• Tidak ada hasil yang ditemukan

Inseminasi dan Bayi Tabung

N/A
N/A
yoooo sk

Academic year: 2024

Membagikan "Inseminasi dan Bayi Tabung"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

INSEMINASI DAN BAYI TABUNG BLOK 6.1

KELOMPOK 13

Namira Diva Andjani G1A120130

Maria Puspita Ningrum G1A120131

Abdullah G1A120132

Eleazar Altamirando G1A120133

Shakira Wiandra Sacharissa G1A120134

Huda Fitri G1A120135

Intan Rahmadani G1A120137

Nadya Annisa Masrsanda G1A120138

Najwa Aisah Faran G1A120139

Niken Aurora Haryono G1A120140

Vanesha Angela Futri G1A120141

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JAMBI

2023

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Infertilitas adalah ketidakmampuan mendapatkan kehamilan pada pasangan suami isteri yang telah menikah dan melakukan ”hubungan” selama kurun waktu satu tahun dengan tanpa memakai penghalang atau kontrasepsi (ASRM, 2015; Anwar S, 2016).

Menurut World Health Organization (WHO), infertilitas diidentifikasi sebagai masalah kesehatan masyarakat global dengan diperkirakan 60-80 juta pasangan mengalami kesulitan mempunyai anak. Sebesar 2-10% pasangan mengalami kegagalan mendapatkan anak secara natural, dan satu dari tujuh pasangan suami isteri datang ke dokter spesialis untuk berkonsultasi, bahkan harus ditangani menggunakan teknologi reproduksi berbantu.

Penyebab infertilitas dibagi menjadi faktor suami dan isteri. Organ reproduksi perempuan yang paling banyak menjadi penyebab infertilitas adalah ovarium dengan masalah ovulasi sekitar 30-40 % dari seluruh kejadian infertilitas dan organ saluran telur dengan masalah obstruksi yang harus secara spesifik dieksklusi. Pada pria faktor sperma sekitar 40% menjadi penyebab infertilitas dengan masalah gangguan pada jumlah, pergerakan dan bentuk sel sperma (ASRM., 2015; Moridi, et. al., 2019).

Masalah nonmedis ternyata dapat mempengaruhi siklus ovulasi perempuan, antara lain faktor lingkungan, pola hidup, usia perempuan, dan kegemukan (Sharma, et. al., 2018). Perlu perhatian terhadap faktor usia perempuan terkait data terjadi penurunan kesuburan secara gradual pada usia 32 tahun dan penurunan lebih cepat setelah usia 37 tahun yang merefleksikan penurunan kualitas oosit. Kelebihan berat badan atau obesitas pada perempuan juga dapat menjadi faktor disrupsi pada kesehatan reproduksi melalui gangguan fungsi hormon pada aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium sehingga terjadi gangguan ovulasi (Silvestri, 2018).

Infertilitas seharusnya dipertimbangkan tidak hanya merupakan masalah medis dan psikologis saja, namun juga merupakan masalah sosial karena ketidakmampuan pasangan suami isteri memenuhi salah satu peran sosial dasar sebagai orang tua. Diagnosis

(3)

infertilitas berhubungan dengan peningkatan kejadian stres sehingga dibutuhkan perhatian pada kesehatan mental pasangan suami isteri tersebut, dengan tingkat stres perempuan lebih tinggi dibandingkan pria (Nagorska M., 2019). Bias gender terjadi dalam lingkungan sosial budaya di Indonesia dengan pihak perempuan yang paling disalahkan sebagai penyebab infertilitas, karena itu pada pemeriksaan infertilitas wajib dilakukan dalam format pasangan suami isteri.

Penanganan infertilitas dapat dilakukan dengan berbagai cara, mulai secara sederhana sampai dengan menggunakan teknologi canggih, mulai dengan pemakaian obat induksi ovulasi, inseminasi intrauteri sampai menggunakan cara fertilisasi in vitro (Bayi Tabung).

