STIE YPUP Makassar
IMPLEMENTASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 25/29 DAN KOREKSI FISKAL DALAM PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN
PADA PT. PUTRI AYU NUSANTARA DI MAKASSAR Parida
1, Erwin Horas
2, Daryanti
3Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YPUP Makassar
[email protected]1, [email protected]2, [email protected]3
ABSTRACT
This research aims at analyzing whether the Implementation of Income Tax Article 25/29 and Fiscal Correction in the Implementation of the Corporate Income Tax Calculatioan at PT. Putri Ayu Nusantara is in accordance with Law No. 36 of 2008 concerning Income Tax. This research used a descriptive qualitative research design sourced from primary and secondary data by using observation, interview and documentation. The data analysis technique used was desceiptive qualitative. The research results showed that the Calculation of Corporate Income Tax at PT. Putri Ayu Nusantara in Makassar, according to the Taxation Law No.36, 2008 that has been analyzed, it was found that the company’s operating costs listed in the financial statements of PT. Putri Ayu Nusantara in 2018, which was profit and loss that was not in accordance with the Taxation Law. Then the three Company Operating Costs consisting of Office Needs Costs. Canvas Costs, and Vehicle Fuel Costs must be made positive Fiscal Correction to fix the net income in 2018 which was corrected by Corporate Income Tax Return in 2018. It must be paid and reported to the North Makassar KPP.
Keywords: Income Tax Article 25/29, Corporate Income Tax and Fiscal Correction PENDAHULUAN
Peranan Pajak semakin besar dan penting dalam menyumbang penerimaan negara dalam rangka kemandirian membiayai pelaksanaan pembangunan nasional. Dengan semakin berkembangnya kondisi usaha dan bisnis baik ditingkat nasional maupun internasional, maka penghasilan yang diterima Wajib Pajak badan dalam negeri juga meningkat. Salah satu sumber penghasilan dari pajak yang di dapat oleh negara adalah Pajak Penghasilan Badan.
Untuk mengetahui besarnya Pajak Penghasilan yang dibayar oleh perusahaan atau penyelenggara kegiatan usaha harus mengikuti Undang-Undang No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, berlaku sejak 1 Januari 1984. Undang-Undang ini sudah beberapa kali mengalami perubahan dan perubahan terakhir diatur dalam Undang- Undang No.36 Tahun 2008. Undang-Undang Pajak Penghasilan (PPh) mengatur cara menghitung dan cara melunasi pajak. Dengan demikian Undang-Undang tersebut menjamin kepastian hukum serta memberikan fasilitas kemudahan dan kerugian bagi wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban pajak.
Semakin besar laba yang dicapai, maka semakin besar pula Pajak Penghasilan yang harus dibayar oleh perusahaan.Wajib Pajak Badan wajib menyelenggarakan pembukuan dan ditutup dengan menyusunan laporan keuangan berupa Neraca dan Laporan laba- rugi serta perhitungan pajak pada setiap akhir tahun pajak yang diatur dalam Undang- Undang No 6 Tahun 1983 dan diubah terakhir dengan Undang-Undang No. 16 Tahun 2009 pasal 28 ayat 1 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Oleh karena itu, dalam menghitung Pajak Penghasilannya, Wajib Pajak Badan dapat menggunakan laporan keuangan yang dilaporkan oleh perusahaan.
Rumusan Masalah dari latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan ini adalah “Apakah Pajak Penghasilan Pasal 29 dan koreksi fiskal dalam perhitungan pajak penghasilan Badan yang diterapkan sudah sesuai dengan Undang-Undang Perpajakan No. 36 Tahun 2008 yang berlaku pada PT.
Putri Ayu Nusantara di Makassar” ?
Tujuan penelitian ini adalah : 1). Untuk mengetahui apakah sudah sesuai dengan Pasal 29 menurut Undang-Undang Perpajakan No.36 Tahun 2008. 2). Untuk mengetahui
Implementasi Pajak Penghasilan
ACCOUNTING. Vol. 01, No.01, Maret 2020, pp 216-223 225 apakah koreksi fiskal sudah sesuai dengan laporan keuangan?
