• Tidak ada hasil yang ditemukan

inplementasi contextual teaching and learning

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "inplementasi contextual teaching and learning"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

INPLEMENTASI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DALAM KTSP MATA PELAJARAN BIOLOGI

Oleh

Jailani*

FKIP Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh

Abstract: The competence based curriculum allows the regions

or schools to develop their own syllabi that refer to the basic competence set by the curriculum center. Competence is to des cribe a person as competent in area of work if they have the knowledge, skill, and attitudes to be able to function at some minimum acceptable level. The competence based curriculum (CBC) must be followed up by developing its syllabi. Thereby the syllabi will be more relevant the condition and the interest of the regeonal stakeholders. The teaching method should be contextual. This article, concerns a critical analysis of how the learning experience and the teaching materials of biology subject are designed based on Contextual Teaching and Learning (CTL). The student must have contacts with the real world. Education quality will improve along with learning process improvement.

Kata-kata kunci: Pendekatan kontekstual, kurikulum tingkat satuan

pendidikan, pembelajaran biologi

Langkah yang ditempuh untuk mewujudkan kualitas pendidikan dapat terlaksana jika proses pendidikan di sekolah benar-benar menjadikan siswa belajar dan belajar sebanyak mungkin. Novak & Gowin, 1984; dalam Arend, (2001) mengemukakan bahwa “mutu pendidikan harus dilihat dari meningkatnya kemampuan belajar siswa secara mandiri. Pengetahuan apapun yang mereka kuasai adalah hasil belajar yang mereka lakukan sendiri”.

Pendekatan merupakan arah atau kebijaksanaan yang ditempuh seseorang untuk mencapai tujuannya. Pendekatan dalam pembelajaran merupakan arah atau kebijaksanaan yang ditempuh guru dan siswa dalam usaha mencapai pengalaman belajar siswa yang ditinjau dari cara materi itu disajikan. Pembelajaran merupakan upaya untuk membelajarkan siswa.

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (2003:7) “pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik (siswa) dengan pendidik (guru) dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Dengan demikian pembelajaran bukanlan proses memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa, melainkan kegiatan yang

memungkinkan siswa untuk dapat membentuk pemahamannya terhadap pengetahuan yang sedang dipelajarinya.

2. Hakekat Pendekatan Kontekstual Dalam Pembelajaran

Pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan isi mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara dan tenaga kerja (U.S. Departement of Education and the National School to Work Office yang dikutip oleh Blanchard dalam Nur, 2002).

Pendekatan kontekstual merupakan pendekatan pembelajaran yang memiliki landasan berpikir (filosofi) konstruktivisme. Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual, siswa mengkonstrusikan sendiri pengetahuannya.

Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta, konsep, atau kaedah yang siap untuk diambil dan diingat.

Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah,

(2)

menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya.

Guru tidak mampu memberikan semua pengetahuan kepada siswa. Siswa harus mampu mengkonstruksikan pengetahuan dalam benaknya sendiri. Esensi dari teori konstruktivis adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan menstransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain.

Pengajaran kontekstual adalah pengajaran yang memungkinkan para siswa mampu menguatkan, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik mereka dalam berbagai macam tatanan dalam sekolah dan luar sekolah, agar dapat memecahkan masalah-masalah dunia nyata atau masalah-masalah yang disimulasikan. Selanjutnya Mc Ashan, dalam Anwar 2004 menyatakan bahwa pembelajaran berbasis kompetensi adalah program pembelajaran dimana hasil belajar atau kompetensi yang diharapkan dicapai oleh siswa, sistem penyampaian, dan indikator penyampaian hasil belajar dirumuskan secara tertulis sejak perencanaan dimulai.

