PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penegasan mengenai fungsi PT.PLN (Persero) juga diperjelas dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan. Pasal 27 UU Ketenagalistrikan mengatur bahwa pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik berhak menggunakan tanah untuk kepentingan umum di bidang ketenagalistrikan. Berdasarkan uraian di atas, penulis mengangkat judul “Implementasi UU No. 30 Tahun 2009 tentang Hukum Positif dan Aspek Hukum Ketenagalistrikan.
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Kegunaan Penelitia
- Kegunaan Teoritis
- Kegunaan Praktis
Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk membangun, memperkuat dan menyempurnakan teori-teori yang sudah ada dan memberikan kontribusi terhadap hukum ketatanegaraan pada khususnya. Memberikan informasi dan pengetahuan kepada penulis pada khususnya dan masyarakat pada umumnya mengenai Implementasi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan ditinjau dari hukum positif dan hukum Islam (Studi Kasus Menanam Hambatan Jaringan Ketenagalistrikan di Kabupaten Musi Rawas Utara ) . 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan Dalam Perspektif Hukum Positif dan Islam (Studi Kasus Penanaman Penghalang Jaringan Listrik di Kabupaten Musi Rawas Utara).
Penelitian Terdahulu
12Septian Adi Chandra, “Perlindungan konsumen terhadap pemadaman listrik dalam rangka pemeliharaan jaringan oleh PT.PLN (Persero) Rayon Kudus Kota (Studi pada konsumen tidak sah)”, (Skripsi, Universitas Negeri Semarang, Semarang, 2013). Pembahasan membahas bagaimana kedudukan konsumen dan PT PLN (Persero) dalam perjanjian jual beli tenaga listrik dan bagaimana penyelesaian sengketa antara konsumen dengan PT PLN (Persero) terkait jual beli tenaga listrik. Bertajuk “Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 Tentang Ketenagalistrikan Ditinjau dari Hukum Positif dan Hukum Islam (Studi Kasus Hambatan Tumbuh Tanaman pada Jaringan Ketenagalistrikan di Kabupaten Musi Rawas Utara)”.
Metode Penelitian
- Jenis dan Pendekatan Penelitian
- Waktu dan Lokasi Penelitian
- Subjek/Imforman Penelitian
- Sumber Data
- Teknik Pengumpulan Data
- Teknik Analisis Data
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari buku-buku sebagai data pelengkap sumber data primer. Sumber data sekunder penelitian ini adalah data yang diperoleh dengan melakukan tinjauan pustaka seperti buku ilmiah, hasil penelitian dan lain sebagainya. Metode observasi adalah suatu metode pengumpulan data yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian, atau penelitian yang dapat diamati oleh peneliti.
Sistematika Penulisan
Dalam penelitian kualitatif, analisis induktif merupakan analisis yang didasarkan pada data yang diperoleh kemudian berkembang menjadi jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian.
LANDASAN TEORI
Konsep Implementasi
Teori Kewenangan Pemerintah
Asas legalitas merupakan salah satu asas utama yang dijadikan landasan dalam setiap penyelenggaraan pemerintahan dan penyelenggaraan negara di negara hukum mana pun, khususnya bagi negara hukum dalam sistem kontinental. Kemudian diterapkan asas legalitas dalam bidang hukum administrasi negara yang mempunyai arti “Dat het bestuur aan de wet is suededen” (bahwa pemerintah tunduk pada hukum) atau (asas legalitas menyatakan bahwa semua ketentuan yang mengikat warga negara berdasarkan undang-undang). Dalam pembahasan bagaimana kedudukan kewenangan pemerintah terhadap penyelenggaraan pemerintahan tidak lepas dari penerapan asas legalitas dalam konsepsi negara hukum yang demokratis.
Ketenagalistrikan
Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya menetapkan kebijakan, mengatur, mengendalikan, dan melaksanakan kegiatan penyediaan tenaga listrik.”44. Menurut Undang-Undang Ketenagalistrikan, kegiatan penyediaan tenaga listrik dilakukan oleh pemerintah dan pemerintah daerah, yang dilaksanakan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Selain itu, badan usaha swasta, koperasi, dan lembaga swadaya masyarakat dapat ikut serta dalam usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum.