.
TINJAUAN LITERATUR
Pajak adalah kontribusi wajib pajak kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Pembayaran pajak merupakan perwujudan dari kewajiban kenegaraan dan peran serta wajib pajak untuk secara langsung dan bersama- sama melaksanakan kewajiban perpajakan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional. Sesuai dengan falsafah Undang- Undang perpajakan, membayar pajak bukan hanya merupakan kewajiban, tetapi merupakan hak dari setiap warga negara untuk ikut berpartisipasi dalam bentuk peran serta terhadap pembiayaan negara dan pembangunan.
Menurut Rochmant Soemitro, dalam Mardiasmo (2018:3) bahwa : Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang yang dapat dipaksakan dengan tiada mendapatkan timbal balik kontra- prestasi yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Menurut S.I.Djajadinigrat dalam Djoko Muljono (2010:1) Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian daripada kekayaan kepada negara disebabkan suatu keadaan, kejadian dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan- peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa balik dari negara secara langsung untuk memelihara kesejahteraan umum.
Menurut P.J.A.Adriani dalam Thomas Sumarsan (2015:3) Pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan. Agoes dan Trisnawati dalam kutipan Prof.Dr.MJH.Smeets (2016:6) Pajak adalah prestasi kepada
pemerintah yang terutang melalui norma- norma umum, dan yang dapat dipaksakan, tanpa adanya kontraprestasi yang dapat ditunjukkan secara individual, maksudnya adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah.
Menurut Pramukti dan Primaharsya dalam kutipan Mr.Dr.NJ.Felman dalam bukunya De Over Heidmiddelen Van Indonesia mengartikan pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada pengusaha (menurut norma-norma yang ditetapkannya secara umum) tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran- pengeluaran umum.
Fungsi pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan, ada dua fungsi pajak yaitu Fungsi Anggaran (Budgetair) dan Fungsi Mengatur (Regulered). (djp).
Sistem Pemungutan Pajak adalah:
1).Official assessment system adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak terutang oleh wajib pajak.2).Self assessment system adalah sistem dimana wajib pajak diberi kepercayaan oleh undang-undang untuk menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri jumlah pajak terutang sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
Asas Pemungutan Pajak ada 3 jenis, yaitu: asas tempat tinggal/domisili, asas kebangsaan dan asas sumber. Menurut Jack Kaditti Bangun (2010:24) mengemukakan 4 macam tarif pajak yaitu : Tarif Tetap, Tarif Proporsional, Tarif Progresif dan Tarif Degresif.
Pajak Penghasilan (PPh) adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak baik orang pribadi dan badan, berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperoleh selama satu tahun pajak. Akuntansi Pajak Penghasilan Menurut Waluyo (2014:35) adalah dalam menetapkan besarnya pajak terutang tetap mendasarkan laporan keuangan yang disusun oleh perusahaan, mengingat dalam ketentuan perundang-undangan perpajakan terdapat aturan-aturan khusus yang berkaitan dengan akuntansi, yaitu masalah
metode pengukurannya, serta pelaporannya yang ditetapkan dengan undang-undang.
Pajak Penghasilan Pasal 25 adalah besarnya angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan yang harus dibayar sendiri oleh wajib pajak untuk setiap bulan adalah sebesar Pajak Penghasilan yang terutang menurut Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak yang lalu, dikurangi dengan:
1).Pajak Penghasilan yang dipotong sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dan Pasal 23 serta pajak penghasilan yang dipungut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22, dan 2). Pajak Penghasilan yang dibayar atau terutang diluar negeri yang boleh dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24, dibagi 12 (dua belas) atau banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak.
