• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLIKASI YURIDIS PEMBUATAN AKTA PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI DAN KUASA MENJUAL ATAS TANAH YANG MENJADI JAMINAN HUTANG PERSEORANGAN

N/A
N/A
Gemilang Makmur .P

Academic year: 2023

Membagikan "IMPLIKASI YURIDIS PEMBUATAN AKTA PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI DAN KUASA MENJUAL ATAS TANAH YANG MENJADI JAMINAN HUTANG PERSEORANGAN"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

Sebagaimana telah dijelaskan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Implikasi Peradilan Terhadap Pengikatan Akta Perjanjian Jual Beli Tanah Sebagai Jaminan Hutang Orang Pribadi”. Rumusan masalah yang ingin dikaji adalah (1) Apa akibat hukum dari dibuatnya Perjanjian Jual Beli atas obyek tanah yang menjadi jaminan utang orang perseorangan yang dibuat oleh Notaris. Implikasi Hukum Diperolehnya Akad Jual Beli dan Surat Kuasa Penjualan Tanah Sebagai Jaminan Hutang Perorangan, merupakan tanggung jawab akhir penulis setelah berhasil menyelesaikan program studi Magister Kenotariatan (S2) UNISSULA.

Membuat perjanjian yang mengikat untuk pembelian dan penjualan tanah, yang timbul dalam amalan sehari-hari, sudah tentu boleh dibenarkan, walaupun tidak ada peraturan dalam Kanun Sivil. IMPLIKASI UNDANG-UNDANG MEMBUAT AKTA MENGIKAT PERJANJIAN JUALAN DAN KUASA MENJUAL DI ATAS TANAH YANG MENJADI JAMINAN HUTANG PERIBADI". Apakah implikasi undang-undang Undang-undang Mengikat Perjanjian Jual Beli terhadap objek tanah yang menjadi jaminan. merupakan hutang individu, yang dibuat oleh notari.

Apakah bentuk Akta Belian Mengikat dan Akta Belian ke atas tanah yang menjadi jaminan hutang individu. Untuk mengkaji dan menganalisis, akibat undang-undang penciptaan undang-undang mengikat perjanjian jual beli dan undang-undang mengenai kuasa menjual tanah yang merupakan jaminan hutang individu. Untuk mengkaji dan menganalisis tanggungjawab pihak-pihak mengenai Akta Mengikat Jualan dan Belian.

Mengetahui bentuk dan sifat Akta Jual Beli Wajib serta Kuasa Jual Beli yang dibuat oleh Notaris.

PENDAHULUAN

  • Latar Belakang
  • Rumusan Permasalahan
  • Tujuan Penelitian
  • Manfaat Penelitian
  • Kerangka Konseptual
  • Kerangka Teori
  • Metode Penelitian
  • Sistematika Penelitian

Analisis dan pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bertujuan untuk memahami dan memahami fenomena yang diteliti. 9 Metode kualitatif dikembangkan untuk mempelajari kehidupan manusia dalam kasus-kasus terbatas, bersifat kasuistik, namun mendalam dan komprehensif. Dokumen hukum ini terbagi dalam 5 (lima) bab, yang masing-masing bab saling berkaitan satu sama lain. Pandangan lebih jelas mengenai penulisan hukum akan dijelaskan lebih lanjut pada sistematika di bawah ini.

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Tentang Akta Otentik

Akta otentik adalah akta dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang, dibuat oleh atau di hadapan pejabat publik yang berwenang melakukannya di tempat akta itu dibuat." Akta otentik ialah akta yang dibuat dalam bentuk yang ditetapkan oleh atau sebelumnya dalam perundangan. Akta yang sahih mempunyai tarikh yang pasti, sedangkan tarikh akta yang dibuat dengan tangan tidak selalu begitu.

Dokumen yang sangat otentik dapat ditegakkan dalam beberapa kasus, seperti keputusan pengadilan, sedangkan dokumen yang dibuat secara pribadi tidak pernah dapat ditegakkan. Kemungkinan hilangnya dokumen tulisan tangan lebih besar dibandingkan dengan dokumen asli. Selain itu, dalam hal-hal tertentu, Notaris dapat mengambil tindakan dalam pembuatan suatu akta otentik, yang dibuatnya sebagai pejabat yang berwenang.

Akta otentik yang dibuat di hadapan pegawai/pejabat publik, misalnya dibuat di hadapan notaris mempunyai ciri-ciri pokok antara lain: 28. Karena pihak tersebut adalah pihak, maka akta otentik yang dibuat oleh notaris menjadi akta para pihak dan kandungannya dipanggil persetujuan pihak-pihak. Selain itu, akta yang sahih memberikan bukti yang sempurna tentang apa yang terkandung di dalamnya kepada :31.