Jenis kegiatan penyediaan tenaga listrik adalah distribusi, transmisi, penyaluran dan penjualan tenaga listrik; Adapun Pejabat yang memberikan izin penyelenggaraan kegiatan penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum adalah sebagai berikut. Pemerintah provinsi: bertanggung jawab menerbitkan izin usaha penyediaan tenaga listrik bagi badan usaha yang wilayah usahanya lintas kabupaten/kota;
Pemerintah Kota/Kabupaten: berwenang menerbitkan izin usaha penyediaan tenaga listrik kepada badan usaha yang wilayah usahanya berada dalam wilayah kabupaten/kota; Sehubungan dengan penyediaan tenaga listrik untuk keperluan umum berdasarkan izin yang diterima dari pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik. Sedangkan pengusahaan pemegang izin usaha pemanfaatan tenaga listrik (IUPTL) dilakukan oleh BUMN, BUMD, swasta, koperasi, dan lembaga swadaya masyarakat.
Penyelenggaraannya berdasarkan Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik untuk Kepentingan Umum (IUPTLU) yang diterbitkan oleh Menteri/Gubernur sesuai dengan kewenangannya.
Teori Fiqih Siyasah Dusturiyah
GAMBARAN UMUM
Gambaran Umum Kabupaten Musi Rawas Utara
Kendala dalam implementasi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan terkait dengan penanaman semakin bertambah. Kendala jaringan listrik di Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara). Dalam penelitian ini kendala yang akan diteliti adalah kendala dalam implementasi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan sehubungan dengan penanaman yang menghambat pertumbuhan jaringan listrik di Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara). Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan telah direvisi menjadi Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.
Undang-undang Cipta Kerja ini banyak menuai kontroversi sejak awal penyusunannya hingga akhir diundangkannya. Undang-undang ini juga mengambil alih peran Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral dalam penyusunan Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional. Yang jelas, perbedaan kedua undang-undang tersebut adalah pengelolaan listrik yang dikembalikan ke pemerintah pusat harus sesuai dengan NSPK.
Berbeda dengan UU Cipta Kerja, UU ini mengembalikan ketentuan terkait otonomi daerah dan memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah. Lahirnya UU Cipta Keja (bidang ketenagalistrikan) yang merevisi UU No. 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan, dijelaskan dalam UU No. 23 Tahun 2014 khusus tentang kewenangan. Oleh karena itu, kegiatan kekuasaan pemerintah pusat dan pemerintah daerah mempunyai kewenangan pengelolaan ketenagalistrikan berdasarkan Pasal 5 UU No. 30 Tahun 2009 juncto UU No.
Hambatan dalam implementasi UU No. 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan yang berkaitan dengan budidaya tanaman pangan menyebabkan terhambatnya jaringan listrik di Kabupaten Muratara. Dalam kaitannya dengan hukum positif, UU No. 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan direvisi dengan nomor lahir undang-undang. Ketika pembentuk undang-undang mengesahkan peraturan perundang-undangan, misalnya UU No. 30 Tahun 2009 tentang ketenagalistrikan hingga UU No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja harus sesuai dengan asas keadilan sebagaimana tertuang dalam surat An-Nisa ayat 58, agar penyelenggaraan pengelolaan ketenagalistrikan di negeri ini dapat adil dan tidak merugikan negara sehingga dapat merugikan negara. dapatkah kesejahteraan rakyat tercapai.
Beni Wahyudi Fernandes, “Implementasi Izin Usaha Pertambangan dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara Dalam Perspektif Hukum Islam (Studi Kasus Tambang Emas Belimeu Kecamatan Pelabai Kabupaten Lebong)” (Disertasi Fakultas Syariah ) Iain Bengkulu. 2019). Putri A, Nadya, “Analisis Hukum Pasal 33 UUD 1945 dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Tentang Pengujian Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 Tentang Ketenagalistrikan Terhadap UUD 1945”, Jurnal Permasalahan Hukum, Vol 1, No, 1, Agustus 2015.
Sejarah PT.PLN (Persero) Rayon Kota Lubuklinggau
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kendala dalam Implementasi Undang-Undang No. 30
- Tanam Tumbuh Menjadi Salah Satu Faktor Terjadinya
- Terhambatnya Pembagunan Gardu Induk Di
Implementasi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009
- Implementasi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009
- Tinjauan Fiqih Siyasah Dusturiyah Dalam
Penyediaan tenaga listrik telah dikatakan sebelumnya padat modal dan teknologi serta sesuai dengan prinsip otonomi daerah dan demokratisasi dalam tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta peran pemerintah dan masyarakat daerah dalam penyediaan tenaga listrik yang diperlukan. tumbuh. Pada tataran implementasi, belum terdapat ruang partisipasi masyarakat dalam penyusunan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL). Dalam Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 terlihat terdapat corak ketatanegaraan ekonomi di dalamnya.
