LABUHANBATU
SKRIPSI Oleh
RIANDY PUTRA NPM : 1803100077
Program Studi Ilmu Administrasi Publik Konsentrasi Kebijakan
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2022
LABUHANBATU
SKRIPSI Oleh
RIANDY PUTRA NPM : 1803100077
Program Studi Ilmu Administrasi Publik Konsentrasi Kebijakan
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2022
i
ABSTRAK
IMPLEMENTASI PROGRAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NAPZA DI KABUPATEN
LABUHANBATU
RIANDY PUTRA 1803100077
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Implementasi program pencegahan penyalahgunaan NAPZA di Kabupaten Labuhanbatu. Jenis penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan analisis kualitatif, yaitu metode yang digunakan untuk membedah suatu fenomena dan peristiwa dan menjabarkan dalam bentuk kalimat dan bahasa. Dalam penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa implementasi program pencegahan penyalahgunaan NAPZA sudah sesuai dengan Peraturan Bupati Labuhanbatu Nomor 29 Tahun 2017 Tentang Antisipasi Dini Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika Dan Zat Adiktif Lainnya, namun masih belum optimal. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan beberapa kendala dalam implementasi program antara lain kurangnya anggaran diakibatkan pandemi Covid 19, pelajar/masyarakat belum paham mengenai tujuan program, serta belum terdistribusikan implementasi program secara merata, kendala lainnya seperti sumber daya yang belum memadai baik dari sumber daya manusia yang kurang berkualitas dan kuantitas. Dalam hal ini diperlukannya keterlibatan instansi Pemerintah Daerah Lembaga Pemerintah Daerah dan DPRD dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi terkait program pencegahan, serta partisipasi masyarakat terkait tindak pidana penyalahgunaan narkotika psikotropika dan zat adiktif lainnya. Oleh sebab itu penelitian ini merekomendasikan sesuai dengan Peraturan Bupati Nomor 29 Tahun 2017 Tentang Antisipasi Dini Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika Dan Zat Adiktif Lainnya agar program pencegahan berjalan dengan efektif, dengan senantiasa berkordinasi dengan instansi terkait, membentuk tim/kelompok kerja satuan tugas anti narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya, memberikan informasi mengenai larangan dan bahaya penyalahgunaan NAPZA serta dampak yang ditimbulkannya, menetapkan tata tertib sekolah mengenai kebijakan pencegahan penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya dan mensosialisasikan di lingkungan satuan pendidikan, dan melakukan tes urine secara rutin dan berkala.
Kata kunci : Implementasi, Program, Pencegahan Penyalahgunaan NAPZA
ii
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim Assalamu’alaikum Wr.Wb
Segala Puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam senantiasa terucapkan Rasulullah SAW yang mengantarkan manusia dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang ini. Penulis dapat menyelesaikan perkuliahan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik jurusan Ilmu Administrasi Publik Konsentrasi Kebijakan Publik Di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara dengan selesainya skripsi ini dengan judul “IMPLEMENTASI PROGRAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NAPZA DI KABUPATEN LABUHANBATU”
Dengan demikian penulis berharap nantinya dari tugas akhir dari penulis ini dapat menjadi ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat untuk pembagunan kedepannya dibidang Ilmu dan Pengetahuan dan juga merupakan bahan pertimbangan untuk dapat selesai melaksanakan pendidikan Strata-1 (S1) di Prodi Ilmu Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang telah banyak memberikan support, dan arahan kepada penulis yang bertujuan untuk menyelesaikan skripsi ini, diantaranya :
iii
1. Teristimewa kepada kedua orang tua penulis yaitu Ibunda tercinta Nuraini dan Ayahanda tersayang Irwansyah putra membesarkan serta mendidik penulis untuk menjadi manusia yang baik dan berguna bagi masyarakat serta Negara.
2. Bapak Dr. Agussani.,M,AP selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
3. Bapak Dr. Arifin Saleh., S.Sos., M.SP selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
& Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
4. Bapak Abrar Adhani ,S.Sos, M.I.Kom selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
5. Bapak Ananda Mahardika, S.Sos., M.SP selaku ketua jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
6. Bapak Jehan Ridho Izharsyah, S.Sos,M.Si selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
7. Ibu Nalil Khairiah, S.IP., M.Pd selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan arahan, motivasi dan waktu selama penulis menyelesaikan skripsi ini.
8. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara yang telah banyak berjasa dalam memberikan ilmu yang bermanfaat selama penulis mengikuti perkuliahan.
iv
9. Seluruh pegawai biro Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara yang telah membantu dalam pengurusan administrasi.
10. Bapak Ali Harun Ritonga, S.Pd selaku Kasubbag Tatat Usaha Dinas Cabang Pendidikan Rantauprapat, Bapak Beny Prima Nababan S.E. selaku Staf Subbag Tata Usaha Dinas Cabang Pendidikan Rantauprapat dan seluruh para Administrasi Dinas Cabang Pendidikan Rantauprapat yang telah menjadi informan untuk penelitian yang telah dilakukan.
11. Bapak Drs. Demson Silalahi selaku Kepala Sekolah Sma Negeri 1 Panai Hulu, Bapak Drs, Naikman Damanik, MM selaku Kepala Sekolah Sma Negeri 1 Bilah Hilir yang telah menjadi narasumber penelitian yang dilakukan.
12. Bapak Kholik Yani selaku Ketua Granat (Gerakan Anti Narkotika) Panai Hulu yang telah menjadi informan penelitian yang telah dilakukan.
13. Tokoh Agama dan Tokoh masyarakat yang telah menjadi informan dalam pelaksanaan penelitian.
14. Abangda Ade Firmansyah Tanjung selaku mentor yang memberikan banyak ilmu serta semangat pantang menyerah bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
15. Terimakasih Teman hidup Ayu Rizki yang memberikan semangat serta motivasi bagi penulis sehingga skripsi dapat selesai dengan sempurna.
v
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak yang membantu penyelesaian skripsi ini semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan siapa saja yang membacanya demi kemajuan ilmu pendidikan Amin.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Medan,
Penulis
RIANDY PUTRA
vi DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Pembatasan Masalah ... 4
1.3 Rumusan Masalah ... 5
1.4 Tujuan dan Manfaat ... 5
1.5 Sistematika Penulisan ... 5
BAB II URAIAN TEORITIS ... 8
2.1 Pengertian Implementasi ... 8
2.2 Pengertian Kebijakan Publik ... 9
2.3 Implementasi Kebijakan... 11
2.4 Unsur-Unsur Kebijakan Publik ... 14
2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Implementasi Kebijakan ... 15
2.6 Pengertian Program ... 16
2.7 Penyalahgunaan NAPZA/Narkoba ... 18
BAB III METODE PENELITIAN ... 21
3.1 Jenis Penelitian ... 21
3.2 Kerangka Konsep ... 22
vii
3.3 Defenisi Konsep ... 23
3.4 Kategorisasi ... 24
3.5 Narasumber ... 25
3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 26
3.7 Teknik Analisis Data ... 27
3.8 Waktu dan Lokasi Penelitian ... 28
3.9 Ringkasan Lokasi Penelitian ... 29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 46
4.1 Hasil Penelitian ... 46
4.2 Pembahasan ... 62
BAB V PENUTUP ... 68
5.1 Simpulan ... 68
5.2 Saran ... 70
DAFTAR PUSTAKA ... 71
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3. 1 ... 23 Gambar 3. 2 Bagan Struktur Organisasi Dinas Cabang Pendidikan Rantauprapat ... 45
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 4. 1 ... 47
Tabel 4. 2 ... 47
Tabel 4. 3 ... 48
Tabel 4. 4 ... 49
x
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran I : Surat Pernyataan
Lampiran II : SK-1 Permohonan Persetujua Judul Skripsi
Lampiran III : SK-2 Surat Keterangan Penetapan Judul Skripsi dan Pembimbing
Lampiran IV : SK-3 Permohonan Seminar Proposal Lampiran V : SK-4 Undangan Seminar Proposal Lampiran VI : Pedoman Wawancara
Lampiran VII : Surat Keterangan Izin Penelitian
Lampiran VIII : Surat Izin Penelitian Dari Dinas Ke Sekolah SMA Negeri 1 Panai Hulu dan SMA Negeri 1 Bilah Hilir
Lampiran IX : Surat Keterangan Selesai Penelitian Lampiran X : SK-5 Berita Acara Bimbingan Skripsi Lampiran XI : Surat Keterangan Bebas Pustaka Lampiran XII : Daftar Riwatyat Hidup
Lampiran XIII : SK-10 Undangan/Panggilan Ujian Skripsi
xi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
NAPZA merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya baik zat alami atau sintetis. Istilah Napza diperkenalkan khususnya oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri. Ada beberapa jenis-jenis narkotika yang memiliki efek samping yaitu morfin, heroin, ganja, kokain, LSD (Lysergic Acid), opium. Untuk menghindari bahaya narkoba selaku individu harus mengenali diri sendiri dan mempunyai cita-cita, selektif dalam pergaulan, dan memiliki hoby yang positif.
