
Rukun musyârakah merupakan sebuah hal yang paling penting
27 Fatwa DSN-MUI Tentang Pembiayaan Musyârakah
28 Penjelasan Pasal 1 huruf c UU No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
29 Yadi Janwari, Lembaga Keuangan Syariah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015), Cet Ke-1 h.75
yang harus dilakukan oleh setiap orang dalam melaksanakan perjanjian.
Adapun beberapa ulama berbeda pendapat mengenai pembahasan dalam rukun musyârakah. Menurut ulama Hanafiyah rukun musyârakah hanya terdapat dua bagian saja yaitu, ijab (pernyataan orang yang akan melaksanakan perjanjian) dan qabul (pernyataan atas orang yang menerima perjanjian). 30
Ketika rukun ditambahkan selain ijab dan qabul maka hal tersebut sama dengan dua orang yang melaksanakan perjanjian dan objek perjanjian menurut pendapat Hanafiyah itu bukan termasuk bagian rukun, melainkan termasuk bagian syarat musyârakah.
Sedangkan menurut mayoritas ulama menyebutkan bahwa rukun musyârakah itu hanya meliputi dua orang yang berserikat yakni, sighat (ijab dan qabul) dan objek akad.
Syafi‟iyah berpendapat bahwa syirkah yang sah hukumnya hanya terdapat satu jenis saja, yaitu syirkah „inan. Adapun syirkah yang disebutkan oleh Mazhab lain adalah hukumnya bathil yaitu syirkah „abdan, mufâwadhah, dan wujûh.31
Adapun menurut Ascarya berpendapat tentang rukun dari akad musyârakah yang harus dipenuhi dalam transaksi adalah sebagai berikut:`
1) Pelaku akad, yaitu para mitra usaha
2) Objek akad, yaitu modal mal, kerja (dharabah), dan keuntungan (ribh) dan
30 Abu Azam Al Hadi, Fikih Muamalah Kontemporer, ( Depok: Rajawali Pers, 2017), Cet Ke-1,h.3
31 Abdurrahman al-Jaziri, al-Fiqh „Ala Madzahib al-Arbâ ah ( Beirut: Dar – al-kutub al-ilmiyah), Juz III, 2003 ,h.72
28 3) Shigah, yaitu ijab dan qobul.32
b. Syarat Musyârakah
Syarat terbentuknya suatu akad musyârakah terbagi menjadi lima syarat yaitu:
1) Ada barang berharga yang berupa dirham dan dinar.
2) Modal dari kedua belah pihak yang terlibat syarikah harus sama jenis dan macamnya
3) Menngabungkan kedua harta yang dijadikan modal
4) Masing-masing pihak memberikan izin terhadap rekannya untuk menggunakan harta tersebut.
5) Untung dan rugi menjadi tanggungan bersama.33
Selanjutnya dalam Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah juga menyebutkan, bahwa kententuan syarat dalam syirkah ialah salah satu bentuk akad syirkah disyaratkan agar pihak-pihak yang bekerja sama harus cakap melakukan perbuatan hukum.34 Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional mengenai rukun dan syarat dalam akad musyârakah adalalah pihak-pihak yang terkait didalam melakukan akad, objek akad serta serah terima akad ada ketentuan-kententuannya harus cakap hukum serta memperhatikan beberapa hal berikut ini:
a) Pernyataan dalam ijab qabul
(1) Penawaran dan penerimaan harus secara eksplisit menunjukan tujuan kontrak (akad).
(2) Penerimaan dari penawaran harus dilakukan pada saat kontrak.
(3) Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespondensi, atau dengan menggunakan cara-cara komunikasi modern.
32 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, ( Jakarta: Rajawali Pers, 2011), Cet Ke-3, h.52
33 Musthafa Dib Al-Bugha, Fikih Islam Lengkap Penjelasan Hukum-hukum Islam mazhab Syafi‟i, (Surakarta: Perpustakaan Nasional, 2009), h.284
34Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah Pasal 142. h.52
b) Pihak-pihak yang terkait harus cakap hukum dengan memperhatikan hal-hal berikut ini:
(1) Kompenten dalam memberikan atau diberikan kekuasaan dan perwalian.