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa tujuan dan manfaat inseminasi buatan dan bayi tabung?

2. Apa indikasi dan kontraindikasi inseminasi buatan dan bayi tabung?

3. Bagaimana langkah-langkah inseminasi buatan dan bayi tabung?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui dan memahami tujuan dan manfaat inseminasi buatan dan bayi tabung

2. Untuk mengetahui dan memahami indikasi dan kontraindikasi inseminasi buatan dan bayi tabung

3. Untuk mengetahui dan memahami langkah-langkah penatalaksanaan inseminasi buatan dan bayi tabung

(4)

BAB II

INSEMINASI DAN BAYI TABUNG

A. DEFINISI

Fertilisasi in vitro (IVF) adalah bentuk paling umum dari teknologi reproduksi berbantuan dan digunakan dalam pengelolaan pasien dengan kesulitan menjalani konsepsi. Kegiatan ini berkisar pada etiologi, evaluasi, dan peran tim interprofessional dalam manajemen strategi IVF. Teknik yang melibatkan manipulasi oosit di luar tubuh disebut teknologi reproduksi terbantu (ART) dengan fertilisasi in vitro (IVF) sebagai bentuk yang paling umum. Istilah 'in vitro' berarti di luar organisme hidup karena oosit matang secara in vivo di ovarium dan embrio berkembang menjadi kehamilan di dalam rahim, tetapi oosit dibuahi dalam cawan petri (Jennifer C and Anthony S, 2022).

Selama IVF, telur matang dikumpulkan (diambil) dari ovarium dan dibuahi oleh sperma di laboratorium. Kemudian telur yang telah dibuahi (embrio) dipindahkan ke rahim. Satu siklus penuh IVF membutuhkan waktu sekitar tiga minggu. Terkadang langkah-langkah ini dipecah menjadi beberapa bagian dan prosesnya bisa memakan waktu lebih lama.

Prosedurnya bisa dilakukan dengan menggunakan sel telur dan sperma pasangan itu sendiri. Atau IVF mungkin melibatkan sel telur, sperma, atau embrio dari donor yang dikenal atau anonim. Peluang untuk memiliki bayi yang sehat menggunakan IVF bergantung pada banyak faktor, seperti usia dan penyebab ketidaksuburan. Selain itu, IVF dapat memakan waktu, mahal, dan invasif. Jika lebih dari satu embrio dipindahkan ke rahim, IVF dapat mengakibatkan kehamilan dengan lebih dari satu janin (kehamilan ganda).

B.Tujuan dan Manfaat

Tujuan dilakukan Fertilisiasi in vitro (IVF) adalah sebagai terapi denitif untuk infertilitas berkepanjangan dan tak terselesaikan setelah terapi lain gagal, dan dapat digunakan untuk mengatasi infertilitas pria maupun perempuan (Hendy H, 2019).

IVF sekarang diterapkan secara luas untuk pengobatan infertilitas karena berbagai penyebab, termasuk endometriosis, faktor laki-laki, dan infertilitas yang tidak dapat

(5)

dijelaskan. Wanita yang tidak dapat menggunakan oosit mereka sendiri karena insufisiensi ovarium primer (POI) atau penurunan jumlah oosit terkait usia sekarang dapat berhasil hamil dengan menggunakan IVF oosit donor (Jennifer C and Anthony S, 2022).

C. Indikasi dan Kontraindikasi

Indikasi

Sekitar 25% sampai 35% wanita infertil ditemukan memiliki penyakit tuboperitoneal, dengan penyakit radang panggul (PID) menjadi penyebab paling umum dari kerusakan tuba. PID biasanya merupakan akibat dari infeksi Chlamydia trachomatis. Infeksi bakteri dapat menyebabkan oklusi tuba atau adhesi peritubular yang membuat pembuahan in vivo tidak mungkin terjadi. IVF melewati kerusakan tuba dengan mentransfer embrio langsung ke dalam rahim(Jennifer C and Anthony S, 2022).