Dengan dasar itu, pembelajaran harus dikemas menjadi proses ‘mengkostruksi’ bukan

‘menerima’ pengetahuan. Dalam proses pembelajran, siswa membangun sendiri pengetahuannya melalui kerterlibatan aktif dalam proses pembelajaran. Disini siswa yang menjadi pusat kegiatan, bukan guru. Hal ini didasarkan pada hakikat siswa sebagai individu yang mempunyai potensi untuk mencari dan mengembangkan dirinya. Dengan demikian lingkunganlah yang harus diciptakan untuk menunjang potensi siswa tersebut. Dalam rangka ini guru tidak perlu berdaya upaya menjejali siswa dengan segudang informasi, sehingga membuat anak didik tidak kreatif dalam mencari, menemukan, dan mengkonstruksikan pengetahuannya.

Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual lebih menekankan atau diutamakan pada ‘strategi memperoleh pengetahuan’

dibandingkan ‘seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan’. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan tansfer pengetahuan dari guru ke siswa. Jadi di sini strategi pembelajaran lebih diutamakan dari pada hasil yang didapat siswa. Pembelajaran dilakukan dengan menggunakan ‘dunia nyata’

siswa sebagai titik pangkal dan kegiatan guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimikilinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Tugas guru lebih banyak berurusan dengan strategi untuk

memberdayakan siswa sehingga dapat mengkonstrusikan pengetahuannya daripada memberikan informasi. Guru sebagai fasilitator, yang memfasilitasi agar informasi baru bermakna, dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri.

Ciri pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual yaitu dengan filosofi belajar konstrutivisme, selalu ada unsur bertanya, pengetahuan dan pengalaman diperoleh dari kegiatan menemukan, terbentuk masyarakat belajar, ada model yang ditiru, dan penilaian dilakukan yang sebenarnya (Nur, M. 2002). Ciri pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual adalah menggunakan masalah kontekstual, menggunakan model, menggunakan hasil dan konstruksi siswa sendiri, terjadi interaksi optimal antara siswa dan guru. Ciri fisik pembelajaran dengan kontektual yaitu dinding kelas bahkan lorong-lorong sekolahpun dapat penuh dengan tempelan hasil karya siswa.

Akibatnya dimanapun siswa berada selalu dikepung oleh informasi. Dalam kelaspun siswa selalu aktif dan gembira dalam belajar.

Pendekatan kontekstual merupakan pendekatan pembelajaran yang menggunakan situasi dunia nyata sebagai titik pangkal pembelajaran. Pembelajaran dengan pendekatan ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar dengan strateginya melalui kegiatan mengalami sendiri dalam lingkungan yang alamiah. Hal ini mengakibatkan siswa dapat menemukan dan mengkonstruksikan sendiri pengetahuannya tentang biologi, sehingga siswa memiliki pengertian konsep yang kuat. Dengan demikian akan membantu siswa dalam penerapan kembali konsep biologi untuk menyelelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari sebagai kehidupan jangka panjang.

3. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Gonczi (dalam Tola, 2002) mengatakan bahwa competence is to describe a person as competent in area of work if they have the knowledge, skill, and attitudes to be able to function at some minimum acceptable level.

Selanjutnya Echols dan Shadly (dalam Tola, 2002) mengartikan competence sebagai kecakapan, kemampuan dan ketangkasan.

Kurikulum berbasis kompetensi adalah kurikulum yng dikembangkan dengan prinsip: (a) mampu beradaptasi dengan berbagai perubahan (berisi prinsip-prinsip pokok, bersifat fleksibel sesuai dengan perkembangan zaman dan IPTEK)., (b) pengembangannya melalui proses akreditasi yang memungkinkan mata pelajaran dimodifikasi.

Adapun dasar pemikiran dalam menggunakan

(3)

konsep kompetensi dalam kurikulum adalah: (1) dengan kompetensi, kemampuan peserta didik memperi peluang untuk melakukan suatu pekerjaan, (2) dengan kompetensi, pengalaman peserta didik mampu menjelaskan kompetensinya menjadi kompeten, (3) dengan kompetensi, hasil belajar peserta didik mampu menjelaskan kompetensinya setelah ia melalui proses pembelajaran, dan (4) dengan kompetensi, kemampuan peserta didik mampu diukur sesuai dengan standar pencapaian kinerjanya.

