• Tidak ada hasil yang ditemukan

implikasi peralihan kewenangan bidang perizinan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "implikasi peralihan kewenangan bidang perizinan"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

Melalui Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, beberapa urusan pemerintahan di bidang sumber daya alam yang semula menjadi kewenangan pemerintah kabupaten/kota “ditarik” dan. Namun dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, kabupaten/kota tidak lagi diberi kewenangan untuk mengeluarkan izin pertambangan. Pada saat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah masih berlaku, pemerintah daerah mempunyai kewenangan mengelola pertambangan sumber daya alam.

Setelah berlakunya UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, kewenangan pemberian izin diserahkan kepada pemerintah daerah (provinsi, kabupaten/kota) dan pemerintah pusat sesuai kewenangannya masing-masing. Dalam Pasal 8 ayat (1) UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara dilaksanakan oleh Badan Pengelola Pertambangan Pemerintah Kabupaten/Kota. pengelolaan negara pertambangan mineral dan batubara: 10. 10 Pasal 8 Ayat (1) UU No. 4 Tahun 2009 tentang pertambangan mineral dan batubara. IUP) dan Izin Pertambangan Rakyat (IPR), petunjuk,.

Kewenangan pemerintah daerah dalam mengelola sumber daya alam dan kewenangan pemberian izin juga diatur dalam Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana tercantum dalam Pasal 17 ayat (1) dan (2). Oleh karena itu, pemerintah mengeluarkan UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang menjadi peraturan baru tentang penguasaan sumber daya mineral dan kewenangan pemberian izin kegiatan pertambangan. Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Minerba Nomor 4 Tahun 2009, kewenangan pemerintah daerah kabupaten/kota meliputi: 14.

Dalam Lampiran Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah tentang Pembagian Urusan Umum di Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral, termasuk dalam poin cc.

Implikasi Peralihan Kewenangan Dari Kab/Kota Ke Provinsi

Oleh karena itu, undang-undang ini mengatur berbagai hal mengenai kegiatan pemerintah daerah dalam melaksanakan tugas pokoknya sebagai penyelenggara negara di tingkat daerah dan berhubungan erat dengan masyarakat. Undang-undang ini juga menegaskan kedudukan daerah otonom sebagai bagian integral dari negara kesatuan Indonesia. Hal ini sesuai dengan asas negara hukum yang ditetapkan oleh hukum sebagai sumber kekuasaan, oleh karena itu berbicara tentang hal-hal mendasar yang terlibat dan.

Asas legalitas dalam hukum administrasi mengandung arti bahwa pemerintahan tunduk pada hukum, dan segala ketentuan yang mengikat warga negara harus berdasarkan undang-undang, oleh karena itu asas legalitas merupakan landasan kewenangan pemerintahan. Akibat tidak adanya kewenangan pemerintah kabupaten/kota dalam perizinan pertambangan mineral dan batubara di wilayah kota kabupaten berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Daerah tidak boleh mengatur apa yang diatur dengan undang-undang c.q. Peraturan Daerah yang mempunyai harkat dan martabat yang lebih tinggi.

Oleh karena itu, meskipun pada pandangan pertama prinsip otonomi formal tampak mendorong kebebasan dan memperkuat desentralisasi, kenyataannya sering kali justru sebaliknya, yaitu mendorong kecenderungan ke arah sentralisasi. 27 Bagir Manan, Hubungan Pusat dan Daerah Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994, hal. Namun prinsip otonomi substantif mempunyai kelemahan karena didasarkan pada asumsi yang keliru bahwa urusan pemerintahan dapat dirinci dan diklasifikasi.

Oleh karena itu, prinsip otonomi material tidak memuaskan dan tidak dapat dijadikan kriteria obyektif dalam menciptakan hubungan. Sebab asas otonomi formal mengandung gagasan untuk mewujudkan asas kebebasan dan kemandirian daerah, sedangkan asas otonomi materil akan memberi semangat. Melalui asas materiil, hal-hal pokok diserahkan dan dikembangkan dengan prinsip formal yang menjamin kebebasan dan kemandirian yang lebih besar.Aspek asas otonomi materil berupa penyerahan hal-hal pokok merupakan tambahan dari aspek sistem rumah tangga formal. salah satu ciri yang membedakan asas otonomi sejati dengan asas otonomi lainnya.