Endometriosis, penyakit radang kronis yang ditandai dengan adanya jaringan endometrium di luar rongga rahim, secara signifikan lebih banyak terjadi pada wanita dengan infertilitas dibandingkan dengan mereka yang tidak. Mekanisme bagaimana endometriosis menyebabkan infertilitas belum sepenuhnya dipahami, tetapi penelitian telah menunjukkan bahwa adhesi panggul, peradangan intraperitoneal kronis, folikulogenesis terganggu, dan penurunan implantasi embrio semuanya telah dijelaskan pada wanita dengan endometriosis. Pembedahan laparoskopi ditemukan meningkatkan angka kehamilan dari 4,7% menjadi 30,7%, menunjukkan pentingnya memulihkan anatomi panggul yang normal untuk kehamilan spontan. Sayangnya, wanita dengan endometriosis memiliki tingkat keberhasilan yang jauh lebih rendah dengan IVF dibandingkan dengan penyebab infertilitas lainnya, dengan penyakit yang lebih lanjut berkorelasi dengan hasil yang lebih rendah (Jennifer C and Anthony S, 2022).

Kualitas air mani yang buruk adalah satu-satunya penyebab infertilitas pada 20%

pasangan dan berkontribusi terhadap masalah kesuburan pada 20% lainnya. Penurunan jumlah, motilitas, atau morfologi (bentuk sperma) sperma dapat berhasil diobati secara medis atau pembedahan pada sekitar 50% pria. Inseminasi intrauterin juga dapat meningkatkan angka kehamilan pada pasangan yang pasangan prianya memiliki jumlah sperma motil yang rendah. Jika perawatan tersebut gagal, IVF dengan atau tanpa injeksi

(6)

sperma intracytoplasmic (ICSI) dapat digunakan. Sperma yang diekstraksi dari testis atau epididimis dalam kasus azoospermia obstruktif atau hipofungsi testis hanya dapat digunakan dalam siklus IVF dengan ICSI karena sperma belum menjalani proses pematangan akhir in vivo, yang memungkinkannya untuk membuahi oosit (Jennifer C and Anthony S, 2022).

Wanita yang tidak dapat memproduksi oositnya sendiri karena POI atau berkurangnya cadangan ovarium dapat hamil dengan oosit donor atau embrio donor. IVF tidak dapat mengatasi dampak usia pada fungsi oosit dan kesuburan, dan begitu banyak wanita berusia akhir 30-an dan lebih tua akan menggunakan oosit donor. Oosit ini telah diambil dari wanita yang lebih muda (biasanya berusia kurang dari 30 tahun) dan dibekukan untuk digunakan di masa mendatang atau digunakan dalam siklus IVF baru (Jennifer C and Anthony S, 2022).

IVF juga digunakan pada wanita yang ingin mempertahankan kesuburannya. Wanita dengan kanker atau penyakit lain mungkin perlu menjalani perawatan gonadotoksik yang mengancam fungsi ovarium. Wanita-wanita ini dapat melakukan kriopreservasi baik oosit atau embrio sebelum kemoterapi atau radiasi yang kemudian dapat ditransfer di masa mendatang (Jennifer C and Anthony S, 2022).

Kriopreservasi oosit juga merupakan pilihan yang layak untuk wanita yang ingin menunda melahirkan anak. Diketahui dengan baik bahwa kesuburan wanita secara dramatis menurun pada dekade keempat kehidupan. Drop-in fekundabilitas ini merupakan hasil dari penurunan kuantitas dan kualitas oosit. Wanita yang tidak tertarik untuk hamil dalam waktu dekat dapat melakukan kriopreservasi oosit untuk digunakan di masa mendatang (Jennifer C and Anthony S, 2022).