Peredaran dan penyalahgunaan NAPZA merupakan salah satu permasalahan nasional yang dipandang serius oleh pemerintah, karena dapat menyebabkan rusaknya moral bangsa. Di Indonesia, masalah membesarnya penyalahgunaan narkoba semakin lama semakin meningkat. Penyalahgunaan Napza juga semakin beragam, serta usaha untuk mengatasi penyalahgunaan Napza merupakan langkah yang tidak mudah untuk dilaksanakan. (BNN, H., 2021. Superrvisi Program Pencegahan Narkoba Untuk Anak Dan Remaja Indonesia Yang Sehat Dan Berpotensi)
2
Upaya untuk pencegahan penyalahgunaan narkotika telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 yang mencakup mencegah generasi muda dan anak usia sekolah dalam penyalahgunaan narkotika, termasuk dengan memasukkan pendidikan yang berkaitan dengan narkotika dalam kurikulum sekolah dasar sampai lanjutan atas, mendorong dan menunjang kegiatan penelitian serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bidang pelayanan kesehatan, dan peningkatan kemampuan rehabilitasi medis. Pemerintah mengupayakan kerja sama dengan negara lain dan/atau badan internasional secara bilateral dan multilateral, baik regional maupun internasional dalam rangka pembinaan dan pengawasan narkotika dan prekursor narkotika sesuai dengan kepentingan nasional.
Untuk percepatan dalam pencegahan penyalahgunaan narkotika Pemerintah Daerah Kabupaten Labuhanbatu juga telah menerbitkan Peraturan Bupati Labuhanbatu Nomor 29 Tahun 2017 Tentang Antisipasi Dini Pencegahan Penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya, sebagai bentuk upaya pencegahan secara efektif dan intensif kepada masyarakat. Berdasarkan Peraturan Gubernur Sumatera Utara nomor 19 tahun 2021, Peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2019 dan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 , serta Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah.
Menurut Peraturan Bupati Labuhanbatu Nomor 29 Tahun 2017 ada beberapa macam upaya pencegahan meliputi : primer, sekunder, tersier. Dalam Peraturan ini mewujudkan beberapa kegiatan yang menjadi target sasaran kebijakan yaitu keluarga, satuan pendidikan, organisasi kemasyarakatan, Instansi
Pemerintah Daerah, dan media massa. Untuk sama-sama membantu atau berkolaborasi dengan tujuan agar kebijakan ini dapat terealisasikan secara maksimal dan penyalahgunaan NAPZA di Kabupaten Labuhanbatu tidak terjadi lagi. Bukan hanya sekedar mengeluarkan kebijakan, sangat penting juga bagi pemerintah daerah untuk berkolaborasi dengan instansi lain yang berwenang, akademisi atau lingkungan kampus, lembaga swadaya masyarakat maupun lingkungan masyarakat lainnya untuk secara bersama sama bekerja menyelesaikan persoalan ini.
Kasus-kasus penyalahgunaan NAZPA di Kabupaten Labuhanbatu saat ini bukan hanya didominasi orang dewasa saja, namun sudah merambah pada usia remaja bahkan di kalangan pelajar. Hal ini di sebabkan kondisi mental para remaja masih labil dan cepat terpengaruh. Pada dasarnya usia remaja adalah usia dimana rasa ingin tahu akan sesuatu itu sangat tinggi. Asalkan ada kontrol yang baik dari para orang tua dan lingkungan masyarakat, kontrol dari para guru melalui hal-hal positif dan selalu mengedukasi tentang bahaya NAPZA.
Pada Tahun 2020-2021 Kabupaten Labuhanbatu menjadi peringkat 1 terkait banyaknya pecandu narkoba untuk Provinsi Sumatera Utara, ada 3.551 kasus sepanjang tahun 2020 dengan 2.793 kasus yang terselesaikan (78.65%) dari jumlah penduduk Labuhanbatu. Adapun Labuhanbatu sendiri merupakan kategori darurat narkoba bagaimana tidak, dari Satgas narkoba Labuhanbatu jumlah penangkapan para pelaku maupun pengguna narkoba yang ada di Labuhanbatu terus mengalami peningkatan. Di tengah situasi krisis sosial, ekonomi serta pandemi Covid 19 ancaman terhadap bahaya penyalahgunaan narkotika sangat
4
rentan bisa terjadi di lingkungan masyarakat atau terkhusus generasi muda, bahkan bisa lebih masif serta meluas secara cepat peningkatan penyalahgunaan narkotika serta bisnis gelap peredaran narkotika di kalangan masyarakat.
Maka dari itu permasalahan penyalahgunaan narkotika adalah pekerjaan rumah bagi pemerintah daerah yang harus menjadi fokus utama setelah masalah tingkat ketimpangan ekonomi masyarakat. Dengan mengeluarkan kebijakan dalam upaya program pencegahan melalui pembinaan dan pengawasan terhadap penyalahgunaan NAPZA.
Berangkat dari penjelasan di atas maka penulis tertarik untuk meneliti
“
IMPLEMENTASI PROGRAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NAPZA DI KABUPATEN LABUHANBATU” Dalam kebijakan ini masih kurangnya pengimplementasian upaya pencegahan penyalahgunaan NAPZA, penulis mengambil penelitian di Kabupaten Labuhanbatu karena Kabupaten Labuhanbatu sendiri masih terlibat aktif dalam pengimplementasian pencegahan penyalahgunaan NAPZA baik itu secara lisan ataupun tulisan.1.2 Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terfokus dan tidak meluas dari pembahasan yang dimaksudkan, maka penulis membatasi ruang lingkup penelitian terhadap program pencegahan penyalahgunaan NAPZA di sekolah Sma yang ada di Kabupaten Labuhanbatu.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana Implementasi Program Pencegahan Penyalahgunaan Napza Di Kabupaten Labuhanbatu?
1.4 Tujuan dan Manfaat 1.4.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan Latar Belakang dan Rumusan Masalah diatas, maka dapat ditetapakan tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah Untuk mengetahui bagaimana Implementasi Program Pencegahan Penyalahgunaan Napza Di Kabupaten Labuhanbatu.
1.4.2 Manfaat Penelitian
a. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan penulis tentang upaya pencegahan penyalahgunaan NAPZA
b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan tolak ukur bagi Kabupaten Kota dalam upaya pencegahan penyalahgunaan NAPZA c. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan sosial
melalui penelitian yang dilaksanakan sehingga memberikan kontribusi bagi pengembangan Ilmu Administrasi Publik.
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika Penulisan dilakukan secara sistematis, logis, dan konsisten. Agar dapat mengkaji penelitian ini secara teratur dan sistematis, maka dibuat sistematika penulisan yang dianggap berkaitan antara satu bab dengan bab yang lainnya, yaitu sebagai berikut:
6
BAB I : PENDAHULUAN
Pada Bab ini terdiri dari beberapa sub-bab dengan uraian masingmasing dengan substansi sebagai berikut: Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Sistematika Penulisan.
BAB II : URAIAN TEORITIS
Pada Bab ini menjelaskan teori yang relevan dengan masalah yang diteliti. Pada bab ini pula dimungkinkan mengajukan lebih dari satu teori atau data sekunder/tertier untuk membahas permasalahan yang menjadi topik skripsi, sepanjang teori–teori dan/atau data sekunder/tertier itu berkaitan. Pada bab ini dapat digunakan anggapan dasar untuk penelitian kualitatif dan hipotesis pada penelitian kuantitatif.
BAB III : METODE PENELITIAN
Pada Bab ini mengungkapkan rancangan penelitian, prosedur penelitian, sampel/unit analisis/narasumber penelitian, teknik pengumpulan dan analisis data, dan metode ujinya. Adapun sistematika untuk bab ini sebagai berikut: Jenis Penelitian, Kerangka Konsep, Definisi Konsep, Definisi Operasional (Kuantitatif) /Kategorisasi Penelitian (Kualitatif), Populasi dan sampel (kuantitatif), atau Informan/Narasumber (kualitatif), Teknik
Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data, Lokasi dan Waktu Penelitian, Deskripsi Ringkas Objek Penelitian.
