IMPLEMENTASI PROGRAM ASURANSI USAHA TANI PADI DIKECAMATAN CIRUAS
KABUPATEN SERANG PADA TAHUN 2019
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Politik
Program Studi Administrasi Publik
Oleh : Nurisha Iqlyma NIM 6661150016
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG,2019
400
“Hidup ini seperti sepeda.
Agar tetap seimbang, kau harus terus bergerak” – (Albert Einstein)
Skripsi ini kupersembahkan Untuk Ibu dan Bapak yang begitu luar biasa dan selalu mendoakanku
Kakak dan adikku yang begitu kusayangi Orang-orang yang menyayangiku Serta untuk yang selalu bertanya “Kapan skripsi ini selesai?”
400
Tani Padi di Kecamatan Ciruas Kabupaten Serang pada Tahun 2017. Program Studi Ilmu Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. 2019. Pembimbing I: Maulana Yusuf, S.IP, M.Si.
Pembimbing II: Rahmawati,S.Sos, M.Si
Sektor pertanian merupakan sektor yang penting, namun dalam sektor pertanian rentan terhadap berbagai resiko ketidakpastian, hal tersebut terjadi di Kecamatan Ciruas yang merupakan Kecamatan dengan memiliki luas lahan yang luas dan sering mengalami kerusakan lahan sawah, seperti banjir serta serangan hama.
Namun hal tersebut tidak membuat petani mendaftarkan diri dalam asuransi usaha tani padi, dimana dapat mengalihkan resiko kerugian saat terjadi gagal panen.
Sulitnya mengubah pola fikir petani mengenai asuransi pertanian, membuat asuransi pertanian belum menjadi prioritas bagi petani dalam mengalihkan resiko kerusakan lahan sawah. Masih banyak petani yang apabila mengalami kegagalan dengan cara meminjam untuk menutupi kerugian. Sehingga peneliti ingin mengetahui bagaimana Implementasi Program Asuransi Usaha Tani Padi di Kecamatan Ciruas. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa setiap tahun nya peserta asuransi usaha tani padi di Kecamatan Ciruas mengalami penurunan, hal tersebut dikarenakan tidak adanya kepastian waktu yang jelas dari PT.Jasindo untuk melakukan pengecekan kelapangan yang membuat petani harus menunggu, sedangkan petani berburu dengan waktu karena kebanyakan petani di Kecamatan Ciruas Kabupaten Serang mengontrak lahan sawah, kemudian dalam sosialisasi mengenai asuransi usaha tani padi di Kecamatan Ciruas Kabupaten Serang belum berjalan optimal, karena masih banyak petani yang belum mengetahui serta memahami mengenai asuransi pertanian.
Kata Kunci: Implementasi, Program Asuransi Usaha Tani Padi.
400
Tirtayasa University. First Advisor: Maulana Yusuf, S.IP, M.Si. Second Advisor: Rahmawati, S.Sos, M.Si.
The agricultural sector is an important sector, but in the agricultural sector is vulnerable to various risks of uncertainty, it occurs in the District Ciruas which is a district with a large area and often damaged rice fields, such as floods and pest attacks. However, this does not make farmers register in the rice farming insurance, which can divert the risk of losses during crop failure. The difficulty of changing farmers' thinking patterns regarding agricultural insurance, makes agricultural insurance not a priority for farmers in shifting the risk of damage to paddy fields. There are still many farmers who experience failure by borrowing to cover losses. So that researchers want to know how the implementation of the Rice Farming Business Insurance Program in Ciruas District. This study uses descriptive qualitative methods. The results showed that every year the rice farming insurance participants in Ciruas Subdistrict experienced a decline, this was due to the absence of a clear time certainty from PT. Jasindo to check the space that made farmers have to wait, while farmers hunted with time because most farmers in Ciruas Subdistrict, Serang Regency contracted paddy fields, then in the socialization of insurance for rice farming in Ciruas Subdistrict, Serang Regency has not run optimally, because there are still many farmers who do not know and understand about agricultural insurance.
Keywords: Implementation, Program Rice Farming Insurance.
i
junjungan Nabi Muhammad SAW, sahabat beserta keluarganya. Karena dengan ridho, rahmat, karunia dan kasih sayang-Nya yang berlimpah sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.
Penyusunan Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada Program Studi Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Skripsi ini berjudul “Implementasi Program Asuransi Usaha Tani Padi di Kecamatan Ciruas Kabupaten Serang Pada Tahun 2019”.
Dengan selesainya Skripsi ini tentunya tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak yang senantiasa selalu mendukung penulis. Maka penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Kedua orang tua yang telah membimbing, mendoakan, sabar, dan memberikan motivasi kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Prof. Drs.H Sholeh Hidayat., M.Pd., Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3. Bapak Dr. Agus Sjafari, S.Sos., M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
4. Ibu Rahmawati, S.Sos., M.Si., selaku Wakil Dekan 1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa sekaligus pembimbing II yang telah meluangkan waktunya membantu dan memberikan masukan yang berarti bagi peneliti dalam menyusun Skripsi ini.
5. Bapak Iman Mukhroman, S.Ikom., M.Ikom., selaku Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
6. Bapak Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M,Si., selaku Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
7. Ibu Listyaningsih, S.Sos., M.Si., selaku Ketua Jurusan Program Studi Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
8. Ibu Dr. Arenawati, M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Program Studi Ilmu Administasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa sekaligus dosen penguji sidang skripsi yang telah memberikan masukan-masukan yang berarti bagi peneliti.
9. Bapak Maulana Yusuf, M.Si selaku Pembimbing I yang telah meluangkan waktunya membantu dan memberikan masukan yang berarti bagi peneliti dalam menyusun Skripsi ini.
10. Ibu Yeni Widyastuti,M.Si selaku penguji Ketua sidang yang telah memberikan arahan serta masukan bagi peneliti dalam menyusun Skripsi ini.
11. Para Dosen dan Staff Tata Usaha Program Studi Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
12. Kepada Dinas Pertanian Kabupaten Serang yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian.
13. Kepada UPTD Pertanian Kecamatan Ciruas Kabupaten Serang yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian pada lokasi tersebut.
14. Kepada PT.Jasindo selaku perusahaan asuransi yang bersedia memberikan informasi kepada peneliti.
15. Petani di Kecamatan Ciruas Kabupaten Serang yang memberikan informasi kepada peneliti.
16. Irsan selaku kakak peneliti dan Fadil selaku adik peneliti yang telah memberikan dukungan materil dan moril kepada peneliti dalam penyusunan skripsi ini.
17. Wa Hedi dan Wa Jojoh yang telah memberikan dukungan kepada peneliti dalam penyusunan skripsi ini.
18. Elyn Nurislamia, Ega Oktafiani, Esih Oktafianti, dan Yoanita Dwi F selaku sahabat peneliti yang telah memberikan bantuan serta dukungannya kepada peneliti.
19. Rahmat Rabani yang telah memberikan dukungannya kepada peneliti.
20. Sahabat-sahabat peneliti semasa sekolah Ana, Indhi, Jayanti, Nurwahidah, Anisa, dan Bella yang selalu mendukung dan memberikan doa kepada peneliti.