Pajak Penghasilan Pasal 29 adalah pajak yang harus dilunasi oleh wajib pajak orang pribadi dan wajib pajak badan sebagai akibat PPh Terutang dalam Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan lebih besar dari pada kredit pajak yang telah dipotong atau dipungut oleh pihak lain dan yang telah disetor sendiri.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak 1).Kesadaran Wajib Pajak adalah keadaan mengetahui atau mengerti, sedangkan perpajakan adalah perihal pajak. Maka kesadaran perpajakan adalah keadaan mengetahui atau mengerti perihal pajak (Jotopurnomo dan Mangoting, 2013).2).Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer suatu kebiasaan, nilai dan aturan dari generasi satu ke generasi lainnya pada suatu kelompok masyarakat (Ensiklopedia Indonesia). Sosialisasi juga mengubah milik perorangan menjadi milik umum. Menurut Kamus Besar Indonesia, Sosialisasi berarti usaha proses belajar seorang anggota masyarakat untuk mengenal dan menghayati kebudayaan masyarakat di lingkungannya.3).Pelayanan Fiskus Pelayanan adalah cara melayani (membantu mengurus atau menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan seseorang). Sementara itu fiskus adalah petugas pajak. Dengan demikian pelayanan fiskus dapat diartikan sebagai cara petugas pajak dalam membantu mengurus atau menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan wajib pajak (Santi,2012).4).Sanksi Perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
kata lain sanksi perpajakan merupakan alat pencegah agar wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan (Mardiasmo, 2011:59).5).Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk mengguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan. (pasal 1 angka 25 UU KUP).
Koreksi fiskal adalah koreksi penyesuaian yang harus dilakukan oleh wajib pajak sebelum menghitung Pajak Penghasilan (PPh) bagi wajib pajak badan dan wajib pajak orang pribadi. Koreksi fiskal terjadi karena adanya perbedaan perlakuan penghasilan maupun biaya antara akuntansi komersial dengan akuntansi pajak, (Wibowo). Koreksi fiskal dilakukan terhadap baik penghasilan dan biaya. Perbedaan koreksi fiskal tersebut dapat dibedakan menjadi 2, yaitu : 1).Beda Waktu Menurut Setiawan (2016:178) Beda Waktu adalah biaya atau pembebanan menurut perpajakan dan akuntansi adalah sama, yang membedakan adalah waktu atau masa alokasi biaya. Koreksi ini menimbulkan koreksi positif dan negatif bagi perpajakan karena beda pengakuan pembebanan untuk setiap tahunnya. 2).Beda Tetap menurut Setiawan (2016:211) adalah terjadi perbedaan pengakuan penghasilan dan biaya menurut perpajakan dan akuntansi. Perbedaan tersebut karena perpajakan lebih mengandung ketentuan hukum yang lebih spesifik dan mengatur. Misalnya penghasilan yang bukan objek apapun dan berapapun jumlah penghasilan tersebut menurut perpajakan tidak perlu dihitung kembali penghasilan nettonya di akhir tahun pajak, sedangkan menurut akuntansi sepanjang merupakan pendapatan maka akan dihitung penghasilannya di akhir tahun buku.
Hipotesis: diduga ada perbedaan PPh Pasal 25/29 dan koreksi fiskal dengan perpajakan yang mempengaruhi laporan laba- rugi perusahaan.
Implementasi Pajak Penghasilan
ACCOUNTING. Vol. 01, No.01, Maret 2020, pp 216-223 227 METODE PENELITIAN
Desain penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif kualitatif.
Deskriptif adalah suatu rumusan masalah untuk mengungkapkan atau memotret situasi sosial yang akan diteliti secara menyeluruh, luas dan mendalam. Dan dimana semua data yang telah dikumpulkan di analisis dengan menghubungkan antara perhitungan pajak penghasilan badan sesuai dengan Undang- Undang Perpajakan No. 36 Tahun 2008.
