IMPLEMENTASI PROGRAM INTERVENSI BERBASIS MASYARAKAT (IBM) DALAM MENINGKATKAN REHABILITASI UNTUK MASYARAKAT
BEBAS NARKOBA DI KOTA MEDAN
Altasyania1 ,Vadia Annisa harahap2 , Yaumil Khoiriah Daulay3 , Genia Salsabila4 Ilmu Administrasi Publik, Universitas Sumatera Utara
Jalan Dr. T. Mansur No.9, Padang Bulan, Kec. Medan Baru, Kota Medan, Sumatera Utara 20222 Abstrak
Berdasarkan penelitian Probosiwi & Bahransyaf kejahatan narkoba merupakan salah satu dari banyak bentuk permasalahan yang dialami oleh berbagai negara di dunia. Namun, berbeda dengan jenis tindak kejahatan lain, kejahatan narkoba memiliki kompleksitas dalam penanganannya. Dari hasil penelitian ini terlihat bahwa dibutuhkan langkah khusus dalam penanggulangan kasus narkoba sendiri. Selain itu kita juga bisa melihat dari penelitian Helen &
Eaton bahwa salah satu cara yang dianggap efektif untuk menanggulangi kejahatan narkoba adalah kebijakan harm reduction. Dimana dalam Kebijakan ini akan mengurangi dampak buruk dari penyalahgunaan atau perilaku tertentu yang tanpa bertujuan untuk menghilangkan perilaku tersebut. Maka, kebijakan dan intervensi harm reduction mempertimbangkan serangkaian dampak yang lebih luas dibandingkan dengan pendekatan yang hanya bertujuan untuk mengurangi prevalensi (angka ketergantungan). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik, dan dengan cara mendeskripsikan dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Secara umum hasil penelitian yang diperoleh dari Badan Narkotika Nasional Provinsi Sumatera Utara terlihat bahwa rehabilitasi belum banyak diakses oleh masyarakat. Banyak faktor yang menyebabkan masyarakat enggan melaporkan diri atau keluarga mereka kepada layanan rehabilitasi.
Kata Kunci : Pembangunan, Pemberdayaan Masyarakat
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Permasalahan narkoba telah menjadi isu global dan menjadi masalah di banyak negara. Salah satunya adalah negara
Indonesia. Hal ini dibuktikan bahwa tingkat penyalahgunaan narkoba di Indon Unitedesia selama 3 tahun terakhir semakin meningkat. Kejahatan narkoba merupakan salah satu dari banyak bentuk kejahatan.
Berbeda dengan jenis tindak kejahatan lain,
kejahatan narkoba memiliki kompleksitas dalam penanganannya. Hal ini dikarenakan pengguna narkoba selain sebagai pelaku tindak pidana penyalahgunaan narkotika juga sebagai korban adiksi dari narkotika itu sendiri (Probosiwi&Bahransyaf, 2014).
United Nations Office onDrugsandCrime(UNODC) melaporkan bahwa jumlah pengguna narkoba yang sudah dalam tahap kecanduan dan memerlukan perawatan meningkat sebesar 13% atau sekitar 35 juta jiwa. Dari jumlah tersebut hanya satu dari tujuh orang pengguna narkoba yang mendapatkan akses layanan terapi dan rehabilitasi setiap tahunnya (UNODC, 2019). Kondisi penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba pun saat ini sudah merambah sampai ke tingkat pedesaan, bahkan sudah menyebar sampai pelosok desa. Sehingga di khawatirkan akan berdampak pada kesejahteraan masyarakat.
Rehabilitasi narkoba merupakan salah upaya harm reduction pemerintah Republik Indonesia dalam pemulihan korban penyalahgunaan dan penyalahguna narkoba.
Kebijakan harm reduction mencoba untuk mengurangi dampak buruk dari penyalahgunaan atau perilaku tertentu yang tanpa bertujuan untuk menghilangkan perilaku tersebut. Degan kata lain,
rehabilitasi narkoba berfokus tidak hanya untuk mengurangi kasus penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba namun juga mengurangi angka permintaan (demand) dengan menurunkan jumlah korban dan pecandu narkoba melalui intervensi medis dan sosial. Program rehabilitasi narkoba sebagaimana diamanatkan dalam “Undang- undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika” terdiri atas rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial.