Undang-undang yang ada masih berlaku, kecuali beberapa pasal (bahan hukum) yang telah diganti atau dinyatakan tidak sah oleh Undang-undang Cipta Kerja. Segala peraturan pelaksanaan daripada Undang-undang yang telah dipinda oleh Undang-undang Cipta Kerja dikatakan tetap sah selagi tidak bercanggah dengan Undang-undang Cipta Kerja. 89. Pelaku perniagaan: SOE, BUMD, Swasta, Koperasi, dsb. Badan bukan kerajaan yang bekerja dalam bidang bekalan elektrik.
Untuk lebih jelasnya perbandingan peraturan mengenai jenis perusahaan utilitas ketenagalistrikan dan pelaku usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum berdasarkan UU/30/2009 dan UU/11/2020, dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Artinya, hukum ketatanegaraan mengacu dan mencerminkan asas-asas hukum Islam, yang bersumber dari Al-Qur'an dan As-Sunnah, baik yang berkaitan dengan keimanan, ibadah, akhlak, muamalah dan segala sesuatu yang berkaitan dengan penyelenggaraan negara. DPR dalam mengusulkan undang-undang harus sesuai dengan sumber hukum Islam yaitu Al-Qur'an dan hadis yang menjadi acuan konstitusi Islam untuk mencapai kesejahteraan dan kesejahteraan umat.
Jika dicermati dalam UU Ketenagalistrikan, terdapat unsur kemanfaatan bagi masyarakat untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah memegang peranan penting dalam roda pemerintahan negara untuk mengatur masyarakatnya agar sejahtera melalui undang-undang. Dalam pengambilan kebijakan oleh ulil amri (pemerintah) dalam arti luas harus sesuai dengan konstitusi yaitu Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 58 yang menjelaskan keadilan untuk kemaslahatan rakyat dan juga harus berpedoman pada negara. konstitusi yaitu Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang dimuat dalam Pasal 33 yang di dalamnya kekayaan alam negara dikelola oleh pemerintah untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
PENUTUP
Kesimpulan
Saran
Kewenangan pengelolaan ketenagalistrikan sebaiknya dikembalikan kepada pemerintah kabupaten/kota karena yang benar-benar mengetahui potensi daerah adalah pemerintah daerah untuk kemaslahatan rakyat. Sebagai intelektual, mahasiswa harus menyadari peran dan fungsinya dengan terlibat aktif dalam setiap kebijakan yang dikeluarkan Pemerintah bersama DPR-RI, yaitu dengan menyelenggarakan forum diskusi yang kritis, mendalam dan komprehensif mengenai kebijakan yang dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang dikeluarkan. , dengan memperhatikan dan memperhitungkan dampak kebijakan terhadap masyarakat. Diharapkan masyarakat pada umumnya dan masyarakat Kabupaten Mutarara pada khususnya semakin cerdas menyikapi dan menyikapi setiap kebijakan yang dikeluarkan pemerintah serta harus mematuhi peraturan terkait demi kepentingan bersama.
Berbagai Permasalahan UU Cipta Kerja Bidang Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam”, Pusat Hukum Lingkungan Hidup, Seri 3, Oktober 2020. Adhitya Purbaya, Perikanan, “Bukan Sabotase, Pemadaman Jakarta Akibat 'Ulah' Pohon di Semarang " , Detik News, 6 Agustus 2019, https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-4653659/bukan-sabotase-blackout-jakarta-hasil-ulah-petreean-di-semarang. Adi Chandra, Septian, “Perlindungan konsumen dari pemadaman listrik dalam pemeliharaan jaringan oleh PT.PLN (Persero) Rayon Kudus Kota (studi pada konsumen tidak sah)”, Universitas Negeri Semarang: Skripsi, 2013.
Cintya Virgyanti, Ni Putu, “Perlindungan hukum konsumen dalam perjanjian jual beli listrik dengan PT. Elisnawati, “Persepsi Pelanggan Terhadap Kualitas Pelayanan Listrik Pascabayar (Studi di Desa Sukomoro Kecamatan Rawas Ulu Kabupaten Musi Rawas Utara”), Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin: Skripsi Fakultas Syariah, 2020. Nurhayati, Yati, “Perlindungan Konsumen Terhadap Meningkatnya Pemadaman Listrik Terkait dengan Hak Konsumen”, Al' Adl, Jilid VII Nomor 13, 2015.
Zulkarnain, “Warga mengeluh, listrik padam, sinyal komunikasi hilang di Sumsel”, https://sumeks.co/warga-keluhkan-electric-padam-signal-komunikasi-.