Lokasi dan waktu penelitian yang menjadi objek penelitian penulis adalah pada perusahaan PT. Putri Ayu Nusantara Di Makassar, yakni sebuah perusahaan distributor yang beralamat di Jl. Ir. Sutami No. 21 Kel.
Parangloe Kec. Tamalanrea Makassar, sedangkan waktu penulisan dilakukan selama dua bulan.
Jenis data yang digunakan penulis adalah:1).Data Kuantitatif, yaitu data yang diperoleh dari perusahaan dalam bentuk angka-angka yang dapat dihitung seperti besarnya pajak penghasilan yang dikeluarkan oleh perusahaan serta data lainnya yang menunjang pembahasan penelitian proposal ini.2).Data Kualitatif, yaitu data yang bersifat informasi yang menyangkut masalah sejarah pendirian perusahaan dan uraian tugas masing- masing bagian dalam perusahaan.
Sumber data yang digunakan penulis adalah : 1).Data Primer, ini diperoleh dari perusahaan dengan melalui wawancara dengan pimpinan perusahaan dan melalui observasi langsung dengan pihak-pihak yang berkepentingan. 2). Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui dokumen-dokemen atau arsip-arsip perusahaan yang ada kaitannya dengan pembahasan penelitian proposal ini khususnya mengenai perhitungan pajak penghasilan badan yang dilakukan oleh perusahaan.
Teknik pengumpulan data metode pengumpulan data dilakukan dengan : 1).Observasi yaitu dilakukan dengan jalan mengadakan pengamatan secara langsung dalam proses kegiatan pengolahan data khususnya masalah Perhitungan Pajak Penghasilan Badan pada PT. Putri Ayu Nusantara di Makassar.2).Wawancara yaitu dengan melakukan Tanya jawab dengan bagian Keuangan/Accounting serta Direktur PT. Putri Ayu Nusantara untuk mendapatkan data tentang cara perhitungan pajak
penghasilan badan pada perusahaan.3).
Dokumentasi yaitu dengan mengumpulkan data-data perusahaan seperti neraca, dan laporan laba/rugi pada PT. Putri Ayu Nusantara di Makassar.
Teknik analisis data penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif yaitu suatu kegiatan untuk mengumpulkan dan mengklasifikasikan data yang berasal dari teori yang ada pada Undang- Undang Perpajakan. Adapun langkah-langkah sebagai berikut: 1).Menganalisis perhitungan pajak penghasilan badan yang telah dilakukan oleh PT. Putri Ayu Nusantara.
2).Membandingkan perhitungan pajak penghasilan badan yang selama ini perusahaan lakukan dengan perhitungan pajak badan sesuai dengan peraturan Undang-Undang Perpajakan.3).Menghitung besarnya PPh Pasal 25/29 angsuran bulanan tahun berikutnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Secara umum laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan atau hasil akhir dari aktivitas perusahaan PT.
Putri Ayu Nusantara dalam satu periode akuntansi yang menunjukkan dua hal pokok yakni laporan keuangan Neraca per 31 Desember 2018 dan laporan laba rugi periode 1 Januari 2018 - 31 Desember 2018. Laporan keuangan dibuat untuk memberikan gambaran mengenai aktivitas operasional perusahaan dalam satu periode akuntansi sehingga memudahkan bagi pihak-pihak yang berkepentingan baik internal maupun eksternal dalam pengambilan keputusan.
Koreksi fiskal adalah penyesuaian yang harus dilakukan oleh wajib pajak badan sebelum menghitung Pajak Penghasilan Badan
Tahun 2018. Koreksi fiskal terjadi karena adanya perbedaan perlakuan penghasilan maupun biaya antara akuntansi komersial dengan akuntansi pajak. Akibat koreksi fiskal dari Laporan Keuangan Komersial tahun 2018 menjadi Laporan Keuangan Fiskal tahun 2018 menyebabkan perbedaan antara laba komersial tahun 2018 dengan laba pajak tahun 2018.