Pendekatan kontekstual memandang bahwa pengetahuan bukanlah seperangkat fakta- fakta, konsep, atau kaedah-kaedah yang siap untuk diambil dan diingat siswa. Tetapi CTL memandang bahwa manusia harus mengkonstruksi pengetahuan dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Filosofi inilah yang menjadi dasar penggunaan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran

Pendekatan kontekstual merupakan pendekatan pembelajaran yang membantu guru mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia ‘nyata’ siswa dan memotivasi siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Depdiknas, 2003:1).

Pembelajaran dengan pendekatan ini dimulai dengan menggunakan masalah kontekstual (Context Problem) sebagai titik pangkal (starting point) dan ini sesuai dengan perkembangan intelektual siswa pada umumnya yang bergerak dari konkret ke abstrak. Urutan sajian materi pelajaran sesuai dengan perkembangan intelektual siswa mengingat objek studi dari biologi yang tidak hanya bersifat kongkrit, tapi ada juga yang bersifar abstrak.

4. Imlementasi Contextual Teaching and Learning Dalam KTSP

Matapelajaran Biologi

Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning) dikembangkan oleh The Wasington State Concortium for Contextual Teaching and Learning, yang melibatkan 11 perguruan tinggi, 20 sekolah, dan lembaga- lembaga yang bergerak dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Dari Indonesia, melalui Direktorat SLTP Depdiknas telah mengirim guru- guru dari enam propinsi untuk belajar pendekatan kontekstual.

Ide utama dari pendekatan kontekstual adalah bahwa siswa harus diberi kesempatan untuk menemukan kembali (reinvent) konsep biologi dengan bimbingan orang dewasa (Anonimous, 2003). Dalam pendangan ini aktivitas anak merupakan hal yang penting. Oleh

karena itu guru harus menyediakan ide-ide biologi untuk siswa. Hal ini hanya mungkin jika guru memberikan reaksi kepada siswa sehingga memungkinkan mereka untuk dapat menguasai biologi.

Pendekatan kontekstual dalam pembelajaran menggunakan ‘dunia nyata’ yang konkret sebagai titik pangkal pembelajaran. Hal ini sangat relevan dengan pembelajaran biologi yang dikembangkan oleh Freudenthal (dalam Suryanto, 2000:110) yang menurutnya, biologi harus dihubungkan dengan kenyataan, berada dekat dengan siswa dan relevan dengan kehidupan masyarakat agar memiliki nilai manusiawi. Pandangannya menekankan bahwa materi biologi harus dapat ditransmisikan sebagai aktifitas manusia (human activity). Pembelajaran harus memberikan kesempatan siswa untuk reinvent (menemukan/menciptakan) biologi melalui praktek (doing it). Belajar sambil melakukan aktifitas (learning by doing) pengalaman belajar yang didapat oleh siswa lebih tahan lama tersimpan dalam benak siswa. Dengan demikian dalam pendidikan biologi, seharusnya tidak sebagai sistem yang tertutup tetapi sebagai suatu aktifitas dalam proses biologi. Hal ini dapat dilakukan melalui penyajian materi secara realistik, dengan menggunakan ‘dunia nyata’

sebagai titik pangkal (starting point).

Para pakar pendidikan biologi dan pakar biologi berusaha menyusun pelajaran biologi sebagai kegiatan manusia (siswa) menggunakan dunia ‘nyata’ bukan sebagai barang ‘jadi’ atau barang ‘siap saji’. Kenyataannya program pembelajaran pendidikan biologi dengan menggunakan dunia ‘nyata’ menunjukkan hasil yang baik, (Arend, 2004).

Masalah nyata yang dimaksud bukan hanya karena titik tolak pembelajaran berhubungan dengan dunia nyata dalam arti sehari-hari, tetapi juga menekankan pembelajaran dengan menyajikan situasi yang dapat dibayangkan (to image ) oleh siswa itu sendiri.