21. Serta rekan-rekan dan sahabat-sahabat peneliti yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi memperbaiki dimasa yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Serang, Juni 2019
Nurisha Iqlyma
v LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 16
1.3 Batasan Masalah... 16
1.4 Rumusan Masalah ... 17
1.5 Tujuan Penelitian ... 17
1.6 Manfaat Penelitian ... 17
1.7 Sistematika Penulisan... 18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI DASAR ... 24
2.1 Landasan Teori……… ... 24
2.1.1 Organisasi Publik ... 24
2.1.2 Konsep Kebijakan Publik ... 25
2.1.3 Konsep Implementasi Kebijakan Publik ... 27
2.1.3.1 Model Implementasi Kebijakan Publik ... 29
2.1.3.2 Faktor Penentu Implementasi Kebijakan ... 41
2.1.4 Konsep Asuransi ... 44
2.1.4.1 Prinsip-Prinsip Hukum Asuransi ... 46
2.1.4.2 Manfaat Asuransi ... 47
2.1.5 Asuransi Usaha Tani Padi ... 49
2.2 Penelitian Terdahulu ... 50
2.3 Kerangka Pemikiran Peneliti... 54
2.4 Asumsi Dasar ... 58
BAB III METODELOGI PENELITIAN ... 59
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian ... 59
3.2 Fokus Penelitian ... 59
3.3 Lokasi Penelitian ... 59
3.4 Variabel Penelitian ... 60
3.4.1 Definisi Konsep ... 60
3.4.2 Definisi Operasional ... 60
3.5 Instrumen Penelitian... 61
3.6 Informan Penelitian ... 61
3.7 Teknik Pengolahan Dan Analisis Data ... 63
3.7.1 Teknik Pengumpulan Data ... 64
3.7.2 Uji Keabsahan Data... 71
3.7.3 Teknik Analisis Data ... 72
3.8 Jadwal Penelitian ... 75
BAB IV PEMBAHASAN ... 77
4.1 Deskripsi Objek Penelitian ... 77
4.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Serang... 77
4.1.2 Gambaran Umum Kecamatan Ciruas... 79
4.1.3 Gambaran Umum Dinas Pertanian Kabupaten Serang ... 80
4.2 Deskripsi Data ... 85
4.2.1 Deskripsi Data Penelitian ... 85
4.2.2 Daftar Informan Penelitian ... 87
4.3 Deskripsi Hasil Penelitian ... 89
4.4 Pembahasan ... 132
BAB V PENUTUP ... 152
5.1 Kesimpulan ... 152
5.2 Saran ... 153 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
viii
Tabel 1.2 Laporan Data Peserta Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP)
Kabupaten Serang Perkecamatan Tahun 2017 ... 10
Tabel 1.3 Daftar Peserta Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) di Kecamatan Ciruas Kabupaten Serang ... 12
Tabel 1.4 Daftar Peserta Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) di Kecamatan Ciruas Kabupaten Serang Desember 2018 – April 2019 ... 13
Tabel 3.1 Informan Penelitian ... 64
Tabel 3.2 Pedoman wawancara ... 66
Tabel 3.3 Jadwal Penelitian... 76
Tabel 4.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Serang ... 78
Tabel 4.2 Luas Wilayah Desa di Kecamatan Ciruas ... 79
Tabel 4.3 Data Informan ... 88
Tabel 4.4 Ringkasan Hasil Penelitian ... 146
ix
Gambar 3.1 Aktivitas Analisis Data... 73
Gambar 4.1 Kerusakan Akibat Hama ≥75% ... 98
Gambar 4.2 Pertemuan dengan Perwakilan Kelompok Tani di BPP ... 113
Gambar 4.3 Musim Tanam ... 114
x Lampiran 2 Matriks Hasil Wawancara Lampiran 3 Surat Ijin Mencari Data
Lampiran 4 Lembar Catatan Bimbingan Skripsi Lampiran 5 Surat Pernyataan
Lampiran 7 Peraturan-Peraturan
Lampiran 7 Pedoman Bantuan Premi Asuransi Usahatani Padi Lampiran 8 Data Pendukung
Lampiran 9 Daftar Riwayat Hidup
1 1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan wilayah yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Sehingga menjadikan Indonesia dikenal sebagai negara agraris.
Salah satunya adalah bahwa Indonesia terletak digaris khatulistiwa dan merupakan salah satu negara yang berada diwilayah tropis, oleh sebab itulah Indonesia memiliki potensi pertanian yang sangat baik dengan didukung kelimpahan sumber daya alam dan kondisi lingkungan Indonesia yang mendukung pertanian tropika (gempitanews.com, 2017).
Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang penting bagi negara Indonesia, karena sebagian besar penduduknya hidup dari bertani. Menurut Badan Pusat Statistik dalam (Tempo,2017) mencatat penduduk Indonesia paling banyak bekerja di sektor pertanian pada bulan Februari 2017, penduduk yang bekerja di sektor pertanian sebanyak 39,68 juta orang atau 31,86 persen dari jumlah penduduk bekerja yang jumlahnya 124,54 juta orang. Sehingga pertanian merupakan sektor yang memegang peranan terpenting dalam kesejahteraan kehidupan penduduk Indonesia. Namun demikian dalam sektor pertanian rentan terhadap berbagai resiko ketidakpastian karena negara Indonesia merupakan salah satu negara beriklim tropis sehingga dapat menimbulkan berbagai resiko gagal panen seperti kebanjiran pada musim hujan dan kekeringan pada masa kemarau.
Selain disebabkan oleh pergantian musim, gagal panen juga dapat disebabkan
oleh hama atau Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) yang menyerang tanaman padi yang mengakibatkan tanaman padi menjadi mati. Dalam (Tabloidsinartani.com,2016) bahwa ketidakpastian dan tingginya risiko sangat memungkinkan petani beralih mengusahakan komoditas lain yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dengan risiko kegagalan yang lebih kecil. Jika hal ini dibiarkan lebih berlanjut, dikhawatirkan akan berdampak terhadap stabilitas ketahanan pangan nasional, khususnya produksi dan ketersediaan bahan pangan pokok beras. Ketika panen gagal, bukan hanya petani yang merugi. Masyarakat juga terkena imbas. Banyaknya lahan pertanian gagal panen akan membuat pasokan hasil pertanian berkurang, berkurangnya pasokan berdampak pada kenaikan harga hingga kelangkaan barang. Itu mengapa, pemerintah perlu turun tangan untuk mengurangi risiko gagal panen ini, salah satunya dengan asuransi pertanian (tirto.id,2016).
Bagi petani, peningkatan produktivitas dapat berdampak pada kesejahteraan para petani. Semakin tinggi produktivitas pertanian, maka semakin tinggi pula hasil pertanian yang dijual dipasar sehingga pendapatan petani semakin meningkat pula. Sebagai negara agraris, eksistensi petani menjadi perhatian pemerintah. Untuk mengatasi kerugian petani, maka pemerintah membantu mengupayakan perlindungan usahatani dalam bentuk asuransi pertanian, sebagaimana tercantum pada Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani, yang telah ditindaklanjuti dengan penerbitan Peraturan Menteri Pertanian No.40 Tahun 2015 tentang Fasilitasi
Asuransi Pertanian (Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian,2018: 3).
Pemerintah melalui Kementerian Pertanian secara resmi mengeluarkan program untuk mensubsidi Asuransi Usaha Tani Padi yang disingkat AUTP.
Pengertian Asuransi Usaha Tani Padi yang disingkat AUTP adalah perjanjian antara petani dan pihak perusahaan asuransi untuk mengikatkan diri dalam pertanggungan risiko Usahatani Padi (Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian,2018:4). Dalam hal ini pemerintah pusat menurunkan Surat Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor S587/MBU/09/2015 tentang penugasan BUMN sebagai pelaksana Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP). Dalam hal ini, PT.Jasa Indonesia (JASINDO) merupakan BUMN sebagai rekanan kerjasama dalam bidang pertanian khususnya Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP). PT Jasindo sebagai pihak penanggung yang mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi Asuransi dan memberikan pergantian kepada tertanggung ketika tertanggung memperoleh kerugian. Total premi asuransi sebesar Rp.180.000,-/ha/MT. Besaran bantuan premi dari pemerintah Rp.144.000,-/ha/MT dan sisanya swadaya petani Rp.36.000,-/ha/MT. Jika luas lahan yang diasuransikan kurang atau lebih 1 (satu) ha, maka besarnya premi (dan ganti rugi) dihitung secara proporsional (Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian,2018: 10).
Adapun mekanisme pelaksanaan dalam Program Asuransi Usaha Tani Padi dapat dilihat sebagai berikut pada Gambar 1.1 dibawah ini:
Gambar 1.1
Pelaksanaan Asuransi Usaha Tani Padi
Sumber: Pedoman Bantuan Premi Asuransi Usahatani Padi,2016
Dari Gambar 1.1 diatas Dinas Pertanian Provinsi melakukan pendataan/inventarisasi CPCL (Calon Petani Calon Lokasi) kemudian dari Dinas Pertanian Provinsi kepada Dinas Pertanian Kabupaten/Kota, UPTD Kecamatan dan PPL kemudian melakukan sosialisasi dan pendaftaran kepada petani/Kelompok Tani (Tertanggung) dan petani/kelompok petani membayar premi swadaya. Pihak UPTD Kecamatan memberikan data peserta sementara kepada Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan Asuransi Pelaksana dalam hal ini PT.Jasa Indonesia . Sertifikat polis Asuransi lalu diberikan kepada kelompok tani.