Lebih jauh disebutkan dalam Undang- undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika bahwa “orang tua dari pecandu yang belum cukup umur dan pecandu yang sudah umur diwajibkan untuk melaporkan ke puskesmas/rumah sakit/fasilitas rehabilitasi yang ditunjuk oleh pemerintah untuk mendapatkan pengobatan dan perawatan. Petunjuk teknis dari pasal ini diuraikan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2011 tentang Pelaksanaan Wajib Lapor bagi Pecandu Narkotika.
Dalam peraturan pemerintah ini dijelaskan bahwa pecandu maupun keluarga dari pecandu yang belum cukup umur bisa melaporkan diri untuk mendapatkan pengobatan dan perawatan rehabilitasi kepada Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL) yang ditunjuk oleh Menteri Kesehatan untuk rehabilitasi medis dan
Menteri Sosial untuk rehabilitasi sosial.
Sayangnya kebijakan rehabilitasi ini belum banyak diakses oleh masyarakat dilihat dari rendahnya angka rehabilitasi voluntary (rehabilitasi yang melapor/sukarela) dibandingkan dengan rehabilitasi compulsory (rehabilitasi karena putusan hukum). Maka dari itu penelitian ini ada untuk melihat bagaimana pelaksanaan intervensi berbasis masyararakat (IBM) di Sumatera Utara sebagai wujud pembangunan People Centered?.
1.2 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Metode kualitatif juga dikenal sebagai metode interpretatif karena berkenaan dengan interpretasi terhadap temuan data di lapangan (Sugiyono, 2019).
Lokasi penelitian adalah di Badan Narkotika Nasional Sumatera Utara.Penelitian ini juga memilih informan dengan kriteria tertentu, yakni dipilih orang-orang yang memahami terkait permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini adalah Subkoordinator Pascarehabilitasi BNNP Sumut dan Konselor Adiksi Ahli Muda.
Penelitian difokuskan pada program IBM dalam meningkatkan rehabilitasi untuk
masyrakat bebas narkoba di kota Medan.Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara,studi pustaka,dan studi dokumentasi. Uji keabsahan data penulis menggunakan teknik triangulasi dan menggunakan bahan referensi. Kemudian, data yang diperoleh akan dianalisis melalui tahap reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Implementasi 2.1.1 Pengertian Implementasi
Implementasi merupakan suatu rangkaian aktivitas dalam rangka menghantarkan kebijakan kepada masyarakat sehingga kebijakan tersebut dapat membawa hasil sebagimana diharapkan (Syaukani dkk 2004:245). Rangkaian kegiatan tersebut mencakup, pertama persiapan seperangkat peraturan lanjutan yang merupakan intrepretasi dari kebijakan tersebut.
Kedua, menyiapkan sumber daya guna menggerakkan kegiatan implementasi termasuk didalamnya sarana dan prasarana, sumber daya keuangan dan tentu saja penetapakn siapa yang bertanggungjawab melaksanakan kebijakan tersebut. Ketiga, bagaimana menghantarkan kebijaksanaan
secara kongkrit ke masyarakat.
Implementasi memerlukan proses untuk menjalankannya, ada tiga unsur penting dalam proses implementasi yaitu:
(1) adanya program atau kebijakan yang dilaksanakan (2) target group yaitu kelompok masyarakat yang menjadi sasaran dan ditetapkan akan menerimamanfaat dari program (3) unsur pelaksana (implementor) baik organisasi atau perorangan untuk bertanggungjawab dalam memperoleh pelaksanaan dan pengawasan dari proses implementasi tersebut (Surmayadi 2005:
79).