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada Bab ini menguraikan tentang hasil pengamatan dan penelitian dari informan BAB V : PENUTUP Dalam bab ini yang akan diuraikan adalah memuat kesimpulan dan hasil penelitian dan saran saran dari hasil penelitian.
8 BAB II
URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Implementasi
Implementasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci. Implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap sempurna. Menurut Nurdin Usman, implementasi adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan atau adanya mekanisme suatu sistem, implementasi bukan sekedar aktivitas, tapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan.
Implementasi menurut grindle (1980:7) dalam Haedar, Akib, Antonius Tarigan, menyatakan implementasi merupakan proses umum tindakan administratif yang dapat di teliti pada tinkat program tertentu.
Wahab (2004:68) mengatakan bahwa implementasi merupakan pelaksanaan keputusan kebijaksanaan dasar dan biasanya dalam bentuk Undang- undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau keputusan peradilan. Keputusan tersebut haruslah mengidentifikasikan masalah yang ingin dicapai dalam mengatur proses implementasinya.
Menurut Van Horn dan Van Meter: “Those actions by public and private individual (or group) that are achievement or objectives set forth in prior policy”
(tindakan yang dilakukan pemerintah). Jadi implementasi adalah tindakan yang dilakukan setelah suatu kebijakan ditetapkan. Implementasi merupakan cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya.
Menurut Mazmanian dan Sebatier (Waluyo, 2007:49), menyebutkan bahwa implementasi adalah pelaksanaan keputusan kebijakan dasar, biasanya dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau badan peradilan lainnya, keputusan tersebut mengidentifikasikan masalah yang ingin diatasi,menyebutkan secara tegas tujuan atau sasaran yang ingin dicapai dengan berbagai cara untuk menstruktur atau mengatur proses implementasinya.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat di simpulkan bahwa implementasi ialah suatu proses yang berkaitan dengan kebijakan dan program- program yang akan diterapkan oleh suatu organisasi atau institusi, khususnya yang berkaitan dengan institusi negara dan menyertakan sarana dan prasarana untuk mendukung program-program yang akan dijalankan tersebut.
2.2 Pengertian Kebijakan Publik
Kebijakan publik merupakan salah satu program yang menyertakan sarana dan prasarana dibuat oleh sutau organisasi atau institusi publik yang membutuhkan penerapan dan tujuan ke khalayak ramai dengan mempertimbangkan berbagai hal yang menghambat dan mendukungnya.
Wahab (2004:3) mengemukakan kebijakan adalah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya ketegasan tertentu sekaligus mencari sasaran peluang-peluang agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
10
Menurut Anderson (Tahir, 2014:21), kebijakan adalah suatu tindakan yang mempunyai tujuan yang dilakukan seseorang pelaku atau sejumlah pelaku untuk memecahkan suatu masalah. Kebijakan publik, policy, menjadi dua: substantif dan prosedural. Kebijakan substantif yaitu apa yang harus dikerjakan oleh pemerintah sedangkan kebijakan prosedural yaitu siapa dan bagaimana kebijakan tersebut diselenggarakan.
Mustopadidjaja (2003:72) mengemukakan kebijakan adalah keputusan tertentu suatu organisasi yang dimaksutkan untuk mengatasi permasalahan tertentu, berisikan ketentuan-ketentuan yang dapat dijadikan pedoman perilaku dalam :
a. Pengambilan keputusan lebih lanjut yang dilakukan baik dalam kelompok sasaran atau unit organisasi pelaksana kebijakan.
b. Penerapan atau pelaksanaan dari suatu kebijkakan yang telah ditetapkan baik dalam hubungan dengan unit organisasi pelaksana maupun dengan kelompok sasaran yang dimaksutkan.
Hamdi (2014:33) menyatakan, “kebijakan publik adalah output atau hasil dari penyelenggaraan pemerintahan negara, di samping hasil berupa peraturan perundang-undangan, barang-barang publik, dan pelayanan publik.”.
Menurut Mulyadi (2015:37), “kebijakan publik pada dasarnya adalah suatu keputusan yang dimaksudkan untuk mengatasi kesalahan tertentu melakukan kegiatan tertentu, atau untuk mencapai tujuan tertentu yang dilakukan oleh instansi yang mempunyai wewenang dalam rangka penyelenggaraan tugas
pemerintahan negara dan pembangunan, berlangsung dalam satu kebijakan tertentu”.
Mulyadi (2015:37) menambahkan, kebijakan publik dalam arti luas dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kebijakan dalam bentuk peraturan-peraturan pemerintah yang tertulis dalam bentuk peraturan perundangan, dan peraturanperaturan yang tidak tertulis namun disepakati, yaitu yang disebut sebagai konvensi-konvensi”.
Menurut Dye dalam Islamy (2007: 19) kebijakan publik sebagai apapaun yang dipilih pemerintah untuk dilakukan atau untuk tidak dilakukan. Definisi ini menekankan bahwa kebijakan publik adalah mengenai perwujudan “tindakan”
dan bukan merupakan pernyataan keinginan pemerintah atau pejabat publik semata. Di samping itu pilihan pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu juga merupakan kebijakan publik karena mempunyai pengaruh dampak yang sama dengan pilihan pemerintah untuk melakukan sesuatu.
Berdasarkan pengertian kebijakan publik yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli di atas tersebut dapat digarisbawahi bahwa kebijakan publik dibuat oleh pemerintah yang berupa tindakan-tindakan pemerintah, kebijakan publik harus berorientasi kepada kepentingan publik, dan kebijakan publik adalah tindakan pemilihan opsi atau alternatif untuk dilaksanakan atau tidak dilaksanakan oleh pemerintah demi kepentingan publik atau masyarakat.
2.3 Implementasi Kebijakan
Konsep dasar dari implementasi kebijakan publik adalah mengacu pada tindakan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu
12
keputusan. Implementasi kebijakan publik merupakan salah satu tahapan penting dalam siklus kebijakan publik secara keseluruhan. Untuk itu, dapat dilihat dari beberapa pendapat di bawah tentang implementasi kebijakan publik.
Grindle (Waluyo, 2007:49) menyatakan, “implementasi kebijakan sesungguhnya bukanlah sekedar bersangkut paut dengan mekanisme penjabaran keputusan-keputusan politik ke dalam prosedur-prosedur rutin lewat saluran birokrasi, melainkan lebih dari itu, ia menyangkut masalah konflik, keputusan dari siapa yang memperoleh apa dari suatu kebijakan”.
Menurut teori Van Meter dan Van Horn (dalam Agostino, 2006:139) mendefinisikan implementasi kebijakan sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan.
Aneta (2010:55) mengemukakan implementasi kebijakan publik merupakan salah satu aktivitas dalam proses kebijakan publik yang menentukan apakah sebuah kebijakan itu bersentuhan dengan kepentingan publik serta dapat diterima publik. Dalam hal ini dapat ditekankan bahwa bisa saja dalam tahapan perencaan dan formulasi kebijakan dilakukan dengan sebaik-baiknya, tetapi jika pada tahapan implementasinya tidak diperhatikan optimalisasinya maka tidak akan jelas apa yang diharapkan dari sebuah produk.
Tahcjan (2006:26) mengemukakan implementasi kebijakan publik yang mutlak meliputi:
a. Adanya program yang akan dilaksanakan, yakni dapat menggambarkan atau mencerminkan secara menyeluruh mengenai arah, strategi dan sasaran yang di tempuh oleh setiap unit administrasi dalam memecahkan masalah- masalah yang berkembang dan tujuan-tujuan serta sasaran-sasaran yang ingin dicapai.
b. Adanya target yang akan dicapai, yakni kelompok masyarakat yang menjadi sasaran dan diharapkan akan menerima manfaat dari program tersebut.
c. Adanya pengawasan terhadap kebijakan yang diterbitkan, unsur pelaksana, baik organisasi atau perorangan, yang bertanggung jawab dalam pengelolaan dan pelaksanaan.
Menurut Udoji (Mulyadi, 2015:46), “pelaksanaan kebijakan adalah sesuatu yang penting, bahkan mungkin jauh lebih penting dari pembuatan kebijakan.