Asuransi Pelaksana kemudian melaporkan bukti pembayaran (kuitansi) kepada Dinas Pertanain Kabupaten/ Kota. Selanjutnya Asuransi melakukan penagihan bantuan premi asuransi kepada Kemnetan Ditjen PSP, dan Asuransi pelaksana mendapatkan pembayaran bantuan premi asuransi dari Kemnetan Ditjen PSP.
Kategori gagal panen yang termasuk kedalam risiko dijamin dalam Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian, 2016:
9) yaitu AUTP memberikan jaminan atas kerusakan pada tanaman yang diasuransikan yang diakibatkan oleh banjir, kekeringan, dan serangan OPT dengan batasan-batasan sebagai berikut:
a. Banjir adalah tergenangnya lahan pertanian selama periode pertumbuhan tanaman dengan kedalaman dan jangka waktu tertentu, sehingga menurunkan tingkat produksi tanaman.
b. Kekeringan adalah tidak terpenuhinya kebutuhan air tanaman selama periode pertumbuhan tanaman yang mengakibatkan pertumbuhan tanaman tidak optimal, sehingga menurunkan tingkat produksi tanaman.
c. Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah organisme yang dapat mengganggu dan merusak kehidupan tanaman atau menyebabkan kematian pada tanaman pangan, termasuk di dalamnya:
(i) Hama Tanaman: Penggerek batang, Wereng batang coklat, Walang sangit, Tikus, dan Ulat grayak dan Keong mas.
(ii) Penyakit Tanaman: Blast, Bercak coklat, Tungro, Busuk batang,Kerdil hampa, Kerdil Rumput/Kerdil Kuning dan Kresek.
Banyak manfaat yang diberikan melalui Program Asuransi Usaha Tani Padi ini (Insyafiah,2014: 4) manfaat yang diperoleh oleh petani setelah mengikuti asuransi pertanian antara lain:
a. melindungi petani dari sisi finansial/pendanaan terhadap kerugian akibat gagal panen,
b. menaikkan posisi petani dimata lembaga pembiayaan untuk mendapatkan kredit petani.
c. menstabilkan pendapatan petani karena adanya tanggungan kerugian dari perusahaan asuransi ketika terjadi kerugian akibat gagal panen.
d. meningkatkan produksi dan produktivitas sektor pertanian dengan mengikuti tata cara bercocok tanam yang baik sebagai prasyarat mengikuti asuransi pertanian.
e. asuransi merupakan salah satu cara untuk mengedukasi petani untuk bercocok tanam secara baik sebagai salah satu prasyarat mengikuti asuransi pertanian.
Sedangkan manfaat yang diperoleh oleh Pemerintah dengan adanya program asuransi pertanian antara lain:
a. melindungi APBN dari kerugian akibat bencana alam di sektor pertanian karena sudah di cover oleh perusahaan asuransi.
b. mengurangi alokasi dana ad hoc untuk bencana alam.
c. adanya kepastian alokasi dana di APBN, yaitu sebesar bantuan biaya premi asuransi.
d. dalam jangka panjang dapat mengurangi kemiskinan di sektor pertanian.
e. dalam jangka panjang dapat meningkatkan produksi pertanian secara nasional sehingga diharapkan mampu mengurangi impor.
Asuransi Pertanian di Indonesia dimulai sejak tahun 2015 lalu, Asuransi pertanian bukanlah barang baru, program ini telah melewati proses panjang. Sejak 2011, Kementan sudah membentuk Pokja Asuransi Pertanian untuk merumuskan asuransi usaha tani padi dan asuransi ternak sapi (tirto.id, 2016). Sebelum Indonesia, negara-negara lain di Asia sudah menerapkan asuransi pertanian (tirto.id, 2016). Contoh negara lain yang sudah menerapkan asuransi pertanian adalah negara China. Dalam jurnal (Praptono, 2016:14) bahwa penerapan asuransi pertanian, terutama tanaman dan ternak, dimulai pada tahun 1982. Untuk mengembangkan asuransi pertanian, pemerintah melakukannya dalam dua tahap.
Tahap pertama (1982-2002) ketika asuransi pertanian di kembangkan oleh People’s Insurance Company of China (PICC) dan diperluas ke daerah pedesaan melalui pemerintah daerah. Pendapatan premi asuransi pertanian terbesar pada tahun 1992 sebesar USD98 juta, tetapi kemudian menurun hingga menjadi hanya USD40juta (2002). Tahap kedua dimulai dengan program asuransi pertanian bersubsidiyang baru pada tahun 2003. Pemerintah mendorog ekspansi perusahaan-perusahaan asuransi pertanian yang baru, pada tahun 2006-2007 menegaskan pentingnya asuransi pertanian sebagai inti dari kebijakan pembangunan pertanian.
Kecamatan Ciruas Kabupaten Serang merupakan salah satu wilayah yang melaksanakan program asuransi usaha tani padi. Kecamatan Ciruas merupakan wilayah yang memiliki luas lahan sawah yang luas (Ha), seperti terlihat pada Tabel 1.1 Luas pertanian komoditi padi Kabupaten Serang luas baku lahan sawah sebagai berikut:
Tabel 1.1
Luas Pertanian Komoditi Padi Kabupaten Serang Luas Baku Lahan Sawah
No Kecamatan Luas No Kecamatan Luas
1. Cinangka 1.168,41 16. Kr.Watu 2.360,56
2. Anyer 1.046,13 17. Keragilan 1.383,95
3. Bandung 1.293,30 18. Lebak Wangi 2.801,82
4. Baros 1.734,48 19. Mancak 1.294,82
5. Binuang 2.031,8 20. Pabuaran 997,28
6. Bojonegara 869,44 21. Padarincang 3.701,15
7. Carenang 2.224,15 22. Pamarayan 2.053,86
8. Cikande 1.862,48 23. Petir 1.288,75
9. Cikeusal 2.097,22 24. Pontang 3.074,54
10. Ciomas 563,65 25. Pulo Ampel 274,27
11. Ciruas 2.675,49 26. Tanara 2.220,17
12. Gunung Sari 375,43 27. Tirtayasa 2.599,46
13. Jawilan 1.294,74 28. Tj.Teja 1.550,04
14. Kibin 1.118,49 29. Wr.Kurung 335,75
15. Kopo 1.718,87 Jumlah 48.010,50
Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Serang,2018
Seperti yang terlihat dalam Tabel 1.1 diatas, Kecamatan Ciruas Kabupaten Serang memiliki luas lahan pertanian komoditi padi seluas 2.675,49 Hektar. Dari 2.675,49 Hektar luas lahan pertanian komoditi sawah, Kecamatan Ciruas memiliki 82 kelompok tani yang mencapai 3.316 anggota kelompok tani. Di Kecamatan Ciruas lebih banyak petani penggarap di bandingkan dengan petani pemilik dengan sistem pembagian hasil lima puluh persen dari total panen (Berdasarkan hasil wawancara dengan Penyuluh, pada hari Senin, 4 Februari 2019). Kemudian bahwa dalam keikutsertaan dalam asuransi usaha tani padi kebanyakan dari
pemilik lahan sawah ((Berdasarkan hasil wawancara dengan Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan, pada hari Selasa, 5 Februari 2019).
Wilayah di Kecamatan Ciruas yang sering terjadi kerusakan akibat Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) berada di Desa Kadikaran, Singamerta, Penggalang, dan Pamong. Berikutnya yang sering terjadi banjir terdapat di Desa Bumi Jaya, Cigelam, dan Penggalang. Adapun yang sering terjadi kekeringan yaitu di Desa Pulo, Beberan, dan Penggalang (Berdasarkan hasil wawancara dengan Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan, pada hari Senin, 4 Februari 2019).