Koreksi fiskal ini dimaksudkan agar laba bersih tahun 2018 dari laporan komersial dengan laporan fiskal PT. Putri Ayu Nusantara dapat disesuaikan untuk menghitung besarnya Pajak Penghasilan Badan tahun 2018. Koreksi fiskal terdiri dari koreksi fiskal positif dan negatif yang ada terdapat dilembaran SPT
nomor 5 dan 6. Berikut ini akan disajikan Laporan laba rugi periode 1 Januari - 31
1 berikut ini
1. PENJUALAN
Tabel 1
PT. Putri Ayu Nusantara Daftar Perhitungan Rugi-Laba Periode 1 Januari s/d 31 Desember 2018
- Penjualan Bersih Rp 86.279.927.741 2. HARGA POKOK PENJUALAN
- Persediaan awal per 1 Jan 2018 Rp 23.522.587.465 - Pembelian bersih 1 Jan 2018 Rp 80.716.346.669
s/d 31 Desember 2018
Barang Tersedia dijual Rp104.238.934.134 - Pers Akhir per 31 Des 2018 (Rp 24.075.046.376)
Harga Pokok Penjualan (Rp 80.163.887.758) LABA KOTOR Rp 6.116.039.983 3. BIAYA OPERASIONAL
- Biaya Operasional (Rp 5.161.390.628) LABA BERSIH Rp 954.649.355 Sumber: PT. Putri Ayu Nusantara
Pembahasan berdasarkan perhitungan perusahaan PT.Putri Ayu Nusantara terhadap besarnya Pajak Penghasilan Badan Tahun 2018 yang terutang adalah sebesar Rp 238.662.250.-. Di dalam laporan keuangan Tahun 2018 khususnya yang terdapat pada lampiran biaya operasional yang tidak diperkenakan menjadi pengurang Penghasilan bruto oleh Peraturan Perpajakan yang berlaku, yang antara lain yaitu :1).Biaya Keperluan Kantor Sebesar Rp 14.301.000.- Tahun 2018 yang dilaporkan oleh PT. Putri Ayu Nusantara sudah sesuai dengan Undang-Undang No. 36 Tahun 2008, tetapi ada uang yang diambil oleh Karyawan Kantor Sebesar Rp 1.851.200.- hanya dicatat di selembar Surat dijadikan sebagai nota biaya keperluan kantor dimasukkan ke Akun Biaya Keperluan Kantor.
Menurut pendapat penulis PT. Putri Ayu Nusantara harus melakukan koreksi fiskal Sebesar Rp 1.851.200.- karena tidak sesuai dengan Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 Pasal 9 ayat 1 huruf b. 2). Biaya Kanvas Sebesar Rp 255.291.564.- yang dilaporkan oleh PT.
Putri Ayu Nusantara, tetapi pada saat penulis melakukan pengamatan dan wawancara dengan bagian Staf Akuntansi, didapati ada Biaya Kanvas yang tidak dilengkapi dengan bukti nota / kwitansi pembayar dan pemakaian sendiri yang
melebihi hitungan kewajaran yang tidak sesuai dengan Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 Pasal 9 ayat 1 huruf i Sebesar Rp 10.106.000.- Menurut penulis, PT. Putri Ayu Nusantara harus melakukan Koreksi Fiskal Positif Sebesar Rp 10.106.000.- 3).Penulis mendapatkan Informasi dari bagian Staf Akuntansi bahwa di dalam akun Biaya Bahan Bakar Kendaraan Sebesar Rp 203.040.646.- ada terdapat Kendaraan pribadi Direktur yang pemakaian bahan bakar Setahun Sebesar Rp 4.837.500.- Menurut Undang- Undang No.36 Tahun 2008 pasal 9 ayat 1 huruf i bahwa pemberian fasilitas bahan bakar kendaraan tersebut tidak dapat diperkenakan sebagai pengurang penghasilan bruto Sebesar Rp 4.837.500.- Menurut pendapat penulis PT.