Kebijakan-kebijakan hanya akan berupa impian atau rencana yang bagus, yang tersimpan rapi dalam arsip jika tidak dapat diimplementasikan”.
Menurut Jenkis (dalam Parsons, 2005:463) studi implementasi adalah studi perubahan bagaimana perubahan terjadi, bagaimana kemungkinan perubahan bisa dimunculkan. Ia juga merupakan studi tentang mikrostruktur dari kehidupan politik bagaimana organisasi di luar dan di dalam sistem politik menjalankan urusan mereka dan berinteraksi satu sama lain; apa motivasi- motivasi mereka bertindak seperti itu, dan apa motivasi lain yang mungkin membuat mereka bertindak secara berbeda.
14
Kajian implementasi merupakan suatu proses mengubah gagasan atau program menjadi tindakan dan bagaimana kemungkinan cara menjalankan perubahan tersebut. Dalam konteks manajemen, implementasi kebijakan berada di dalam kerangka organizing-leading- controlling. Jadi ketika kebijakan sudah dibuat, maka tugas selanjutnya adalah mengorganisasikan, melaksanakan kepemimpinan untuk memimpi pelaksanaan dan melakukan pengendalian dari pelaksanaan tersebut. Untuk menganalisis bagaimana proses implementasi kebijakan tersebut berlangsung secara efektif, maka dapat di lihat dari berbagai model implementasi kebijakan.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Implementasi kebijakan publik merupakan salah satu tindakan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan sebelumnya terhadap pengambilan keputusan. Implementasi kebijakan publik adalah tahapan penting dalam realisasi kebijakan publik secara komprehensif. Dan dalam bagian ini akan disajikan beberapa pendapat mengenai implementasi kebijakan publik.
2.4 Unsur-Unsur Kebijakan Publik
Ada beberapa unsur yang wajib ada dalam kebijakan publik. Menurut Tachjan (2006:26) menjelaskan tentang unsur-unsur dari implementasi kebijakan yang harus ada yaitu:
a. Unsur pelaksana sendiri adalah pelaksana implementasi kebijakan yang diterangkan Dimock & Dimock dalam Tachjan (2006:28) yaitu Pelaksana kebijakan merupakan pihak-pihak yang menjalankan kebijakan yang terdiri dari penentuan tujuan dan sasaran
organisasional, analisis serta perumusan kebijakan dan strategi organisasi, pengambilan keputusan, perencanaan, penyusunan program, pengorganisasian, penggerakkan manusia, pelaksanaan operasional, pengawasan serta penilaian”.
b. Adanya program yang dilaksanakan. Suatu kebijakan publik tidak mempunyai arti penting tanpa tindakan-tindakan riil yang dilakukan dengan program, kegiatan atau proyek. Hal ini dikemukakan oleh Grindle dalam Tachjan (2006i:31) bahwa ”Implementation is that set of activities directed toward putting out a program into effect”.
Menurut Terry dalam Tachjan (2006:31) program merupakan rencana yang bersifat komprehensif yang sudah menggambarkan sumber daya yang akan digunakan dan terpadu dalam satu kesatuan. Program tersebut menggambarkan sasaran, kebijakan, prosedur, metode, standar dan budjet.
c. Target group atau kelompok sasaran. Unsur yang terakhir adalah kelompok sasaran. Menurut Tachjan (2006i:35) mendefinisikan bahwa: ”target group yaitu sekelompok orang atau organisasi dalam masyarakat yang akan menerima barang atau jasa yang akan dipengaruhi perilakunya oleh kebijakan”.
2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Implementasi Kebijakan
Menurut Edward (1980) dalam buku Subarsono (2006), keberhasilan implementasi kebijakan dipengaruhi oleh empat variabel, yaitu:
16
a. Komunikasi. Keberhasilan implementasi kebijakan mensyaratkan agar implementor mengetahui apa yang harus dilakukan. Apa yang menjadi tujuan dan sasaran kebijkan harus ditransmisikan kepada kelompok sasaran (target group) sehingga akan mengurangi distorsi implementasi;
b. Sumber daya. Walaupun isi kebijakan sudah dikomunikasikan secara jelas dan konsisten, tetapi apabila implementor kekurangan sumberdaya untuk melaksanakan, implementasi tidak akan berjalan efektif. Sumberdaya tersebut dapat berwujud kompetensi implementor, dan sumberdaya finansial;
c. Disposisi. Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor, seperti komitmen, kejujuran, sifat demokratis;
d. Struktur birokrasi. Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan.
2.6 Pengertian Program
Program merupakan tahap-tahap dalam penyelesaian rangkaian kegiatan yang berisi langkah-langkah yang akan dikerjakan untuk mencapai tujuan dan merupakan unsur pertama yang harus ada demi tercapainya kegiatan implementasi. Program akan menunjang implementasi, karena dalam program telah dimuat berbagai aspek antara lain :
a. Adanya tujuan yang ingin dicapai.
b. Adanya kebijaksanaan-kebijaksanaan yang diambil dalam mencapai tujuan itu.
c. Adanya aturan-aturan yang harus dipegang dan prosedur yang harus dilalui.
d. Adanya perkiraan anggaran yang dibutuhkan.
e. Adanya strategi dalam pelaksanaan (Manila, 2006 : 43).
Selanjutnya Keban (2004 : 35), menyebutkan : Apakah program efektif atau tidak, maka stándar penilaian yang dapat dipakai adalah organisasi, interpretasi, penerapan.
Menurut Santosa dalam Soesanto (2011 : 17) program kerja adalah suatu sistem rencana kegiatan dari suatu organisasi yang terarah, terpadu, dan tersistematis yang dibuat untuk rentang waktu yang telah ditentukan oleh suatu organisasi. Program kerja akan menjadi pegangan bagi organisasi dalam menjalankan rutinitas organisasi. Program kerja juga digunakan sebagai sarana untuk mewujudkan cita-cita organisasi.
Selain itu, salah satu pengertian program kerja adalah program-program yang nyata yang mungkin untuk diimplementasikan untuk mencapai misi perusahaan atau organisasi, Sejalan dengan pandangan di atas, E Hetzer (2012 :13) berpendapat bahwa program kerja adalah aktivitas yang menggambarkan di muka bagian mengenai pekerjaan yang akan dilaksanakan berikut petunjuk- petunjuk mengenai cara pelaksanaannya. Aktivitas menggambarkan di muka ini biasanya menyangkut juga jangka waktu penyelesaian, penggunaan material dan
18
peralatan yang diperlukan, pembagian wewenang, dan tanggung jawab serta kejelasan lainnya yang dianggap perlu.
Dapat di simpulkan dari beberapa pengertian di atas bahwa program adalah susunan rencana kegiatan kerja yang sudah dirancang dan telah disepekati bersama untuk dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu.
2.7 Penyalahgunaan NAPZA/Narkoba
Pengertian penyalahgunaan Narkoba pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika pada Bab I Pasal 1 menyebutkan Penyalah Guna adalah orang yang menggunakan Narkotika tanpa hak atau melawan hukum.
Penyalahgunaan Narkoba atau NAPZA adalah suatu pola perilaku di mana seseorang menggunakan obat-obatan golongan narkotika, psikotoprika, dan zat aditif yang tidak sesuai fungsinya. Penyalahgunaan NAPZA umumnya terjadi karena adanya rasa ingin tahu yang tinggi, yang kemudian menjadi kebiasaan.
Selain itu, penyalahgunaan NAPZA pada diri seseorang juga bisa dipicu oleh masalah dalam hidupnya atau berteman dengan pecandu NAPZA.
Penyalahgunaan adalah proses, cara, perbuatan menyalahgunakan sesuatu yang tidak sebagaimana mestinya.
Menurut Vronica Colondam (2007) Menurutnya, penyalahgunaan narkoba adalah penyalahgunaan terhadap berbagai obat-obatan yang masuk dalam daftar hitam yakni daftar obat yang masuk Undang-Undang Narkotika dan Psikotropika.
Ia pun mengatakan kembali, bahwa penyalahgunaan narkoba adalah penyalahgunaan yang berkonsekuensi pada hukum, hal ini lantaran
penyalahgunaan akan memberikan dampak pada perubahan metal, kecanduan, dan prilaku.
Menurut Steinberg (2002) Penyalahgunaan narkotika adalah penyalahgunaan yang disebabkan adanya pengaruh berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut menurutnya, yaitu faktor protektif, yaitu faktor yang dapat menyebabkan penurunan terhadap kecenderungan, keterlibatan terhadap penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan zat adiktif lainnya).