Program Asuransi usaha tani padi di Kecamatan Ciruas Kabupaten Serang di perkenalkan sejak tahun 2015. Kehadiran asuransi usaha tani padi umumnya memiliki peranan untuk mengurangi tingkat kerugian yang dihadapi oleh para petani dari suatu keadaan atau peristiwa yang menyerang tanaman padi dengan mengalihkan beban resiko kepada pihak ketiga yaitu PT.Jasindo dengan cara mengasuransikan lahan sawahnya. Menurut wawancara dengan (Ketua Kelompok Tani Damai 1 Desa Penggalang, pada hari Sabtu, 2 Februari 2019) mengatakan bahwa apabila terjadi kerusakan pada lahan sawah, maka untuk menutupi kerusakan lahan agar dapat menanam kembali maka ditutupi dengan modal sendiri.
Dengan luas lahan sawah yang luas serta ada beberapa wilayah yang rawan terkena Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT), kebanjiran, serta kekeringan, tetapi pada kenyataannya masih sebagian kecil dari petani di
Kecamatan Ciruas yang mengikuti program asuransi usaha tani padi, seperti yang terlihat pada Tabel 1.2 berikut:
Tabel 1.2
Laporan Data Peserta Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) Kabupaten Serang Perkecamatan Tahun 2017
No Kecamatan Luas ha
1 Kramatwatu 1.597,21
2 Ciruas 10,00
3 Pontang 943,99
4 Lebakwangi 763,95
5 Tirtayasa 541,33
6 Kibin 55,30
7 Cikande 212,61
8 Tanara 368,85
9 Kragilan 5,50
10 Carenang 203,66
11 Bandung 225,00
12 Anyer 474,55
13 Bojonegara 7,00
14 Padarincang 116,65
15 Kopo 166,00
16 Binuang 67,00
17 Pamarayan 232,50
18 Pabuaran 35,00
19 Baros 50,00
20 Tunjung teja 7,50
21 Gunung sari 25,03
Total 6.108,63
Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Serang,2017
Pada masa awal pelaksanaan Program Asuransi Usaha Tani Padi di Kecamatan Ciruas Kabupaten Serang ada petani yang didaftarkan dan dibayarkan biaya preminya oleh ketua kelompok taninya pada awal adanya Program Asuransi Usaha Tani Padi ini. Menurut (Wawancara, Kepala UPTD Pertanian Kecamatan Ciruas, Kamis 28 Februari 2019) mengatakan bahwa karena pada saat itu ada
bantuan mengenai program dari Dinas mengenai jaringan irigasi tingkat usaha tani, waktu itu langsung sambil kita beri penjelasan dan harus ikut asuransi, namun sekarang program tersebut terbatas. Dulu waktu itu sampai ada ketua Kelompok Tani nya yang sampai membayarkan semua dari anggota kelompok taninya.
Seiring dengan terbatasnya bantuan dari Pemerintah, peserta asuransi usaha tani padi juga mengalami penurunan pada tahun 2017 hanya 10 hektar luas lahan sawah yang diasuransikan dengan petani membayar biaya premi Rp.36.000 perhektar. Di tahun 2018 sampai bulan November tidak ada yang terdaftar menjadi peserta asuransi usaha tani padi. Pada bulan Desember 2018-April 2019 terdaftar 12,5 Hektar luas lahan sawah yang diasuransikan karena ada pemberian gratis biaya premi dari Dinas Pertanian Kabupaten Serang. Pemberian gratis dari Dinas Pertanian Kabupaten Serang sebanyak 50 lahan hektar sawah untuk di Kecamatan Ciruas Kabupaten Serang, dengan membagi-bagikan ke setiap kelompok yang setiap orang mendapatkan jatah maksimal 0,5 hektar luas lahan yang bisa didaftarkan, tetapi dari 50 hektar lahan sawah yang diberikan gratis tersebut hanya 12,5 hektar luas lahan di Kecamatan Ciruas Kabupaten Serang yang lolos untuk di daftarkan dengan gratis (Berdasarkan hasil wawancara dengan Penyuluh UPTD Pertanian Kecamatan Ciruas Kabupaten Serang, pada hari Senin, 4 Februari 2019).
Adapun data perubahan tersebut dapat terlihat pada tabel 1.3 Daftar Peserta Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) di Kecamatan Ciruas Kabupaten Serang dan tabel 1.4 berikut ini:
Tabel 1.3
Daftar Peserta Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) di Kecamatan Ciruas Kabupaten Serang
No Kecamatan Desa
Nama Kelompok
Tani
Nama Anggota Kelompok
Tani
Luas Lahan
(Ha)
Jumlah Premi Swadaya
(Rp) 1
Ciruas Penggalang Tani Damai 1
Kaswari 1,00 Rp 36.000
2 Komarudin 1,00 Rp 36.000
3 Jaja SY 1,00 Rp 36.000
Tani Damai 1 3 Rp 108.000
1
Ciruas Singamerta Karya Tani 1
H. Jahari 1,00 Rp 36.000
2 M. Sanusi 1,00 Rp 36.000
3
Amat
Sudrajat 1,00 Rp 36.000
4 Maryuni 1,00 Rp 36.000
5 Supandi 1,00 Rp 36.000
Karya Tani 1 5,00 Rp 180.000
1 Ciruas Kadikara Sri Raharja 1 Ramli 2,00 Rp 36.000
Sri Raharja 1 2,00 Rp 72.000
Total Kecamatan Ciruas 10,00 Rp 360.000 Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Serang,2017
Tabel 1.4
Daftar Peserta Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) di Kecamatan Ciruas Kabupaten Serang Desember 2018 – April 2019
No Kecamatan Desa
Nama Kelompok
Tani
Nama Anggota Kelompok
Tani
Luas Lahan
(Ha)
Jumlah Premi (Rp)
1
Ciruas
Kadikaran
Tunas Harapan
Robaetullah 0,500 18.000
2 Romli 0,500 18.000
3 Abdul Fakar 0,500 18.000
4 Mahdi 0,500 18.000
5 Abdul Latif 0,500 18.000
6
Tani Mukti
Kusni 0,500 18.000
7 Mahfudi 0,500 18.000
8 Jeni 0,500 18.000
9 Abdul Karim 0,500 18.000
10 Rasman 0,500 18.000
Sub total 5 180.000
1
Ciruas Kepandean
Dewi Sri
Said Faizal 0,500 18.000
2 Kustari 0,500 18.000
3 Nasir 0,500 18.000
4 Arsali 0,500 18.000
5 Sukema 0,500 18.000
6
Raksa Bumi
Masykur 0,500 18.000
7 Safari 0,500 18.000
8 Rohilah 0,500 18.000
9 Tohimi 0,500 18.000
10 Nafik 0,500 18.000
Sub total 5 180.000
1 Ciruas Ciruas Tani Mulya Arifin 0,500 18.000
2 Faidoh 0,500 18.000
3 Khaerudin 0,500 18.000
4 Juleha 0,500 18.000
5 Siti Ma‟rifat 0,500 18.000
Sub Total 2,5 90.000
Total Peserta AUTP di Kecamatan Ciruas 12,5 450.000 Sumber: Kantor UPTD Pertanian Kecamatan Ciruas, diolah Peneliti 2019
Berdasarkan observasi awal dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti, bahwa dalam pelaksanaannya masih ditemukan permasalahan-permasalahan yang terkait dengan program asuransi usaha tani padi di Kecamatan Ciruas Kabupaten Serang yaitu:
Pertama, tidak adanya kepastian waktu yang jelas dari petugas PT.Jasindo dalam melakukan pengecekan kerusakan lahan. Menurut (wawancara: Penyuluh Pertanian Kecamatan Ciruas) bahwa pada awal pertama pendaftaran asuransi usaha tani padi di Kecamatan Ciruas Kabupaten Serang, pernah terjadi kerusakan lahan pertanian namun karena keterlambatan dalam pengecekan maka petani menggarap kembali lahan sawah yang rusak sehingga barang buktinya tidak ada.