Hal ini sesuai dengan fungsi akta yang diatur dalam Pasal 1867 KUH Perdata yang menyatakan bahwa pembuktian tertulis dilakukan dengan akta otentik atau akta di bawah tangan. Pasal 1870 KUH Perdata, Pasal 165 HIR, dan Pasal 285 RBg mengatur bahwa suatu akta otentik antara para pihak dengan ahli warisnya atau orang-orang yang menerima hak darinya memberikan bukti yang sempurna tentang apa yang terkandung di dalamnya. Pembuktian sempurna sebagaimana dimaksud di atas diperoleh dengan akta autentik yang dibuat dengan memenuhi seluruh syarat formil dan materil sebagai akta autentik.

Suatu akta yang kelihatannya merupakan akta otentik dari luar, dianggap sebagai akta otentik bagi setiap orang. Instrumen otentik yang dipamerkan harus dianggap dan diperlakukan sebagai instrumen otentik kecuali dapat dibuktikan. Di masa lalu, ada anggapan bahwa kekuatan bukti formal akan menghabiskan nilai pembuktian sebuah dokumen otentik.

Tinjauan Tentang Perjanjian

Pengertian perjanjian itu sendiri dapat dilihat pada Pasal 1313 KUHPerdata yang menjelaskan bahwa perjanjian adalah suatu perbuatan yang dengannya satu orang atau lebih terikat pada satu atau lebih orang lain. Selanjutnya Pasal 1233 KUH Perdata menyatakan bahwa suatu perjanjian timbul baik karena Dari rumusan tersebut maka KUH Perdata akan mengatakan bahwa tidak ada suatu perjanjian di luar perjanjian dan karena hal-hal yang diatur dalam undang-undang.

Asas ini terlihat dari ketentuan Pasal 1315 KUH Perdata yang mengatur bahwa pada umumnya tidak seorang pun dapat terikat atas namanya sendiri atau meminta untuk berjanji dan bukan untuk dirinya sendiri. Dari rumusan Pasal 1315 KUH Perdata, persoalan kewenangan seseorang untuk bertindak sebagai perseorangan dapat dibedakan menjadi: 39. Asas konsensualisme dapat disimpulkan dari Pasal 1320 KUH Perdata yang merupakan pasal yang mengatur.

Dasar kebebasan berkontrak terdapat dalam pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata yang menyatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi yang membuatnya. Undang-undang Sivil dan perjanjian yang baru muncul dengan nama yang belum boleh dikawal oleh undang-undang. Dasar kekuatan yang mengikat terdapat dalam Pasal 1338 ayat (2) KUH Perdata yang menyatakan bahwa persetujuan tidak dapat ditarik kembali, kecuali dengan persetujuan kedua belah pihak atau karena adanya alasan yang ditetapkan oleh undang-undang menjadi cukup untuk itu.

Suatu perjanjian adalah sah secara hukum apabila terpenuhi empat syarat sahnya perjanjian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1320 KUH Perdata, yaitu: 43. Menurut pasal 1329 KUH Perdata disebutkan bahwa setiap orang cakap mengadakan perjanjian-perjanjian untuk mengadakannya, jika ia tidak dinyatakan tidak cakap menurut hukum. Pada syarat ketiga ini pasal 1332 KUHPerdata menyatakan bahwa hanya barang-barang yang dapat diperjualbelikan saja yang dapat dijadikan obyek perjanjian.

Menurut Pasal 1337 KUHPerdata, sebab dilarang apabila dilarang oleh undang-undang atau bertentangan dengan kesusilaan atau ketertiban umum. Dalam peraturan perundang-undangan, perbedaan tersebut terlihat pada Pasal 1334 KUH Perdata, dimana pada ayat (1) ditentukan bahwa barang-barang yang hanya akan ada pada kemudian hari dapat menjadi obyek suatu perjanjian. Pada umumnya benda bukan pokok menyertai benda pokok dan disebutkan dalam peraturan perundang-undangan dalam KUHPerdata.