(2) Setiap mitra harus menyediakan dan pekerjaan, dan setiap mitra melaksanakan keja sebagai wakil.
(3) Setiap mitra memiliki hak untuk mengatur aset musyârakah dalam proses bisnis normal.
(4) Setiap mitra harus memberikan delegasi wewenanag terhadap mitra yang lainnya untuk mengelola aset dan masing-masing dianggap telah diberi wewenang untuk melakukan kegiatan musyârakah dengan memperhatikan kepentingan lainnya, tanpa melakukan kelalaian dan kesalahan yang disengaja.
(5) Seorang mitra tidak diizinkan dalam menggunakan dana atau menginvestasikan dana untuk kepentingan sendiri.35
3. Jenis-Jenis Musyârakah
Syirkah dibagi menjadi dua, yaitu syirkah amlak (kongsi harta) dan syirkah „uqûd (kongsi tranksaksi). Dalam hukum positif, syirkah amlak dianggap sebagai syirkah paksa (ijbâriyah), sedangkan syirkah „uqûd dianggap sebagai syirkah sukarela (ikhtiyâriyah).
a. Syirkah Amlak
Syirkah amlak adalah persekutuan kepemilikan dua orang atau lebih terhadap suatu barang tanpa transaksi syirkah. Syirkah hak milik ini terbagi menajdi dua bagian:
1) Syirkah ikhtiyar (sukarela), yaitu syirkah yang lahir atas
35Fatwa DSN-MUI No. 08/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Musyârakah
30 kehendak dua pihak yang bersekutu.36 Dengan kata lain adalah pilihan sendiri misalnya hibah atau wasiat yang diberikan terhadap dua orang terhadap barang yang sama atau dua orang membeli satu barang yang sama. Maka, keduanya menjadi berserikat terhadap satu barang dalam kepemilikan.
2) Syirkah Jabar (paksaan), yaitu perserikatan yang terjadi bukan pilihan melainkan ketetapan hukum. Seperti perserikatan terhadap harta warisan yang ditentukan syara‟ maka menjadi hukum syarikah kepemilikan. Hukum syarikah kepemilikan ini tidak boleh bagi seseorang melakukan transaksi apapun terhadap bagian orang lain tanpa seizinnya. Karena haknya terhadap adalah untuk bagiannya. Sedangkan orang lain tidak ada hak didalamnya.37
b. - uqûd
Syirkah al-„uqûd adalah akad yang disepakati oleh dua orang atau lebih untuk mengikatkan diri dalam perserikatan dan keuntungannya.38
Didalam syirkah al-„ûqud, keuntungan dibagi secara proporsional di antara para pihak seperti halnya mudhârabah.
Berbeda dengan mudhârabah, kerugian juga ditanggung secara proporsional sesuai dengan modal masing-masing yang telah ditanggung secara proporsional sesuai dengan modal yang diperoleh masing-masing yang telah diinvestasikan oleh para pihak.39
36Wahbah Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, Jilid 5 ( Jakarta: Gema Insani, 2011), h.442
37Sayyid Sabiq, Fiqh Al-sunnah, Juz 3( Daru al-fath : Mesir, 1990), h.202-203
38 Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), Cet Ke-1,h.168
39 Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Syariah Produk-Produk dan Aspek- aspek hukumnya, (Jakarta:Prenda media Group, 2015), Cet Ke-2, h.331
Buku-buku fikih membagi syirkah al-„ûqud ke dalam empat jenis yaitu:
1) Syirkah al-mufâwadhah
Mufawadhah dalam arti bahasa adalah al-musawwah, yang artinya “ persamaan” syirkah yang kedua ini dinamakan syirkah al-mufâwadah karena unsur didalamnya mengandung makna persamaan dalam modal, keuntngan, melakukan tasarruf (tindakan hukum), dan lain-lainnya. Menurut satu pendapat, mufâwadhah diambil dari kata at-tadwidh (penyerahan), karena masing-masing peserta menyerahkan hak untuk melakukan tasarruf kepada pihak yang berserikat lainnya.40
<