Padahal di ketentuan klaim dalam Pedoman asuransi usaha tani padi (Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian,2018: 11) di poin b disebutkan bahwa tertanggung tidak diperkenankan menghilangkan bukti kerusakan tanam sebelum petugas asuransi dan penilai kerugian melakukan pemeriksaan. Karena tidak adanya kepastian waktu yang jelas dari PT.Jasindo dalam melakukan pengecekan kerusakan lahan, oleh karena itu petani mengambil langkah sendiri untuk menggarap kembali lahan yang rusak karena petani tidak ingin menunggu terlalu lama yang pada akhirnya lahan tersebut dibiarkan begitu saja dan tidak menghasilkan apa-apa. Karena di Kecamatan Ciruas Kabupaten Serang petani ada yang mengontrak lahan sawah sehingga berburu dengan waktu (Berdasarkan hasil wawancara dengan Ketua Kelompok Pamitra Sari, Rabu 5 Maret 2019)
Kedua, sosialisasi mengenai program asuransi usaha tani padi belum berjalan optimal. Hal ini dibuktikan dengan masih ada petani yang belum mengetahui dan tersentuh dengan adanya program asuransi usaha tani padi.
Berdasarkan keterangan petani yang peneliti jumpai saat diminta keterangan mengenai program asuransi usaha tani padi di Kecamatan Ciruas Kabupaten Serang bahwasannya asuransi belum dikenal luas di kalangan petani. Petani sebagai orang yang berada di lingkup pertanian, gema asuransi seolah kurang di dengar oleh para petani itu sendiri. Apabila mengetahui, mereka hanya baru sebatas kabar selingan-selingan saja. Sosialisasi mengeai asuransi usaha tani padi dilakukan pada tahun 2015 dengan media sosialisasi yaitu menggunakan ruangan yang berada di aula depan kantor UPTD Pertanian Kecamatan Ciruas Kabupaten Serang dengan perwakilan-perwakilan dari petani, karena dalam sosialisasi memerlukan dana, jadi yang diundang dalam sosialisasi hanya perwakilan saja sesuai dana yang telah disediakan (Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala UPTD Pertanian Kecamatan Ciruas Kabupaten Serang dan Penyuluh UPTD Kecamatan Ciruas Kabupaten Serang, pada hari Senin, 12 November 2018).
Namun perwakilan-perwakilan tersebut dalam menyampaikan kembali terkait sosialisasi kepada petani tidak seutuhnya tersampaikan karena ada dari ketua kelompok tani yang ragu dalam memberikan dan mengajak dikarenakan ketua kelompok tani tidak mengikuti, dan terkadang dari petani tidak mau tahu (Berdasarkan hasil wawancara dengan Ketua Kelompok Tani Damai 1, pada hari Kamis, 8 November 2018). Selain sosialisasi yang dilakukan pada tahun 2015, penyuluh juga melakukan sisipan-sisipan atau ajakan mengenai asuransi pertanian
ketika perkumpulan kelompok (Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala UPTD Pertanian Kecamatan Ciruas Kabupaten Serang, pada hari Senin, 12 November 2018). Adapun menurut (Berdasarkan hasil wawancara dengan Ketua Kelompok Tani Damai 1 Desa Penggalang, pada hari Sabtu, 2 Februari 2019) mengatakan masih adanya petani yang mempertanyakan uang premi asuransi dapat diambil kembali atau tidak jika lahan pertanian tidak mengalami kerusakan selama musim tanam padi. Sehigga pemahaman petani mengenai asuransi masih kurang. Asuransi pertanian belum tersosialisasikan hingga ke seluruh petani, dari sebagian petani memang sudah pernah ada yang mendaftar dan pernah mendengar asuransi pertanian, namun secara lebih merinci belum banyak mereka ketahui.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka penulis dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Tidak adanya kepastian waktu yang jelas dari petugas PT.Jasindo dalam melakukan pengecekan kerusakan lahan.
2. Sosialisasi mengenai program asuransi usaha tani padi belum berjalan optimal.
1.3 Batasan Masalah
Untuk memudahkan penelitian, peneliti akan memfokuskan pada masalah dalam Implementasi Program Asuransi Usaha Tani (AUTP) di Kecamatan Ciruas Kabupaten Serang.
1.4 Rumusan Masalah
Dengan melihat latar belakang masalah di atas terdapat masalah yang kompleks. Maka peneliti merumuskan permasalahan dalam penelitian ini yakni sebagai berikut:
Bagaimana Implementasi Program Asuransi Usaha Tani (AUTP) di Kecamatan Ciruas Kabupaten Serang pada tahun 2017?
1.5 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu:
Untuk mengetahui bagaimana Implementasi Program Asuransi Usaha Tani (AUTP) di Kecamatan Ciruas Kabupaten Serang.
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dilakukan secara teoritis dari penelitian ini adalah dapat memperbanyak khasanah Ilmu Pengetahuan dalam dunia akademis serta diharapkan mampu memberikan sumbangan bagi perkembangan Ilmu Administrasi Publik terutama di bidang Pendidikan.
1.6.1 Manfaat Teoritis
a. Menambah pengetahuan dibidang sosial melalui penelitian yang dilaksanakan sehingga memberikan kontribusi pemikiran bagi pengembanagn Ilmu Administrasi Publik khususnya.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi serta pemahaman untuk penelitian sejenisnya.
1.6.2 Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti
Manfaat bagi peneliti yakni sebagai sarana penerapan ilmu pengetahuan yang selama ini peneliti dapatkan dan pelajari dalam perkuliahan dikelas. Selain itu, penelitian ini juga sebagai sarana latihan bagi peneliti untuk menulis karya ilmiah, serta melakukan penelitian secara langsung terhadap permasalahan yang akan diteliti.
b. Bagi Masyarakat
Diharapkan masyarakat dapat mengetahui dan sadar akan manfaat Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP).
c. Bagi Pemerintah
Manfaat bagi pemerintah diharapkan nantinya dapat dijadikan sebuah penilaian bagi pemerintah daerah untuk lebih serius lagi dalam melaksanakan Implementasi Program Asuransi Usaha Tani (AUTP) di Kecamatan Ciruas Kabupaten Serang.
1.7 Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakag Masalah
Latar belakang masalah menggabarkan ruang lingkup dan kedudukan yang akan diteliti dalam bentuk uraian ruang lingkup yang paling umum hingga kearah yang paling spesifik dan relevan dengan judul.
1.2 Identifikasi Masalah
Menjelaskan identifikasi peneliti terhadap permasalahan yang muncul dari uraian latar belakang masalah diatas.
1.3 Batasan Masalah
Menjelaskan keterbatasan kemampuan berfikir peneliti terhadap permasalahan dari uraian latar belakang dan identifikasi masalah.
1.4 Rumusan Masalah
Dari sejumlah masalah hasil identifikasi penelii diatas, ditetapkan masalah yang paling penting yang berkaitan dengan fokus penelitian. Pembatasan masalah mencakup fokus dan lokus penelitian, termasuk didalamnya membuat batasan definisi konsep dan operasional yang digunakan dalam penelitian.
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian mengungkapkan tentang sasaran yang ingin dicapai dengan dilaksanakannya penelitian terhadap masalah yang telah dirumuskan.
1.6 Manfaat Penelitian
Menjelaskan manfaat penelitian yang terdiri dari manfaat teoritis dan praktis.
1.7 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan menjelaskan tentang isi bab per bab secara singkat dan jelas.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, PENELITIAN TERDAHULU DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN
2.1 Landasan Teori
Mengkaji berbagai teori dan konsep yang relevan dengan permasalahan dan variabel penelitian.
2.2 Penelitian Terdahulu
Kajian penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang dapat diambil dari berbagai sumber ilmiah.
2.3 Kerangka Pemikiran
Kerangka berfikir menggambarkan alur pikiran peneliti sebagai kelanjutan dari perbincangan kajian teori untuk memberikan penjelasan kepada pembaca.