Penyalahgunaan NAPZA termasuk narkotika adalah penyalahgunaan yang disebabkan oleh komponen psikologis, seperti politik, hukum, dan sosial.
Penyelahgunaan ini dapat meningkatkan angka kriminalitas dan juga meningkatkan jumlah kemiskinan. Dari pengertian penyalahgunaan narkotika menurut para ahli diatas, dapat di simpulkan jika penyalahgunaan narkotika adalah penyalahgunaan terhadap zat yang tergolong dalam narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain sehingga dapat merusak mental, sikap, dan cara berfikir para penggunannya.
Mekanime terjadinya penyalahgunaan dibagi menjadi 3 menurut Hawari (2012) yaitu :
a. Pendekatan organobiologik
Mekanisme terjadinya adiksi (ketagihan) hingga dependensi (ketergantungan) darai sudut pandang ini dikenal 2 istilah yaitu :
- Gangguan Mental Organik atau Sindrom Otak Organik yaitu kegaduh gelisahan dan kekacauan dalam fungsi kognitif, afektif dan psikomotor yang disebabkan oleh efek langsung terhadap susunan syaraf pusat
20
- Gangguan Penggunaan b. Pendekatan psikodinamik
Penyalahgunaan terjadi karena adanya interaksi anatara faktor predisposisi, faktor kontribusi dan faktor penetus
c. Pendekatan psikososial
Perilaku menyimpang yang dilihatt dari sudut pandang psikososial terjadi akibat negatif dari 3 kutub sosial (sekolah, keluarga, masyarakat) yang tidak kondusif.
Dari beberapa pengertian Penyalahgunaan NAPZA/Narkoba di atas dapat di simpulkan bahwa Penyalahgunaan Narkoba adalah penggunaan atau peredaran narkotika dan prekursor narkotika yang tidak sah (tanpa kewenangan) dan melawan hukum (melanggar UU Narkotika)
21 BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan analisis kualitatif. Metode kualitatif ialah metode yang dilakukan untuk membedakan suatu fenomenal yang terjadi di lapangan dan menjabarkan temuan dilapangan. Metode Deskriptif Kualitatif hanya menjabarkan situasi dan peristiwa yang ada di lapangan. Penitian dengan jenis ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguju hipotesis atau tidak membuat prediksi, hanya menguji kebenarannya berdasarakan fakta yang diperoleh.
Amrizal (2019:59), mengatakan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variable mandiri, baik satu variable atau lebih (indenpenden) tanpa membuat perbandingan, atau penghubungan dengan variable yang lain.
Amrizal (2019:33), mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah suatu upaya yang sistematis dalam penelitian social. Termasuk didalamnya adalah kaidah dan teknik untuk memuaskan keingintahuan peneliti pada suatu gejala social, atau cara untuk menemukan kebenaran dalam memperoleh pengetahuan baru.
Menurut Moelung (2006:11) penelitian Deskriptif,data yang dikumpulkan berupa kata-kata gambar, dan bukan angka-angka. Hal itu disebakan oleh adanaya metode kualitatif. Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan terhadap apa yang sudah diteliti.
22
Sedangkan Sugiyono (2010:11) mengemukakan, penelitian kualiatatif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variable, baik satu variable atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan antara variable satu dengan variable lain.
Bogdan & Biklen, s (1992: 21) mengemukakan pendapat bahwa penelitian kualitatif adalah langkah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa tulisan atau ucapan, serta perilaku orang yang diamati. Penelitian ini bertujuan mendapatkan pemahaman yang bersifat umum terhadap kenyataan sosial dari sudut pandang partisipan.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa penelitian mengunakan metode deskriptif dengan analisis data kualitatif, yang dimana data yang diperoleh dikumpukan dalam bentuk gambar bukan angka-angaka.
3.2 Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi tentang hubungan atau kaitan antara konsep- konsep atau variabel- variabel yang akan diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2012).
Penggunaan kerangka konsep dapat memudahkan peneliti untuk menentukan variabel-variabel atau objek-objek yang akan diteliti sehingga dapat mempermudah dalam penyusunan skrpsi, dan kerangka konsep juga dapat membantu melihat arah dari penelitian agar tidak melebar kemana – mana.
Gambar 3. 1
3.3 Defenisi Konsep
Defenisi konsep adalah istilah defenisi yang dipakai untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, kelempok atau individu yang menjadi pusat penelitian ilmu sosial dan abstrak dari sejumlah karakteristik kejadian, keadaan kelompok atau individu tertentu. Berkaitan dengan hal tersebut maka dalam penilitian ini digunakan konsep-konsep sebagai berikut:
a. Implementasi ialah suatu proses yang berkaitan dengan kebijakan dan program-program yang akan diterapkan oleh suatu organisasi atau institusi, khususnya yang berkaitan dengan institusi negara dan menyertakan sarana dan prasarana untuk mendukung program- program yang akan dijalankan tersebut.
Implementasi Program Pencegahan
Penyalahgunaan Napza Di Kabupaten Labuhanbatu
Pemerintahan Kabupaten Labuhanbatu
Proses Implementasi Kebijakan Publik:
1. Adanya program yang akan di laksanakan
2. Adanya target yang akan di capai
3. Tindakan dalam pencegahan penyalahgunaan NAPZA 4. Dampak/manfaat pencegahan penyalahgunaan NAPZA Untuk Antisipasi dini
pencegahan terjadinya penyalahgunaan Narkoba
24
b. kebijakan publik dibuat oleh pemerintah yang berupa tindakan- tindakan pemerintah, kebijakan publik harus berorientasi kepada kepentingan publik, dan kebijakan publik adalah tindakan pemilihan opsi atau alternatif untuk dilaksanakan atau tidak dilaksanakan oleh pemerintah demi kepentingan publik atau masyarakat.
c. Implementasi kebijakan publik merupakan salah satu tindakan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan sebelumnya terhadap pengambilan keputusan. Implementasi kebijakan publik adalah tahapan penting dalam realisasi kebijakan publik secara komprehensif. Dan dalam bagian ini akan disajikan beberapa pendapat mengenai implementasi kebijakan publik.
d. Program adalah susunan rencana kegiatan kerja yang sudah dirancang dan telah disepekati bersama untuk dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu.
e. Penyalahgunaan Narkoba atau NAPZA adalah suatu pola perilaku di mana seseorang menggunakan obat-obatan golongan narkotika, psikotoprika, dan zat aditif yang tidak sesuai fungsinya.
3.4 Kategorisasi
Kategorisasi adalah salah satu dari seperangkat tumpukan yang disusun atas dasar pemikiran institusi, pendapat atau kriteria tertentu. Kategorisasi menunjukkan bagaimana cara mengukur satu variable penelitian sehingga diketahui dengan jelas apa yang menjadi kategorisasi penelitian pendukung dan
merupakan proses kegiatan administratif yang dilakukan oleh kebijakan yang ditetapkan dan disetujui. Kategorisasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Adanya strategi dalam pelaksanaan pencegahan penyalahgunaan NAPZA di Kabupaten Labuhanbatu
b. Adanya target yang akan di capai dalam pelaksanaan program
c. Adanya pengawasan serta tanggung jawab dalam program pencegahan penyalahgunaan NAPZA
d. Dampak pelaksanaan pencegahan penyalahgunaan NAPZA 3.5 Narasumber
Penentuan narasumber dalam penelitian ini adalah sekelompok orang atau individu yang benar-benar mengetahui dan memahami tentang tema penelitian yaitu Implementasi Program Pencegahan Penyalahgunaan NAPZA Di Kabupaten Labuhanbatu yaitu:
1. Nama : Beny Prima Nababan S.E.
Jabatan : Staf Subbag Tata Usaha Umur : 37
Pendidikan : S1
2. Nama : Drs. Demson Silalahi Jabatan : Kepala Sekolah Umur : 48
Pendidikan : S1
3. Nama : Drs. Naikman Damanik, MM Jabatan : Kepala Sekolah
26
Umur : 49 Pendidikan : S2
4. Nama : Kholik Yani
Jabatan : Ketua Granat Panai hulu Umur : 46
Pendidikan : S1
5. Nama : Atan Nawi
Jabatan : Tokoh Masyarakat Umur : 48
Pendidikan : SMA
6. Nama : Arif Putra Nugraha Jabatan : Tokoh Agama Umur : 38
Pendidikan : SMA 3.6 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Data primer adalah pengumpulan data yang dilakukan atau diperoleh secara langsung di lapangan atau tempat penelitian melalui wawancara.