Putri Ayu Nusantara harus melakukan koreksi fiskal positif Sebesar Rp 4.837.500.-
Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan Pasal 6 ayat 1 yang berhubungan dengan biaya-biaya yang dimasukkan sebagai pengurang penghasilan dan pasal 9 ayat 1 mengenai biaya-biaya yang tidak boleh dimasukkan sebagai pengurang penghasilan, membuat laporan Koreksi Fiskal tahun 2018 atas laporan komersial perusahaan sebagai berikut:
Implementasi Pajak Penghasilan
ACCOUNTING. Vol. 01, No.01, Maret 2020, pp 216-223 229 Tabel 2
Laporan Koreksi Fiskal Tahun 2018 Keterangan Laporan Komersial
(Rp)
Koreksi Fiskal (Rp) Laporan Fiskal (Rp) 1. Pendapatan
2. HPP 3. Laba Kotor
4. Biaya Operasional:
a. B.G.Karyawan b. B.Telpon c. B.Listrik
d. B.Alat Tulis Kantor e. B.Keperluan Kantor f. B.Ongkos Kirim g. B.Asuransi
Kebakaran h. B.Kanvas i. B.Ekspedisi
86.279.927.741 (80.163.887.758)
6.116.039.983 2.529.945.000
6.084.398 56.191.596 17.944.800 14.301.000 4.297.312 14.882.673 255.291.564 1.836.950.000
- - - - - - - 1.851.200
- - 10.106.000
-
86.279.927.741 (80.163.887.758)
6.116.039.983 2.529.945.000
6.084.398 56.191.596 17.944.800 12.449.800 4.297.312 14.882.673 245.185.564 1.836.950.000 j. B.Pergurusan Surat
Kendaraan k. B.Bahan Bakar l. B.Parkir/Tol m. B.Pemeliharaan
Kendaraan n. B.PBB
o. B.Adm dan Bunga Bank
p. B.Penyusutan Aktiva Tetap
5.471.000
203.040.646 63.425.500 70.497.914 25.569.006 23.500.865 33.997.354
-
4.837.500 - - - - -
5.471.000
198.203.146 63.425.500 70.497.914 25.569.006 23.500.865 33.997.354
Jumlah Biaya Operasional
5.161.390.628 16.794.700 5.144.595.928 1. Laba Bersih Sebelum
PPh
2. PPh Badan Tahun 2018 3. Laba Bersih Sesudah
PPh
954.649.355 (238.662.250)
715.987.105
- 971.444.055
(242.861.000) 728.583.055 Sumber: PT.Putri Ayu Nusantara (Hasil Olahan Data)
Dari laporan koreksi fiskal yang terlihat adanya peningkatan laba bersih sebelum pajak penghasilan tahun 2018 Sebesar Rp 954.649.355.- menjadi Sebesar Rp
971.444.055.- Dengan adanya peningkatan laba bersih tersebut maka akan mempengaruhi jumlah pajak penghasilan yang terutang pada akhir periode 2018 dengan perhitungan:
Perbandingan Pajak Penghasilan yang Terutang Tahun 2018
Pajak Penghasilan yang Terutang Sebelum Koreksi Fiskal
Pajak Penghasilan yang Terutang Setelah Koreksi Fiskal
Laba Bersih Sebelum PPh Rp 954.649.355 PPh Badan Tahun 2018 yg
Terutang :25%xRp954.649.000=
Rp 238.662.250
Laba Bersih Sebelum PPh Rp 971.444.055 PPh Badan Tahun 2018 yg
Terutang :25%xRp971.444.000=
Rp242.861.000 Sumber: PT. Putri Ayu Nusantara (Hasil Olahan Data)
Untuk mendapatkan perhitungan Pajak Penghasilan tahun 2018 yang masih harus dibayar tahun 2018 Sebesar Rp 76.432.669.- setelah dilakukan koreksi fiskal dan Pajak