2.1.2 Teori Implementasi Kebijakan
Dalam teori George C. Edwards III (2004), implementasi kebijakan dipengaruhi oleh empat variabel, yakni: (1) Komunikasi, Apa yang menjadi tujuan dan sasaran kebijakan harus ditransmisikan kepada kelompok sasaran (target group) sehingga akan mengurangi distorsi implementasi. Apabila tujuan dan sasaran suatu kebijakan tidak jelas atau bahkan tidak diketahui sama sekali oleh kelompok sasaran, maka kemungkinan akan terjadi resistensi dari kelompok sasaran.
(2) sumberdaya, Sumber daya merupakan faktor penting untuk menjalankan dan
mengimplementasikan suatu kebijakan program. Tanpa adanya sumber daya, kebijakan hanya menjadi suatu dokumen saja.(3) disposisi, merupakan watak dan karakteristik yang dimiliki implmentor.apabila implementor memiliki disposisi yang baik, maka dia aka menjalankan kebijakan dengan bika seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakandan. (4) struktur birokrasi.
merupakan struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan.
2.2 Konsep Pemberdayaan
Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan kapasitas masyarakat baik secara individu maupun kelompok dalam memecahkan berbagai persoalan terkait kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat. dalam prosesnya, pemberdayaan masyarakat memerlukan keterlibatan dari berbagai pihak baik pemerintah, pihak non-pemerintah, maupun masyarakat yang terlibat itu sendiri untuk dapat menjamin tercapainya hasil yang akan dituju.
Pemberdayaan masyarakat memiliki keterkaitan erat dengan pembangunan berkelanjutan (sustainable development)
dimana pemberdayaan masyarakat merupakan syarat utama yang akan membawa masyarakat menuju kesejahteraan baik secara ekonomi,sosial, dan lingkungan yang dinamis. Proses pemberdayaan yang berkesinambungan sebagai suatu siklus yang terdiri dari lima tahapan utama yaitu :
a) Menghadirkan kembali pengalaman yang memberdayakan
b) Mendiskusikan alasan mengapa terjadi pemberdayaan
c) Mengidentifikasikan suatu masalah ataupun proyek
d) Mengidentifikasikan basis daya yang bermakna untuk melakukan perubahan
e) Mengembangkan rencana-rencana aksi dan mengimplementasikannya 2.3 Konsep Pembangunan
Pembangunan adalah semua proses perubahan yang dilakukan melalui upaya- upaya secara sadar dan terencana.
Sedangkan perkembangan adalah proses perubahan yang terjadi secara alami sebagai dampak dari adanya pembangunan (Riyadi dan Deddy Supriyadi Bratakusumah, 2005).
Pembangunan sering diartikan sebagai suatu upaya untuk melakukan perubahan menjadi lebih baik. Karena perubahan yang dimaksud adalah menuju arah peningkatan
dari keadaan semula, tidak jarang pula ada yang mengasumsikan bahwa pembangunan adalah juga pertumbuhan.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pada dasarnya pembangunan tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan, dalam arti bahwa pembangunan dapat menyebabkan terjadinya pertumbuhan dan pertumbuhan akan terjadi sebagai akibat adanya pembangunan. Dalam hal ini pertumbuhan dapat berupa pengembangan atau perluasan (exspansion)atau peningkatan dari aktivitas yang dilakukan oleh suatu komunitas masyarakat.
2.3.1 Teori Pembangunan
Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai social. Konsep ini mencerminkan paradigma baru pembangunan yang bersifat “people centered, participatory, dan suistanable.”(Chamber). Menurut Jim Ife (1995:182) pemberdayaan artinya memberikan sumber daya, kesempatan, pengetahuan, dan keterampilan kepada warga untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam menentukan masa depannya sendiri dan berpartisipasi dalam dan mempengaruhi kehidupan dari masyarakatnya.
Ada tiga strategi upaya memberdayakan kelompok masyarakat yang lemah dapat dilakukan dengan tiga strategi menurut pengalaman Jim Ife. Pertama, pemberdayaan melalui perencanaan dan kebijakan dengan membangun atau mengubah struktur dan lembaga yang bisa memberikan akses yang sama terhadap sumber daya, pelayanan dan kesempatan berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat.kedua, melalui aksi-aksi sosial dan politik yang dilakukan dengan perjuangan politik dan gerakan dalam rangka membangun kekuasaan efektif.