Kontraindikasi

Tidak ada kontraindikasi mutlak untuk prosedur IVF. Namun, sebaiknya tidak dilakukan pada wanita yang memiliki risiko morbiditas dan mortalitas kehamilan yang signifikan jika IVF berhasil. Beberapa contoh dari kondisi berisiko tinggi ini termasuk tetapi tidak terbatas pada sindrom Marfan, gagal jantung kelas 3 atau 4 New York Heart Association (NYHA), sindrom Eisenmenger, stenosis katup parah, hipertensi pulmonal, atau koarktasio aorta. Untuk wanita dengan masalah medis yang signifikan yang menginginkan anak kandung, mereka dapat menjalani IVF dengan aspirasi oosit,

(7)

pembuahan dengan sperma pasangannya, tetapi embrio akan dipindahkan ke pembawa kehamilan (Jennifer C and Anthony S, 2022).

D. Penatalaksanaan

Menurut Center for Disease Control and Prevention (CDC), Teknologi Reproduksi Berbantu (TRB/Assisted Reproductive Technology) adalah prosedur medis di bidang fertilitas dengan melakukan manipulasi pada oosit dan sperma bertujuan agar terjadi kehamilan (CDC, 2019). Teknologi reproduksi berbantu dibagi menjadi tiga macam, yaitu:

1. IVF (In Vitro Fertilization) adalah prosedur medis fertilisasi in vitro berupa pengambilan oosit, difertilisasi dengan sperma, dilanjutkan melakukan transfer embrio ke uterus ibu.

2. GIFT (Gamete Intrafallopian Transfer) adalah tandur alih gamet intratuba menggunakan laparoskopi untuk transfer oosit yang belum difertilisasi dan sperma ke dalam saluran tuba.

3. ZIFT (Zygote intrafallopian transfer) adalah tandur alih zigot intratuba berupa transfer sel telur yang sudah dibuahi menggunakan laparoskopi masuk kedalam saluran tuba fallopii.

Terdapat 5 (lima) langkah penanganan infertilitas dengan menggunakan teknologi FIV, seperti berikut.

1. Controlled Ovarian Hyperstimulation/Stimulasi Ovarium Terkontrol

Terdapat tiga elemen yang dilakukan secara berurutan, yaitu:

a. Pemberian gonadotropin eksogen untuk menstimulasi perkembangan multi- folikel.

b. Pemberian gonadotropin-releasing hormone (GnRH) agonist atau antagonists untuk mensupresi fungsi hipofisis dan mencegah ovulasi prematur.

c. Memicu maturasi final oosit, dilakukan 36 jam sebelum prosedur petik sel telur.

Dikenal teori FSH window/threshold yang menekankan perlu kadar FSH

(8)

serum melebihi nilai ambang batas agar dapat meginduksi aktivitas ovarium.

Peningkatan kadar FSH 10- 30% di atas nilai ambang akan menstimulasi perkembangan folikel normal, sedangkan peningkatan suprafisiologis akan memicu stimulasi eksesif (Schippere IK. 1998).

Protokol stimulasi ovarium untuk FIV didesain untuk menghasilkan jumlah oosit multipel, namun perlu waspada karena dapat menyebabkan rasa tidak nyaman, risiko terjadi hiperstimulasi dan berdampak pembiayaan tinggi (Alper MM and Fauser BC, 2017).

2. Ovum Pick-Up/Petik Sel Telur

Merupakan prosedur pengambilan oosit menggunakan jarum aspirasi dengan tuntunan USG transvagina. Prosedur ini dilakukan di kamar operasi dengan bantuan pembiusan. Petik sel telur merupakan prosedur sensitif karena sangat terkait dengan kegiatan di laboratorium untuk penanganan oosit. Perhatian khusus perlu ditujukan pada suhu, pH dan waktu antara petik sel telur dan kultur oosit harus minimal. (ESHRE, 2015; Srivastava P, 2018).

3. Preparasi Sperma

Tujuan preparasi sperma adalah: 1) mengeliminasi plasma seminalis, debris dan kontaminan, 2) menyiapkan sperma dengan motilitas progresif, 3) menghindari sperma morfologi abnormal. Sampel sperma dikoleksi, dimasukkan ke dalam kontainer steril dan dipreparasi di laboratorium dengan menghindari suhu ekstrem (< 20°C dan > 37°C) (ESHRE, 2015).