Tabel 4
Penghasilan tahun 2018 yang masih harus dibayar Sebesar Rp 80.631.419.- dengan perhitungan sebagai berikut :
Perbandingan Pajak Penghasilan yang masih harus dibayar Tahun 2018
Pajak Penghasilan yang masih harus dibayar Sebelum Koreksi Fiskal
Pajak Penghasilan yang masih harus dibayar Sesudah Koreksi Fiskal
PPh Badan yg terutang Rp 238.866.250 PPh Badan yg terutang Rp 242.861.000 PPh Psl 22 yg di
pungut pihak lain (Rp 814.904)
PPh Psl 22 yg di
pungut pihak lain (Rp 814.904) PPh Psl 23 yg di
pungut pihak lain (Rp 31.295.777)
PPh Psl 23 yg di
pungut pihak lain (Rp 31.295.777)
Rp 206.551.569 Rp 210.750.319
PPh Psl 25 yg tlh
dibayar sendiri (Rp 130.118.900)
PPh Psl 25 yg tlh
dibayar sendiri (Rp 130.118.900) PPh Psl 29 yg
masih hrs dibayar Rp 76.432.669
PPh Psl 29 yg
masih hrs dibayar Rp 80.631.419 Sumber: PT. Putri Ayu Nusantara (Hasil Olahan Data)
Angsuran PPh Pasal 25 Tahun 2019 dihitung dari PPh Badan yang terutang 2018 dikurangi dengan PPh Pasal 22 dan PPh Pasal
23 sebagai kredit Pajak Dalam Negeri dibagi dua belas bulanan, sebagai berikut :
Tabel 5
Perbandingan Angsuran PPh Pasal 25 Tahun 2019 Pajak Penghasilan yang masih harus dibayar
Sebelum Koreksi Fiskal
Pajak Penghasilan yang masih harus dibayar Sesudah Koreksi Fiskal
PPh Badan yg terutang Rp 238.662.250
PPh Badan yg terutang Rp 242.861.000 PPh Psl 22 yg di
pungut pihak lain (Rp 814.925)
PPh Psl 22 yg di
Pungut pihak lain (Rp 814.925) PPh Psl 23 yg di
pungut pihak lain (Rp 31.295.777)
PPh Psl 23 yg di
Pungut pihak lain (Rp 31.295.777)
Rp 206.551.569 Rp 210.750.319
Angsuran PPh Psl 25 tahun 2019 :
1/12xRp206.551.569 = Rp 17.212.631
Angsuran PPh Psl 25 tahun 2019 :
1/12xRp210.750.319 = Rp 17.562.527 Sumber: PT. Putri Ayu Nusantara (Hasil Olahan Data)
Implementasi Pajak Penghasilan
ACCOUNTING. Vol. 01, No.01, Maret 2020, pp 224-232 231 Angsuran PPh Pasal 25 tahun 2019 yang dibayar sendiri oleh perusahaan. Setiap dari bulan Januari sebelum koreksi pajak adalah sebesar Rp 17.212.631.- dan setelah koreksi pajak adalah sebesar Rp 17.562.527.-
PENUTUP
Simpulan berdasarkan analisis terhadap laporan keuangan tahun 2018 perusahaan PT.
Putri Ayu Nusantara dapat ditarik kesimpulan bahwa : 1). Analisis dan perhitungan pajak penghasilan badan tahun 2018 yang dilakukan oleh PT. Putri Ayu Nusantara telah sesuai dengan ketentuan yang diatur didalam Undang-Undang Perpajakan No. 36 Tahun 2008. Namun, ada terdapat tiga akun Biaya Operasional Perusahaan yang pengakuannya tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perpajakan yang berlaku sekarang, sehingga harus dilakukan koreksi fiskal positif.