2.4 Asumsi Dasar
Hal yang diyakini kebenarannya oleh penulis yang dirumuskan secara jelas.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian
Bagian ini menguraikan tentang tipe/pendekatan penelitian atau metode dan suatu penelitian
3.2 Ruang Lingkup/Fokus Penelitian
Membatasi dan dan menjelaskan subtansi materi kajian penelitian yang akan dilakukan.
3.3 Lokasi Penelitian
Menjelaskan tempat (locus) penelitian dilaksanakan. Menjelaskan tempat penelitian serta alasan memlihnya.
3.4 Variabel Penelitian 3.4.1 Definisi Konseptual
Definisi konseptual digunakan untuk konsep-konsep yang jelas, yang digunakan supaya tidak menjadi perbedaan penafsiran antara penulis dan pembaca.
3.4.2 Definisi Operasional
Merupakan penjelasan konsep penelitian dalam rincian yang teratur (indikator penelitian).
3.5 Instrumen Penelitian
Menjelaskan tentang instrumen penelitian yang digunakan oleh peneliti 1dalam melakukan penelitian.
3.6 Informan Penelitian
Menjelaskan informan penelitian yang mana yang memberikan berbagai macam informasi yang dibutuhkan sesuai dengan penelitian
3.7 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian. Adapun Analisis data yaitu penyederhanaan data ke dalam formula yang sederhana dan mudah dibaca serta mudah diinterpretasikan 3.8 Jadwal Penelitian
Menjelaskan tentang waktu penelitian secara rinci dari awal sampai akhir penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Dekripsi Obyek penelitian
Pada sub bab ini menjelaskan tentang objek penelitian yang meliputi lokasi penelitian secara jelas dan hal lain yang berhubungan dengan objek penelitian.
4.2 Deskripsi Data
Menjelaskan data penelitian dengan menggunakan teori yang relevan yang sesuai dengan kondisi dilapangan.
4.3 Deskripsi Hasil Penelitian
Mendeskripsikan hasil temuan-temuan dari penelitian.
4.3 Pembahasan
Menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah dari data mentah dengan mempergunakan teknik analisa data kualitatif.
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan
Menyimpulkan hasil penelitian yang diungkapkan secara singkat 5.2 Saran
Berisi tindak lanjut dari sumbangan penelitian terhadap bidang yang diteliti baik secara teoritis maupun praktis.
DAFTAR PUSTAKA
Berisi daftar referensi yang digunakan dalam penyusunan skripsi.
LAMPIRAN
Berisi mengenai daftar dokumen yang menunjang data penelitian.
24 2.1 Landasan Teori
Penggunaan teori dapat digunakan untuk menjelaskan fenomena. Peneliti akan menjelaskan beberapa teori yang peneliti gunakan sebagai acuan dalam mengkaji permasalahan yang berkaitan dengan masalah penelitian
2.1.1 Organisasi Publik
Organisasi menurut Oliver Schldon (1923) dalam Sutarto (2006:22) :
“Organization is the process of so combining the work which individuals or groups have to perform with the faculties necessary for it execution that the duties, so formed, provide the best channels for the efficient, systematic, positive, and co-ordinated application of the available effort” (Organisasi adalah proses penggabungan pekerjaan yang para individu atau kelompok- kelompok harus melakukan dengan bakat-bakat yang diperlukan untuk melakukan tugas-tugas, sedemikian rupa, memberikan saluran terbaik untuk pemakaian yang efisien, sistematis, positif, dan terkoordinasi dari usaha yang tersedia).
Dalam dimensi lingkungan yang dikenai kebijakan, pengertian publik disini adalah masyarakat (Said Zainal, 2012:7). Substansi yang perlu dilihat sebelum memahami konsep organisasi publik secara utuh adalah kata
“publik” itu sendiri. banyak makna yang melekat di dalam pengertian dari kata publik. Di sisi lain, publik diartikan sebagai pelanggan, yaitu seluruh masyarakat yang dilayani melalui lembaga atau instansi pemerintah yang bergerak di bidang pelayanan publik. Berikutnya dalam konteks negara, lebih tepat diartikan sebagai warga negara, yaitu semua penduduk yang bertempat
tinggal di suatu negara yang secara sah terdaftar sebagai warga negara suatu negara tertentu, yang karena statusnya, perlu mendapatkan perlindungan, pelayanan dan jaminan (Sedarmayanti, 2016: 373-374).
Pada organisasi publik dicirikan oleh faktor lingkungan yang rendah tingkat relasinya dengan pasar, ada kendala formalitas dan hukum, serta pengaruh politik sangat menonjol. Sedangkan transaksi organisasi lingkungan ditandai oleh paksaan dan desakan, dampak bersifat luas, tidak luas, tidak luput dari penilaian publik, serta harapan masyarakat terlalu besar. Karakter lain berupa proses dan struktur internal terkait dengan tujuan yang sangat kompleks, otoritas, dominan, peran administrator dan sistem pendelegasian lemah, penampilan operasional tampak kurang inovatif (Sedarmayanti, 2016:
374).
Organisasi publik sebagai lembaga negara, instansi pemerintah yang memiliki legalitas formal, difasilitasi oleh negara untuk menyelenggarakan kepentingan rakyat di segala bidang, yang sifatnya sangat kompleks.
Organisasi publik sebagai tempat menyandarkan berbagai harapan yang ideal dari masyarakat, tentang pemenuhan sejumlah kepentingan (Sedarmayanti, 2016: 374).
2.1.2 Konsep Kebijakan Publik
Kebijakan (policy) adalah sebuah instrumen pemerintahan, bukan saja dalam arti government yang hanya menyangkut aparatur negara, melainkan pula governance yang menyentuh pengelolaan sumberdaya publik. Kebijakan
pada intinya merupakan keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan tindakan yang secara langsung mengatur pengelolaan dan pendistribusian sumber daya alam, finansial dan manusia demi kepentingan publik, yakni rakyat banyak, penduduk, masyarakat atau warga negara (Suharto, 2013:3).
Banyak definisi yang dibuat oleh para ahli untuk menjelaskan arti dari kebijakan publik. Eystone (1971:18) dalam Wahab (2012:13) merumuskan dengan pendek bahwa kebijakan publik ialah:
“the relationship of governmental unit to its environment” (antara hubungan yang berlangsung diantara unit/ satuan pemerintahan dengan lingkungannya).
Adapun definisi oleh Wilson (2006:154) dalam Wahab (2012:13) yang merumuskan kebijakan publik sebagai berikut:
“the actions, objectives, and pronouncements of governments on particular matters, the steps they take (or fail to take) to implement them, and the explanations they give for what happens (or does not happen)” (tindakan- tindakan, tujuan-tujuan dan pernyataan-pernyataan pemerintah mengenai masalah-masalah tertentu, langkah-langkah yang telah/sedang diambil (atau gagal diambil) untuk diimplementasikan, dan penjelasan-penjelasan yang diberikan oleh mereka mengenai apa yang telah terjadi (atau tidak terjadi).
Definisi lain yang tak kalah luasnya, dikemukakan oleh Thomas R.
Dye (1978; 1987: 1) dalam Wahab (2012:14) yang menyatakan bahwa kebijakan publik ialah:
“whatever governments choose to do or not to do” (pilihan tindakan apapun yag dilakukan atau tidak ingin dilakukan oleh pemerintah).
Pakar Inggris, W.I. Jenkins (1978:15) dalam Wahab (2012:15), merumuskan kebijakan publik sebagai berikut:
“A set of interrelated decisions taken by a political actor or group of actors concerning the selection of goals and the means of archievieng them within a specified situation where these decisions should, in principle, be within the power of these actors to achieve” (serangkaian keputusan yang saling berkaitan yang diambil oleh seorang aktor politik atau sekelompok aktor, berkenaan dengan tujuan yang telah dipilih beserta cara-cara untuk mencapainya dalam suatu situasi. Keputusan-keputusan itu pada prinsipnya masih berada dalam batas-batas kewenangan kekuasaan dari para aktor tersebut).”
Dalam melaksanakan agenda dari suatu pemerintahan, maka diperlukan sebuah program yang mampu diterapkan dan dilaksanakan dalam kehidupan bernegara. Agenda tersebut dapat menghasilkan sebuah gagasan yang kemudian menjadi sebuah program yang dapat dilaksanakan oleh para stakeholder. Pada akhirnya program itu dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, yang dimaksud dengan agenda publik tersebut adalah kebijakan publik.