Ketiga, melalui pendidikan dan pertumbuhan kesadaran yang dilakukan dengan proses pendidikan dalam berbagai aspek yang cukup luas. Upaya ini dilakukan dalam rangka membekali pengetahuan dan keterampilan bagi masyarakat lapis bawah dan meningkatkan kekuatan mereka (Jim Ife, 1997 : 63-64).
2.3.2 Model Pembangunan
Sejarah mencatat munculnya paradigma baru dalam pembangunan seperti pertumbuhan dengan distribusi, kebutuhan pokok (basic needs) pembangunan mandiri (self-reliant development), pembangunan berkelanjutan dengan perhatian terhadap alam (ecodevelopment), pembangunan yang memperhatikan ketimpangan pendapatan
menurut etnis (ethnodevelomment) (Kuncoro, 2003). Terdapat pula yang mengategorikan paradigma tersebut pada tiga model pembangunan, yakni Economic Growth, Basic Needs dan People Centered.
a) Economic growth (model pembangunan yang berorientasi pada pertumbuhan) Teori ini menekankan pada kenaikan pendapatan nasional (perspektif ekonomi) dalam jangka waktu misal per tahun. Tingkat pertumbuhan ekonomi tersebut akan secara langsung mempengaruhi penyerapan tenaga kerja.
b) Basic needs (model pembangunan kebutuhan dasar/kesejahteraan) Tokoh teori ini adalah Gunnar Myrdall yang mencoba memecahkan masalah kemiskinan secara langsung dengan memenuhi segala kebutuhan dasar masyarakat khususnya masyarakat miskin, misal dengan memenuhi kebutuhan sandang, pangan, perumahan, serta akses terhadap pelayanan publik seperti pendidikan, kesehatan, air bersih, transportasi, dan lain-lain.
c) People centered (model pembangunan yang berpusat pada manusia) Fokus sentral proses pembangunan adalah peningkatan
perkembangan manusia dan kesejahteraan manusia, persamaan dan sustainability sehingga model ini berwawasan lebih jauh dari sekedar angka pertumbuhan GNP atau pengadaan pelayanan sosial.
PEMBAHASAN
3.1 Tingkat Penyalahgunaan Narkoba Di Sumatera Utara
Masalah narkotika di Indonesia merupakan masalah bersama dan negara ini termasuk daerah yang rawan. Peredaran dan penyalahgunaan Narkoba merupakan salah satu permasalahan nasional yang dipandang serius oleh pemerintah, karena dapat menyebabkan rusaknya moral bangsa. Masalah merebaknya
penyalahgunaan narkoba semakin lama semakin meningkat. Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki tingkat penyalahgunaan narkoba paling tinggi.
Badan Narkotika Nasional mencatat ada 12.890 kasus narkoba hingga triwulan I 2021. Sumatera Utara menjadi provinsi dengan jumlah kasus narkoba terbanyak.
Ada 2.049 kasus yang tercatat di Sumatra Utara. Sumatra Utara juga menjadi provinsi dengan jumlah orangnya yang terjerat
narkoba terbanyak, yaitu 2.661 tersangka (BNN, 2021).
Gambar 1.1 Tingkat Kasus Narkoba di Indonesia Tahun 2021
Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP)
Sumatera Utara (Sumut)
menyebutkan pengguna narkoba di wilayah Sumut mencapai 1,5 juta orang. Jumlah tersebut sebanding dengan 1 dari 10 orang penduduk menjadi penyalahguna narkoba.
Sekitar 1,5 juta dari 14 juta jiwa lebih penduduk Sumatera Utara menjadi pengguna narkoba, baik pasif maupun aktif, yang didominasi pengguna sabu-sabu dan ganja (Toga H Panjaitan, Kepala BNNP Sumut). Berdasarkan data kawasan rawan narkotika BNN RI pada tahun 2022, terdapat 1.192 wilayah dengan status bahaya dan waspada di Sumatera Utara.