4. Inseminasi Oosit/Fertilisasi dan Kultur

Inseminasi oosit dapat dilakukan dengan cara konvensional atau teknik ICSI. Pada cara konvensional dipersiapkan sperma dengan motilitas progresif konsentrasi antara 0.1 and 0.5x106/ ml. Suspensi sperma sebaiknya di dalam medium sesuai dengan kultur oosit, dan medium fertilisasi sebaiknya berisi glukosa agar fungsi sperma bagus. Inkubasi oosit dan sperma dilaksanakan dalam waktu semalam. Identifikasi gamet saat inseminasi wajib dilakukan secara “double check” (ESHRE, 2015).

(9)

5. Transfer Embrio

Merupakan prosedur kritis dalam FIV, yaitu memasukkan embrio hasil kultur kedalam uterus. Pelaksanaan transfer embrio dilakukan dengan tuntunan USG transabdomen dan penggunaan kateter lunak lebih diutamakan. ”Bed-rest” pasca transfer tidak meningkatkan angka kehamilan (ASRM, 2017).

DAFTAR PUSTAKA

1. Centers for Disease Control and Prevention. 2019. What is Assisted Reproductive technology? National Center for Chronic Disease Prevention and Health Promotion , Division of Reproductive Health October 8, 2019.

2. ESHRE, 2015. “Revised guidelines for good practice in IVF laboratories”. ESHRE Guideline Group on good practice in IVF labs, Desember 2015.

3. Alper MM, Fauser BC. 2017. “Ovarian Stimulation Protocols For IVF: Is More Better Than Less?”. Reprod Biomed Online 3 4: 3 4 5 – 3 5 3.

4. ASRM, 2017. “Performing the embryo transfer: a guideline”. Practice Committee of the American Society for Reproductive Medicine. Fertil Steril 107: 882–96.

5. Srivastava P. 2018. “Transvaginal Oocyte Retrieval in IVF: Should we really be scared of the procedure?” Gynecol Reproduct Endocrinol 2,1:15-17

6. Jenifer C, Anthony L. In Vitro fertilization [Internet]. 2022. Availible from : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK562266/

(10)

Referensi

Dokumen terkait

sekanng, dengan semakin meningkatnya sosiallsasi pelaksanaan bayi tabung dan semakln rnudah pelsksanaannya, bayi tabungdapat ftenjadi alternatif pasangan suaml lstri yang

Kedudukan anak hasil proses bayi tabung dalam tinjauan Hukum Perdata adalah, anak yang dilahirkan dari proses bayi tabung yang menggunakan sperma suami, maka

Pada kesempatan yang membahagiakan pada mimbar akademik yang terhormat ini, perkenankanlah saya menyampaikan pidato pengukuhan Guru Besar saya dengan judul: BAYI TABUNG:

Hak mewarisi anak yang dilahirkan melalui hasil proses bayi tabung dibedakan menjadi 3, yaitu: (1) hak mewarisi anak hasil proses bayi tabung yang menggunakan

Mengenai kedudukan bukum anak hasil proses bayi tabung dengan ibu pgngganti dapat kita lihat dalam KUH Pcrdata bahwa tidak ada satu pasal pun yang mengatur hubungan antara

17 Dapat disimpulkan bahwa tidak ada persoalan terkait hukum berkenaan dengan pengembangan bayi tabung yang menggunakan benih dari suami istri dan disemai dalam rahim

Hasil ini menunjukkan bahwa ada hubungan tingkat kecemasan dengan tingkat keberhasilan bayi tabung pada perempuan usia 25-38 tahun yang mengikuti program bayi

Pembahasan tentang hukum aborsi, bayi tabung, kloning, dan merokok menurut Madzhab Ahlussunnah Wal