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan proses tanya jawab secara langsung kepada narasumber atau pihak-pihak terkait.
b. Data Sekunder Data sekunder merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik. Adapun cara dalam pengumpulan ini yaitu:
1) Studi kepustakaan, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari buku- buku, karya ilmiah, pendapat para ahli yang memiliki relevansi dengan masalah yang akan diteliti.
2) Studi dokumen, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dengan menggunakan catatan tertulis yang ada di instansi terkait serta sumber- sumber lain yang menyangkut masalah yang akan diteliti.
3.7 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Reduksi data Data yang diperoleh di lapangan cukup banyak jumlahnya, oleh karena itu perlu di catat secara teliti dan rinci. Untuk itu perlu dilakukannya analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data merupakan merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting agar dapat memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah dalam pengumpulan data selanjutnya.
b. Penyajian Data Data yang disusun dari hasil reduksi kemudian disajikan dalam bentuk teks yang bersifat naratif. Penyajian data dapat berbentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategorisasi dan sejenisnya. Dari penyajian data ini peneliti diharapkan mampu
28
memahami yang terjadi sehingga dapat menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan.
c. Penarikan Kesimpulan Penarikan kesimpulan merupakan kegiatan analisis data yang ketiga, Iskandar (2009: 142) menjelaskan bahwa penarikan simpulan merupakan analisis lanjutan dari reduksi data dan penyajian data sehingga data dapat disimpulkan. Lebih lanjut menambahkan bahwa penarikan simpulan sementara masih dapat diuji kembali dengan data di lapangan, dengan cara merefleksikan kembali.
Peneliti dapat bertukar pikiran dengan teman sejawat sehingga kebenaran ilmiah dapat tercapai.
3.8 Waktu dan Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian adalah suatu tempat yang akan diteliti dalam mencari dan mengumpulkan data yang dibutuhkan saat melakukan penelitian. Dalam penelusuran yang di lakukan dalam penelitian serta observasi awal terkait penetuan lokasi penelitian, peneliti mempertimbangkan dalam menentukan lokasi penelitian dengan beberapa alasan seperti waktu, biaya, akses informasi serta mobilitas dalam percepatan pengumpulan data penilitian maka di ambil 2 dari 9 kecamatan yang ada di Kabupaten Labuhanbatu yaitu Kecamatan Panai Hulu dan Kecamatan Bilah Hilir. Waktu penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Mei 2022 sampai dengan bulan Juni 2022.
3.9 Ringkasan Lokasi Penelitian
3.9.1 Gambaran Umum Kabupaten Labuhanbatu
Kabupaten Labuhanbatu dengan Ibukotanya Rantauprapat memiliki luas wilayah 922.318 Ha (9.223,18 KM2) atau setara dengan 12,87% dari luas Wilayah Propinsi Sumatera Utara. Sebagai Kabupaten terluas kedua setelah Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Labuhanbatu merupakan jalur lintas timur Pulau Sumatera dengan jarak 285 km dari Medan, Ibukota Propinsi Sumatera Utara, 329 km dari Propinsi Riau dan 760 km dari Propinsi Sumatera Barat. Kabupaten Labuhanbatu terletak pada koordinat 10 260 – 20 110 Lintang Utara dan 910 010 – 950 530 Bujur Timur dengan batas wilayah sebagai berikut :
• Sebelah Utara dengan Kabupaten Asahan dan Selat Malaka.
• Sebelah Timur dengan Propinsi Riau.
• Sebelah Selatan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan.
• Sebelah Barat dengan Kabupaten Toba Samosir dan Tapanuli Utara.
Kabupaten ini mempunyai wilayah terluas di Propinsi Sumatera Utara secara administratif terdiri dari 22 Kecamatan, 209 Desa dan 33 Kelurahan.
Kabupaten Labuhanbatu mempunyai kedudukan yang cukup strategis, yaitu berada pada jalur lintas timur Sumatera dan berada pada persimpangan menuju Propinsi Sumatera Barat dan Riau, yang menghubungkan pusat-pusat perkembangan wilayah di Sumatera dan Jawa serta mempunyai akses yang memadai ke luar negeri karena berbatasan langsung dengan Selat Malaka.
30
3.9.2 Gambaran Umum Desa Bilah Hilir
Bilah Hilir adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Labuhanbatu, Sumatra Utara, Indonesia. Ibu kota kecamatan ini berada di kelurahan Negeri Lama. Di kecamatan ini terdapat 2 sekolah menengah atas yaitu SMA Negeri 1 Bilah Hilir di Negeri Lama dan SMA Negeri 2 Bilah Hilir di Tanjung Haloban. Pada tahun 2021, jumlah penduduk kecamatan ini sebanyak 60.094 jiwa, dengan kepadatan 139 jiwa/km².
Kecamatan ini terdiri dari 2 kelurahan dan 11 desa, yaitu:
a. Kelurahan Negeri lama b. Kelurahan Negeri Baru c. Desa Perkebunan Sennah d. Desa Kampung Bilah e. Desa Perkebunan Bilah f. Desa Negeri Lama seberang g. Desa Sidomulyo
h. Desa Sungai Tampang i. Desa Sungai Tarolat j. Desa Sungai Kasih k. Desa Tanjung Haloban l. Desa Selat besar
1. Suku bangsa
Penduduk kecamatan Bilah Hilir memiliki latar belakang suku bangsa yang berbeda-beda, yang didominasi oleh suku Jawa dan Batak. Berdasarkan data
Badan Pusat Statistik dari hasil Sensus Penduduk Indonesia 2010, penduduk kecamatan ini berdasarkan suku bangsa yakni suku Jawa sebanyak 46,97%, kemudian Batak sebanyak 38,21%. Suku Batak dalam Sensus 2010 di Labuhanbatu sebagian besar adalah Batak Angkola, Toba, Mandailing, dan sebagian Pakpak dan Karo. Penduduk dari suku Melayu sebanyak 8,14%, Minangkabau sebanyak 0,93%, kemudian Aceh sebanyak 0,24%. Suku lain sebanyak 5,51%, termasuk Tionghoa, Nias, dan lainnya.
2. Agama
Dari hasil Sensus Penduduk Indonesia 2010, sebagian besar penduduk di kecamatan ini menganut agama Islam. Penduduk yang menganut agama Islam sebanyak 76,59%, umumnya dianut warga Melayu, Minangkabau, Aceh, Mandailing, dan Angkola. Sementara penduduk yang menganut agama Kristen yakni 23,29%, dimana Protestan sebanyak 21,42% dan Katolik sebanyak 1,87%.[
Agama Kristen kebanyakan dianut warga Batak Toba, Karo, Simalungun, Nias, dan sebagian Tionghoa, Angkola dan Mandailing. Penduduk yang menganut agama Buddha sebanyak 0,08%, umumnya adalah warga Tionghoa dan lainnya 0,04%. Untuk sarana rumah ibadah di Bilah Hilir hingga tahun 2021, terdapat 65 masjid, 46 musala, 36 gereja Protestan, dan 6 gereja Katolik.
3.9.3 Gambaran Umum Desa Panai Hulu
Panai Hulu adalah sebuah kecamatan yang berada di Kabupaten Labuhanbatu, provinsi Sumatra Utara, Indonesia. Panai Hulu berada di ketinggian 1.6 mdpl. Jarak dari kecamatan ini ke ibu kota kabupaten Rantau Prapat, sekitar 91 km. Ibu kota kecamatan ini terletak di desa Tanjung Sarang Elang. Di Panai
32
Hulu ini terdapat 2 Sekolah Menengah Atas dan Kelujuruan, yaitu SMA Negeri 1 Panai Hulu di Tanjung Sarang Elang dan SMK Negeri 1 Panai Hulu di Meranti Paham. Pada tahun 2021, jumlah penduduk kecamatan ini sebanyak 38.359 jiwa, dengan kepadatan 139 jiwa/km².