Berdasarkan hasil penelitian Badan Narkotika Nasional (BNN) bekerja sama dengan Pusat Penelitian Masyarakat dan
Budaya, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), angka prevalensi penyalahgunaan narkoba pernah pakai (lifetime prevalence), yaitu mereka yang pernah memakai narkoba paling tidak sekali seumur hidupnya, sebanyak 2,40% atau sekitar 240 dari 10.000 penduduk Indonesia berumur 15-64 tahun atau setara dengan kurang lebih 4,5 juta jiwa. Sedangkan angka prevalensi setahun terakhir pakai sebesar 1,80% atau 180 dari 10.000 penduduk Indonesia berumur 15-64 tahun atau setara dengan kurang lebih 3,4 juta jiwa. Survei ini juga menemukan bahwa penyalahgunaan narkoba telah merambah hingga ke pedesaan dan pemakaian narkoba yang sangat menonjol pada usia sangat produktif (25-49 tahun) dan angka prevalensi setahun terakhir pakai di atas 2,5%.
Gambar 1.2 Prevalensi Pengguna Narkoba Tahun 2019
3.2 Intervensi Berbasis Masyarakat (IBM) di Kota Medan Sebagai Wujud Pembangunan Nasional
Program ini dilaksanakan pada tahun 2021 dan masih berjalan kurang lebih 2 tahun.
Intervensi Berbasis Masyarakat merupakan kepedulian pemerintah dalam penanganan penyalahgunaan narkoba di masyarakat dengan cara menghadirkan rehabilitasi penyalahgunaan narkoba di masyarakat, mengingat ketersediaan dan aksesibilitas layanan yang masih terbatas jumlahnya.
Berdasarkan hasil wawancara yang kami lakukan dengan pihak BNN, pada tahun 2021 diawal mulainya program Intervensi Berbasis Masyarakat (IBM) masih sedikit kelurahan yang melaksanakan program IBM ini. Ada 6 kelurahan yang sudah menerapkan program IBM ini diantaranya adalah Sunggal, Marelan, Tegal Sari, Polonia, Labuhan, dan Sei Mati. Kemudian pada tahun 2022 masih 3 kelurahan yang telah menerapkan program IBM ini yaitu kelurahan Tanjung Sari (kecamatan Medan selayang), kelurahan Asam Kumbang (kecamatan Medan selayang), dan Kelurahan Belawan II (kecamatan Medan Belawan).
Perkembangan program IBM ini masih belum bisa dipastikan secara lebih detail
karena program ini masih baru dibuat dan masih dalam pertumbuhan. BNNP Sumatera Utara masih terus mendorong masyarakat terutama di kelurahan untuk menerapkan program IBM ini sebagai salah satu solusi dari penyalahgunaan narkoba yang melibatkan masyarakat secara langsung dalam meningkatkan rehabilitasi narkoba di kota Medan.
Intervensi berbasis masyarakat melakukan pendekatan rehabilitasi dalam bentuk sederhana dengan ambang batas rendah (low threshold), yang berarti layanan tersebut mudah diakses dan tidak membutuhkan persyaratan untuk terlibat di dalamnya.
Kegiatan intervensi berbasis masyarakat (IBM) oleh agen pemulihan yang merupakan warga masyarakat yang tinggal di desa/kelurahan yang terpilih sebagai mitra kerja BNN.
Agen pemulihan melakukan peran dalam mendampingi dan memantau penggunaan narkoba tingkat ringan atau yang memerlukan bina lanjut melalui kegiatan dan layanan IBM. Oleh karena itu, program yang dijalankan IBM mempunyai keragaman program rehabilitasi sesuai dengan masalah narkoba dan potensi yang dimiliki masyarakat di wilayah.
Untuk melaksanakan IBM, Kepala Desa/Pemerintah Desa dapat mengajukan calon-calon agenda pemulihan yang berasal dari unsur masyarakat yang dinilai mampu menjalankan tugas dan kewajiban sebagai Agenda Pemulihan (BNN, 2021:5).