Jadi penekanannya pada membuat masalah itu menjadi nyata dalam pikiran siswa. Oleh karena itu situasi masalah yang digunakan untuk pembelajaran dengan pendekatan kontekstual harus mempunyai konteks atau kaitan dengan dunia nyata yang dipahami oleh siswa dalam arti sehari-hari, atau berkaitan dengan dunia yang dapat dibayangkan oleh siswa. Dalam hal ini Suryanto (2000:112) menyatakan bahwa dunia nyata yang dapat dibayangkan oleh siswa dapat berupa dunia pantasi, dunia dongeng, atau dunia biologi, asal saja dunia itu nyata dalam benak siswa.

Penerapan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran dalam buku “Pendekatan

(4)

Kontekstual (Contextual Teaching and Learning (CTL)) yang diterbitkan oleh Depertemen Pendidikan Nasional (2003:10) disebutkan bahwa, Penerapan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran secara garis besar adalah sebagai berikut: (1) Kembangkan pikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mngkonstruksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya, (2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik, (3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya, (4) Ciptakan ‘masyarakat belajar’

(belajar dalam kelompok-kelompok), (5) Hadirkan ‘model’ sebagai contoh pembelajaran, (6) Lakukan refleksi di akhir pertemuan, (7) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

Kedudukan guru juga sebagai mediator yang dapat diartikan sebagai penengah atau pengatur jalannya diskusi, karena pembelajaran dengan pendekatan kontekstual disarankan pelaksanaannya melalui belajar kelompok.

Melalui belajar kelompok diharapkan siswa yang sudah tahu memberitahu temannya yang belum tahu, dan siswa yang belum mengerti diharapkan menanyakan pada siswa yang sudah mengerti.

Dalam kegiatan pembelajaran terjadi pola interaksi yang optimal. Melalui kegiatan diskusi diharapkan siswa dapat menemukan pengalaman belajar sebagai pengetahuan atau keterampilan yang berguna baginya. Sebagai mediator, jika diperlukan, guru harus mampu menghadirkan media (model) dalam pembelajaran untuk menjembatani dunia nyata ke dunia simbol sehingga proses pembelajaran biologi terjadi dalam situasi yang nyata bagi siswa, tidak terjadi dalam alam khayal.

Mengingat objek dari biologi yang sangat komplek, maka pembelajaran biologi perlu dilakukan dengan pendekatan kontekstual atau realistik, yaitu dihubungkan dengan ‘dunia nyata’

kenyatan, berada dekat dengan siswa dan relevan dengan kehidupan masyarakat agar memiliki nilai manusiawi. Pandangannya menekankan bahwa materi biologi harus dapat ditranmisikan sebagai aktifitas manusia (human activity). Pembelajaran harus memberikan kesempatan siswa untuk reinvent (menemukan/menciptakan) biologi melalui belajar sambil bekerja (learning by doing). Dalam hal ini Djamarah (2000:67), menyatakan belajar sambil melakukan aktivitas lebih banyak mendatangkan hasil bagi siswa.

Dengan demikian dalam pendidikan biologi, seharusnya tidak sebagai sistem yang tertutup tetapi sebagai suatu aktifitas dalam proses pebiologian. Dengan demikian kurikulum

berbasis kompetensi bila diintegrasikan dengan pengajaran dan pembelajaran kontekstual akan lebih bermakna bagi siswa, karena disamping memiliki kompetensi yang jelas setelah mengikuti proses pembelajaran, juga sesuai konteks dengan dunia nyata.

5. Penutup

Kondisi daerah yang berbeda-beda, memungkinkan pengembangan silabus yang berbeda pula. KTSP menekankan kepada sejumlah kompetensi dasar siswa, maka di dalam pengembangan silabusnya perlu difokuskan prinsip pembelajaran yang bersifat kontekstual.