Wilayah administrasi Kecamatan Panai Hulu terdiri dari 7 desa, yakni:
a. Desa Ajamu
b. Desa Cinta Makmur.
c. Desa Meranti Paham d. Desa Tanjung Sarang Elang e. Desa Sei Jawi Jawi (Sijawijawi) f. Desa Sei Sentosa
g. Desa Teluk Sentosa 1. Suku bangsa
Penduduk kecamatan Panai Hulu memiliki latar belakang suku bangsa yang berbeda-beda, yang didominasi oleh suku Jawa, Batak, dan Melayu. Data Badan Pusat Statistik dari hasil Sensus Penduduk Indonesia 2010, persentasi penduduk kecamatan ini berdasarkan suku bangsa yakni suku Jawa sebanyak 54,87%, kemudian Batak sebanyak 29,99%. Suku Batak dalam Sensus 2010 di Labuhanbatu sebagian besar adalah Batak Angkola, Toba, Mandailing, dan sebagian Karo dan Pakpak. Penduduk dari suku Melayu sebanyak 10,83%, selanjutnya Minangkabau sebanyak 0,60%, Aceh sebanyak 0,16%. Suku lain sebanyak 3,55%, termasuk Tionghoa, Nias, Bugis, Sunda, dan lainnya.
2. Agama
Dari hasil Sensus Penduduk Indonesia 2010, sebagian besar penduduk di kecamatan Panai Hulu menganut agama Islam. Penduduk yang menganut agama Islam sebanyak 92,67%, banyak dianut warga Jawa, Melayu, Minangkabau, Aceh, Mandailing, dan Angkola. Sementara penduduk yang menganut agama Kristen yakni 7,26%, dimana Protestan sebanyak 6,96% dan Katolik sebanyak 0,30%.
Agama Kristen kebanyakan dianut warga Batak Toba, Karo, Simalungun, Nias, dan sebagian Tionghoa, Angkola dan Mandailing. Kemudian, penduduk yang menganut agama Buddha sebanyak 0,07%, umumnya adalah warga Tionghoa.
Untuk sarana rumah ibadah di Panai Hulu hingga tahun 2021, terdapat 49 masjid, 14 musala, 9 gereja Protestan, dan 4 gereja Katolik.
3.9.4 Tugas Pokok dan Fungsi (TUFOKSI) Dinas Cabang Pendidikan Rantauprapat
a. Tugas dan Fungsi Cabang Dinas Pendidikan Rantauprapat
Cabang Dinas mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam melaksanakan sebagian urusan pemerintahan di bidang pendidikan yang rnenjadi kewenangan daerah Provinsi di wilayah kerjanya, meliputi pelayanan dan pengawasan pendidikan di bidang satuan menengah dan pendidikan khusus.
Cabang Dinas mempunyai fungsi:
a. Penyelenggaraan koordinasi dan pelaksanaan kebijakan dan prograrn, sesuai dengan lingkup bidang tugas dan wilayah kerjanya;
34
b. Penyelenggaraan koordinasi dan pelaksanaan administrasi, sesuai dengan lingkup bidang tugas dan wilayah kerjanya;
c. Penyelenggaraan koordinasi dan pelaksanaan evaluasi dan pelaporan program dan kegiatan, sesuai dengan lingkup bidang tugas dan wilayah kerjanya;
d. Penyelenggaraan pelaksanaan fungsi lain yang diberikan Kepala Dinas terkait dengan tugas dan fungsinya;
e. Penyelengaraan pembinaan, bimbingan, arahan dan penegakan disiplin pegawai, guru dan siswa pada lingkup wilayah kerjanya rnasing-rnasing;
f. Penyelenggaraan koordinasi dan kerja sama dalam menyempurnakan dan menyusun standar pelaksanaan pengelolaan dan pembinaan satuan pendidikan jenjang pendidikan rnenengah dan pendidikan khusus;
g. Penyelenggaraan fasilitasi penyediaan bahan dan data dalam penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, pendidikan teknik pada satuan pendidikan jenjang pendidikan menengah dan pendidikan khusus;
h. Penyelenggaran administrasi internal dan eksternal;
i. Penyelenggaraan penyempurnaan dan penyusunan standar penilaian, kurikulum dan kompetensi keahlian, sesuai dengan ketentuan dan standar yang ditetapkan;
j. Penyelenggaraan perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian peningkatan kompetensi ketertiban, sesuai dengan ketentuan dan standar yang ditetapkan;
k. Penyelengaraan pelaksanaan fungsi lain yang diberikan Kepala Dinas, terkait dengan tugas dan fungsinya.
b. Tugas Pokok dan Fungsi Kepala Cabang Dinas Kepala Cabang Dinas mempunyai uraian tugas:
a. Menyelenggarakan pengkajian program kerja Cabang Dinas Pendidikan;
b. Menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan teknis di bidang pendidikan, pada Cabang Dinas di wilayahnya;
c. Menyelenggarakan koordinasi, pembinaan, pengendalian dan memimpin pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Cabang Dinas, meliputi tata usaha, pembinaan SMA dan SMK;
d. Menyelenggarakan koordinasi, fasilitasi, pembinaan, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan urusan pemerintahan Provinsi di bidang pendidikan pada Cabang Dinas;
e. Menyelenggarakan verifikasi pengusulan izin prinsip penyelenggaraan SMA, SMK dan SLB pada Cabang Dinas di wilayahnya;
f. Menyelenggarakan verifikasi pengusulan izin pendirian, pembukaan kompetensi keahlian baru, penggabungan dan
36
penutupan SMA, SMK dan SLB pada Cabang Dinas di wilayahnya;
g. Menyelenggarakan fasilitasi pemberian ijazah dan penghargaan lainnya kepada siswa dan guru serta pegawai pada satuan pendidikan jenjang pendidikan menengah dan pendidikan khusus;
h. penandatanganan legalisasi ijazah SMA, SMK dan SLB, sesuai dengan ketentuan perundang-undangan;
i. Menyelenggarakan penetapan kurikulum tingkat satuan pendidikan pada satuan pendidikan jenjang pendidikan menengah dan pendidikan khusus;
j. Menyelenggarakan monitoring dan evaluasi hasil pendidikan SMA, SMK dan SLB pada Cabang Dinas di wilayahnya;
k. Menyelenggarakan komunikasi, informasi, klarifikasi atas kelulusan siswa dari satuan pendidikan jenjang pendidikan menengah dan pendidikan khusus;
l. Menyelenggarakan koordinasi kerja sama dengan instansi pemerintah, swasta dan lembaga terkait lainnya di bidang pelayanan dan pengawasan pendidikan pada Cabang Dinas di wilayahnya;
m. Menyelenggarakan rekomendasi perizinan dan wewenang lainnya di bidang pendidikan di wilayah kerjanya yang didelegasikan oleh Gubernur;
n. Menyelenggarakan pengkajian Standar Pelayanan (SP) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) lingkup Cabang Dinas;
o. Menyelenggarakan perumusan data dan informasi lingkup Cabang Dinas;
p. Menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan;
q. Menyelenggarakan penyampaian bahan saran pertimbangan mengenai pendidikan menengah dan pendidikan khusus sebagai bahan perumusan kebijakan pemerintah daerah;
r. Menyelenggarakan tindak lanjut laporan hasil pemeriksaan lingkup Cabang Dinas;
s. Menyelenggarakan membuat usulan dan pengkajian bahan verifikasi, kajian teknis dan pemantauan terhadap permohonan pemenuhan sarana dan prasarana satuan pendidikan yang disesuaikan dengan data pokok pendidikan, realisasi bantuan keuangan dan hibah/bantuan sosial di bidang pendidikan pada Cabang Dinas;
t. Menyelenggarakan RENSTRA, RENJA, RKA, DPA, dan PK serta LK, LKPJ, LPPD dan Laporan Harta Kekayaan Aparatur Sipil Negara (LHKASN) lingkup Cabang Dinas;
u. Menyelenggarakan pengkajian bahan dan pelaksanaan Sistem Pengendalian Internal Pemerintahan (SPIP) pada Cabang Dinas;
v. Menyelenggarakan evaluasi dan pelaporan Cabang Dinas;
38
w. Menyelenggarakan tugas lain, sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya;
x. Menyelenggarakan penyusunan bahan penertiban izin pendirian, penataan dan penutupan sekolah menengah atas
c. Tugas Pokok dan Fungsi Sub Bagian Tata Usaha Dinas Cabang Sub Bagian Tata Usaha mempunyai uraian tugas:
a. Melaksanakan penyusunan program kerja, rencana kegiatan dan anggaran Cabang Dinas dan Sub Bagian Tata Usaha;
b. Melaksanakan pembinaan, fasilitasi, bimbingan dan arahan serta penegakan disiplin kepada pegawai dan pemangku jabatan fungsional pada satuan pendidikan jenjang pendidikan menengah dan pendidikan khusus dalam lingkup Cabang Dinas di wilayah kerjanya masingmasing;