Asas umum penyelenggaraan pemerintahan yang baik Berdasarkan Pasal 10 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Tata Usaha Negara: 31. Pasal 30 Tahun 2014 tentang Tata Usaha Negara menyatakan: “Prinsip umum lainnya di luar AUPB sebagaimana dimaksud pada ayat “Dengan penyerahan kekuasaan bupati /walikota dalam pengelolaan sumber daya alam, apalagi sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang pemerintahan daerah, bupati/walikota tidak lagi mempunyai kewenangan untuk mengeluarkan keputusan kepala daerah mengenai penetapan izin pengelolaan sumber daya alam di wilayahnya. pertanyaan.

Sedangkan untuk izin baru, berdasarkan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 120/253/Sj, tanggal 16 Januari 2015 tentang Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Setelah Berlakunya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, berjumlah sejumlah 3 secara spesifik disebutkan bahwa pelaksanaan perizinan berupa pemberian atau pencabutan izin dilakukan oleh struktur/tingkat pemerintahan sesuai dengan pembagian urusan pemerintahan konkuren sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dengan mengutamakan kecepatan dan. Berdasarkan surat edaran tersebut, berarti pemerintah kabupaten/kota tidak lagi mempunyai kewenangan untuk mengeluarkan izin baru, karena sudah menjadi kewenangan pemerintah provinsi sesuai dengan luas lingkup pemanfaatan pertambangan, yang sesuai dengan ketentuan undang-undang tentang pemerintahan daerah.

Penutup

Perkembangan sistem ketatanegaraan Indonesia, termasuk Pemerintahan Daerah, merupakan kerangka dasar bagi sistem pengelolaan/pemanfaatan Sumber Daya Alam milik Negara agar dapat dipergunakan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Implikasi kewenangan Kabupaten/Kota ke Provinsi terhadap kewenangan jasa pertambangan umum di Kabupaten Purwakarta dikaitkan dengan asas umum tata kelola yang baik yaitu Implikasi Peralihan Kewenangan Kabupaten/Kota ke Provinsi atas kegiatan pertambangan setelah masuknya berlakunya Undang-undang Nomor 23 Tahun ini. . Pemerintah daerah, bupati/walikota tidak lagi mempunyai kewenangan mengeluarkan keputusan eksekutif daerah terkait penetapan izin pengelolaan sumber daya alam.

Tadbir urus yang baik (asas amanah, asas kepastian undang-undang, asas keadilan, asas dasar keras yang tidak boleh diterbalikkan) mesti tetap diisytiharkan sah.

Saran

Agus Yusoff dan Andi Yusran, Desentralisasi di Indonesia, Suska Press dan Red Post Press, Pekanbaru: 2007.

Referensi

Dokumen terkait

Bupati sebagai kepala daerah yang bertanggungjawab terhadap keberlanjutan sum- berdaya alam yang ada di wilayahnya, memiliki ‘paket’ kewenangan sebagaimana diuraikan di atas,

Hal yang penting juga adalah bahwa otonomi daerah juga harus mampu menjamin hubungan yang serasi antar daerah dengan Pemerintah, artinya harus mampu memelihara dan

Pembatalan (vernietiging) produk hukum daerah dalam rangka pengawasan dan pembinaan oleh Pemerintah Pusat terhadap Daerah, juga tidak terlepas dari prinsip dasar Negara

Adanya perimbangan tugas fungsi dan peran antar pemerintah pusat dan pemerintah daerahtersebut menyebabkan masing-masing daerah harus memiliki penghasilan yang

1) Ketua merangkap anggota yaitu Kepla LKD Kepala LKD menjadi ketua panitia karena Kepala LKD adalah pimpinan unit kearsipan Pemerintah Daerah yang memiliki fungsi

BOK merupakan bantuan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk mendukung operasional puskesmas dalam rangka pencapaian program kesehatan prioritas nasional

Tujuan pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah pusat terhadap peraturan daerah di bidang perizinan adalah, untuk memastikan bahwa kebijakan-kebijakan yang diatur dalam

3 Dalam ketentuan Bab VII A Pasal 22D UUD NRI 1945 menerangkan bahwa DPD berhak mengajukan Rancangan Undang-Undang RUU khususnya seperti: 1 otonomi daerah; 2 hubungan pusat dan