Oleh karena itu KTSP perlu diintegrasikan dengan pembelajaran dan pengajaran kontekstual.

Pendekatan kontekstual dalam pembelajaran biologi berorientasi pada proses dan pengalaman sehari-hari (dunia nyata), yang berarti siswa belajar biologi harus relevan dengan situasi hidup sehari-harinya dengan menggunakan strategi belajarnya masing-masing. Jika dikaitkan dengan sifat dari biologi yang mempunyai objek yang kongkrit dan daya kognitif manusia yang bergerak dari konkret ke abstrak, maka pembelajaran biologi sangat cocok/sesuai dengan menggunakan pendekatan kontekstual.

Pembelajaran biologi dengan pendekatan kontekstual lebih memusatkan kegiatan belajar pada siswa dan dunia ‘nyata’ sebagai titik pangkal pembelajar sehingga memungkinkan siswa untuk kreatif mengkonstruksi sendiri pengetahuan biologinya yang memberikan kontribusi yang bermakna bagi pengembangan dan penerapan biologi siswa tersebut. Peran guru dalam pembelajaran dengan pendekatan kontekstual lebih sebagai fasilitator, mediator, dan sebagai motivator sehingga siswa dapat belajar dengan strateginya masing-masing untuk mengkonstruksi pengetahuannya daripada sebagai transfer pengetahuan Oleh karena itu para guru biologi harus tahu dan memahami dengan jelas tentang

konsep dasar CTL dan mampu

mengaplikasikannya dalam KTSP.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 2003. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning (CTL)). Jakarta: Depertemen Pendidikan Nasional.

Anonimous. 2003. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

(5)

Anwar, M. 2004. Pengembangan Kurikulum Dan sistem Penilaian Berbasis Kompetensi. Makalah Disampaikan Pada Seminar Pendidikan Se NAD Ikatan Mahasiswa Biologi (IMABIO) FKIP-USM Banda Aceh.

Arends, I. R. 2001. Learning to Teach. (5thEd.).

Boston: McGrwa-Hill.

De Lange, J.1995. Assessment: No. Change without Problem. Dalam Romberg T.A. (ed.), Reform in School Mathematics and Authentic Assessment. New York: Suny Press.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.

Jakarta: Rineka Cipta

Nur, M. 2002. Pengajaran dan Pembelajaran Kontekstual (Contekstuan Teaching

and Learning). Surabaya: pusat Sain dan Matematika Sekolah, Unesa.

Soedjadi, R. 2000. Kiat Pendidikan Biologi di Indonesia. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Suryanto. 2000. Pendekatan realistik: Suatu Inovasi Pembelajaran Biologi.

Jurnal Cakrawala Pendidikan. Juni 2000 tahun XIX No. 3 LPM Universitas Negeri Jogjakarta.

Tola, B. 2002. Pengembangan Kurikulum dan Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi. Makalah Workshop di FMIPA Universitas Negeri Surabaya. Tgl. 30 Agustus 2002.

Referensi

Dokumen terkait

Kontekstual ( Contextual Teaching Learning ) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata2. dan mendorong

Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching Learning, CTL) atau pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang

Pendekatan Contextual Teaching and learning (CTL) merupakan konsep pembelajaran yang membantu guru untuk mengaitkan antara materi ajar dengan situasi nyata siswa,

Dari definisi tersebut diatas, maka yang dimaksud dengan judul “implementasi pendekatan contextual teaching and learning (CTL) dalam pembelajaran IPS di MI Ma’arif

Berdasarkan analisis data dan pembahasan dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran melalui pendekatan Contextual Teaching And Learning

Proses pembelajaran yang dilaksanakan guru dengan pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) pada siklus I secara keseluruhan telah dilaksanakan hampir sesuai

Implementasi Ctl Dalam Pembelajaran Matematika Pada Materi Pecahan Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada

Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru dapat dikategorikan mampu menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dan media video animasi