Pelaksanaan IBM sebagai upaya untuk mewujudkan tantangan permasalahan yang dihadapi masyarakat baik di perkotaan maupun di desa dalam permasalahan penyalahgunaan narkoba di wilayahnya dengan adanya sarana penanganan dini penyalahgunaan narkoba. Pelaksanaan IBM dimaksudkan hanya untuk menangani resiko penggunaan narkoba tingkat ringan atau yang membutuhkan layanan Bina lanjut.
Sedangkan untuk tingkat resiko sedang dan berat dapat dirujuk ke lembaga rehabilitasi atau fasilitas kesehatan. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa IBM merupakan penanganan terdepan dan terdekat yang berada di tengah masyarakat. IBM secara langsung berinteraksi dengan penggunaan narkoba, keluarga dan masyarakat sekitar.
Hal ini dapat membuat intervensi yang dilakukan IBM menjadi semakin efektif, karena pengguna narkoba beserta keluarga tidak perlu pergi ke tempat lain yang mungkin menjadi hambatan.
Program Intervensi Berbasis Masyarakat (IBM) merupakan salah satu program pemerintah dalam menanggulangi penggunaan narkoba. IBM salah satu bentuk perwujudan pembangunan nasional melalui pemberdayaan masyarakat. Melalui program ini, masyarakat setempat bisa memperbaiki atau bahkan mengurangi dari penyalahgunaan narkoba yang dapat merugikan suatu individu bahkan masyarakat.
Konsep pembangunan berkelanjutan tampaknya menjadi hal yang menjanjikan.
Dalam pembangunan berkelanjutan, aspek pembangunan bukan hanya mengarah pada masyarakat masa kini melainkan juga masyarakat di masa depan. Pembangunan berkelanjutan idealnya dapat mencakup berbagai aspek yang ada di masyarakat juga masyarakat desa.
3.3 Pelaksanaan Program Intervensi Berbasis Masyarakat (IBM) untuk Meningkatkan Rehabilitasi
Pelaksanaan Intervensi Berbasis Masyarakat (IBM) mengupayakan pemulihan dan keberfungsian sosial pengguna narkoba dengan memberdayakan kekuatan lokal yang bertumpu pada peran keluarga dan partisipasi masyarakat. Pelaksanaan IBM mencakup kegiatan non layanan dan
kegiatan layanan. Pelaksanaan IBM terdiri atas rangkaian kegiatan yang dilakukan secara bertahap oleh Agen Pemulihan (AP).
Gambar 1.3 Alur Pelaksanaan Kegiatan dan Layanan IBM
Kegiatan non-layanan dari program Investasi Berbasis Masyarakat terdiri dari 3 tahapan yaitu:
a. Sosialisasi
Informasi yang diberikan mencakup tentang pengenalan IBM dan kegiatannya. Sehingga masing-masing pihak dapat saling memahami manfaat dan memberikan kontribusi untuk memajukan program IBM ini. Tujuannya adalah agar berbagai pihak di wilayah setempat memiliki gambaran yang jelas dan tepat mengenai program IBM.
b. Pemetaan
Pemetaan merupakan kegiatan lapangan yang dilakukan oleh Agen Pemulihan (AP).
Dalam pemetaan, AP bertemu dengan orang
kunci, tokoh masyarakat dan tokoh pemuda atau masyarakat lainnya yang dapat mengidentifikasi dan memberikan informasi terkait penyalahgunaan narkoba serta sumber daya dalam masyarakat. Tujuannya adalah untuk memperoleh informasi dan gambaran terkait penyalahgunaan narkoba di wilayah sekitar sebagai dasar kegiatan penjangkauan dan pengembangan IBM.
c. Penjangkauan
Penjangkauan merupakan kegiatan aktif yang dilakukan oleh AP untuk menyampaikan informasi dan melakukan pendekatan kepada pengguna narkoba, keluarganya, atau masyarakat di sekitarnya.