Tinjauan Umum Tentang Jaminan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Tinjauan tentang Akta Perjanjian Pengikatan Jual Beli

Tinjauan Tentang Akta Kuasa Menjual

Perjanjian Pengikatan Jual Beli dalam Perspektif Islam

Analisis Akta Perjanjian Pengikatan Jual Beli dan Kuasa Menjual Atas

PENUTUP

KESIMPULAN

Perjanjian jual beli dan kuasa menjual atas tanah yang masih menjadi jaminan utang seseorang menjadi batal karena melanggar syarat obyektif ketentuan Pasal 1320 KUH Perdata tentang tidak dipenuhinya syarat ketiga dan kedua. syarat keempat sahnya suatu akad, yaitu adanya hubungan tertentu dan alasan yang halal dimana tidak terpenuhinya prestasi yang menjadi sesuatu yang harus dipenuhi oleh penjual terhadap pembeli dan tujuan dari akad tersebut tetap berkaitan dengan jaminan bagi suatu akad. hutang kepada pihak lain. Pembeli dapat mengajukan permohonan pengembalian pembayaran tanah dan ganti rugi/denda, akibat kegagalan Penjual dalam memenuhi kewajibannya, untuk menjamin keadaan tanah/objek jual beli dalam perjanjian, terhadap intervensi atau tuntutan pihak lain.

SARAN

Sekalipun suatu perjanjian memenuhi asas kebebasan berkontrak, Notaris wajib mengesahkan segala sesuatu yang berkaitan dengan perjanjian itu, agar perjanjian itu berjalan sesuai syarat-syaratnya dan tidak menimbulkan masalah di kemudian hari. Dengan menjadi Notaris yang menjalankan tugasnya sesuai dengan tata cara yang benar sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku, Insya Allah Notaris akan terhindar dari permasalahan yang mungkin timbul di kemudian hari. Yahya Harahap, Aspek Hukum Kontrak, (Bandung: Alumni, 1986) Fatkhurohman, Dian Aminudin dan Sirajudin, Pengertian Eksistensi.

Sri Mamudji, dkk., Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, (Jakarta: Penerbit, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005). Sri Soedewi Mashchoen Sofwan, Hukum Garansi di Indonesia Prinsip Hukum Garansi dan Garansi Individual, cet.3, (Yogyakarta: Liberty Offset Yogyakarta, 2003). Khusna Yulia Zamrotul, Lathifah Hanim, 2017, “Peran Notaris dan PPAT Dalam Mencegah Penyalahgunaan Kuasa Jual Beli Untuk Menghindari Pajak” Jurnal Akta, no.

Mulyono Bambang Eko, “Peralihan hak atas tanah berdasarkan akad jual beli dan surat kuasa jual beli yang dibuat oleh notaris”, Jurnal Independen, Bagian 2. Sari Ratih Mega Puspa, Sidik Purnama, Gunarto, 2018, “The Peran PPAT Dalam Sertifikasi Tanah Akibat Jual Beli”, Jurnal Akta, No.1, Vol.5 Nugraha Sandy Aditya, Aryani Witasari, 2019, “Tanggung Jawab dan Kewenangan PPAT dalam Pembuatan Akta Jual Beli Di Kota Semarang”, Prosiding Konferensi Ilmiah Mahasiswa Unissula (KIMU) 2, ISSN.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Pertama, perjanjian pengikatan jual beli tanah dibuat dalam bentuk akta notaris yang merupakan akta otentik dan mempunyai kekuatan hukum

Meskipunkekuatan hukum dari akta perjanjian pengikatan jual beli hak atas tanah yang dibuat oleh Notaris dalam pelaksanaan pembuatan Akta Jual Belinya adalah kuat (akta notaril

Hal ini karena Pengikatan Jual Beli (PJB) yang dibuat dihadapan notaris, maka aktanya telah menjadi akta notaril sehingga merupakan akta otentik, sedangkan untuk

Dari hasil penelitian ini disimpulkan kekuatan hukum dari akta perjanjian pengikatan jual beli hak atas tanah yang dibuat oleh Notaris dalam pelaksanaan pembuatan Akta Jual

Hasil penelitian yang diperoleh penulis bahwa Akta Pengikatan Jual Beli yang didalamnya memuat kuasa merupakan bentuk akta otentik yang sah jika dilihat dari segi Hukum Perjanjian

Perjanjian dapat dibuat dibawah tangan atau dengan akta notaris, dalam hal ini PPJB diwajibkan untuk dibuat dihadapan notaris Bedasarkan Pasal 12 ayat 2 PERMENPUPR

Hal ini karena Pengikatan Jual Beli (PJB) yang dibuat dihadapan notaris, maka aktanya telah menjadi akta notaril sehingga merupakan akta otentik, sedangkan untuk

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya pembatalan akta pengikatan jual beli adalah: Harga jual beli yang telah disepakati dalam perjanjian pengikatan jual beli tidak