2.1.3 Konsep Implementasi Kebijakan Publik
Studi implementasi merupakan suatu kajian mengenai studi kebijakan yang mengarah pada proses pelaksanaan dari suatu kebijakan. Implementasi kebijakan secara sederhana dapat diartikan sebagai proses menerjemahkan peraturan kedalam bentuk tindakan. Dalam praktiknya implementasi kebijakan merupakan suatu proses yang begitu kompleks bahkan tidak jarang bermuatan politis karena wujudnya intervensi berbagai kepentingan.
Pelaksanaan keputusan biasanya dalam bentuk undang-undang, tapi dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau pun keputusan badan peradilan. Lazimnya, keputusan tersebut mengidentifikasikan masalah yang ingin diatasi, menyebutkan secara
tegas tujuan atau sasaran yang ingin dicapai, dan berbagai cara untuk mengatur proses implementasinya.
Van Meter & Van Horn (1975:65) dalam Agustino (2016:128) mendefinisikan implementasi kebijakan sebagai:
Tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu atau pejabat- pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijaksanaan.
Dari beberapa takrifan seperti tertuang diatas dapat diketahui bahwa implementasi kebijakan berkaitan dengan tiga hal, yakni: (i) adanya tujuan atau sasaran, (ii) adanya aktivitas atau, dan (iii) adanya hasil. Namun ini saja belum cukup. Ini karena implementasi merupakan suatu proses yang dinamis, dimana pelaksanaan kebijakan melakukan sesuatu aktivitas atau kegiatan sehingga pada akhirnya akan mendapatkan suatu hasil yang sesuai dengan tujuan atau sasaran kebijakan itu sendiri.
Sementara itu, keberhasilan suatu implementasi kebijakan dapat diukur atau dilihat dari proses dan pencapaian tujuan hasil akhir (output), yaitu: tercapai atau tidaknya tujuan-tujuan yang ingin diraih. Hal ini tak jauh berbeda dengan apa yang diutarakan oleh Grindle (1980:5) dalam Agustino (2016:129):
“Pengukuran keberhasilan suatu implementasi kebijakan dapat dilihat dari prosesnya dengan mempetanyakan apakah pelaksanaan program sesuai dengan yang telah ditentukan, yaitu melihat pada action program dari individual projects dan yang kedua apakah tujuan program tersebut tercapai”.
Implementasi kebijakan merupakan tahapan yang penting didalam keseluruhan struktur kebijakan, karena melalui prosedur inilah suatu masalah publik dapat diselesaikan atau tidak.
2.1.3.1 Model Implementasi Kebijakan Publik
Untuk dapat melihat hasil pencapaian dari sebuah kebijakan yang telah dibuat, maka harus ada suatu pengukuran. Pengukuran dari hasil sebuah kebijakan dapat diketahui dari berbagai model implementasi yang telah banyak disampaikan oleh para ahli. Berikut adalah model-model implementasi kebijakan.
A. Implementasi Kebijakan Model dari Donald van Meter dan Carl van Horn
Ada enam variabel, menurut Van Meter dan Van Horn dalam buku Agustino (2016: 133) yang mempengaruhi kinerja kebijakan publik tersebut, adalah:
1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan
Kinerja implementasi kebijakan dapat diukur tingkat keberhasilannya jika dan hanya jika ukuran dan tujuan dari kebijakan memang realistis dengan sosio-kultur yang mengada di level pelaksana kebijakan.
Ketika ukuran kebijakan atau tujuan kebijakan terlalu ideal (bahkan terlalu utopsi) untuk dilaksanakan dilevel warga, maka agak sulit merealisasikan kebijakan publik hingga titik yang dapat dikatakan berhasil.
2. Sumber Daya
Keberhasilan proses implementasi kebijakan sangat tergantung dari kemampuan memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Manusia merupakan sumber daya yang terpenting dalam menentukan suatu keberhasilan proses implementasi. Tahap-tahap tertentu dari keseluruhan proses implementasi menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas sesuai dengan pekerjaan yang diisyaratkan oleh kebijakan yang telah ditetapkan secara politik. Tetapi ketika
kompetensi dan kapabilitas dari sumber-sumbernya itu nihil, maka kinerja kebijakan publik sangat sulit untuk diharapkan. Tetapi diluar sumber daya manusia, sumber-sumber daya lain yang perlu diperhitungkan juga, ialah: Sumber daya finansial dan sumber daya waktu. Karena mau tidak mau, ketika sumber daya manusia yang berkompeten dan kapabel telah tersedia, maka memang menjadi persoalan pelik untuk merealisasikan apa yang hendak dituju oleh tujuan kebijakan publik. Demikian pula halnya dengan sumber daya waktu. Saat sumber daya manusia giat bekerja dan kucuran dana berjalan dengan baik, tetapi terbentur dengan persoalan waktu yang terlalu ketat, maka hali ini pun menjadi penyebab ketidakberhasilan implementasi kebijakan.
3. Karakteristik Agen Pelaksana
Pusat perhatian pada agen pelaksana meliputi organisasi formal dan organisasi informal yang akan terlibat pengimplementasian kebijakan publik. Hal ini sangat penting karena kinerja implementasi kebijakan publik akan sangat banyak dipengaruhi oleh ciri-ciri yang tepat serta cocok dengan agen pelaksananya. Misalnya, implementasi kebijakan publik yang berusaha untuk merubah perilaku atau tingkah laku manusia secara radikal, maka agen pelaksana projek itu haruslah berkarakteristik keras dan ketat pada aturan serta sanksi hukum.
Sedangkan bila kebijakan publik itu tidak terlalu merubah perilaku dasar manusia, maka dapat saja agen pelaksana yang diturunkan tidak sekeras dan tidak setegas gambaran yang pertama. Selain itu, cakupan atau luas wilayah implementasi kebijakan perlu juga diperhitungkan manakala hendak menentukan agen pelaksana. Semakin luas cakupan implementasi kebijakan, maka seharusnya semakin besar pula agen yang dilibatkan.
4. Sikap/Kecenderungan (disposisi) para Pelaksana
Sikap penerimaan atau penolakan dari (agen) pelaksana akan sangat banyak mempengaruhi keberhasilan atau tidaknya kinerja implementasi kebijakan publik. Hal ini sangat mungkin terjadi oleh karena kebijakan yang dilaksanakan bukanlah hasil formulasi warga setempat yang mengenal betul persoalan dan permasalahan yang mereka rasakan. Tetapi kebijakan yang dilaksanakan bukanlah akan implementor laksanakan adalah kebijakan “dari atas” (top down) yang sangat mungkin para pengambil keputusannya tidak pernah mengetahui (bahkan tidak mampu menyentuh) kebutuhan, keinginan, atau permasalahan yang warga ingin selesaikan.
5. Komunikasi Antarorganisasi dan Aktivitas Pelaksana Koordinasi merupakan mekanisme yang ampuh dalam implementasi kebijakan publik. Semakin baik koordinasi komunikasi diantara pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proses implementasi, maka asumsinya
kesalahan-kesalahan akan sangat kecil untuk terjadi. Dan begitu pula sebaliknya.
6. Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Politik
Hal terakhir yang perlu juga diperhatikan guna menilai kinerja implementasi publik dalam perspektif yang ditawarkan oleh Van Meter dan Van Horn adalah sejauh mana lingkungan eksternal turut mendorong keberhasilan kebijakan publik yang telah ditetapkan.
Lingkungan sosial, ekonomi dan politik yang tidak kondusif dapat menjadi biang keladi dari kegagalan kinerja implementasi kebijakan.
Karena itu, upaya untuk mengimplementasikan kebijakan harus pula memperhatikan kekondusifan kondisi lingkungan eksternal.