Tujuannya adalah untuk membangun hubungan dengan pengguna narkoba, keluarganya, atau masyarakat di sekitar serta kemudian mendorongnya agar memanfaatkan layanan IBM.
Kemudian setelah dilakukannya kegiatan non layanan dalam program Intervensi Berbasis Masyarakat (IBM), selanjutnya dilakukan kegiatan layanan (layanan pemulihan). Layanan pemulihan adalah rangkaian kegiatan yang diberikan AP kepada klien IBM mulai dari skrining, penerimaan awal, layanan intervensi, dan Bina lanjut.
a. Skrining
Skrining merupakan proses mengidentifikasi risiko gangguan penggunaan narkoba menggunakan instrumen Drug Abuse Screening Test-10 (DAST-10) yang terukur dan dapat dilakukan dengan cepat.
Tujuannya adalah untuk mengetahui masalah penyalahgunaan narkoba pada klien dan tingkat resiko penyalahgunaan narkoba pada klien.
b. Penerimaan awal
Pada tahap penerimaan awal, AP melakukan identifikasi dan mendapatkan informasi tentang klien dan atau keluarganya. Selain itu, AP juga memberikan informasi yang dibutuhkan oleh klien dan atau keluarganya tentang layanan IBM yang tersedia.
Penerimaan awal meliputi registrasi dengan pengisian formulir registrasi dan surat pernyataan kesediaan, pengisian roda kehidupan dan buku pemulihan. Pada tahap ini juga dilakukan pemeriksaan URICA, WHO-QoL, dan Tes urine oleh BNNP/BNNK.
c. Layanan Intervensi
Layanan intervensi adalah kegiatan-kegiatan yang bermanfaat untuk membantu klien meraih dan memelihara pemulihannya.
Bentuk kegiatan ini berbentuk kegiatan
individu atau kelompok yang terdiri dari dua orang klien atau lebih. Setiap klien akan menerima layanan wajib dan pilihan yang disesuaikan dengan kebutuhan.
d. Bina lanjut
Bina lanjut merupakan kegiatan IBM yang diberikan kepada para klien yang telah menjalani layanan intervensi atau bagi para klien rujukan LRIP/LRKM/LAPAS/BAPAS yang sebelumnya telah menyelesaikan rehabilitasi. Kegiatan ini merupakan layanan lanjutan yang dilakukan oleh AP untuk melakukan pendampingan lebih lanjut agar klien dapat memperkuat dan menjaga pemulihannya. Pada Bina lanjut, layanan yang diberikan pada klien bersifat minimal atau sesuai kebutuhan karena klien telah mampu menjaga pemulihan secara mandiri.
PENUTUP 4.1 Kesimpulan
Seperti yang kita ketahui bahwa pembangunan itu sering diartikan sebagai suatu upaya untuk melakukan perubahan menjadi yang lebih baik. Di mana perubahan yang dimaksud itu menuju arah peningkatan dari keadaan sebelumnya yang tidak ada menjadi ada. Di dalam teori pembangunan sendiri memuat banyak konsep salah satunya
konsep pembangunan ekonomi. Konsep pembangunan ekonomi ini akan meliputi pemberdayaan masyarakat yang mana kegiatannya akan merangkum nilai-nilai sosial. Salah satu wujud dari pembangunan ekonomi pada aspek pemberdayaan masyarakat itu tentang rehabilitasi narkoba.
Dalam hal ini rehabilitasi sendiri merupakan proses pemulihan ketergantungan penyalahgunaan narkoba secara menyeluruh baik biologis, psikologis, sosial, dan lingkungan. Namun masih banyak masyarakat yang belum tau tentang rehabilitasi dan masih sedikit yang mengikuti rehabilitasi bagi penyalahgunaan narkoba.
Melalui program Intervensi Berbasis Masyarakat (IBM) yang merupakan intervensi di bidang rehabilitasi terhadap penyalahgunaan narkoba yang dirancang dari masyarakat, untuk masyarakat, dan oleh masyarakat melalui Agen Pemulihan (AP) dengan memanfaatkan fasilitas dan potensi masyarakat sesuai dengan kearifan lokal.