c. Melaksanakan urusan pengelolaan ketatausahaan, keuangan, administrasi kepegawaian, administrasi perlengkapan dan rumah tangga Cabang Dinas di wilayah kerjanya masing-masing, sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
d. Melaksanakan urusan penyusunan rencana kebutuhan, pengangkatan dan penempatan tenaga administrasi pada Cabang Dinas di wilayah kerjanya masing-masing
e. Melaksanakan pengelolaan administrasi kepegawaian berupa usul kenaikan pangkat, angka kredit, kenaikan gaji berkala, cuti, mutasi, pensiun, izin/tugas belajar, permintaan pemberian tanda
penghargaan pegawai, guru dan tenaga kependidikan muiai golongan I (satu) sampai golongan III (tiga) serta membuat Surat Perintah Tugas (SPT) bagi pegawai, guru dan tenaga kependidikan lingkungan Cabang Dinas di wilayah kerjanya masing-masing;
f. Melaksanakan pengelolaan tata naskah dinas dan kelembagaan, ketatalaksanaan dan kearsipan Cabang Dinas di wilayah kerjanya masing-masing, sesuai peraturan perundang-undangan;
g. Melaksanakan penyusunan dan penataan data statistik pegawai, Daftar Urutan Kepangkatan (DUK) dan file masing-masing pegawai Cabang Dinas di wilayah kerjanya masing-masing;
h. Melaksanakan fasilitasi penyelenggaraan rapat-rapat internal maupun eksternal pada Cabang Dinas di wilayah kerjanya masing- masing;
i. Melaksanakan koordinasi dan pen)rusunan Standar Pelayanan (SP) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) Sub Bagian Tata Usaha dan Cabang Dinas;
j. Melaksanakan pembinaan, pemeliharaan, penataan dan keamanan kantor Cabang Dinas, sesuai standar yang ditetapkan;
k. Melaksanakan fasilitasi penyelenggaran pelayanan Lrmum dan pelayanan minimal;
l. Melaksanakan penyusunan bahan tindak lanjut laporan hasil pemeriksaan lingkup Cabang Dinas;
40
m. Melaksanakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan:
n. Melaksanakan pengendalian kegiatan Sub Bagian Tata Usaha;
o. Melaksanakan evaluasi dan pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi Sub Bagian Tata Usaha kepada kepala Cabang Dinas di wilayah kerjanya masing-masing;
p. Melaksanakan penyusunan dan pelaporan aset satuan pendidikan SMA, SMK dan Pendidikan Khusus Cabang Dinas ke Sekretariat Dinas;
q. Melaksanakan penyusunan bahan penertiban izin pendirian, penataan dan penutupan SMA;
r. Melaksanakan tugas lain yang diberikan kepala Cabang Dinas Pendidikan di wilayah kerjanya masing-masing, sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
d. Tugas Pokok dan Fungsi Seksi Sekolah Menengah Atas Seksi Sekolah Menengah Atas mempunyai uraian tugas:
a. Melaksanakan penyusunan program kerja Seksi Sekolah Menengah Atas;
b. Melaksanakan penyusunan bahan kebijakan teknis pelayanan dan pengawasan pendidikan;
c. Melaksanakan fasilitasi, koordinasi, pembinaan dan pengendalian pelayanan dan pengawasan pendidikan;
d. Melaksanakan urusan penyusunan rencana kebutuhan dan memberikan rekomendasi dalam rangka pengangkatan dan penempatan tenaga guru dan tenaga administrasi pada Cabang Dinas Pendidikan di wilayah kerjanya masing-masing untuk diteruskan ke bidang pembinaan ketenagaan Dinas;
e. Melaksanakan fasilitasi dan rekomendasi rnutasi peserta didik SMA Kabupaten Kota dalam satu wilayah dan/atau satu provinsi;
f. Melaksanakan verilikasi pengusulan inn prinsip penyelenggaraan SMA dan di lingkup Cabang Dinas;
g. Melaksanakan verifikasi pengusulan izin pendirian, penataan dan penutupan SMA di lingkup Cabang Dinas;
h. Melaksanakan penyusunan data dan informasi pelayanan dan pengawasan pendidikan;
i. Melaksanakan penyusunan standar pelayanan dan standar operasional prosedur Seksi Sekolah Menengah Atas;
j. Melaksanakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebiiakan
k. Melaksanakan penyusunan bahan tindak lanjut laporan hasil pemeriksaan lingkup Seksi Sekolah Menengah Atas;
l. Melaksanakan penyusunan bahan verilikasi, kajian teknis dan menyelenggarakan pemantauan terhadap permohonan dan realisasi bantuan keuangan dan hibah/bantuan sosial di bidang pelayanan dan pengawasan pendidikan;
42
m. Melaksanakan penyampaian bahan saran pertimbangan mengenai pelayanan pendidikan sebagai bahan perufilusan kebliakan pemerintah daerah;
n. Menetapkan kurikulum muatan lokal sekolah menengah atas;
o. Melaksanakan tugas lain, sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
e. Tugas Pokok dan Fungsi Seksi Sekolah Menengah Kejuruan Seksi Sekolah Menengah Kejuruan mempunyai uraian tugas:
a. Melaksanakan penyusunan program kerja Seksi Sekolah Menengah Kejuruan;
b. Melaksanakan penyusunan bahan kebijakan teknis pelayanan dan pengawasan pendidikan;
c. Melaksanakan fasilitasi, koordinasi, pembinaan dan pengendalian pelayanan dan pengawasan pendidikan;
d. Melaksanakan urusan penyusunan rencana kebutuhan dan memberikan rekomendasi, pengangkatan dan penempatan tenaga guru dan tenaga adminitrasi pada Cabang Dinas pendidikan di wiiayah kerjanya masingmasing untuk diteruskan ke Bidang Pembinaan Ketenagaan Dinas;
e. Melaksanakan fasilitasi dan rekomendasi mutasi peserta didik SMK di Kabupaten/Kota dalam satu wilayah dan/atau satu Provinsi;
f. Melaksanakan verifikasi pengusulan izin prinsip penyelenggaraan SMK, di Cabang Dinas;
g. melaksanakan verifikasi pengusulan izin pendirian, penataan dan penutupan SMK, Cabang Dinas;
h. Melaksanakan penyusunan data dan informasi pelayanan dan pengawasan pendidikan;
i. Melaksanakan penyusunan Standar Pelayanan (SP) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) Seksi Sekolah Menengah Kejuruan;
j. Melaksanakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan;
k. Melaksanakan penyusunan bahan tindak lanjut laporan hasil pemeriksaan lingkup Seksi Sekolah Menengah Kejuruan;
l. Melaksanakan penyusunan bahan verifikasi, kajian teknis dan menyelenggarakan pemantauan terhadap permohonan dan realisasi bantuan keuangan dan hibah/bantuan sosial di bidang pelayanan dan pengawasan pendidikan;
m. Melaksanakan penyampaian bahan saran pertimbangan mengenai pelayanan pendidikan sebagai bahan perumusan kebijakan Pemerintah Daerah;
n. Melaksanakan pengendalian kegiatan Seksi Sekolah Menengah Kejuruan;
o. Melaksanakan evaluasi dan peiaporan Seksi Sekoiah Menengah Kejuruan;
44
p. Melaksanakan pembangunan technopark di lingkungan SMK q. Menetapkan kurikulum muatan lokal SMK;
r. Melaksanakan tugas lain, sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
3.9.5 Struktur Organisasi Dinas Cabang Pendidikan Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu
Dalam sebuah instansi yang disebut sebagai organisasi harus ada suatu sususan yang dipakai sebagai dasar dalam pembagian tugas agar dapat dilakukan dengan baik dan lebih terkoordinir. Dan susunan ini dapat disebut sebagai struktur organisasi. Yang mana bidang pengawasan dan pengendalian lalu lintas sebagai organisasi atau lembaga pemerintah negara memiliki struktur organisasi.
Struktur organisasi akan Nampak lebih jelas apabila digambarkan dalam bentuk bagan organisasi yang menunjukkan hubungan, aliran organisasi dalam mencapai tujuan dari suatu organisasi.
Susunan Organisasi Dinas Cabang Pendidikan terdiri dari :
- Kepala Dinas - Kasubbag Bagian Tata Usaha - Seksi Sekolah Menengah Atas - Sekolah Menengah Kejuruan
- Pengadministrasi Cabang Dinas - Kepala Sekolah SMK - Pengadministrasi SMA/SMK (TUSekolah) - Kepala Sekolah SMA
- Guru SMA - Guru SLB
- Guru SMK