B. Implementasi Kebijakan Model George C.Edward III
Model implementasi kebijakan yang selanjutnya bersperspektif top-down dikembangkan oleh George C. Edward III. Edward III menamakan model implementasi kebijakan publiknya dengan istilah Direct and Indirect Impact on Implementation. Dalam pendekatan yang diteoremakan oleh Edward III, terdapat empat variabel yang sangat menentukan keberhasilan implementasi suatu kebijakan dalam (Agustino, 2016:136-141), yaitu: (i) komunikasi; (ii) sumber daya;
(iii) disposisi; (iv) struktur birokrasi.
Variabel pertama yang mempengaruhi keberhasilan implementasi suatu kebijakan, menurut Edward III, adalah komunikasi. Komunikasi, menurutnya sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan dari implementasi kebijakan publik.
Terdapat tiga indikator yang dapat dipakai (atau digunakan) dalam mengukur keberhasilan variabel komunikasi yaitu:
a. Transmisi: penyaluran komunikasi yang baik akan dapat menghasilkan suatu implementasi yang baik pula.
b. Kejelasan: komunikasi yang diterima oleh para pelaksana kebijakan (street-level-bureuacrats) haruslah jelas dan tidak membingungkan (tidak ambigu).
c. Konsisitensi: perintah yang diberikan dalam pelaksanaan suatu komunikasi haruslah konsisten (untuk diterapkan dan dijalankan).
Variabel kedua yang mempengaruhi keberhasilan implementasi suatu kebijakan adalah sumber daya. Sumber daya merupakan hal penting lainnya, menurut George C. Edward III, dalam mengimplementasikan kebijakan. Indikator sumber-sumber daya terdiri dari beberapa elemen, yaitu:
a. Staf: sumber daya utama dalam implementasi kebijakan adalah staf atau sumber daya manusi. Kegagalan yang sering terjadi dalam implementasi kebijakan salah satunya di sebabkan oleh karena staf yang tidak mencukupi, memadai, ataupun tidak kompeten di bidangnya.
b. Informasi: dalam implementasi kebijakan, informasi mempunyai dua bentuk yaitu: (i) informasi yang berhubungan dengan cara melaksanakan kebijakan. Implementor harus mengetahui apa yang harus mereka lakukan di saat mereka diberi perintah untuk melakukan tindakan. Dan (ii) informasi mengenai data kepatuhan dari para pelaksana terhadap peraturan dan regulasi pemerintah yang telah ditetapkan.
c. Wewenang: pada umumnya kewenangan harus bersifat formal agar perintah dapat dilaksanakan. Kewenangan merupakan otoritas atau legitimasi bagipara pelaksana dalam melaksanakan kebijakan yang ditetapkan secara politik.
d. Fasilitas: fasilitas fisik juga merupakan faktor penting dalam implementasi kebijakan.
Variabel ketiga yang mempengaruhi tingkat keberhasilan implementasi kebijakan publik, bagi George C. Edward III, adalah disposisi. Disposisi atau „sikap dari pelaksana kebijakan‟ adalah faktor penting ketiga dalam pendekatan mengenai pelaksanaan suatu
kebijakan publik. Hal-hal penting yang perlu dicermati pada variabel disposisi menurut Edward III, adalah:
a. Efek Disposisi: disposisi atau sikap para pelaksana akan menimbulkan hambatan-hambatan yang nyata terhadap implementasi kebijakan-kebijakan yang diinginkan oleh pejabat- pejabat tinggi.
b. Melakukan Pegaturan Birokrasi (staffing the bureaucracy): dalam konteks ini Edward III mensyaratkan bahwa implementasi kebijakan harus dilihat juga dalam hal pengaturan birokrasi.
c. Insentif: Edward III menyatakan bahwa salah satu teknik yang disarankan untuk mengatasi masalah kecenderungan para pelaksana adalah dengan memanipulasi insentif.
Variabel keempat menurut George C. Edward III, yang mempengaruhi tingkat kebrhasilan implementasi kebijakan adalah struktur birokrasi. Dua karakteristik, menurut Edward III yang dapat mendongkrak kinerja struktur birokrasi atau organisasi kearah yang lebih baik:
a. Membuat Standar Operating Procedures (SOPs) yang lebih fleksibel. SOPs adalah suatu prosedur atau aktivitas terencana rutin yang memungkinkan para pegawai (atau pelaksana kebijakan seperti aparatur, administratur, atau birokrat) untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan pada setiap harinya (days-to- days politics) sesuai dengan standar yang telah ditetapkan (atau standar minimum yang dibutuhkan warga).
b. Melaksanakan fragmentasi, tujuannya untuk menyebar tanggungjawab pelbagai aktivitas, kegiatan, atau program pada
beberapa unit kerja yang sesuai dengan bidangnya masing- masing.
C. Implementasi Kebijakan Model Merilee S. Grindle
Pendekatan implemetasi kebijakan yang dikembangkan oleh Grindle dalam Agustino (2016:142) yang dikenal dengan Implementation as A Political and Administrative Process.
Keberhasilan implementasi suatu kebijakan publik dapat diukur dari proses pencapaian hasil akhir (outcomes), yaitu tercapai atau tidaknya tujuan yang ingin diraih. Hal ini dikemukakan oleh Grindle, dimana pengukuran keberhasilan implementasi kebijakan tersebut dapat dilihat dari dua hal, yaitu:
1) Dilihat dari prosesnya, dengan mempertanyakan apakah pelaksanaan kebijakan sesuai dengan yang ditentukan (design) dengan merujuk pada aksi kebijakannya.
2) Apakah tujuan kebijakan tercapai? Dimensi diukur dengan melihat dua faktor, yaitu:
a. Impak atau efeknya pada masyarakat secara individu atau kelompok.
b. Tingkat perubahan yang terjadi serta penerimaan kelompok sasaran dan perubahan yang terjadi.
Selanjutnya menurut Grindle, keberhasilan implementasi kebijakan juga sangat ditentukan oleh tingkat implementability itu
sendiri, yaitu yang terdiri dari isi kebijakan (Content of Policy) dan lingkungan kebijakan (Context of Policy). Berikut ini adalah penjelasannya:
1. Content of Poli cy (Isi kebijakan) menurut Grindle adalah:
a. Interest affected (kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi)
Interest affected berkaitan dengan berbagai kepentingan yang mempengaruhi suatu implementasi kebijakan dalam pelaksanaannya pasti melibatkan banyak kepentingan, dan sejauhmana kepentingan-kepentingan tersebut membawa pengaruh terhadap implementasinya, hal inilah yang ingin diketahui lebih lanjut.
b. Type of Benefit (Tipe Manfaat )
Pada poin ini content of policy berupaya untuk menunjukkan atau menjelaskan bahwa dalam suatu kebijakan harus terdapat beberapa jenis manfat yang menunjukkan dampak positif yang dihasilkan oleh pengimplementasian kebijakan yang hendak dilaksanakan.
c. Extent of change Envision (Derajat perubahan yang ingin dicapai )
Setiap kebijakan mempunyai target yang hendak dan ingin dicapai. Content of policy yang ingin dijelaskan pada poin ini adalah bahwa seberapa besar perubahan yang hendak atau ingin dicapai melalui suatu implementasi kebijakan harus mempunyai skala yang jelas.
d. Site of Decision Making (Letak pengambilan keputusan ) Pengambilan keputusan dalam suatu kebijakan memegang peranan penting dalam pelaksanaan suatu kebijakan, maka pada bagian ini harus dijelaskan di mana letak pengambilan keputusan dari suatu kebijakan yang akan diimplementasikan.
e. Program Implementer (Pelaksana Program )
Dalam menjalankan suatu kebijakan atau program harus didukung dengan adanya pelaksana kebijakan yang kompeten dan kapabel demi keberhasilan suatu kebijakan. Dan ini harus sudah terdata atau terpapar dengan baik pada bagian ini.
f. Resources Committed (Sumber-sumber daya yang digunakan) Pelaksanaan suatu kebijakan juga harus didukung oleh sumber-sumberdaya yang mendukung agar pelaksanaannya berjalan dengan baik.
2. Context of Policy (Lingkungan kebijakan)
a. Power, interest and strategy of actor involved (Kekuasaan, kepentingan – kepentingan dan strategi dari aktor yang terlibat)