Hal ini akan mempermudah masyarakat untuk lebih mengetahui tentang rehabilitasi terkhusus untuk para pengguna narkoba tingkat ringan. Selain itu juga dapat meningkatkan pembangunan manusia (people centered) yang dapat
mensejahterakan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat.
4.2 Saran
Praktek pembangunan itu tidak serta-merta hanya sebatas pengembangan infrastruktur.
Tetapi juga bisa melalui pemberdayaan masyarakat. Adanya rehabilitasi terhadap penyalahgunaan narkoba sendiri untuk meningkatkan pembangunan manusia yang bertujuan mensejahterakan kehidupan mereka melalui pemberdayaan masyarakat.
Maka dari itu dalam hal ini masyarakat dituntut untuk ikut berperan melalui program intervensi berbasis masyarakat yang merupakan intervensi di bidang rehabilitasi terhadap penyalahgunaan narkoba demi mewujudkan masyarakat yang berkembang. Yang mana program ini ada untuk bisa memulihkan ketergantungan pada kasus penyalahgunaan narkoba secara menyeluruh.
Adapun beberapa masukan yang bisa diterapkan untuk mendorong program IBM sendiri anatara lain:
1. Fasilitas yang digunakan dalam sosialisasi program ini harus bisa di desain semenarik mungkin untuk menarik minat masyarakat.
2. Peran serta masyarakat pada program ini lebih dituntut karena program IBM sendiri ada dari masyarakat untuk masyarakat.
3. Program ini harus tetap diawasi pihak BNN untuk
mendorongsemangat masyarakat menerapkan programnya.
DAFTAR PUSTAKA
Amrita Devi, Dicky Pelupessy,dkk. (2021).
Pedoman Pelaksanaan Intervensi Berbasis Masyarakat. Direktorat Penguatan Lembaga Rehabilitasi Komponen Masyarakat Deputi Bidang Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional.
Sumut.inews.id. (2021). BNN Sebut 1 dari 10 Penduduk Sumut Pengguna Narkoba.
Diakses pada tanggal 9 Oktober 2022 dari https://sumut.inews.id/berita/bnn-sebut-1- dari-10-penduduk-sumut-pengguna-narkoba Masterplandesa.com.(2021). Pentingnya Pembangunan Desa dalam Pembangunan Nasional. Diakses pada tanggal 09 Oktober
2022 dari
https://www.masterplandesa.com/penataan- desa/pentingnya-pembangunan-desa-dalam- pembangunan-nasional/
Databooks.katadata.co.id. (2021). Kasus Narkoba di Sumatera Utara Terbanyak di Indonesia. Diakses pada tanggal 09 Oktober
2022 dari
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/
2021/12/13/kasus-narkoba-di-sumatra- utara-terbanyak-di
indonesia#:~:text=Sumatra%20Utara%20m enjadi%20provinsi%20dengan,kasus%20hin gga%20triwulan%20I%202021
Kumba Digdowiseiso,S.E.,M.App (2019).
Teori Pembangunan. E-book, Lembaga Penerbitan Universitas Nasional, Jakarta Selatan.
Alif Dimas, et all (2012). Implementasi Program Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan Keterampilan Dasar (Studi di Kecamatan Tambaksari Kota Surabaya). E-jurnal jurusan administrasi publik, fakultas ilmu administrasi, universitas brawijaya, malang. Vol.1, No.5, hal 862-871.
A. Mahendra, SE, Msi (2015). Pendekatan dan strategi pembangunan masyarakat di indonesia. Jurnal ilmiah Research Sainis, Vol.1 No.1 Januari.
Febryansyah P, et all (2018). Implementasi kebijakan pelayanan administrasi terpadu kecamatan (PATEN) dikecamatan
jatinangor kabupaten sumedang provinsi jawa barat. Jurnal manajemen pemerintahan,Vol.10 No 1 Maret 41-58