2).Koreksi fiskal positif atas Biaya Operasional Perusahaan PT. Putri Ayu Nusantara tahun 2018 terdiri dari Biaya Keperluan Kantor Sebesar Rp 1.851.200, Biaya Kanvas Sebesar Rp 10.106.000.- dan Biaya bahan bakar Sebesar Rp 4.837.500.- Sehingga jumlah Biaya Operasional perusahaan tahun 2018 Sebesar Rp 5.161.390.628.- dikurangi jumlah koreksi fiskal ke 3 Biaya Operasional Sebesar Rp 16.794.700.- sama dengan Sebesar Rp 5.144.595.928.- menyebabkan laba bersih sebelum pajak penghasilan tahun 2018 berubah dari Rp 954.649.355. menjadi Rp 971.444.055 .- 3). Pajak Penghasilan Badan Tahun 2018 yang terutang Sebelum koreksi fiskal adalah Sebesar Rp 238.662.250.- naik menjadi Sebesar Rp 242.861.000.- Setelah adanya koreksi fiskal. 4). Pajak Penghasilan Pasal 29 yang masih harus dibayar pada akhir tahun 2018 sebelum koreksi fiskal Sebesar Rp 76.432.669.- naik menjadi Sebesar Rp 80.631.419.- Setelah adanya koreksi fiskal.
Dan Angsuran PPh Pasal 25 bulanan tahun 2018 sebelum koreksi fiskal Sebesar Rp 17.212.631.- menjadi Sebesar Rp 17.562.527.- setelah koreksi fiskal.
Saran adapun saran-saran yang dapat penulis berikan sebagai bahan pertimbangan bagi pihak perusahaan PT. Putri Ayu Nusantara sehubungan dengan perhitungan Pajak Penghasilan Badan tahun 2018 adalah sebagai berikut : 1). Sebaiknya perusahaan pada waktu menyusun laporan keuangan
(Neraca dan Laba-Rugi) dibuatkan koreksi- koreksi fiskal agar lebih mudah dibaca dan dipercaya oleh pihak pajak dalam melakukan perhitungan Pajak Penghasilan Badan.
2).Sebaiknya perusahaan melakukan perbaikan Laporan Keuangan Tahun 2018 (Neraca dan Laba-Rugi) termasuk melakukan Pembetulan SPT PPh Badan Tahun 2018 atas kekurangan bayar PPh Pasal 29 Badan Tahun 2018 Sebesar Rp 4.198.750 ke Bank atau Kantor Pos dan melaporkan ke KPP Madya Makassar.
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, S. & Trisnawati, E. (2016). Akuntansi Perpajakan. Edisi Ketiga . Cetakan Kelima. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Bangun, J.K. (2010). Cara Praktis Menghitung Pajak Penghasilan. Edisi Kelima. Yogyakarta: Penerbit Kanisius
.
Baso, R.(2017). Pengaruh Self AssessmentSystem dan Sanksi Pajak Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Maros. Equity Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi. Diterbitkan Oleh: STIE-YPUP
Horas, E. (2018). Analisis Determinan Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Di KPP Pratama Makassar Utara.
Jurnal Ilmiah Aksi. website:
http://journal.stieamkop.ac.id.
Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak Direktorat Penyuluhan Pelayanan dan Humas.
(2014). Susunan Dalam Satu Naskah Undang-Undang Perpajakan.
Mardiasmo. (2018). Perpajakan. Edisi Terbaru. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Muljono, D. (2010). Hukum Pajak. Edisi Pertama. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Pramukti, A.S, & Primaharsya, H. (2015).
Pokok-Pokok Hukum Perpajakan.
Cetakan Pertama. Jakarta: penerbit Pustaka Yustisia.
Setiawan, A. & Ngatikoh, S. (2016). PPh Badan. Cetakan Pertama. Jawa Tengah:
Penerbit Mediatera.
Sumarsan, T. (2015). Perpajakan Indonesia Pedoman Perpajakan Lengkap Berdasarkan Undang-Undang Terbaru.
Edisi Keempat. Cetakan Pertama.
Jakarta: Penerbit PT Indeks.
Waluyo. (2014). Akuntansi Pajak. Edisi Kelima. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.